ATRIAL FIBRILASIS
A. Definisi
Fibrilasi atrium adalah disritmia atrium yang terjadi sewaktu atrium berdenyut dengan
kecepatan lebih dari 350-600x/menit. Depolarisasi ventrikel menjadi ireguler dan mungkin
dapat mengikuti depolarisasi atrium mungkin pula tidak. Pengisian ventrikel tidak secara
total bergantung pada kontraksi atrium yang terorganisasi, sehingga aliran darah yang
masuk dan keluar ventrikel biasanya cukup kecuali pada waktu-waktu terjadi peningkatan
depolarisasi yang tidak terkoordinasi dengan frekuensi tinggi. Sentakan fokus ektopik
pada struktur vena yang dekat dengan atrium (biasanya vena pulmonal) merupakan
Fibrilasi atrium didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal. Aktivitas listrik jantung
yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan atrium bekerja terus menerus
fibrilasi dapat bersifat akut maupun kronik dan umumnya terjadi pada usia di atas 50
tahun (Berry and Padgett, 2012).
B. Etiologi
1. Penyebab penyakit kardiovaskuler
f. Tumor intracardiac
a. Kelainan metabolik :
- Tiroksikosis
- Alkohol akut/kronis
- Emboli paru
- Pneumonia
- PPOM
- Kor pulmonal
c. Gangguan elektrolit : Hipokalemia, Magnesium, dan Calsium
C. Klasifikasi
Banyak tipe atau klasifikasi atrial fibrilasi yang umum dibahas. Beberapa hal diantaranya
kepustakaan tertulis ada beberapa sistem klasifikasi atrial fibrilasi yang telah dikemukakan,
seperti :
permenit.
b. AF respon lambat (slow response) dimana laju ventrikel lebih kurang dari 60 kali
permenit.
c. Af respon normal (normo response) dimana laju ventrikel antara 60-100 kali
permenit.
2. Berdasarkan keadaan Hemodinamik saat AF muncul, maka dapat diklasifikasikan
menjadi :
a. AF dengan hemodinamik tidak stabil (gagal jantung, angina atau infark miokard
akut).
3. Klasifikasi menurut American Heart Association (AHA), atrial fibriasi (AF) dibedakan
b. AF paroksimal bila atrial fibrilasi berlangsung kurang dari 7 hari. Lebih kurang 50%
atrial fibrilasi paroksimal akan kembali ke irama sinus secara spontan dalam waktu
24 jam. Atrium fibrilasi yang episode pertamanya kurang dari 48 jam juga disebut
AF Paroksimal.
c. AF persisten bila atrial fibrilasi menetap lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7 hari.
Pada AF persisten diperlukan kardioversi untuk mengembalikan ke irama sinus.
d. AF kronik atau permanen bila atrial fibrilasi berlangsung lebih dari 7 hari. Biasanya
D. Patofisiologi
Adanya regangan akut dinding atrium dan fokus ektopik di lapisan dinding atrium
diantara vena pulmonalis atau vena cava junctions merupakan pencetus AF. Daerah ini
dalam keadaan normal memiliki aktifitas listrik yang sinkron, namun pada regangan akut
dan aktifitas impuls yang cepat, dapat menyebabkan timbulnya after-depolarisation
lambat dan aktifitas triggered. Triggered yang dijalarkan kedalam miokard atrium akan
menyebabkan inisiasi lingkaran-lingkaran gelombang reentry yang pendek (wavelets of
reentry) dan multiple. Lingkaran reentry yang terjadi pada AF tedapat pada banyak tempat
(multiple) dan berukuran mikro, sehingga menghasilkan gelombang P yang banyak dalam
halnya dengan flutter atrium yang merupakan suatu lingkaran reentry yang makro dan
tunggal di dalam atrium (macroreentrant tachycardias).
AF dimulai dengan adanya aktifitas listrik cepat yang berasal dari lapisan muskular dari
vena pulmonalis. Aritmia ini akan berlangsung terus dengan adanya lingkaran sirkuit
reentry yang multipel. Penurunan masa refrakter dan terhambatnya konduksi akan
memfasilitasi terjadinya reentry.
Setelah AF timbul secara kontinu, maka akan terjadi remodeling listrik (electrical
remodeling) yang selanjutnya akan membuat AF permanen. Perubahan ini pada awalnya
reversibel, namun akan menjadi permanen seiring terjadinya perubahan struktur, bila AF
berlangsung lama.
