Anda di halaman 1dari 4

Mengenal Imam Nahrawi, Tersangka yang

Mempertanyakan Kinerja KPK


Diperbarui: 19 September 2019 17:28

Menpora Imam Nahrawi

Ditetapkannya sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap KONI kepada Kemenpora terkait
dana hibah tahun anggaran 2018 menjadi tanda tanya besar dari Imam Nahrawi."

Indonesia kembali digemparkan dengan penetapan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam
Nahrawi sebagai tersangka kasus korupsi.

Menurut Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengatakan, Imam Nahrawi ditetapkan sebagai
tersangka dalam dugaan kasus penyaluran dana hibah Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI) melalui Kemenpora tahun anggaran 2018.

Sehari setelah penetapan, Imam Nahrawi menyerahkan surat pengunduran diri sebagai tanda
melepaskan jabatan Kemenpora di dalam kabinet Jokowi.
"Tadi sudah disampaikan pada saya surat pengunduran diri dari Menpora," kata Jokowi, Kamis
(19/9/2019) Siang.

Siapakah Imam Nahrawi?

Imam Nahrawi adalah seorang aktivis dan politisi asal Jawa Timur. Usianya yang masih muda
Jokowi tertarik dan mengangkatnya menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga pada tahun 2014.
Pada waktu itu, usianya baru menginjak 41 tahun dikenal sebagai salah satu menteri muda di
dalam kabinet Jokowi.

Pria kelahiran 1973 ini, menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Bandung Bangkalan dan
SMPN Konang Bangkalan. Pada tahun 1989, ia melanjutkan studi di pendidikan menengah atas
MAN Bangkalan.

Selepas dari itu, pria kelahiran Bangkalan ini melanjutkan studi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya.
Menarik, studi magisternya ditempuh pada saat ia menjadi menteri dan menyelesaikan studi
Magister Kebijakan Publiknya itu di Universitas Padjadjaran pada tahun 2017.

Di tahun yang sama pula, Imam mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan
Ampel Surabaya.

Pria bernama lengkap Dr. (H.C.) H. Imam Nahrawi, S.Ag., M.KP ini dikenal sebagai aktivis karena
karena selalu aktif dalam kegiatan organisasi pada saat mengenyam studi di UIN Sunan Ampel.
Ia pernah menjabat sebagai Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya dan
aktif dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Bahkan, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum PMII Cabang Surabaya, Ketua Umum PMII
Koordinator Cabang Jawa Timur, Ketua Umum Dewan Koordinasi Wilayah Garda Bangsa Jawa
Timur dan Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional Garda Bangsa.

Suami dari Shobibah Rohmah ini adalah politisi Partai Kebangkitan Bangsa dan terpilih sebagai
anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2004--2009 dan 2009--2014 daerah pilihan Jawa
Timur. Ia berada di Komisi VII DPR RI yang betanggung jawab dalam bidang agama, sosial, dan
pemberdayaan perempuan.

Dalam lingkup partai, Ayah dari 7 orang anak ini pernah menjabat sebagai Ketua DPW PKB Jawa
Timut dan Sekretaris Jenderal DPP PKB.

Imam juga merupakan seorang pengusaha, ia menjabat sebagai Direktur Intervisi Surabaya,
1997 - Sekarang dan Direktur CV Hidayah Sidoarjo, 2000 - Sekarang.

Selama masa jabatannya sebagai menteri, salah satu keputusan kontroversialnya adalah
pembekuan PSSI. Pasalnya, PSSI ditegur karena masalah kasus klub besar sepak bola antara PSS
Sleman vs PSIS Semarang termasuk sejumlah klub belum memenuhi persyaratan yang diminta.

Rupanya teguran yang diberikan tidak dihiraukan oleh PSSI hingga ketiga kalinya Kemenpora tak
segan-segan membekukan PSSI melalui suratnya bernomor 01307 tahun 2015.

Kini, penetapannya sebagai tersangka merupakan tanda tanya bagi dirinya sendiri. Ia
melontarkan beberapa pernyataan kontroversi karena KPK sedang berada dalam posisi ujung
tanduk. Ia mempertanyakan keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menetapkan
dirinya sebagai tersangka dugaan suap dana hibah KONI.

"Jangan pernah menuduh orang kalau belum ada bukti," kata Imam di rumah dinasnya, Jalan
Widya Chandra, Jakarta.

Ia pun meminta penetapannya sebagai tersangka oleh lembaga antirasuah tidak bersifat politik.

"Saya harap ini bukan sesuatu yang bersifat politik dan bukan di luar hukum. Karenanya saya
akan hadapi, kebenaran harus dibuka seluas-luasnya, selebar lebarnya. Saya akan hadapi proses
hukum," kata Imam Nahrawi.
Perlu diketahui, tercatat dalam LHKPN, Imam Nahrawi memiliki 12 tanah dan bangunan senilai
14 miliar rupiah. Imam juga memiliki 4 unit mobil senilai 1,7 miliar rupiah.

Selain itu, Imam tercatat memiliki harta bergerak sebesar 4,6 miliar rupiah dan salah satu surat
berharganya senilai 460 juta rupiah serta kas setara 1,7 miliar rupiah.

Penetapan seperti Imam lah yang sering disoroti oleh wakil ketua DPR Fahri Hamzah. Apakah
kasus ini akan menambah geramnya DPR ke KPK? Kita simak proses selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai