Anda di halaman 1dari 6

ANALISA KASUS

ANALISA YURIDIS KELUARNYA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82


TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KESEHATAN YANG MENAIKAN
IURAN BPJS

PEMBIMBING :

Dr.Sulaksono

Disusun oleh :

NURROCHMAH IHAYANI ISTIQOMAH

2019.06.2.0008

MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2019
ANALISA YURIDIS KELUARNYA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82
TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KESEHATAN YANG MENAIKAN
IURAN BPJS

1. Pendahuluan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS)
merupakan Badan Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan jaminan
Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk
Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya
ataupun rakyat biasa. BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara
program jaminan sosial di bidang kesehatan yang merupakan salah satu
dari lima program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu
Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua,
Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
Pemerintah resmi menaikkan iuran peserta mandiri BPJS
Kesehatan mulai awal tahun depan. Meski naik hingga 100%, BPJS
Kesehatan menyebut besaran iuran tersebut masih dibawah harga
keekonomiannya. Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris
menjelaskan Peraturan Presiden (Perpres) yang baru diterbitkan
pemerintah sebenarnya berfungsi untuk merasionalkan iuran BPJS
Kesehatan. Kenaikan iuran tersebut pun menurut dia, sebenarnya masih
dibawah harga keekonomiannya. Munculnya Peraturan Presiden ini
menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat dikarenakan masyarakat
merasa kenaikan tersebut sangat membebani masyarakat.

2. Permasalahan
Apakah dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan yang menaikan besaran iuran
peserta mandiri kelas 1 ditetapkan naik dari Rp 80 ribu menjadi Rp 160
ribu, kelas 2 naik dari Rp 55 ribu menjadi Rp 110 ribu, dan kelas 3 naik
dari Rp 25.500 menjadi Rp 42 ribu tidak bertentangan dengan teori tujuan
hukum untuk memperoleh kemanfaatan bagi seluruh masyarakat.

3. Analisa Hukum
Keluarkannya Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan yang menaikan besaran iuran peserta mandiri kelas
1 ditetapkan naik dari Rp 80 ribu menjadi Rp 160 ribu, kelas 2 naik dari Rp
55 ribu menjadi Rp 110 ribu, dan kelas 3 naik dari Rp 25.500 menjadi Rp
42 ribu dapat dianalisis dari teori tujuan hukum. Gustav Radbruch adalah
seorang filosof hukum dan seorang legal scholar dari Jerman yang
terkemuka yang mengajarkan konsep tiga ide dasar hukum, yaitu
kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Apakah ketiga unsur tujuan hukum
tersebut tidak menimbulkan masalah, karena tidak jarang antara kepastian
hukum terjadi benturan dengan keadilan, benturan antara kepastian
hukum dengan kemanfaatan, dan antara keadilan dengan kepastian
hukum.
Keluarkannya Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan yang menaikan besaran iuran peserta mandiri
apabila dilaksanakan uji materi di Mahkamah Konstitusi apakan tidak
bertentangan dengan konstitusi atau UUD 1945. Apabila diajukan uji
materi ke MK, maka hakim MK diharuskan mengambil keputusan yang
adil maka rasa adil mana yang harus dimenangkan, apakah pihak BPJS
yang merupakan manisfestasi dari pemerintah atau masyarakat yang
merasa dirugikan. Apabila ingin menegakkan keadilan maka tentu
kemanfaatan dan kepastian hukum harus dikorbankan.. Keadilan bisa saja
lebih diutamakan dan mengorbankan kemanfaatan bagi masyarakat luas.
Maka atas teorinya Gustav Radbruch mengajarkan adanya skala prioritas
yang harus dijalankan, dimana prioritas pertama selalu kemanfaatan,
kemudian keadilan, dan terakhir barulah kepastian hukum. Hukum
menjalankan fungsinya sebagai sarana konservasi kepentingan manusia
dalam masyarakat. Tujuan hukum mempunyai sasaran yang hendak
dicapai yang membagi hak dan kewajiban antara setiap individu didalam
masyarakat. Hukum juga memberikan wewenang dan mengatur cara
memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 diamanatkan bahwa tujuan negara adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam Perubahan Keempat Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan tersebut
semakin dipertegas yaitu dengan mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi kesejahteraan seluruh rakyat. Sistem jaminan sosial nasional
merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dan Pasal
34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Selain itu, dalam Ketetapan MPR Nomor
X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan
sosial nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi
masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga dikeluarkanlah
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki
sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan
tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara
yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehatihatian, akuntabilitas,
portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil
pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesarbesarnya kepentingan
Peserta. Namun pada tataran praktik, keberadaan BPJS tidak bisa
melaksanakan amanat UUD 1945 tersebut. Dengan diamanatkan dalam
UUD 1945 tersebut seharusnya pemerintah (Presiden) tidak membuat
kebijakan yang menyengsrakan rakyat. Negara tidak boleh bisnis dengan
rakyatnya, negara tidak boleh mencari keuntungan dari rakyatnya. Negara
harus mampu mensejahterakan rakyatnya dan menjamin kesehatan
terhadap seluruh rakyatnya. Kebijakan menaikan 100% iuran BPJS
sangat tidak manusiawi, seharusnya prioritas pemerintah dapat
mengurangi porsi anggaran kementerian yang lain, bukan permsalahan
yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
Keluarkannya Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan yang menaikan besaran iuran peserta mandiri
apabila ditinjau dari tujuan negara sangat bertentangan. Tujuan negara
secara umum adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan kebahagiaan
rakyatnya. Tujuan negara merupakan pedoman dalam menyusun dan
mengendalikan alat perlengkapan negara serta mengatur kehidupan
rakyatnya. Tujuan dari tiap-tiap negara dipengaruhi oleh tempat, sejarah
pembentukan, dan pengaruh dari penguasa negara yang bersangkutan.
Dengan mengetahui tujuan negara, kita juga dapat mengetahui sifat
organisasi negara dan legitimasi kekuasaan negara tersebut. Tujuan
negara menurut Niccollo Machiavelli adalah untuk mengusahakan
terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketentraman. Negara
menaikan iuran mandiri BPJS itu bertentangan dengan konsep tujuan
didirikannya negara oleh Machiavelli.

4. Penutup.
Untuk tercapainya tujuan hukum yang menuntut kedamaian,
ketentraman, kesejahteraan dan ketertiban dalam masyarakat asas
prioritas dalam tujuan hukum yang ditelurkan Gustav Radbruch dapat
dijadikan pedoman. Dengan pertimbangan kondisi masyarakat Indonesia
yang berasal dari berbagai latar belakang. Asas prioritas yang
mengedepankan keadilan daripada manfaat dan kepastian hukum
menjawab persoalan kemajemukan di Indonesia, akan tetapi menjadi
catatan penerapan asas prioritas dapat dilakukan selama tidak
mengganggu ketenteraman dan kedamaian manusia selaku subjek hukum
dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai