Anda di halaman 1dari 14

FALSAFAH KEDOKTERAN

FISIK DAN REHABILITASI MEDIK

Dosen pembimbing : Prof. Dr. dr. Fauziah Nuraini


Kurdi, Sp.RM, MPH

Nama Mahasiswa : Ghina Zalmih

NIM : 702018025

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018/2019
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua
sehingga penulisan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang di harapkan.
Dan tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat atas junjungan kita
Nabiullah Muhammad saw. Sebagai rahmatan lil’alamin.

Penulisan makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan


nilai terhadap kami selaku mahasiswa di Universitas Muhammadiyah dalam
bentuk Penulisan tugas yang berupa makalah demi mengembangkan ilmu
mengenai falsafah di bidang kedokteran.

Tugas “Falsafah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik ” ini kami tulis
dan kami susun dengan segenap keikhlasan yang kami kumpulkan disela - sela
waktu yang sangat sempit.

Dan ucapan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan banyak
arahan dan bimbingan kepada kami menjadi mahasiswa yang berahlak
berlandaskan aturan Islam

Penyusunan makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis


mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Wassalamualaikum. Wr.wb.

BAB I

PENDAHULUAN
3

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, penyakit degeneratif semakin


berkembang dan terkadang tidak terkontrol sehingga menyebabkan disfungsi
organ-organ atau alat gerak, misalnya pada stroke. Stroke jika tidak ditangani
maka akan terjadi hal yang lebih buruk atau menimbulkan kecacatan bahkan
kematian. Hal yang lebih buruk bukan saja dengan kondisi kesehatan, akan tetapi
juga memperburuk kondisi spiritual, sosial, atau bahkan ekonomi. Pada
kenyataannya, penanggulangan penyandang cacat ini masih bukan suatu prioritas
kesehatan. Selain prioritas, yang menjadi masalah lain adalah minimnya
pengetahuan masyarakat mengenai apa itu rehabilitasi medis dan ruang
lingkupnya. Jadi sebagai tindakan promotif dan preventif dalam kesehatan maka
masyarakat perlu mengetahui rehabilitasi medis beserta ruang lingkupnya.
Dalam kamus kedokteran Dorland edisi 31 menyebutkan bahwa
rehabilitasi adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi
luka atau sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat
fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas
fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit,
atau cedera maka tahap yang harus dilewati adalah penyembuhan terlebih dulu.
Setelah penyembuhan atau pengobatan dijalani maka masuk ke tahap pemulihan.
Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi. Jadi, rehabilitasi medis
adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada pemulihan fungsional
pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali
normal.
Mengenai sejarah singkat rehabilitasi medis, menurut data yang tersedia
di Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Mayo Clinic, Rochester,
Amerika Serikat, pada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New
York. Wabah tersebut dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur
hidup jika tidak cepat ditangani, maka dibentuklah Georgia Warm Springs Young
Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap wabah polio ini untuk
menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian, pemulihan
fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang
mendorong berdirinya rehabilitasi medis. Frank H. Krusen, MD adalah seorang
4

dokter yang telah berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medis
dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada tahun 1938.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan kedokteran fisik dan rehabilitasi medik ?
2. Bagaimana sejarah dari kedokteran fisik dan rehabilitasi medik ?
3. Apa tujuan dari kedokteran fisik dan rehabilitasi medik ?

1.3Tujuan
1.Mengetahui dan memahami definisi dari kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik.
2.Mengetahui dan memahami sejarah dari kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik.
3 Mengetahui dan memahami tujuan dari kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik.

1.4 Manfaat
1.Untuk memahami dan mengetahui definisi, sejarah dan tujuan dari
kedokteran fisik dan rehabilitasi medik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rehabilitasi Medik


5

Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran


yang mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, cacat dan atau
halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial.

Adapun menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk


memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha
mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan
untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada
padanya (Depkes RI, 1983). Sehingga pelayanan rehabilitasi medik
merupakan pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan
intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai
kemampuan fungsi yang optimal (Menkes RI, 2008).
Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan
masyarakat sejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang
memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan
adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat
penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita seoptimal
mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.

2.2 Sejarah Rehabilitasi Medik

Pada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New York. Wabah
tersebut dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur hidup jika
tidak cepat ditangani, maka dibentuklah Georgia Warm Springs Young
Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap wabah polio ini untuk
menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian, pemulihan
6

fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang
mendorong berdirinya rehabilitasi medik. Frank H. Krusen, MD adalah
seorang dokter yang telah berusaha keras memperoleh pengakuan agar
rehabilitasi medik dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada
tahun 1938.
Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947,
saat Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita
disabilitas, yaitu penderita buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena
tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri
Kesehatan mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr. Kariadi Semarang,
yang merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation
Unit (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan
pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi
beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta.

Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa


PELITA II, diputuskan untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah baik
tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit Rehabilitasi
Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Menteri
Kesehatan menaruh perhatian untuk memajukan Pelayanan Kedokteran
Rehabilitasi.

Dalam rangka meningkatkan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri


Kesehatan mulai mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti
pendidikan menjadi Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di
Department Physical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo Tomas
di Manila, Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil menjadi spesialis
KF & R dari Universitas tersebut. Beberapa lulusan tersebut mulai
mendirikan Organisasi Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia yang diberi
nama IDARI (Ikatan Dokter Rehabilitasi Medik Indonesia) pada bulan
Februari 1982, pada saat seminar untuk mengembangkan sumber daya
manusia di bidang Rehabilitasi Medik di Jakarta. Ketua IDARI pertama
7

adalah Dr. A.R. Nasution yang dilantik oleh Dr. I.G. Brataranuh, Dirjen
Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu mulailah
dibicarakan mengenai pelaksanaan penerimaan peserta Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.

2.3 Tujuan Rehabilitasi

o Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medik,


keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.
o Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak penyakitnya
yang mungkin membawa kecacatan.
o Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan
partisipasi pada difabel (sebutan bagi seseorang yang mempunyai
keterbatasan fungsional).
o Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan yang
berkualitas.

2.4 Filosofi

Pelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi-


filosofi berikut:
 Rehabilitasi merupakan ‘jembatan’ yang menjangkau perbedaan antara
kondisi tidak berguna-berguna, kehilangan harapan-
berpengharapan (Rehabilitation is a bridge spanning the gap between
uselessness-usefulness, hopelessness – hopefulness).
 Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tetapi juga menambah
makna/kualitas dalam hidup (rehabilitation is not only to add years to life
but also add life to years).
8

2.5 Gangguan Fungsi

Menurut WHO tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai


berikut:
1. Impairment, yaitu keadaan kehilangan atau ketidaknormalan dari kondisi
psikologis, fisiologis, atau struktur anatomi atau fungsi.
2. Disability, yaitu segala restriksi atau kekurangan kemampuan untuk
melakukan aktivitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang diakibatkan
impairment.
3. Handicap, yaitu hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh
impairment dan disability yang membatasi pemenuhan peran wajar
seseorang sesuai dengan faktor umur, seks, sosial, dan budaya.

Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka
penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat
diartikan sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan
kekaryaan untuk melatih sesseorang ke arah tercapainya kemampuan
fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu sebagai anggota
masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fisik
merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya impairment, disability,
dan handicap dengan memanfaatkan kemampuan yang ada.

2.6 Pelayanan dalam Rehabilitasi Medik

 Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
 Pelayanan Terapi Wicara
9

Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan


atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan
kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan
melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis).

 Pelayanan Terapi Okupasi


Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi
dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari
(Activity Day Life), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan
remediasi, stimulasi dan fasilitasi.
 Pelayanan Ortotis-Prostetis
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan
kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna
pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.

2.7 Prinsip Rehabilitasi

Menurut Harsono (1996), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu:


1) Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter melihat
penderita untuk pertama kalinya.
2) Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang diperlukan,
karena dapat mengakibatkan komplikasi.
3) Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita.
4) Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan.
5) Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang masih
dapat diperbaiki dengan latihan.
6) Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang.
7) Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek.
10

2.8 Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit

Bagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medik.


