KOSMETOLOGI
Disusun oleh :
( Kelompok 4C )
BAB I
PENDAHULUAN
Kebersihan diri merupakan suatu yang penting dalam kehidupan. Untuk mencapainya
dibuatlah suatu produk yang membantu meningkatkan kebersihan diri. Produk-produk ini
termasuk kedalam golongan sediaan kosmetik. Salah satu bagian tubuh yang sangat diajaga
kebersihan nya adalah mulut. Umumnya untuk membersihkan mulut dilakukan penyikatan
gigi untuk merawat dan membersihkan gigi, baik setelah makan dan juga sebelum tidur.
Namun hanya dengan melakukan penyikatan gigi, kebersihan mulut tidak tercapai
dengan maksimal karena hanya membersihkan bagian gigi. Untuk membersihkan rongga
mulut secara menyeluruh dibuatlah sediaan mouthwash. Menurut Scoville’s (1975),
mouthwash adalah suatu cairan dengan rasa dan bau yang menyenangkan, digunakan untuk
membersihkan mulut. Dalam Remingtons Pharmaceutical Science edisi 18 dijelaskan,
mouthwash adalah suatu larutan cair dimana paling sering digunakan untuk penghilang bau,
penyegar atau efek antiseptik atau untuk mengontrol plak.
1. Mouthwash kosmetik terdiri dari air (dan biasanya alkohol, pengaroma atau pewarna)
juga dapat mengandung bahan-bahan surfaktan untuk tujuan dalam membantu
kelarutan dari minyak esensialdan membantu dalam penetrasi dan pembersihan mulut
dan gigi
2. Mouthwash dimana tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan atau memusnahkan
bakteri normal yang ditemukan dalam jumlah besar pada rongga mulut. Bahan-Bahan
antiseptik bertanggung jawab untuk efek ini yang harus dapat dibawa dalam larutan
baik secara fisik maupun kimia.
3. Mouthwash astrigent dimana dalam penambahannya untuk efek langsung pada
mukosa oral, juga memberikan tujuan flokulasi dan pengendapan bahan protein
sehingga dapat dihilangkan dengan cara pembilasan.
4. Mouthwash pekat yang dirancang untuk penggunaan setelah diencerkan
5. Mouthwash dapar dimana aksi utamanya tergantung pada ph larutan sebagai contoh
sediaan alkali, mungkin membantu dalam mengurangi lendir maupun saliva.
6. Mouthwash penghilang bau dimana tergantung pada aksi antibakterinya atau pada
mekanisme lain yang tidak berhubungan dengan aksi lain untuk efeknya.
7. Mouthwash terapeutik dimana diformulasikan untuk tujuan meringankan infeksi,
mencegah karies gigi, atau meringankan beberapa kondisi patologikal lain pada
mulut, gigi atau kerongkongan.
1.2 Tujuan
1) Memberikan inovasi baru dari salah satu produk kosmetik, yakni Mouthwash dengan
ekstrak apel.
2) Memudahkan para konsumen dalam merawat kesehatan rongga mulut, gusi, dan gigi.
1.3 Manfaat
1) Memberikan pilihan lain kepada konsumen dalam memilih produk kosmetik yang
berkualitas.
2) Produk ini dapat memberikan cukup banyak manfaat, yakni membunuh bakteri,
sebagai penyegar, menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapetik
dengan meringankan infeksi atau mencegah karies.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apel
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Apel (Pyrus malus L.) Varietas Malang
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Pyrus
Spesies : Pyrus malus Linn
(Plantamor.com)
Kandungan yang terdapat dalam buah apel antara lain, tannin adalah zat yang
berfungsi membersihkan dan menyegarkan mulut sehingga dapat mencegah kerusakan gigi
dan penyakit gusi. Tannin mengandung zat yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit
gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak, berfungsi mencegah infeksi saluran kencing dan
menurunkan risiko penyakit jantung (Jurnal American Dental Association 1998). Asam malat
dengan kadar tertentu diduga dapat membantu melarutkan noda pada gigi (Shatikah, 2010).
Apel juga mengandung berbagai senyawa yang dapat menyehatkan gigi dan mulut.
Tanin di dalam apel merupakan zat yang dapat membersihkan dan menyegarkan mulut,
sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit periodontal. Apel mengandung zat
fitokimia antara lain flavonoid dan polifenol dalam konsentrasi cukup besar. Salah satu
kandungan antioksidan pada apel yaitu katekin adalah bagian dari senyawa polifenol yang
diketahui memiliki sifat antibakteri (Kasamuddin, 2012). Katekin merupakan senyawa
polifenol yang terkandung dalam buah dan daun apel (Dewi R, 2011).
Penelitian pada apel menemukan bahwa katekin pada apel mempunyai aktivitas
antistreptokokus yang dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh S. mutans dan S.
sobrinus. Katekin juga menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase pada S. mutans dan
S. sobrinus yang merupakan enzim penting dalam proses fermentasi sukrosa. Polifenol juga
dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Polifenol mengikat permukaan
protein bakteri dan menurunkan hidrofobisitas sehingga menyebabkan agregasi/perlengketan
bakteri pada permukaan email akan berkurang (Kasamuddin, 2012). Selain itu, jus Apel
dengan konsentrasi 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus, salah satu
bakteri penyebab karies gigi (Kasamuddin dan Ashariah, 2011).
Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk
meningkatkan kesehatan rongga mulut, setetika, dan kesegaran nafas (Power dan Sakaguchi,
2006). Obat kumur dapat digunakan juga sebagai agen anti-inflamasi dan analgesik topikal
(Farah et al., 2009).
Obat kumur sama seperti pasta gigi mempunyai fungsi yang dapat dikategorikan
sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya (Harris and Christen, 1987). Obat kumur dapat
digunakan untuk membunuh bakteri, sebagai penyegar, menghilangkan bau tak sedap, dan
memberikan efek terapetik dengan meringankan infeksi atau mencegah karies (Combe,
1992). Keefektifan obat kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang
paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi
penggunaannya tidak bisa sebagai substitusi sikat gigi (Claffey, 2003).
2.2.3 Komposisi Obat Kumur
Menurut Powers dan Sakaguchi (2006), komposisi obat kumur terdiri atas tiga
komponen utama yaitu :
1) Bahan aktif, yang secara spesifik dipilih untuk kesehatan rongga mulut seperti
antikaries, antimikroba, pemberian flouride, atau pengurangan adhesi plak.
2) Pelarut, biasanya yang digunakan adalah air atau alkohol. Alkohol biasanya
digunakan untuk melarutkan bahan aktif, menambah rasa, dan bahan tambahan untuk
memparlama masa penyimpanan.
3) Surfaktan, untuk menghilangkan plak pada gigi dan melarutkan bahan lain. Sebagai
bahan tambahannya digunakan flavouring agent seperti eucalyptol, mentol, timol, dan
metil salisilat yang digunakan untuk menyegarkan nafas.
Volpe (1977) menyebutkan bahan dasar pembuatan obat kumur adalah air, alkohol, bahan
penyedap rasa, dan bahan pewarna. Bahan-bahan lain yang dapat ditambahkan yakni
humektan, surfaktan, bahan antimikroba, pemanis, dan bahan terapeutik.
2.2.4 Humektan
2.2.5 Surfaktan
2.3 Preformulasi
1. Ekstrak Apel
Nama latin Pyrus malus L
Varietas Rome Beauty (Apel Malang)
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheabianta
Superdivisi : Spermatophyto
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Pyrus
Spesies : Pyrus malus (L)
Kandungan kimia Polifenol, katekin, tanin, flavonoid, asam malat.
Bagian tanaman Daging buah. Katekin merupakan senyawa polifenol yang
yang digunakan terkandung dalam buah dan daun Apel.
Fungsi Antibakteri. Katekin merupakan senyawa fenol yang memiliki
aktivitas sebagai antibakteri.
Sumber : American Dental Association, 1998 ; Shatikah, 2010; Kasamuddin,
2012 ; Kasamuddin dan Ashariah, 2011; Dewi R, 2011.
2. Oleum Mentha
Nama lain Peppermint oil; oil; peppermint; oil of peppermint; Mentha
pipeita oil.
3. Sodium Benzoat
Struktur kimia
Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada 20°C
Etanol 95% 1 dalam 75 bagian
Etanol 90% 1 dalam 50 bagian
Air 1 dalam 1,8 bagian
1 dalam 1,4 bagian pada suhu
100°C
Fungsi Pengawet antimikroba.
4. Gliserin
Struktur kimia
Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada 20°C
Aseton Sedikit larut
Benzena & Kloroform Praktis tidak larut
Etanol (95%) Larut
Eter Larut dalam 500 bagian
Etil asetat Larut dalam II bagian
Metanol Larut
Minyak Praktis tidak larut
Air Larut
Titik Didih
290°C
http://www.tomsofmaine.com/ingredients/overlay/glycerin.
6. Na Sakarin
Struktur kimia
Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada 20°C
Etanol 1 dalam 102
Etanol (95%) 1 dalam 50
Propilen Glikol 1 ddalam 3.5
Propan-2-ol Praktis tidak larut
Air 1 dalam 1.2
pH 6,6 (10% b/v larutan encer)
Fungsi Sweetening agent.
7. Aquadest
Pemerian Kata ‘air’ digunakan untuk menjelaskan air yang dapat diminum
yang secara segar diperoleh langsung dari pasokan umum dan
sesuai untuk diminum. Air digunakan dalam industri
farmasetikadan terkait disiplin diklarifikasikan sebagai air yang
dapat diminum, air terpurifikasi, air terfurifikasi steril, air untuk
injeksi (WFI), air steril untuk injeksi, air bakteriostatik untuk
injeksi, air steril untuk irigasi, atau air steril untuk inhalasi.
Validasi dibutuhkan untuk seluruh sistem produksi air yang
terindikasi, dengan pengeculian air dapat diminum. Komposisi
kimiawi dari air yang dapat diminum bervariasi, dan pengotor
alami serta komposisi pengotor di dalamnya bergantung pada
sumber dimana air tersebut diperoleh. Air berupa cairan jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Stabilitas & Air secara kimiawi stabil dalam segala bentuk fisik (es,cairan,
Penyimpanan dan gas). Untuk air terpurifikasi disimpan dalam wadah tertutup
rapat. Jika disimpan dalam bulk, kondisi penyimpanan harus
dirancang untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan
mencegah adanya kontaminan lain.
BAB III
METODOLOGI
100%-(10%+1%+1%+0,1%+0,4%+0,4%)= 97,1%
Ditambahkan Na benzoat +
Aquadest (sedikit saja) diaduk
hingga homogen
Keterangan:
Evaluasi sediaan obat kumur dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari sediaan obat
kumur yang telah dibuat. Pengamatan sediaan meliputi evaluasi secara umum, diantaranya
(Ade Novero, 2014) :
Pengamatan Organoleptis
Pengamatan sediaan obat kumur dilakukan dengan mengamati dari segi penampilan dan
aroma sediaan uji.
Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH indikator. Tujuan dari uji pH adalah
untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat sudah memenuhi pH yang telah ditetapkan.
Secara umum pH obat kumur berkisar antara 5-6.
Uji Kejernihan
Pada umumnya sediaan obat kumur biasanya jernih, namun ada juga obat kumur yang pekat
dan harus diencerkan terlebih dahulu. Uji kejernihan ini dilakukan dengan cara melihat
sediaan obat kumur langsung dengan kasat mata.
Uji Panelis
Uji panelis dilakukan agar dapat mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap
formula yang dibuat. Uji ini dilakukan terhadap orang sukarelawan, dengan cara mengambil
sediaan obat kumur sedikit lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut dan berkumur-kumur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan Organoleptis
1. Warna
Mint
2. Bau
Pedas
3. Rasa
2. Pemeriksaan Kejernihan
Hari 1 Hari 6
4. Pemeriksaan Panelis/Hedonik
3. Kenyamanan Kurang
nyaman
karena pedas
Nyaman
Gamal
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan Mouthwash dengan ekstrak Apel
(Pyrus malus L.) varietas Malang. Kami memilih membuat sediaan Mouthwash karena
penyakit pada gigi dan rongga mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak
diderita masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
diderita oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia dan salah satu penyebab karies gigi
adalah plak (Dewi R, 2011). Sedangkan, Mouthwash memiliki kemampuan untuk
menjangkau tempat yang paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak
pembentukan plak (Claffey, 2003), sehingga hal ini menjadi alasan kami memilih sediaan
Mouthwash.
