Ghina
Ghina
NIM : 702018025
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018/2019
2
KATA PENGANTAR
Tugas “Falsafah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik ” ini kami tulis
dan kami susun dengan segenap keikhlasan yang kami kumpulkan disela - sela
waktu yang sangat sempit.
Dan ucapan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan banyak
arahan dan bimbingan kepada kami menjadi mahasiswa yang berahlak
berlandaskan aturan Islam
Wassalamualaikum. Wr.wb.
BAB I
PENDAHULUAN
3
dokter yang telah berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medis
dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada tahun 1938.
1.3Tujuan
1.Mengetahui dan memahami definisi dari kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik.
2.Mengetahui dan memahami sejarah dari kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik.
3 Mengetahui dan memahami tujuan dari kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik.
1.4 Manfaat
1.Untuk memahami dan mengetahui definisi, sejarah dan tujuan dari
kedokteran fisik dan rehabilitasi medik
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New York. Wabah
tersebut dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur hidup jika
tidak cepat ditangani, maka dibentuklah Georgia Warm Springs Young
Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap wabah polio ini untuk
menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian, pemulihan
6
fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang
mendorong berdirinya rehabilitasi medik. Frank H. Krusen, MD adalah
seorang dokter yang telah berusaha keras memperoleh pengakuan agar
rehabilitasi medik dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada
tahun 1938.
Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947,
saat Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita
disabilitas, yaitu penderita buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena
tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri
Kesehatan mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr. Kariadi Semarang,
yang merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation
Unit (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan
pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi
beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta.
adalah Dr. A.R. Nasution yang dilantik oleh Dr. I.G. Brataranuh, Dirjen
Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu mulailah
dibicarakan mengenai pelaksanaan penerimaan peserta Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
2.4 Filosofi
Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka
penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat
diartikan sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan
kekaryaan untuk melatih sesseorang ke arah tercapainya kemampuan
fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu sebagai anggota
masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fisik
merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya impairment, disability,
dan handicap dengan memanfaatkan kemampuan yang ada.
Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
Pelayanan Terapi Wicara
9
Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin
ilmu, diantaranya:
Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program
rehabilitasi.
Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk mencegah
komplikasi serta memperpendek masa pemulihan. Latihan buang air
besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer, mobilisasi bersama fisioterapis
dan terapi okupasi dilakukan di bangsal.
Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik
yang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara
individu sesuai keadaan pasien.
Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program
yang berhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)
misalnya cara makan, menulis, berpakaian, membersihkan diri sendiri, dan
lain-lain.
Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita
dan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber
daya yang dipunyainya.
Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah
komunikasi.
13
DAFTAR PUSTAKA