Atrium tidak adekuat memompa darah selama AF berlangsung. Walaupun demikian, darah
akan mengalir secara pasif melalui atrium ke dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel
akan menurun hanya sebanyak 20 – 30 %. Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang
mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan
bertahun-tahun dengan fibrilasi atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi dari seluruh
daya pompa jantung. Atrial fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan ventrikel berkontraksi
lebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki cukup waktu untuk
Terjadi penurunan atrial flow velocities yang menyebabkan statis pada atrium kiri dan
emboli dan gangguan hemostasis. Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis atrial
tetapi mungkin juga sebagai kofaktor terjadinya tromboemboli pada AF. Kelainan-kelainan
tersebut adalah peningkatan faktor von Willebrand ( faktor VII ), fibrinogen, D-dimer, dan
fragmen protrombin 1,2. AF akan meningkatkan agregasi trombosit, koagulasi dan hal ini
dipengaruhi oleh lamanya AF.
E. Pathway
AF Atrium berdepolarisasi
Penumpukan
(Atrial Fibrilasi) secara spontan dengan Nyeri asam laktat
Penyebab metabolik cepat dan tidak beraturan
Alkohol
Tirotosikosis
Suplai O2 ke Metabolisme
Pompa darah dari atrium ke jaringan turun anaerob
Terdapat sisa
darah pada ventrikel tidak adekuat
atrium
Penyebab dari paru-paru
(Emboli paru, pneumonia, PPOK,
dll) Pengisian darah ke ventrikel Suplai O2 ke Penurunan
COP menurun kesadaran
Potensial tidak maksimal otak turun
trombus
Penurunan
Gangguan curah jantung
Stroke
pertukaran gas
Suplai O2 ke Aktivasi RAA
ginjal turun
Bendungan Beban jantung Hipertrofimi
Edema paru meningkat okard
Atrium
Retensi Na dan
Cairan berpindah Cardiomegali
Tekanan vena pulmonalis dan H2O
dari kapiler paru ke
kapiler paru meningkat
paru
Jantung mendesak Ketidakefektifan Kelebihan
paru-paru pola napas volume cairan
F. Manifestasi Klinis
1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau “berdebar” dalam
dada).
4. Pusing, atau sinkop (pingsan mendadak) yang dapat terjadi akibat peningkatan laju
ventrikel atau tidak adanya pengisian sistolik ventrikel.
Center for Chronic Condition, 2006). Trombus dapat terbentuk dalam rongga atrium
kiri atau bagian lainnya karena tidak adanya kontraksi atrium yang mengakibatkan
stasis darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya emboli pada sirkulasi sistemik
terutama otak dan ekstremitas sehingga atrial fibrilasi menjadi salah satu penyebab
terjadinya serangan stroke (Philip and Jeremy, 2007).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik :
a. Tanda vital : Denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya, tekanan
2. Laboratorium :
a. Darah rutin : Hb, Ht, Trombosit.
e. PT/APTT.
3. Pemeriksaan EKG :
Merupakan standar baku cara diagnostik AF
a. Irama EKG umumnya tidak teratur dengan frekuensi bervariasi (bisa
b. Gelombang P tidak ada atau jikapun ada menunjukkan depolarisasi cepat dan
kecil sehingga bentuknya tidak dapat didefinisikan.
4. Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOM, kor pulmonal.
5. Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium dan
ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow.
H. Penatalaksanaan
AF paroksimal yang singkat, tujuan strategi pengobatan adalah dipusatkan pada
kontrol aritmianya (rhytm control). Namun pada pasien dengan AF yang persisten,
sinus (rhytm control) atau hanya mengendalikan laju denyut ventrikular (rate control)
saja. Terdapat 3 kategori tujuan perawatan AF yaitu :
1. Farmakologi
a. Rhythm control. Tujuannya adalah untuk mengembalikan ke irama sinus /
2. Non-farmakologi
a. Kardioversi. Kardioversi eksternal dengan DC shock dapat dilakukan pada
I. KOMPLIKASI
3. Demensia
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Keluhan utama
Keluhan utama diperoleh dengan menanyakan tentang gangguan yang paling
dirasakan klien hingga klien memerlukan pertolongan. Keluhan utama pada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler secara umum antara lain sesak napas,
keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifatdan berat keluhan, keadaan apa yang memperberat atau
pertolongan.
obatobat antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Tanyakan juga alergi klien terhadap obat dan reaksi obat yang timbul.
d. Riwayat keluarga
Kebiasaan sosial: tanyakan kebiasaan dan pola hidup klien seperti minum
alkohol atau obat tertentu.