Mouthwash merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk
meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (Power dan Sakaguchi,
2006). Mouthwash dapat digunakan untuk membunuh bakteri, menghilangkan bau tak sedap,
dan mencegah karies (Akande et al, 2004). Mouthwash harus bersifat antiseptik dengan
mengurangi pertumbuhan patogen mulut sehingga pembentukan plak gigi berkurang. Akan
tetapi, Mouthwash yang beredar di pasaran masih banyak mengandung alkohol yang
berfungsi sebagai antiseptik dan penambah rasa, padahal alkohol pada Mouthwash dapat
membuat permukaan jaringan lunak mulut (mukosa) menjadi kering serta pedas berlebih,
sehingga Mouthwash yang tidak mengandung alkohol justru lebih populer (Klokkevold, 2008
dalam Liliana, 2009). Oleh karena itu, kami memilih membuat sediaan Mouthwash yang
tidak mengandung alkohol dan kami menggantikan fungsi dari alkohol dengan ekstrak
sebagai zat aktif yang memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak yang kami pilih adalah ekstrak
Apel varietas Malang, dimana di dalam buah apel (Pyrus malus L.) terdapat katekin yang
mampu menghambat pembentukan plak gigi dengan cara menghambat proses glikosilasi dan
membunuh bakteri pada plak (Dewi R, 2011). Katekin merupakan komponen senyawa fenol
yang terdapat pada Apel diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Jus Apel dengan konsentrasi
10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus, salah satu bakteri penyebab
karies gigi (Kasamuddin dan Ashariah, 2011). Selain itu, kami memilih Apel varietas Malang
yang berasal dari Malang, Jawa Timur, Indonesia, karena kami ingin memanfaatkan hasil
buah dari Indonesia.
Bahan untuk pembuatan Mouthwash terdiri atas tiga komponen utama, yaitu bahan
aktif, pelarut, dan surfaktan. Sebagai bahan tambahan digunakan flavouring agent ( Powers
dan Sakaguchi, 2006). Berikut bahan-bahan pada formula Mouthwash pada praktikum ini:
1. Ekstrak Apel, digunakan Apel varietas Malang yang berperan sebagai zat aktif
yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Lactobacillus yang
merupakan salah satu bakteri penyebab karies gigi. Konsentrasi yang digunakan
dalam formula adalah 10% dimana dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Lactobacillus (Kasamuddin dan Ashariah, 2011).
2. Oleum Mentha, digunakan sebagai flavoring agent atau zat pengaroma dan perasa
dimana oleum mentha memiliki aroma mint dengan rasa pedas, sehingga
memberikan kesegaran pada sediaan. Konsentrasi yang digunakan dalam formula
adalah 0,4% dimana sudah memberikan aroma mint yang cukup serta rasa yang
cukup pedas.
3. Natrium Benzoat, digunakan sebagai pengawet antimikroba yang diperlukan
untuk menjaga sediaan awet dalam jangka penyimpanan tertentu. Konsentrasi
yang digunakan dalam formula adalah 0,4% yang masih berada dalam rentang
literatur, yaitu 0,1-0,5% (HOPE, 6th Edition).
4. Gliserin, digunakan sebagai humektan yang berfungsi menjaga kelembutan
Mouthwash dan menceegah terjadinya pengerasan (Cawson dan Spector, 1987).
Konsentrasi yang digunakan dalam formula adalah 1% yang masih berada dalam
rentang literatur, yakni ≤ 30% (HOPE, 6th Edition).
5. Tween 80, digunakan sebagai emulsifier atau surfaktan yang berfungsi sebagai
agen pembusa dan membantu pengangkatan plak dan sisa-sisa makanan dari gigi.
Pembentukan busa pada obat kumur bertujuan menunrunkan tegangan permukaan
dan memungkinkan pembersihan sampai ke sela-sela gigi. Surfakatan dapat
berinteraksi dengan kotoran-kotoran pada gigi membentuk misel, sehingga proses
ini membantu pencegahan plak pada gigi (Shanebrook, 2004). Surfaktan juga
digunakan untuk mencapai produk akhir yang jernih (Mitsui, 1997) dan
membantu melarutkan bahan lain (Powers dan Sakaguchi, 2006). Konsentrasi
yang digunakan dalam formula adalah 1% yang masih berada dalam rentang
literatur, yakni 1-10% (HOPE, 6th Edition).
6. Natrium sakarin, digunakan sebagai pemanis yang berfungsi memberikan rasa
manis untuk memperbaiki rasa yang ditimbulkan oleh bahan-bahan lain yang
terdapat ddalam formula. Konsentrasi yang digunakan dalam formula adalah 0,1%
yang masih berada dalam rentang literatur, yakni 0,075-0,6% (HOPE, 6th Edition).
