Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

KOSMETOLOGI

SEDIAAN MOUTHWASH DENGAN

EKSTRAK APEL VARIETAS MALANG

Disusun oleh :

( Kelompok 4C )

Auliyani Rosdiana K (1113102000015)

Fairuza Ajeng Pramesi (1113102000056)

Sri Komalasari (1113102000057)

Primo Bittaqwa (1113102000063)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


JUNI/2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebersihan diri merupakan suatu yang penting dalam kehidupan. Untuk mencapainya
dibuatlah suatu produk yang membantu meningkatkan kebersihan diri. Produk-produk ini
termasuk kedalam golongan sediaan kosmetik. Salah satu bagian tubuh yang sangat diajaga
kebersihan nya adalah mulut. Umumnya untuk membersihkan mulut dilakukan penyikatan
gigi untuk merawat dan membersihkan gigi, baik setelah makan dan juga sebelum tidur.

Namun hanya dengan melakukan penyikatan gigi, kebersihan mulut tidak tercapai
dengan maksimal karena hanya membersihkan bagian gigi. Untuk membersihkan rongga
mulut secara menyeluruh dibuatlah sediaan mouthwash. Menurut Scoville’s (1975),
mouthwash adalah suatu cairan dengan rasa dan bau yang menyenangkan, digunakan untuk
membersihkan mulut. Dalam Remingtons Pharmaceutical Science edisi 18 dijelaskan,
mouthwash adalah suatu larutan cair dimana paling sering digunakan untuk penghilang bau,
penyegar atau efek antiseptik atau untuk mengontrol plak.

Mouthwash adalah larutan yang digunakan untuk membersihkan mulut atau


pengobatan kondisi penyakit pada membran mukosa oral (Parrot, 1971). Mouthwash dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Balsam,1972):

1. Mouthwash kosmetik terdiri dari air (dan biasanya alkohol, pengaroma atau pewarna)
juga dapat mengandung bahan-bahan surfaktan untuk tujuan dalam membantu
kelarutan dari minyak esensialdan membantu dalam penetrasi dan pembersihan mulut
dan gigi
2. Mouthwash dimana tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan atau memusnahkan
bakteri normal yang ditemukan dalam jumlah besar pada rongga mulut. Bahan-Bahan
antiseptik bertanggung jawab untuk efek ini yang harus dapat dibawa dalam larutan
baik secara fisik maupun kimia.
3. Mouthwash astrigent dimana dalam penambahannya untuk efek langsung pada
mukosa oral, juga memberikan tujuan flokulasi dan pengendapan bahan protein
sehingga dapat dihilangkan dengan cara pembilasan.
4. Mouthwash pekat yang dirancang untuk penggunaan setelah diencerkan
5. Mouthwash dapar dimana aksi utamanya tergantung pada ph larutan sebagai contoh
sediaan alkali, mungkin membantu dalam mengurangi lendir maupun saliva.
6. Mouthwash penghilang bau dimana tergantung pada aksi antibakterinya atau pada
mekanisme lain yang tidak berhubungan dengan aksi lain untuk efeknya.
7. Mouthwash terapeutik dimana diformulasikan untuk tujuan meringankan infeksi,
mencegah karies gigi, atau meringankan beberapa kondisi patologikal lain pada
mulut, gigi atau kerongkongan.

1.2 Tujuan
1) Memberikan inovasi baru dari salah satu produk kosmetik, yakni Mouthwash dengan
ekstrak apel.
2) Memudahkan para konsumen dalam merawat kesehatan rongga mulut, gusi, dan gigi.

1.3 Manfaat
1) Memberikan pilihan lain kepada konsumen dalam memilih produk kosmetik yang
berkualitas.
2) Produk ini dapat memberikan cukup banyak manfaat, yakni membunuh bakteri,
sebagai penyegar, menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapetik
dengan meringankan infeksi atau mencegah karies.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apel
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Apel (Pyrus malus L.) Varietas Malang
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Pyrus
Spesies : Pyrus malus Linn
(Plantamor.com)

Gambar 1. Apel (Pyrus malus L.) varietas Malang


Sumber : (Shatikah, 2010)

2.1.2 Kandungan dan Fungsi Buah Apel

Kandungan yang terdapat dalam buah apel antara lain, tannin adalah zat yang
berfungsi membersihkan dan menyegarkan mulut sehingga dapat mencegah kerusakan gigi
dan penyakit gusi. Tannin mengandung zat yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit
gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak, berfungsi mencegah infeksi saluran kencing dan
menurunkan risiko penyakit jantung (Jurnal American Dental Association 1998). Asam malat
dengan kadar tertentu diduga dapat membantu melarutkan noda pada gigi (Shatikah, 2010).
Apel juga mengandung berbagai senyawa yang dapat menyehatkan gigi dan mulut.
Tanin di dalam apel merupakan zat yang dapat membersihkan dan menyegarkan mulut,
sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit periodontal. Apel mengandung zat
fitokimia antara lain flavonoid dan polifenol dalam konsentrasi cukup besar. Salah satu
kandungan antioksidan pada apel yaitu katekin adalah bagian dari senyawa polifenol yang
diketahui memiliki sifat antibakteri (Kasamuddin, 2012). Katekin merupakan senyawa
polifenol yang terkandung dalam buah dan daun apel (Dewi R, 2011).

Penelitian pada apel menemukan bahwa katekin pada apel mempunyai aktivitas
antistreptokokus yang dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh S. mutans dan S.
sobrinus. Katekin juga menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase pada S. mutans dan
S. sobrinus yang merupakan enzim penting dalam proses fermentasi sukrosa. Polifenol juga
dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Polifenol mengikat permukaan
protein bakteri dan menurunkan hidrofobisitas sehingga menyebabkan agregasi/perlengketan
bakteri pada permukaan email akan berkurang (Kasamuddin, 2012). Selain itu, jus Apel
dengan konsentrasi 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus, salah satu
bakteri penyebab karies gigi (Kasamuddin dan Ashariah, 2011).

2.2 Obat Kumur

2.2.1 Definisi Obat Kumur

Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk
meningkatkan kesehatan rongga mulut, setetika, dan kesegaran nafas (Power dan Sakaguchi,
2006). Obat kumur dapat digunakan juga sebagai agen anti-inflamasi dan analgesik topikal
(Farah et al., 2009).

2.2.2 Fungsi Obat kumur

Obat kumur sama seperti pasta gigi mempunyai fungsi yang dapat dikategorikan
sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya (Harris and Christen, 1987). Obat kumur dapat
digunakan untuk membunuh bakteri, sebagai penyegar, menghilangkan bau tak sedap, dan
memberikan efek terapetik dengan meringankan infeksi atau mencegah karies (Combe,
1992). Keefektifan obat kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang
paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi
penggunaannya tidak bisa sebagai substitusi sikat gigi (Claffey, 2003).
2.2.3 Komposisi Obat Kumur

Menurut Powers dan Sakaguchi (2006), komposisi obat kumur terdiri atas tiga
komponen utama yaitu :

1) Bahan aktif, yang secara spesifik dipilih untuk kesehatan rongga mulut seperti
antikaries, antimikroba, pemberian flouride, atau pengurangan adhesi plak.
2) Pelarut, biasanya yang digunakan adalah air atau alkohol. Alkohol biasanya
digunakan untuk melarutkan bahan aktif, menambah rasa, dan bahan tambahan untuk
memparlama masa penyimpanan.
3) Surfaktan, untuk menghilangkan plak pada gigi dan melarutkan bahan lain. Sebagai
bahan tambahannya digunakan flavouring agent seperti eucalyptol, mentol, timol, dan
metil salisilat yang digunakan untuk menyegarkan nafas.

Volpe (1977) menyebutkan bahan dasar pembuatan obat kumur adalah air, alkohol, bahan
penyedap rasa, dan bahan pewarna. Bahan-bahan lain yang dapat ditambahkan yakni
humektan, surfaktan, bahan antimikroba, pemanis, dan bahan terapeutik.

2.2.4 Humektan

Humektan adalah suatu bahan yang dapat mempertahankan kelembapan dan


sekaligus mempertahankan air yang ada pada sediaan. Humektan dapat juga melindungi
komponen-komponen yang terikat kuat dalam bahan yang belum mengalami kerusakan
termasuk kadar air, kadar lemak, dan komponen lainnya (Jackson, 1995). Dalam sediaan obat
kumur humektan berfungsi menjaga kelembutan obat kumur dan mencegah terjadinya
pengerasan. Bahan-bahan yang digunakan sebagai humektan antara lain adalah sorbitol,
propilenglikol, dan gliserin (Cawson dan Spector, 1987).

2.2.5 Surfaktan

Surfaktan adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air/larutan.


Aktivitas surfaktan diperoleh karena memiliki sifat ganda dari molekulnya. Molekul
surfaktan memiliki sifat polar (gugus hidrofilik) dapat dengan mudah larut di dalam air dan
sifat non polar (gugus hidrofobik) yang mudah larut dalam minyak (Genaro, 1990).
Penggunaan surfaktan pada obat kumur mempunyai fungsi sebagai agen pembusa dan
membantu pengangkatan plak dan sisa-sisa makanan dari gigi. Pembentukan busa pada obat
kumur bertujuan menurunkan tegangan permukaan dan memungkinkan pembersihan sampai
ke sela-sela gigi. Surfaktan dapat berinteraksi dengan kotoran-kotoran pada gigi membentuk
misel, sehingga proses ini membantu pencegahan plak pada gigi (Shanebrook, 2004).
Surfaktan juga digunakan untuk mencapai produk akhir yang jernih (Mitsui, 1997).

2.3 Preformulasi

1. Ekstrak Apel
Nama latin Pyrus malus L
Varietas Rome Beauty (Apel Malang)
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheabianta
Superdivisi : Spermatophyto
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Pyrus
Spesies : Pyrus malus (L)
Kandungan kimia Polifenol, katekin, tanin, flavonoid, asam malat.
Bagian tanaman Daging buah. Katekin merupakan senyawa polifenol yang
yang digunakan terkandung dalam buah dan daun Apel.
Fungsi Antibakteri. Katekin merupakan senyawa fenol yang memiliki
aktivitas sebagai antibakteri.
Sumber : American Dental Association, 1998 ; Shatikah, 2010; Kasamuddin,
2012 ; Kasamuddin dan Ashariah, 2011; Dewi R, 2011.

2. Oleum Mentha
Nama lain Peppermint oil; oil; peppermint; oil of peppermint; Mentha
pipeita oil.

Formula molekul C62H108O7


Berat molekul 965,51672,9/mol
Pemerian Cairan kuning pucat; bau peppermint dan aromatik yang kuat,
rasa manis, seperti balsem, pedas, kemudian dingin.
Kelarutan Sangat sedikit larut dalam air, 1:5 dengan 70% etanol pada suhu
20°C.
Densitas 0,896 – 0,908 pada 25°C.
Stabilitas Baik pada suhu tidak lebih dari 25°C.
Inkompatibilitas Ketika dipanaskan akan terdekomposisi menjadi asap berbau
tajam dan menusuk.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, simpan tidak lebih dari 25°C dan
hindari dari cahaya matahari langsung.
Fungsi Sebagai pengaroma
(Martindale halaman 681)

Sumber : http://pubchem.ncb:nlm.nih.gov ; Martindale halaman 681

3. Sodium Benzoat

Struktur kimia

Rumus molekul C7H5NaO2

Berat molekul 144,11

Pemerian Sodium benzoat berbentuk butiran putih atau kristal, sedikit


berbebtuk bubuk higroskopis; tidak berbau atau dengan bau
samar benzoin dan memiliki rasa manis.

Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada 20°C
Etanol 95% 1 dalam 75 bagian
Etanol 90% 1 dalam 50 bagian
Air 1 dalam 1,8 bagian
1 dalam 1,4 bagian pada suhu
100°C
Fungsi Pengawet antimikroba.

Aplikasi Sodium benzoat digunakan terutama sebagai pengawet


antimikrobandalam kosmetik, makanan dan obat. Hal ini
digunakan dalam konsentrasi dari 0,02-0,5% dalam obat-obatan
oral 0,5% dalam produk parenteral dan 0,1-0,5% dalam
kosmetik.
Stabilitas & Sodium benzoat stabil pada larutan air yang dapat disterilkan
Penyimpanan dengan autoklaf atau filtrasi. Sodium benzoat harus disimpan
dalam wadah tertutup baik, ditempat yang kering dan sejuk.
Inkompatibilitas Sodium benzoat kompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin,
garam besi, garam kalsium, dan garam logam berat termasuk
perak, timah, dan air raksa.

Sumber : HOPE 6th edition, page 627

4. Gliserin

Struktur kimia

Rumus molekul C3H8O3

Berat molekul 92,09

Pemerian Gliserin berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


kental, higroskopis; gliserin memiliki rasa yang manis, sekitar
0,6 kali lebih manis dari sukrosa.

Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada 20°C
Aseton Sedikit larut
Benzena & Kloroform Praktis tidak larut
Etanol (95%) Larut
Eter Larut dalam 500 bagian
Etil asetat Larut dalam II bagian
Metanol Larut
Minyak Praktis tidak larut
Air Larut

Titik Didih
290°C

Titik Leleh 17,8°C

Fungsi Pengawet antimikroba; cosolvent; emolien; humektan:


plasticizer; pelarut; sweetening agent; tonicity agent.
Aplikasi Oral care gliserin menambah konsistensi untuk produk
perawatan mulut dan mencegah mereka mengering. Gliserin
memberikan nuansa yang menyegarkan dimulut, gliserin juga
membantu untuk mengawetkan produk dan ditingkat yang lebih
tinggi dalam mouthwash dan memiliki rasa manis.
Stabilitas & Gliserin bersifat higoskopis. Gliserin murni cenderung untuk
Penyimpanan tidak teroksidasi oleh kondisi penyimpanan biasa dibawah
atmosfer, tetapi gliserin terurai dengan pemanasan dengan
evolusi dan acrolein toksik. Campurnan gliserin dengan air
etanol (95%), dan propilen glikol secara kimia bersifat stabil.
Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah;
kristal tidak meleleh sampai dipanaskan pada suhu 20°C.
Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara, ditempat
yang kering dan sejuk.

Inkompatibilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan agen pengoksidasi


kuat seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium
permanganat. Dalam larutan gliserin, reaksi pada laju yang lebih
lambat dengan beberapa produk oksidasi akan terbentuk.
Perubahan warna hitam dari gliserin terjadi karena adanya
cahaya atau kontak dengan zink oksida atau bismut nitrat.
Kontaminan besi dalam gliserin bertanggung jawab dalam
penggelapan warna dari campuran yang mengandung fenol,
salisilat, dan tanin. Gliserin membentuk kompleks dengan asam
borat, asam gliseroborat yang lebih bersifat asam kuat
dibandingkan asam borat.
Sumber : HOPE 6th edition, page 283;

http://www.tomsofmaine.com/ingredients/overlay/glycerin.

5. Tween 80 / Polyoxyethylene Sorbitan Fatty Acids Ester / Polysorbate 80


Pemerian Polisorbat 80 memiliki bau yang khas dan hangat, rasa agak pahit.
Warna dan bentuk fisik polisorbat 80 pada suhu 25°C adalah cairan
kuning berminyak walaupun harus dicatat bahwa intensitas warna
yang tetap dari produk dapat berubah dari batch ke batch atau dari
pembuat ke pembuat.
Kelarutan Polisorbat 80 larut dalam etanol dan air; tidak larut dalam minyak
mineral dan minyak sayur.
HLB 15,0
Fungsi Agen pendispersi; emulsifying agent; surfaktan nonionik;
solubilizing agent; suspending agent; agen pembasah.
Aplikasi Polisorbat merupakan rangkaian eter asam lemak parsial dari
sorbitol dan kopolimerisasi anhidrat dengan kurang lebih 20,5 ,
atau 4 mol etilen oksida untuk setiap mol dari sorbitol dan anhidrat.
Hasil produk merupakan campuran molekul dari beragam ukuran
dibandingkan senyawa satu ukuran seragam. Polisorbat 80
mengandung 20 unit oksietilen yang merupakan surfaktan nonionik
yang secara luas digunakan sebagai emulsifying agent dalam
sediaan emulsi minyak dalam air yang stabil. Polisorbat juga dapat
digunakan sebagai solubilizing agent untuk beberapa senyawa
termasuk minyak essensial dan vitamin larut lemak, dan sebagai
wetting agent dalam formulasi suspensi oral dan parenteral.
Polisorbat telah digunakan untuk meningkatkan biovailabilitas oral
suatu molekul obat yang merupakan substrat untuk P-glikoprotein.
Polisorbat juga secara luas digunakan dalam produk kosmetik dan
makanan.
Stabilitas dan Polisorbat 80 stabil dengan elektrolit dan asam lemah dan basa;
penyimpanan saponifikasi bertahap dapat terjadi dengan asam kuat dan basa kuat.
Ester asam oleat sensitif terhadap oksidasi. Polisorbat 80
higroskopis dan harus diperiksa kadar air untuk digunakan dan bila
perlu dikeringkan. Polisorbat 80 yang disimpan lama dengan
surfaktan polieksietilen lain dapat mengakibatkan pembentukan
peroksida. Polisorbat 80 harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung dari cahaya ditempat yang kering dan sejuk.
Inkompatibilitas Kerusakan warna atau presipitasi terjadi dengan beberapa senyawa
khususnyanfenol, tanin, dan bahan seperti tar. Aktivitas
antimikroba dari pengawet paraben berkurang dengan adanya
polisorbat.
Sumber : HOPE 6th edition, page 549

6. Na Sakarin

Struktur kimia

Rumus molekul C7H4NNaO3S


Berat molekul 205,16
Pemerian Natrium sakarin berupa serbuk kristal putih, tidak berbau atau
aromatik lemah.

Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada 20°C
Etanol 1 dalam 102
Etanol (95%) 1 dalam 50
Propilen Glikol 1 ddalam 3.5
Propan-2-ol Praktis tidak larut
Air 1 dalam 1.2
pH 6,6 (10% b/v larutan encer)
Fungsi Sweetening agent.

Aplikasi Natrium sakarin adalah agen pemanis yang intensif digunakan


dalam minuman, produk makanan, dan formulasi farmasetik
seperti tablet, bubuk, gel, suspense, larutan, dan mouthwash.
Dapat juga digunakan dalam sediaan vitamin.
Natrium sakarin lebih larut dalam air dibandingkan sakarin, dan
lebih sering digunakan dalam formulasi farmasetik. Kekuatan
pemanis 300-600 kali sukrosa. Natrium sakarin meningkatkan
flavor system dan dapat digunakan untuk menutupi rasa yang
tidak menyenangkan.
Stabilitas & Natrium sakarin stabil dibawah rentang normal dalam kondisi
Penyimpanan formulasi. Hanya ketika natrium sakarin terpapar suhu tinggi
(125oC) pada pH rendah (pH 2) lebih dari 1 jam kan terjadi
dekomposisi secara signifikan.
Natrium sakarin sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat
pada tempat kering.
Inkompatibilitas Natrium sakarin tidak mengalami Mailard browning.
Sumber : HOPE 6th edition, page 608-609

7. Aquadest
Pemerian Kata ‘air’ digunakan untuk menjelaskan air yang dapat diminum
yang secara segar diperoleh langsung dari pasokan umum dan
sesuai untuk diminum. Air digunakan dalam industri
farmasetikadan terkait disiplin diklarifikasikan sebagai air yang
dapat diminum, air terpurifikasi, air terfurifikasi steril, air untuk
injeksi (WFI), air steril untuk injeksi, air bakteriostatik untuk
injeksi, air steril untuk irigasi, atau air steril untuk inhalasi.
Validasi dibutuhkan untuk seluruh sistem produksi air yang
terindikasi, dengan pengeculian air dapat diminum. Komposisi
kimiawi dari air yang dapat diminum bervariasi, dan pengotor
alami serta komposisi pengotor di dalamnya bergantung pada
sumber dimana air tersebut diperoleh. Air berupa cairan jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut-pelarut polar.

Titik leleh 0°C

Titik didih 100°C

Rumus molekul H2O

Berat molekul 18,02

Aplikasi Air secara luas digunakan, sebagai bahan mentah, ingredient,


dan pelarut dalam pengolahan, formulasi, dan pembuatan pada
produk formasetika, active pharmaceutical ingeredients (PAI)
dan intermediet, dan reagen analisis.
Fungsi Pelarut

Stabilitas & Air secara kimiawi stabil dalam segala bentuk fisik (es,cairan,
Penyimpanan dan gas). Untuk air terpurifikasi disimpan dalam wadah tertutup
rapat. Jika disimpan dalam bulk, kondisi penyimpanan harus
dirancang untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan
mencegah adanya kontaminan lain.

Inkompatibilitas Dalam formulasi farmaseutika, air dapat bereaksi dengan obat-


obat dan bahan tambahan (eksipien) lain yang rentan untuk
terhidrolisis (penguraian karena adanya air atau kelembaban)
pada suhu kamar dan suhu yang tinggi. Air dapat bereaksi
dengan kasar dengan logam alkali dan dengan cepat bereaksi
dengan logam alkalin dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga dapat bereaksi dengan garam
anhidrat yang membentuk hidrat pada komposisi yang beragam,
dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida.
Sumber : HOPE 6th edition, page 766

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tanggal : Kamis, 9 Juni 2016


Pukul : 14.30 - selesai
Tempat: Laboratorium PBB Lt. 3 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
- Gelas beker
- Spatel
- Cawan penguap
- Gelas Ukur
- Kaca arloji
- Neraca Analitik
- Batang Pengaduk
- Wadah Mouthwash
- Mortar dan Alu
3.2.2 Bahan
- Ekstrak Apel
- Oleum Mentha
- Natrium Benzoate
- Gliserin
- Tween
- Na Sakarin
- Pewarna
- Aquadest

3.3 Formula Sediaan Mouthwash

No Bahan Konsentrasi Konsentrasi Fungsi


(Formula) (Literatur)
1 Ekstrak Apel 10% 10% Antibakteri
2 Oleum Mentha 0,4% - Flavouring agent
3 Natrium Benzoate 0,4% 0,1-0,5% Pengawet Antimikroba
4 Gliserin 1% <30% Humektan
5 Tween 80 1% 1-10% Emulsifier
6 Na Sakarin 0,1% 0,075-0,5% Pemanis
7 Pewarna Hijau 0,25 tetes - Pewarna
8 Aquadest ad 100% - Pelarut
Sediaan dibuat untuk 100 ml

Keterangan : Formula dibuat berdasarkan : Remington, The Science and Practice of


Pharmacy dan Jurnal Formulasi Sediaan Mouthwash Antibakteri dari Minyak Atsiri Ocimum
basillicum, dalam skripsi : Pengaruh Konsentrasi Tween 80 terhadap Stabilitas Fisik Obat
Kumur Minyak Atsiri Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) dengan modifikasi. Rentang
konsentrasi formula berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient Sixth Edition dan
Jurnal Efektivitas Antibakteri Apel varietas Malang terhadap Pertumbuhan Bakteri
Lactobacillus. (Modifikasi disesuaikan dengan bahan yang tersedia dan dilakukan optimasi
sehingga menghasilkan formula tersebut).

3.4 Penimbangan Bahan

Bahan Kadar Perhitungan Penimbangan


Ekstrak apel 10 % (10/100) ×100 ml 10 gr
Gliserin 1% (1/100) ×100 ml 1 gr
Tween 80 1% (1/100) ×100 ml 1 gr
Na Sakarin 0,2 % (0,1/100) ×100 ml 0,1 gr
Natrium benzoat 0,4 % (0,4/100) ×100 ml 0,4 gr
Oleum mentha 0,4 % (0,4/100) ×100 ml 0,4 gr
Pewarna hijau q.s. Setara dengan 1 tetes Setara dengan 1 tetes
muda pewarna dalam 400 ml air pewarna dalam 400 ml air
Air Ad to 100% Ad to 100 ml Ad to 100 ml

Perhitungan penggunaan air

100%-(10%+1%+1%+0,1%+0,4%+0,4%)= 97,1%

97,1/100 ×100 ml= 97,1 ml


3.5 Prosedur Kerja
M1 (Bahan larut air) M2 (Bahan tidak larut
air)
Na Sakarin + Aquadest
(sedikit saja) diaduk hingga Tween 80 + Oleum mentha
homogen diaduk hingga homogen

Ditambahkan Na benzoat +
Aquadest (sedikit saja) diaduk
hingga homogen

Keterangan:

Tahap Prosedur Kerja


ddiadopsi dari Harry’s
Cosmetology 8th
Ditambahkan pewarna +
Edition dalam cara
Aquadest digenapkan
Ditambahkan Gliserin
Ditambahkan diaduk
gliserin dan Ditambahkan
DitambahkanM1ekstrak
+ M2 pembuatan sediaan
100ml dan masukkan
hingga homogen
diaduk hingga homogen diaduk hingga homogen
apel diaduk hingga Mouthwash
dalam wadah
3.6 Pembuatan Ekstrak Apel

Apel dikupas lalu diparut Sari buah apel lalu


dan kemudian diperas disaring dengan kertas
hingga mendapatkan sari sari sampai didapatkan
buah apel ekstrak apel bening.

Ekstrak apel ditimbang 10 Didapatkan ekstrak apel


gram. (Konsentrasi 10% bening setelah dilakukan
dalam sediaan 100 ml) penyaringan.
3.7 Evaluasi Sediaan Mouthwash

Evaluasi sediaan obat kumur dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari sediaan obat
kumur yang telah dibuat. Pengamatan sediaan meliputi evaluasi secara umum, diantaranya
(Ade Novero, 2014) :

Pengamatan Organoleptis
Pengamatan sediaan obat kumur dilakukan dengan mengamati dari segi penampilan dan
aroma sediaan uji.

Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH indikator. Tujuan dari uji pH adalah
untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat sudah memenuhi pH yang telah ditetapkan.
Secara umum pH obat kumur berkisar antara 5-6.

Uji Kejernihan
Pada umumnya sediaan obat kumur biasanya jernih, namun ada juga obat kumur yang pekat
dan harus diencerkan terlebih dahulu. Uji kejernihan ini dilakukan dengan cara melihat
sediaan obat kumur langsung dengan kasat mata.

