URETEROLITHIASIS

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

URETEROLITHIASIS

a. Defenisi
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada
umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin
dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu
juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi
kronik dengan hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi
sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses
perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis. Tidak jarang terjadi hematuria
yang didahului oleh serangan kolik.
b. Epidemiologi
Penyakit tersering ketiga pada sistem urinarius setelah infeksi saluran
kemih dan gangguan prostat. Laki-laki : perempuan = 3 : 1. Terbanyak pada
usia 30-45 tahun, dan menurun pada usia di atas 50 tahun.
c. Etiologi
Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih,
gangguan metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya
membuat urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati
(nekrosis papil) dan multifactor.
d. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat,
asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan
merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya
juga idiopatik, di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan
vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium
didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan
urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin
disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena
pH urin rendah.
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang
jelas. Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis,
dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat. Jaringan abnormal atau
mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus
dan inti batu. Demikian pula telor Schisotoma kadang berupa nidus batu.

Etiologi & Faktor Predisposisi

Stasis, infeksi, patologis ginjal, metabolik, dll

Peningkatan presipitasi garam-garam dalam traktus urinarius

↑ekskresi, ↓inhibitor, ↓aktivitas fibrinolitik, penghambat kristalin

Pembentukan batu saluran kemih

Kalsium fosfat, magnesium amonium fosfat, kalsium oksalat, sistin, asam urat

e. Manifestasi klinis
- Nyeri kolik (menetap=RCV) sesuai lokalisasi batu
- Nyeri tekan di ginjal, RCV, dan/atau sepanjang ureter
- Mual-muntah
- Kembung, rasa tidak nyaman pada daerah pinggang
- Ileus paralytic, distensi abdomen
- Cystitis
- Hematuria
- Infeksi: demam
- Ginjal dapat teraba.
f. Pemeriksaan Laboratorium
 Urinalisis
Makroskopik didapatkan gross hematuria. Mikroskopik ditemukan
sedimen urin yang menunjukkkan adanya leukosituria, hematuria, kristal-
kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih
dari 7,6 menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea dan
kemungkinan terbentuk batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam dan
kemungkinan terbentuk batu asam urat.
Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea. Pemeriksaan Faal Ginjal. Pemeriksaan ureum dan
kreatinin adalah untuk melihat fungsi ginjal baik atau tidak. Pemeriksaan
elektrolit untuk memeriksa factor penyebab timbulnya batu antara lain
kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam urin.
 Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya
hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat
proses peradangan di ureter.
g. Pemeriksaan Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat
dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi atau
dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil retrograd pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang
dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak
tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini adalah urutan batu
menurut densitasnya, dari yang paling opaq hingga yang paling bersifat
radiolusent, calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium amonium fosfat,
sistin, asam urat, xantine.
Pielografi intra vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Juga untuk mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak
yang tidak terlihat oleh foto polos abdomen.
Ultrasonografi
USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV yaitu
pada keadaan seperti allergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Terlihat gambaran echoic
shadow jika terdapat batu.
Ct scan
Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk
melihat gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana
terjadinya obstruksi.
h. Penatalaksaan
Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat
keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar. Dapat juga diberi pelarut batu seperti
batu asam urat yang dapat dilarutkan dengan pemberian bikarbonas natrikus
disertai makanan alkalis.
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih.
Endourologi
1) 1). Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi
per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau
uretero-renoskopi ini.
2) 2). Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
dengan keranjang Dormia.
Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
Bedah terbuka :
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.
i. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Umumnya
pencegahan dapat berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk mengurangi
kadar zat-zat komponen pembentuk batu, aktifitas harian yang cukup dan
pemberian medikamentosa. Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi
kekambuhan adalah diet rendah protein karena protein akan memacu ekskresi
kalsium urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam. Diet rendah
oksalat, diet rendah garam karena natriuresis akan memicu timbulnya
hiperkalsuria dan diet rendah purin.
j. Komplikasi
- Obstruksi  hydro-uretero-nephrosis  gangguan fungsi ginjal  CKD
- Infeksi  hydro-uretero-nephrosis  pyonefrosis.
k. Prognosis
- Segera ditangani  baik
- Terlambat ditangani  timbul komplikasi  buruk
- Dapat rekurens  atur pola makan.

Referensi : Purnomo. B. Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. Sagung seto. Jakarta.


2003. Hal 88-89.

Anda mungkin juga menyukai