Rephauge (dalam sidiarto 1980) pada seminar internasional I rehabilitasi
medik mengatakan bahwa rehabilitasi medik merupakan dasar dan penunjang
bentuk rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan pendidikan.
Jika ruang lingkup rehabilitasi medik dipandang sebagai suatu ilmu, maka
banyak yang perlu dipelajari dan berhubungan langsung dengan rehabilitasi
medik. Beradasarkan pengertian rehabilitasi yang menekankan kepada
fungsional, maka rehabilitasi medik tidak bisa terlepas dari cabang ilmu lain
seperti: Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi, Anatomi, Fisiologi,
Etika Profesi, dan lain-lain.

Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medik


memiliki komponen yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter
spesialis rehabilitasi medik adalah orang yang pada umumnya pertama
dikunjungi oleh pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke fisioterapis
atau okupasi terapis untuk tindakan pemulihan lebih lanjut. Tugas fisioterapis
disini adalah mengukur pergerakan sendi, kekuatan otot, fungsi paru dan
jantung, dan mengukur sejauh mana pasien bisa melakukan aktivitas serta
pekerjaannya sehari-hari (fremgen dan frucht 2002). Kesemuanya itu dilatih
dan dibantu pemulihannya oleh fisioterapis. Sedangkan okupasi terapis
bertugas untuk mendampingi pasien untuk mengembangkan, meningkatkan,
dan memulihkan kemampuan yang sangat penting untuk menunjang
hidupnya. Namun, okupasi terapis lebih menekankan kepada pelatihan pasien
untuk hidup mandiri dan produktif dengan tujuan mencapai hidup yang
sejahtera.

Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis


membantu pasien dengan menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk
hidup mandiri dan produktif. Ortosis adalah orang yang membuat alat bantu
11

untuk beraktivitas, sedangkan prostesis menyediakan alat yang merupakan


suatu pengganti organ, misalnya kaki palsu.

Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medik yang ikut


berperan dalam rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi dan
melatih pasien retardasi mental, perawat, dan paramedis lainnya. Itu semua
tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.

Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya


kesehatan pada umumnya, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
o Upaya Promotif
Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang
tepat untuk mencegah kondisi sakit.
o Upaya preventif
Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit/penyakit untuk
mencegah dan atau meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan.
o Upaya kuratif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya
rehabilitatif untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit untuk mengembalikan
dan mempertahankan kemampuan fungsi.
o Upaya rehabilitatif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan
medik dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-
edukasi-okupasi-vokasional untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit yang
bertujuan mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi,
meningkatkan aktivitas dan peran serta/partisipasi di masyarakat.

2.9 Bentuk Pelayanan

Beberapa bentuk Pelayanan Rehabilitasi Medik, antara lain:


12

1. Mengembalikan fungsi pasien pasca stroke


2. Mencegah kontraktur dan mengembalikan fungsi pasien pasca operasi dan
patah tulang
3. Senam nafas sehat, senam hamil
4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dan lain-lain
5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism, keterlambatan
perkembangan
6. Mengurangi nyeri, kaku di berbagai bagian tubuh

2.10 Tim Rehabilitasi Medik

Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin
ilmu, diantaranya:
 Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program
rehabilitasi.
 Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk mencegah
komplikasi serta memperpendek masa pemulihan. Latihan buang air
besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer, mobilisasi bersama fisioterapis
dan terapi okupasi dilakukan di bangsal.
 Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik
yang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara
individu sesuai keadaan pasien.
 Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program
yang berhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)
misalnya cara makan, menulis, berpakaian, membersihkan diri sendiri, dan
lain-lain.
 Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita
dan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber
daya yang dipunyainya.
 Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah
komunikasi.
13

 Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas,


termasuk keluarganya.
 Ortotik-prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang telah
disesuaikan guna memperbaiki aktivitas.
 Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang
memadai mengenai penyakit dan defisit neurologis adalah penting untuk
mengetahui gangguan fungsional yang sebenarnya.
 Rohaniawan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Toha Muslim. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan


Kesehatan. Bandung. FK UNPAD

Husnul, M.. 2008. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. www.google.com.


Diakses 20 Desember 2019 pukul 16.35 WIB.

Menkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.


www.google.com. Diakses 20 Desember 2019 pukul 16.15 WIB.

Ridwan, dr.. 2011. Rehabilitasi Medis. www.google.com. Diakses 20 Desember


2019 pukul 17.00 WIB.
14

Anda mungkin juga menyukai