7. Pewarna hijau, digunakan sebagai pewarna yang memberikan warna hijau. Jumlah
yang digunakan dalam formula 100 ml adalah 0,25 tetes atau 1 tetes dalam 400 ml
yang memberikan warna yang cukup menarik.
8. Aquadest, digunakan sebagai pelarut yang menjadi bahan dominan dalam sediaan
Mouthwash.
Menurut Harry (1992), proses pembuatan sediaan Mouthwash secara umum, yaitu
melarutkan bahan yang larut air dalam fase air dan melarutkan bahan yang tidak larut air
serta emulsifier dalam fase lain. Setelah masing-masing fase melarut, kedua fase tersebut
dicampurkan sehingga menghasilkan larutan jernih dan disaring atau filtrasi untuk
memperoleh sediaan yang jernih. Pada praktikum ini, prosedur kerja yang kami lakukan
diadopsi dari literatur tersebut dan disesuaikan dengan bahan-bahan yang digunakan.
Sebelumnya, dilakukan proses pengambilan ekstrak dari buah Apel varietas Malang. 1
buah Apel 155 gram dikupas kulit dan digunakan daging buahnya. Kemudian, daging buah
diparut dan diperas sehingga diperoleh sari daging buah Apel. Lalu, sari daging buah Apel
tersebut disaring dengan beberapa kasa dan kertas saring. Hasil akhir diperoleh 41 ml dari 1
buah Apel 155 gram.
Selanjutnya, prosedur kerja dimulai dengan melarutkan bahan-bahan yang larut air
dalam fase air (M1). Natrium sakarin digerus terlebih dahulu agar proses pelarutan lebih
mudah. Kemudian natrium sakarin ditambahkan sedikit air dan diaduk hingga homogen.
Selanjutnya, ditambahkan natrium benzoat dan gliserin kemudian diaduk hingga homogen.
Kemudian ditambahkan ekstrak Apel varietas Malang (M1). Di fase lain yang tidak larut air,
dilarutkan oleum mentha dengan Tween 80 dan diaduk hingga homogen dan larut (M2). Lalu,
M1 dan M2 dicampurkan dan diaduk hingga homogen. Proses pelarutan yang terpisah ini
dimaksudkan agar sebelum dicampurkan, masing-masing fase sudah larut sempurna sehingga
akan tercampur merata. Tween 80 berfungsi sebagai emulsifier dan surfaktan sehingga oleum
mentha yang bersifat minyak dapat larut dalam fase air dan membentuk larutan jernih.
Kemudian ditambahkan pewarna hijau dan digenapkan 100 ml dengan aquadest.
Selanjutnya, dilakukan uji kejernihan pada sediaan Mouthwash tersebut. Uji ini
dilakukan dengan cara melihat sediaan Mouthwash secara langsung dengan kasat mata.
Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan Mouthwash yang kami buat dapat dikatakan jernih
dan tidak terdapat partikulat-partikulat besar di dalamnya. Pada umumnya, sediaan
Mouthwash merupakan larutan jernih dan penggunaan surfaktan dalam formula pun
membantu larutan agar jernih karena fungsi surfaktan yang menggabung dua fase yang
berbeda sehingga dapat tercampur dengan homogen.
Selanjutnya, dilakukan uji pH. Tujuan uji pH adalah untuk mengetahui apakah
sediaan yang dibuat sudah memenuhi standar pH yang telah ditetapkan. Secara umum pH
Mouthwash berkisar antara 5-6. Jika pH < 5 maka sediaan terlalu asam sehingga akan
menyebabkan semakin banyaknya pertumbuhan bakteri dan jika pH > 6 maka sediaan terlalu
basa sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur dan mengakibatkan sariawan (Ade Novero,
2014). Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan Mouthwash memiliki pH 5, baik saat hari 1
maupun hari 6 setelah pembuatan sediaan. Hasil ini sesuai dengan literatur sehingga dapat
dikatakan pH sediaan sudah baik.
Selanjutnya, dilakukan uji panelis atau hedonik. Uji panelis dilakukan agar dapat
mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap formula yang dibuat. Konsumen dapat
menilai apakah sediaan Mouthwash yang kami buat nyaman digunakan dan segar di mulut.
