Referat
Oleh:
Ma’watul Jannah, S.Ked
NPM. 19360117
Preceptor:
dr. Bambang Kurniawan., Sp.OG
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul “CA
SERVIK” ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Obstetri dan Ginekologi di RS Pertamina
Bintang Amin Lampung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Bambang Kurniawan., Sp.OG selaku dokter pembimbing.
2. Para Bidan dan Pegawai di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi RS
Pertamina Bintang Amin Lampung.
3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RS Pertamina Bintang
Amin Lampung.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik
dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir
penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam
menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CA SERVIKS
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, ada bukti kuat
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik,
diantaranya yang penting adalah jarang ditemukan pada perawan (virgo)
insiden lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin,
terutama pada gadis koitus pertama (coitarche ) dialami pada usia amat muda
(kurang dari 16 tahun), insiden meningkat dengan tingginya paritas, apalagi
bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dari golongan social ekonomi
rendah, higine seksual yang jelek, aktivitas seksual yang berganti ganti
pasangan (promiskuitas), jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya
disunat (sirkumsisi). Sering ditemukan pada perempuan yang mengalami
infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe 16, 18, 31, 45, dan kebiasaan
merokok.
2.1.3 Epidemiologi
Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0
pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000
penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa
dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi
serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan
terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006. Di Indonesia
diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya.
Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker
serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di
Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977,
kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker
pada perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker
serviks sebesar 76,2% di antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada
stadium lanjut, yaitu stadium IIB-IVB, sebanyak 66,4%. Kasus dengan stadium
IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal, sebanyak 37,3% atau lebih
dari sepertiga kasus.2 Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif
hampir 100%. Relative 1 dan 5 years survival masingmasing sebesar 88% dan
73%. Apabila dideteksi pada stadium awal, kanker serviks invasif merupakan
kanker yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar 92% untuk kanker
lokal. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah,
status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana
• Merokok
Kanker serviks dapat muncul tanpa gejala atau terdeteksi pada stadium
mikroskopik melalui pemeriksaan skrining.
Tumor yang sudah lanjut mudah dikenal, lain hanya dengan tumor
stadium dini, lebih- lebih tumor yang belum memasuki jaringan dibawah
epitel (Preinvasive Carsinoma, karsinoma in situ), oleh karena itu, di
beberapa Negara pemeriksaan sitologi vaginal merupakan pemeriksaan
rutin pada setiap perempuan hamil, yang kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan biopsy apabila diperoleh hasil yang mencurigakan. Diagnosis
karsinoma in situ dalam kehamilan sangat sulit karena dalam kehamilan
dapat terjadi perubahan- perubahan pada epitel serviks, yang secara
mikroskopis hampir tidak dapat dibedakan dari tumor tersebut. Untuk
diagnosis yang pasti perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti berulang kali,
bahkan kadang-kadang kepastian baru diperoleh setelah bayi lahir,
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh estrogen dan
kehamilan sifatnya refersibel, sedang karsinoma in situ ada setelah bayi
lahir. Apabila terdeteksi pada pemeriksaan prenatal, maka diagnosanya
lebih dini.
• Biopsi punch dari lesi serviks yang luas, namun masih kontrovensi,
apakah masih dilakukan bila telah ada bukti kanker serviks
invasive dari pemeriksaan kolposkopi
• Evaluasi kolposkopi
Stadium Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik
1B lesi lebih luas dari stadium 1 A2
2.1.7 Prognosis
2.1.8 Pencegahan
penyakit yang belum terlihat atau masih berada pada stadium praklinik.
(WHO): skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40
tahun. Jika fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55
tahun. Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia
35-55 tahun. Ideal atau optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-
60 tahun.
berisiko)
Secara umum, kasus kanker mulut rahim dan kematian akibat kanker
melakukan tes Pap untuk skrining kanker mulut rahim saat 3 tahun
pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21 tahun. Karena tes
ini mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%, Tes Pap yang kedua
interval pemeriksaaan Tes Pap tiap tiga tahun setelah dua kali hasil negatif.
Pap dan panggul setiap tahun terhadap semua wanita yang aktif secara
mendapatkan tiga atau lebih Tes Pap normal, tes dapat dilakukan dengan
• IVA
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam
asetat 2 %) dan larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan
melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode
2.1.8 Penatalaksanaan
ukuran tumor. Kasus stadium dini hanya dengan operasi atau radioterapi
c. CIN III : terdapat hiperplasia atipik berat dan karsinoma in situ. Perlu
apakah perlu mengangkat dinding segmen atas vagina, tapi dewasa ini
Radioterapi
a. Radioterapi radikal
b. Radioterapi praoperasi
c. Radioterapi pascaoperasi
Kemoterapi
- Elektrokauter
- Diatermi
KESIMPULAN
dunia pada masa lalu, masa sekarang, dan tidak mustahil juga merupakan masalah
di masa yang akan datang. Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak
kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada 2005.
Kurang lebih 80% kejadian kematian terjadi di negara berkembang. Masalah ini
ditengarai dapat diatasi dengan upaya pokok menemukan lesi prakanker. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk menemukan lesi prakanker dalam rangka melakukan
deteksi dini pada kanker serviks. Upaya-upaya yang dilakukan berupa papsmear,
inspeksi visual dengan asam asetat, dan lain sebagainya. Sayangnya, usaha untuk
menemukan lesi prakanker atau yang sering disebut sebagai usaha skrining masih
belum optimal. Selain belum optimalnya usaha skrining, terdapat pula masalah
program see & treat. Dalam hal ini, pasien yang datang ke fasilitas kesehatan
setelah dilakukan proses diagnosis dan didapatkan lesi prakanker dapat langsung
3 (3)
3. Susi, R., Suci, S. T.E., (2017). Presepsi Tentang Kanker Serviks Dan Upaya