Sebagai organ vital yang menjaga homeostatis tubuh, ginjal akan mengatur beberapa proses regulasi. Oleh karena itu, gangguan fungsi kegagalan fungsi fisiologis pada ginjal akan berdampak pada ketidakseimbangan dalam sirkulasi dan metabolism tubuh. Berikut ini adalah beberapa potensial komplikasi yang bisa terjadi pada pasien gagal ginjal akut (Leppert, 2004): 1. Keseimbangan elektrolit tubuh a. Hiperkalemia b. Hiponatremia c. Asidosis metabolic d. Hipokalsemia e. Hiperphospatemia f. Hipermagnesia 2. Fungsi jantung dan paru a. Edema pulmonal b. Perikarditis c. Hipertensi 3. Gastrointestinal a. Nausea b. Vomiting c. Anoreksia d. Perdarahan 4. Hematologi a. Anemia b. Disfungsi platelet 5. Neurologis a. Pusing b. Obtundation c. Asterixis d. Myoclonus e. Seizures f. Dialytic 6. Infeksi pada traktus urinarius, paru-paru, luka operasi, dan sepsi 7. Intoksikasi obat B. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut Penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut dilakukan secara komprehensif baik dari disiplin medis, nurse practitionist, nutritionist dan lain sebagainya. Berikut ini adalah manajemen penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut (Judith, 2002): 1. Tata laksana umum Secara umum yang harus dilakukan pada klien gagal ginjal akut adalah memperlakukan dan mengawasi secara ketat diet tinggi kalori dan rendah protein, natrium, kalium, dengan pemberian suplemen vitamin tambahan. Dan yang paling penting adalah membatasi asupan cairan. Untuk mengontrol kadar elektrolit yang tidak seimbang dalam tubuh, maka diperlukan tindakan dialysis (hemodialysis/ peritoneal dialiysis). 2. Tata laksana medis Penggunaan terapi medis pada gagal ginjal akut utamanya diperuntukan untuk menjaga volume cairan dalam tubuh sesuai dengan kompensasi ginjal dan menjaga kondisi asam basa darah. Terapi medis yang digunakan adalah : a. Furosemid Pemberian 20 sampai 1000 mg per IV setiap 6 (enam) jam akan menjaga stabilitas volume cairan dalam tubuh. b. Kalsium glukonat Pemberian 10 ml/ 10% dalam cairan solute infuse (IV) akan membantu menjaga kadar kalium. c. Natrium polystyrene 15 gr dalam dosis 4kali sehari dicampus dalam 100ml dari 20% sorbitol, 30 sampai 50gr dalam 50ml 70% sorbitol dan 150ml dalam air akan menjaga kadar kalium. d. Natrium bikarbonat Pemberian ini akan mengatasi kondisi asidosis metabolik 3. Observasi ketat Hasil pemeriksaan laboratorium (BUN, kreatinin dan kadar kalium) harus dimonitoring secara ketat. Hal ini sangat bermakna dalam mempertahankan hidup klien. 4. Terapi edukatif Sebagai perawat, hal yang paling penting adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada klien untuk petunjuk dari yang telah ditentukan (tinggi kalori, rendah protein, natrium, kalium dan dengan pemberian suplemen vitamin tambahan. C. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis adalah untuk mengoptinalkan fungsi yang ada dan mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien. Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal kronis membutuhkan penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisisr komplikasi dan meningkatkan harapan hidup klien. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penalaksanaan pada klien gagal ginjal kronik (Robinson, 2013; Bughman, 2000): 1. Perawatan kulit yang baik Perhatikan hygiene kulit pasien dengan baik melalui personal hygiene (mandi/seka) secara rutin. Gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion tanpa alcohol untuk mengurangi rasa gatal. Jangan gunakan gliserin/ sabun yang mengandung gliserin karena akan mengakibatkan kulit tambah kering. 2. Jaga kebersihan oral lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut/spon. Kurangi konsumsi gula (bahan makanan manis), untuk mengurangi rasa tidak nyaman dimulut. 3. Beri dukungan nutrisi Kolaborasi dengan nutritionist untuk menyediakan menu makanan favorit sesuai dengan anjuran diet. Beri dukungan intake tinggi kalori, rendah natrium dan kalium. 4. Pantau adanya hiperkalemia Hiperkalemia biasanya ditunjukan dengan adanya kejang/kram pada lengan dan abdomen, dan diarea. Selain itu pemantauaan hiperkalemia dengan hasil ECG. Hiperkalemia bisa diatasi dengan dialysis. 5. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia Kondsi hiperfosfatemia dan hipokalsemia bisa diatasi dengan pemberian antasida ( kandungan alumunium/kalsium karbonat) 6. Kaji status hidrasi dengan hati-hati Dilakukan dengan memeriksa ada tidaknya distensi cena jugularis, ada/tidaknya crackles pada auskultasi paru. Selain itu, status hidrasi bisa dilihat dari keringat berlebih pada aksila, lidah yang kering, hipertensi, dan edema perifer. Cairan hidrasi yang diperbolehkan adalah 500-600 ml atau lebih dari haluaran urine 24 jam. 7. Control tekanan darah Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan mengontrol volume intravuskular dan obat-obatan antihipertensi 8. Pantau ada/tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi 9. Latih klien napas dalam dan batuk efeksif untuk mencegah terjadinya kegagalan napas akibat obstruksi D. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah (Baughman, 2000) : 1. Penyakit tulang Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis. 2. Penyakit kardiovaskuler Ginjal sebagai control sirkulais sistemik akan berdampak secara sistemik, berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri). 3. Anemia Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropetin yang mengalami defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin. 4. Disfungsi seksual Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemua.