Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
Pemanfaatan kulit pelepah rumbia untuk diolah menjadi suatu produk adalah
satu satu usaha masyarakat Gampong Cot Tufah dalam memanfaatkan hasil produk dari
pertanian yang perlu mendapatkan perhatian lebih karena pemanfaatan yang benar
merupakan salah satu kunci dalam pengembangan usaha. Demikian pula halnya masalah
kelayakan usaha tirai dari kulit pelepah rumbia di Gampong Cot Tufah Kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen. Dari hasil observasi awal kesalah satu usaha pengrajin
tirai dari kulit pelepah rumbia di Gampong Cot Tufah yang telah menjalankan usahanya
tersebut kurang lebih selama 10 tahun, diperoleh informasi bahwa umumnya pengrajin
tirai dari kulit pelepah rumbia di Gampong Cot Tufah memanfaatkan kulit pelepah
rumbia untuk produk tirai dengan konsisten sehingga pengrajin tirai dari kulit pelepah
rumbia dapat terus mempertahankan usahanya serta mendapatkan keuntungan yang
maksimal.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2
2.1. Mengenal Tanaman Rumbia
Tanaman rumbia atau tanaman sagu termasuk tanaman monokotil dengan ordo
Arcales dan family Palmae, merupakan tanaman liar yang biasanya tumbuh begitu
saja dan kurang mendapat perlakuan dan perhatian, dan masih belum banyak
dibudidayakan. Tanaman rumbia tumbuh secara alami pada daerah rawa berair tawar
dimana tanaman lainnya sulit tumbuh, Di Kalimantan Selatan tanaman sagu
(Metroxylon sagu Rottb) atau lebih dikenal dengan nama rumbia banyak ditemukan
tumbuh subur di pesisir sungai dan sepanjang jalan pada daerah berawa, jenis yang
tumbuh pada umumnya sagu betina karena tidak berduri (Salam, 1990).
2.1.1. Taksonomi :
Kerajaan :Plantae
Divisi: :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Arecales
Famili :Arecaceae
Genus :Metroxylon
Spesies :Metroxylon sagu
2.1.2. Morfologi
Rumbia dapat memperbanyak diri dengan tunas akar, sehingga tumbuhnya
berumpun dan enyerupai berkelompok. Tumbuhan mudanya menyerupai rumpun
nipah dan dapat dibedakan dari tumbuhnya batang pada sagu. Tinggi antara 10 – 15
m dengan garis tengah 30 – 50 cm. Batang pohon lurus, warna batang coklat muda,
halus atau licin dan berakar serabut setinggi 1m. Tajuk pohon yang masih muda
3
berbentuk lingkaran dan yang sudah tua berbentuk kipas dan tidak teratur, tajuk sering
menipis dan menggugurkan daun pelepah.
Pelepah panjangnya mencapai 10 m letaknya tersusun teratur, pelepah
pada pohon muda berbentuk bulat, sedangkan yang tua beralur dibagian permukaan
atas. Daun terletak seperti sebilah pedang dan meruncing pada bagian ujungnya.
Pinggir-pinggir daun tajam dan membalik ke dalam, Daun muda berbulu halus dan
kedua belahannya mengkilap. Daun-daun berwarna hijau kekuning-kuningan. Bunga
berumah satu, bongkal-bongkal bunga bersatu menjadi bunga. Bunga tidak mempunyai
daun mahkota dan besarnya bongkal bunga antara 6 – 12 mm, sedangkan bunga jantan
tidak berkelopak dan tidak bermahkota.
Buahnya bersisik, berwarna coklat kekuningan, buah berbentuk bulat telur atau
jantung terbalik, bila sudah tua berwarna kuning gading, masa bebuah antara bulan
November – April, tiap batang mempunyai masa berbunga dan berbuah berbeda-
beda (Tong, 1982)
Diperkirakan berasal dari Maluku dan Papua. Tanaman rumbia sebenarnya
terbatas di Asia Tenggara, di Indonesia banyak terdapat di Aceh, Sumatera bagian
barat, Sumatera bagian Timur, Tapanuli, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya. Di Kalimantan Selatan
banyak terdapat di daerah Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Selatan, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar.
Tanaman rumbia dapat tumbuh baik pada ketinggian tanah antara 0 – 700 m dpl,
dengan curah hujan antara 2000 – 4000 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu
optimum yang diperlukan adalah 240oC – 300oC, walaupun suhu tinggi masih dapat
beradaptasi dan tumbuh. Pada wilayah- wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk
kebun atau hutan sagu yang luas. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman rumbia
adalah tanah liat kuning, coklat atau hitam, berlumpur, bahan organic tinggi dan di
daerah pasang surut air tawar (Departemen Kehutanan, 1999).
2.1.3. Fisiologi
Buah rumbia adalah buah yang banyak mengandung zat kimia dan seperti
tannin yang diduga yang mmpunyai rasa sepat. Tannin tidak hanya pada buah nya saja
4
tetapi ada juga pada kulitnya. Selain itu buah ini juga mengandung karbohidrat.
Karbohidrat disini adalah rasa manis yang ada pada saat buah sudah matang. Selain dari
itu buah rumbia juga mengandung asam. Kandungan asam pada buah ini paling banyak
pada saat buah tersebut belum matang. Senyawa tanin mempunyai manfaat yaitu
sebagai obat anti diare dan juga anti bakar. Tanin tidak hanya menyembuhkan luka
bakar, tetapi dapat memngentikan pendarahan juga sebagai penghenti infeksi sementara.
Kemanpuan tannin untuk membemtuk lapisan pelindung diatas jaringan yang terbuka
menjaga luka dari infeksi.
Rumbia menyukai tumbuh di rawa-rawa air tawar, aliran sungai dan tanah
bencah lainnya, di lingkungan hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian
sekitar 700 m dpl. Pada wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun
atau hutan sagu yang luas. Kini rumbia telah meliar kembali di banyak tempat. Rumbia
menyukai tumbuh di rawa-rawa air tawar, aliran sungai dan tanah bencah lainnya, di
lingkungan hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 700 m dpl. Pada
wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun atau hutan sagu yang
luas.
BAB III
METODE PENELITIAN
diteliti. Data dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh
dari para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci dan jelas
mengenai fokus penelitian yang sedang diteliti yaitu mengenai Pemanfaatan kulit
pelepah rumbia sebagai tirai.
Sumber data menurut Suharsimi Arikunto adalah subjek darimana data
diperoleh. Maka sumber data menjelaskan tentang dari mana dan dari siapa data
diperoleh, data apa saja dikumpulkan, bagaimana informan atau subjek tersebut,
dan dengan cara bagaimana data dijaring sehingga validitasnya dapat terjamin.
Sumber data peneliti diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber
data dalam penelitian dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
7
melalui wawancara. Yang termasuk sumber data ini adalah pihak-pihak yang
terkait. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak tersebut untuk
memperoleh informasi.
2) Place, yaitu sumber data yang diperoleh dari gambaran tentang situasi kondisi
yang langsung berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Dalam
hal ini peneliti melihat keadaan atau situasi Desa Cot Tufah Kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen dimana di desa ini terdapat lahan tanaman
rumbia.
3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf angka,
gambar atau simbol lain. Data ini berupa para petani desa yang mengolah
pelepah rumbia di Desa Cot Tufah serta data papan monografi desa.
8
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan
yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan berasal dari satu pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa pihak yang berkaitan dengan tema
penelitian.
b. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengamatan langsung atau
observasi sebagai metode pengumpulan data. Menurut Ahmad Tanzeh teknik
observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Menurut Guba dan Lincoln yang dikutip Lexy J.
Moleong metode ini dimanfaatkan karena beberapa alasan, yaitu: Pertama, teknik
pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, teknik
pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga,
pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan
dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh data.
Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang
dijaringnya ada yang bias. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan
peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam kausa-kausa
tertentu dimana teknik komunikasi lainya tidak memungkinkan pengamatan dapat
menjadi alat yang sangat bermanfaat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-
catatan mengenai data responden. Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan latar objek penelitian yang
didokumentasikan dan kemungkinan dokumen lain yang diperlukan untuk menunjang
data penelitian yang sesuai dengan pokok masalah.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
10
Usaha Tirai rumbia merupakan industri skala rumah tangga yang bergerak pada
usaha pembuatan tirai dari kulit pelepah rumbia. Usaha ini didirikan pada tahun 2012
oleh Bapak Asnawi yang beralamat di Desa Cot Tufah Kecamatan Gandapura
Kabupaten Bireuen. Latar belakang berdirinya usaha berawal dari pemilik yang
mempunyai keahlian membuat tirai, sehingga dari keahlianya dan dengan tekat yang
kuat untuk berwirausaha maka beliau mencoba untuk mendirikan usaha tirai. Pada awal
usaha ini berdiri Bapak Asnawi dibantu oleh keluarga sebagai sumber modalnya dan
memiliki 4 orang tenaga kerja. Alat-alat produksi yang dimilikinya masih bersifat
tradisional dan hanya mampu memproduksi 5 lembar. Hasil dari produksinya, beliau
sendiri yang mendistribusikan, Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang
dimilikinya. Dengan bertambahnya modal dan semakin dikenalnya usaha tirai oleh
konsumen, maka beliau memperluas usahanya agar produksinya efisien dan semakin
meningkat.
Proses pembuatan tirai dimulai dari menyiapkan bahan baku utama yaitu kulit
pelepah rumbia yang sudah tua agar bisa bertahan lama, kemudian dipotong sesuai
keinginan ukuran, selanjutnya pelepah rumbia dicuci bisa mengunakan pengosok kertas
pasir agar kotoran dan jamur yang menempel bersih. Kulit Pelepah rumbia di belah
menjadi ukuran kecil-kecil kira-kira 2 cm. Proses ini lumayam sulit kita harus teliti
saat membagi pelepah rumbia menjadi ukuran-ukuran kecil agar ukurannya sama.
Penjemuran pelepah rumbia sampai warna pelepah rumbia menjadi kecoklatan. Waktu
yang dibutuhkan untuk penjemuran dapat mencapai empat hari atau lebih tergantung
cuaca. Proses pengerjaan kulit pelepah rumbia yang telah dijemur kemudian diraut
menjadi lebih tipis dan pinggirannya ditumpulkan menggunakan parang. Perautan ini
akan membuat bilah kulit pelepah rumbia mudah untuk dianyam. Selanjutnya
perangkaian tirai bambu, Potongan potongan pelepah rumbia yang telah disiapkan
sebelumnya kemudian di anyam menggunakan tali tambang atau rotan. Khusus
pengerjaan ini menggunakan tali tambang kecil. Penyusunan bilah kulit pelepah rumbia
harus rapi dan tersusun dengan baik agar tirai yang dihasilkan memiliki kualitas yang
baik. Panjang tirai kulit pelepah rumbia dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam
produksi ini dibuat sepanjang 2 meter. Jarak antar tali dapat berupa 30 cm. Makin kecil
jaraknya makin bagus. Jangan lupa untuk mendobel bilah rumbia di setiap sisi terluar
11
tirai rumbia. Rapikan pula pinggiran rumbia menggunakan parang. Tirai rumbia yang
telah jadi dapat diberi finishing berupa pernis maupun cat. Kami biasanya memasarkan
produk ini ke toko toko furniture maupun dibawa berkeliling langsung.
Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh usaha produksi tirai pekepah rumbia dalam
memproduksi tirai namun biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh banyak ataupun sedikit
jumlah produksi. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat dan sewa tempat.Sementara
biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh usaha tirai pelepah rumbia
dalam memproduksi tirai namun biaya tersebut dipengaruhi oleh banyak ataupun
sedikit jumlah produksi. Biaya tidak tetap meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
dan biaya bahan penunjang.
12
a. Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan Usaha Produksi Tirai
dari kulit pelepah Rumbia Milik Bapak Asnawi terdiri dari pelepah Rumbia yang
menjadi bahan utama pembuatan tirai.
b. Biaya Tenaga Kerja
Usaha Tirai pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi menggunakan 10 orang tenaga
kerja tetap di bagian anyaman dan 3 orang tenaga kerja lepas bagian persediaan
bahan baku pelepah rumbia. Sistem upah tenaga kerja yang diterapkan di usaha tirai
Rumbia adalah sistem harian, yaitu upah yang diberikan per kegiatan produksi.
c. Biaya Lain
Biaya lain-lain merupakan biaya penunjang untuk kegiatan produksi Usaha Tirai
pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi. Biaya tersebut terdiri atas biaya bensin,
perawatan mobil dan perawatan bangunan.
13
4.3.4 Analisis Pendapatan Pada Usaha Tirai Pelepah Rumbia
Tabel 1. Rata-rata Total Pendapatan pada usaha tirai pelepah rumbia Bapak
Asnawi dalam satu Tahun.
No Uraian Jumlah
1 Produksi tirai/Produksi (Lembar) 50.000
2 Harga jual/Lembar (Rp) 120.000
3 Pendapatan/Produksi (Rp) 350.000
4 Pendapatan/Bulan (Rp) 10.500.000
5 Pendapatan/Tahun (Rp) 126.000.000
Sumber : data Primer (diolah), 2019
Keterangan:
B = Total Pendapatan
C = Total Biaya Produksi
14
B/C < 1, maka usaha dikatakan rugi atau tidak layak dijalankan
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada usaha Tirai pelepah Rumbia milik Bapak
Asnawi di atas penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu Rata-rata pendapatan pada
Usaha tirai pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi adalah Rp.126.000.000/tahun dengan
biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 36.000.000/tahun. Biaya produksi
tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 8.327.500 dan biaya tidak tetap
sebesar Rp.27.672.500. Dari hasil analisa data, didapatkan bahwa keuntungan yang
15
diperoleh pada tirai pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi sebesar Rp.
90.000.000/tahun. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha (B/C), yaitu perbandingan
total pendapatan dengan total biaya produksi yang lebih besar dari satu, yaitu
memiliki angka perbandingan 3,05, atau 3,05 > 0, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha tirai pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi ini dapat dikatakan
menguntungkan dan layak dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatriani, 2010. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Atap Rumbia (Metroxylon sagu
Rottb) di Desa Jambu Hulu Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu
Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
16
Amuntai Tidore.
Heyne, K. 2012. Tumbuhan Berguna Indonesia I, Badan LitBang Dep.Kehutanan,
Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Penerbit PT. Indeks.
Jakarta.
Supranto dan Nandan. 2007. Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Revisi.
Rineka Cipta. Jakarta.
17
18
19
20