Tanda vital
1) Pemeriksaan nadi
Palpasi: frekuensi, irama, ciri denyutan, isi nadi, dan keadaan pembuluh
darah. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila irama nadi tidak teratur,
denyut apikal selama satu menit penuh sambil meraba denyut nadi. Pada
2) Tekanan darah
kecepatan aliran darah ke perifer sehingga perlu waktu yang lebih lama
4) Suhu tubuh dan kelembaban tangan dikontrol oleh sistem saraf otonom.
Pada keadaan normal, tangan terasa hangat dan kering. Pada keadaan
stres, tangan akan terasa dingin dan lembab. Pada keadaan syok
5) Edema
d. Jantung
1) Inspeksi: menentukan bentuk prekordium dan denyut pada apeks
tidak teraba bila klien gemuk, dinding toraks tebal, emfisema, dan lain-
lain.
aorta/mitral.
- Thrill: aliran darah yang turbulen menimbulkan murmur jantung saat
thrill.
jantung.
3) Perkusi
yang disebut bunyi jantung pertama (S1) dan bunyi jantung kedua (S2).
Bunyi abnormal jantung: gallop, snap dan klik, murmur
e. Brain
jantung koroner
5) Pemeriksaan neurosensori
f. Bladder
diperiksa terhadap adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak
yag menunjukkan kandung kemih yang penuh (distensi kandung kemiha).
g. Bowel
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada saat masuk
rumah sakit, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit.
Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah, dan
perubahan berat badan.
Refluks hepatojugular
Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran darah balik vena yang
disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak
h. Bone
Kebanyakan klien yang menderita gangguan pada sistem kardiovaskuler juga
mengalami penyakit vaskuler perifer atau edema perifer akibat gagal ventrikel
kanan oleh karena itu, pengkajian sirkulasi arteri perifer dan aliran darah balik
Selain itu, tromboflebitis juga dapat terjadi akibat berbaring lama sehingga
memerlukan pemantauan yang seksama.
tidur dalam 24 jam dan apakan klien mengalami sulit tidur dan
sistem kardiovaskuler.
4) Aktivitas: kaji aktvitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada
tindakan hiperventilasi
keperawatan selama 5. Catat pergerakan dada,
Oxigen Therapy
1. Berikan terapi oksigen
nasal kanul, simple mask,
Kolaborasi
2. Lakukan pemeriksaan
laboratorium
3. Lakukan pemeriksaan
radiologi
1. Klien ketidaknyamanan
nyaman dukungan
pencahayaan dan
kebisaingan
9. Kurangi factor
presipitasi nyeri
nyeri untuk
menentukan intervensi
11. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
12. Evaluasi keefektifan
control nyeri
13. Tingkatkan istirahat
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian analgesik
1. Tanda vital
2. Dapat jantung
edema paru,
perifer dan
penurunan
kesadaran
: aktivitas
disertai nafas
melakukan pengunjung
vital normal
teratasi, dengan
kriteria hasil : Fluid monitoring
2. Bunyi nafas
3. Terbebas dari
kelelahan,
kecemasan
Setelah dilakukan
tindakan Kolaborasi
keperawatan selama 1. Beri obat sesuai advis
3x24 jam
diharapkan masalah
gangguan rasa
2. Mengontrol
nyeri
3. Agresi
pengendalian
diri
4. Respon
terhadap
pengobatan
5. Kontrol gejala
6. Dapat
mengontrol
ketakutan
paru-paru dan
bebas dari Respiratory monitoring
distress 1. Monitor rata-rata
pernafasan kedalaman, irama dan
usaha respirasi
napas, retraksi
supraclevikular dan
intercosta
3. Monitor suara napas
seperti mendengkur
Oxigen Therapy
1. Berikan terapi oksigen
nasal kanul, simple mask,
oksigen
a. Discharge Planning
Berry. A and Padgett, H. (2012). Management of patients with atrial fibrillation: Diagnosis
EGC
Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6 th Indonesian
Dharma, Surya. 2012. Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta : EGC
Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing
Syaifuddin, Haji. 2006. Anatomi fisiologis mahasiswa keperawatan. Jakarta. Penerbit: EKG