Uji ini kami lakukan terhadap dua orang sukarelawan, dengan mengambil sedikit sediaan
Mouthwash lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut dan berkumur-kumur. Berdasarkan hasil
pengamatan, kedua sukarelawan memiliki pendapat berbeda dari segi rasa dan kenyamanan.
Sukarelawan Ambar menilai bahwa rasa sediaan pedas sehingga menjadi kurang nyaman saat
digunakan, sedangkan sukarelawan Gamal menilai bahwa kurang terasa mint/pedas pada
sediaan dan dirasakan sudah termasuk nyaman saat digunakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah kami lakukan, didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Ekstrak daging buah Apel (Pyrus malus) varietas Malang dapat dibuat dalam bentuk
sediaan Mouthwash.
2. Fungsi Mouthwash dengan ekstrak Apel adalah menyegarkan nafas, menghilangkan
plak, dan meningkatkan kesehatan rongga mulut.
3. Sediaan Mouthwash yang dihasilkan memiliki organoleptis yang baik, kejernihan
yang baik, dan pH yang baik. Akan tetapi, saat dinilai oleh konsumen belum
memberikan hasil yang sesuai.
5.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut dan menghasilkan sediaan yang lebih baik, terdapat
beberapa saran, yaitu:
1. Perlunya penambahan sukarelawan dalam uji panelis, agar lebih tergambar apakah
formula yang dibuat sudah sesuai dengan konsumen secara umum.
2. Perlunya dilakukan proses penyaringan sediaan Mouthwash dengan penyaringan
berseri dan diakhiri dengan penyaring submicron sesuai dengan proses pembuatan
Mouthwash yang tertera dalam Harry’s Cosmeticology 8th Edition.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Novero, 2014. Formula Obat Kumur Antiseptik Ekstrak Daun Salam (Eugenia
polyantha Wight).
Akande, et al. 2004. Efiicacy of Different Brands of Mouthwash Rinses on Oral Bacterial
Loud Count in Healthy Adults. African Journal of Biomedical Research.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon
Willy and Son, Inc
Calffey, N. 2003. Essential Oil Mouthwash: A Key Component in Oral Health Management.
J Clin Periodontal, 30 (suppl. 5): 22-24.
Cawson, R. A. and Spector R. G., 1987, Clinical Pharmacology In Dentistry, 4th ed, 89,
Churchill Livingstone, Edinburgh
Claffey, N., 2003. Essential oil mouthwash: a key component in oral health management. J
Clin Periodontal, 30 (suppl. 5): 22-24
Dewi, Reska. 2011. Pengaruh Pasta Gigi dengan Kandungan Buah Apel (Pyrus malus)
Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Farah, C. S., Lidija M. And Michael J. M., 2009. Mouthwash, Australian Prescribes,
Genaro, R. A., 1990, Rhemington’s Pharmaceutikal Science, 18th Ed., 207, Mack Printing
Company, Easton.
Harry, R. G. 1982. Harry’s Cosmeticology 8th Edition. New York: Chemical Publishing
Company Inc.
Jackson, E. B., 1995, Sugar Confectionery Manufacture, second Edition, 89, Cambridge
University Press, Cambridge.
Kasamuddin dan Ashariah. 2011. Efektivitas Antibakteri Apel Varietas Malang terhadap
Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Liliana. 2009. Pengaruh Tween 80 sebagai Surfaktan terhadap Efektifitas Daya Antibakteri
Minyak Cengkeh dalam Sediaan Obat Kumur. Surabaya: Widya Mandala Catholic
University.
Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, 57, Elsevier, Tokyo.Shanebrook, A. C., 2004,
Formulation and Use of Surfactants In Toothpastes.
Parrot, Augenel (1971) “Pharmaceutical Technologi” Durgers Publishing Company ;
Minnespolis
Power, J. M. And Sakaguchi, R. I. 2006. Craig’s Restorative Dental Material. 12th ed.
Toronto: C. V. Mosby Co.
Scoville;s (1975) “The Art of Coumpounding ninth edition” Megraw, Hill Book Company,
New York
Volpe, A. R., 1997. Dentrifices and Mouthrinses, dalam Caldwell, R. C. dan Stallard, R. E.,
(editor), A Text Book of Preventive Dentistry, 175, 183, W. B. Saunders Co.,
Philadelphia.
LAMPIRAN
Ekstrak apel 10 gram Oleum mentha 0,4 gram Na Benzoat 0,4 gram
Aquadest 91 gram
.