Uji Panelis
Uji panelis dilakukan agar dapat mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap
formula yang dibuat. Uji ini dilakukan terhadap orang sukarelawan, dengan cara mengambil
sediaan obat kumur sedikit lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut dan berkumur-kumur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum


Hasil Sediaan
Hasil Dokumentasi

 Sediaan yang dihasilkan adalah


Mouthwash yang dibuat dengan bahan
alami, yaitu ekstrak Apel varietas
Malang
 Ekstrak Apel varietas Malang diperoleh
dari air perasan daging buah Apel

Evaluasi Sediaan Krim Pelembab

1. Pemeriksaan Organoleptis

Warna, Bau dan


No. Hasil
Tekstur Dokumentasi
Hijau

1. Warna

Mint

2. Bau

Pedas
3. Rasa
2. Pemeriksaan Kejernihan

Pemeriksaan Hasil Dokumentasi


Pemeriksaan Kejernihan Jernih

3. Pemeriksaan pH dengan pH indikator universal

Pemeriksaan Hasil Dokumentasi

Pada hari 1 dan


hari 6 setelah
pembuatan,
Pemeriksaan
didapatkan pH
pH
dari sediaan
Mouthwash, yaitu
5

Hari 1 Hari 6

4. Pemeriksaan Panelis/Hedonik

No. Pemeriksaan Hasil Dokumentasi


Ambar Gamal
Rasa pedas Rasa mint
Warna hijau
kurang berasa
Bau mint
Warna hijau
Bau mint
1. Organoleptik

2. Kesegaran Segar Segar


Ambar

3. Kenyamanan Kurang
nyaman
karena pedas
Nyaman

Gamal

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan Mouthwash dengan ekstrak Apel
(Pyrus malus L.) varietas Malang. Kami memilih membuat sediaan Mouthwash karena
penyakit pada gigi dan rongga mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak
diderita masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
diderita oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia dan salah satu penyebab karies gigi
adalah plak (Dewi R, 2011). Sedangkan, Mouthwash memiliki kemampuan untuk
menjangkau tempat yang paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak
pembentukan plak (Claffey, 2003), sehingga hal ini menjadi alasan kami memilih sediaan
Mouthwash.
Mouthwash merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk
meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (Power dan Sakaguchi,
2006). Mouthwash dapat digunakan untuk membunuh bakteri, menghilangkan bau tak sedap,
dan mencegah karies (Akande et al, 2004). Mouthwash harus bersifat antiseptik dengan
mengurangi pertumbuhan patogen mulut sehingga pembentukan plak gigi berkurang. Akan
tetapi, Mouthwash yang beredar di pasaran masih banyak mengandung alkohol yang
berfungsi sebagai antiseptik dan penambah rasa, padahal alkohol pada Mouthwash dapat
membuat permukaan jaringan lunak mulut (mukosa) menjadi kering serta pedas berlebih,
sehingga Mouthwash yang tidak mengandung alkohol justru lebih populer (Klokkevold, 2008
dalam Liliana, 2009). Oleh karena itu, kami memilih membuat sediaan Mouthwash yang
tidak mengandung alkohol dan kami menggantikan fungsi dari alkohol dengan ekstrak
sebagai zat aktif yang memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak yang kami pilih adalah ekstrak
Apel varietas Malang, dimana di dalam buah apel (Pyrus malus L.) terdapat katekin yang
mampu menghambat pembentukan plak gigi dengan cara menghambat proses glikosilasi dan
membunuh bakteri pada plak (Dewi R, 2011). Katekin merupakan komponen senyawa fenol
yang terdapat pada Apel diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Jus Apel dengan konsentrasi
10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus, salah satu bakteri penyebab
karies gigi (Kasamuddin dan Ashariah, 2011). Selain itu, kami memilih Apel varietas Malang
yang berasal dari Malang, Jawa Timur, Indonesia, karena kami ingin memanfaatkan hasil
buah dari Indonesia.

Bahan untuk pembuatan Mouthwash terdiri atas tiga komponen utama, yaitu bahan
aktif, pelarut, dan surfaktan. Sebagai bahan tambahan digunakan flavouring agent ( Powers
dan Sakaguchi, 2006). Berikut bahan-bahan pada formula Mouthwash pada praktikum ini:

1. Ekstrak Apel, digunakan Apel varietas Malang yang berperan sebagai zat aktif
yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Lactobacillus yang
merupakan salah satu bakteri penyebab karies gigi. Konsentrasi yang digunakan
dalam formula adalah 10% dimana dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Lactobacillus (Kasamuddin dan Ashariah, 2011).
2. Oleum Mentha, digunakan sebagai flavoring agent atau zat pengaroma dan perasa
dimana oleum mentha memiliki aroma mint dengan rasa pedas, sehingga
memberikan kesegaran pada sediaan. Konsentrasi yang digunakan dalam formula
adalah 0,4% dimana sudah memberikan aroma mint yang cukup serta rasa yang
cukup pedas.
3. Natrium Benzoat, digunakan sebagai pengawet antimikroba yang diperlukan
untuk menjaga sediaan awet dalam jangka penyimpanan tertentu. Konsentrasi
yang digunakan dalam formula adalah 0,4% yang masih berada dalam rentang
literatur, yaitu 0,1-0,5% (HOPE, 6th Edition).
4. Gliserin, digunakan sebagai humektan yang berfungsi menjaga kelembutan
Mouthwash dan menceegah terjadinya pengerasan (Cawson dan Spector, 1987).
Konsentrasi yang digunakan dalam formula adalah 1% yang masih berada dalam
rentang literatur, yakni ≤ 30% (HOPE, 6th Edition).
5. Tween 80, digunakan sebagai emulsifier atau surfaktan yang berfungsi sebagai
agen pembusa dan membantu pengangkatan plak dan sisa-sisa makanan dari gigi.
Pembentukan busa pada obat kumur bertujuan menunrunkan tegangan permukaan
dan memungkinkan pembersihan sampai ke sela-sela gigi. Surfakatan dapat
berinteraksi dengan kotoran-kotoran pada gigi membentuk misel, sehingga proses
ini membantu pencegahan plak pada gigi (Shanebrook, 2004). Surfaktan juga
digunakan untuk mencapai produk akhir yang jernih (Mitsui, 1997) dan
membantu melarutkan bahan lain (Powers dan Sakaguchi, 2006). Konsentrasi
yang digunakan dalam formula adalah 1% yang masih berada dalam rentang
literatur, yakni 1-10% (HOPE, 6th Edition).
6. Natrium sakarin, digunakan sebagai pemanis yang berfungsi memberikan rasa
manis untuk memperbaiki rasa yang ditimbulkan oleh bahan-bahan lain yang
terdapat ddalam formula. Konsentrasi yang digunakan dalam formula adalah 0,1%
yang masih berada dalam rentang literatur, yakni 0,075-0,6% (HOPE, 6th Edition).
7. Pewarna hijau, digunakan sebagai pewarna yang memberikan warna hijau. Jumlah
yang digunakan dalam formula 100 ml adalah 0,25 tetes atau 1 tetes dalam 400 ml
yang memberikan warna yang cukup menarik.
8. Aquadest, digunakan sebagai pelarut yang menjadi bahan dominan dalam sediaan
Mouthwash.

Pembuatan sediaan Mouthwash dimulai dengan menimbang masing-masing bahan


sesuai jumlah perhitungan bahan yang sudah dilakukan sebelumnya, dengan perhitungan
untuk sediaan 100 ml. Kemudian dilakukan pembuatan sediaan Mouthwash dan dilakukan uji
evaluasi pada sediaan tersebut untuk mengetahui sediaan tersebut layak untuk digunakan atau
tidak.

Menurut Harry (1992), proses pembuatan sediaan Mouthwash secara umum, yaitu
melarutkan bahan yang larut air dalam fase air dan melarutkan bahan yang tidak larut air
serta emulsifier dalam fase lain. Setelah masing-masing fase melarut, kedua fase tersebut
dicampurkan sehingga menghasilkan larutan jernih dan disaring atau filtrasi untuk
memperoleh sediaan yang jernih. Pada praktikum ini, prosedur kerja yang kami lakukan
diadopsi dari literatur tersebut dan disesuaikan dengan bahan-bahan yang digunakan.

Sebelumnya, dilakukan proses pengambilan ekstrak dari buah Apel varietas Malang. 1
buah Apel 155 gram dikupas kulit dan digunakan daging buahnya. Kemudian, daging buah
diparut dan diperas sehingga diperoleh sari daging buah Apel. Lalu, sari daging buah Apel
tersebut disaring dengan beberapa kasa dan kertas saring. Hasil akhir diperoleh 41 ml dari 1
buah Apel 155 gram.

Selanjutnya, prosedur kerja dimulai dengan melarutkan bahan-bahan yang larut air
dalam fase air (M1). Natrium sakarin digerus terlebih dahulu agar proses pelarutan lebih
mudah. Kemudian natrium sakarin ditambahkan sedikit air dan diaduk hingga homogen.
Selanjutnya, ditambahkan natrium benzoat dan gliserin kemudian diaduk hingga homogen.
Kemudian ditambahkan ekstrak Apel varietas Malang (M1). Di fase lain yang tidak larut air,
dilarutkan oleum mentha dengan Tween 80 dan diaduk hingga homogen dan larut (M2). Lalu,
M1 dan M2 dicampurkan dan diaduk hingga homogen. Proses pelarutan yang terpisah ini
dimaksudkan agar sebelum dicampurkan, masing-masing fase sudah larut sempurna sehingga
akan tercampur merata. Tween 80 berfungsi sebagai emulsifier dan surfaktan sehingga oleum
mentha yang bersifat minyak dapat larut dalam fase air dan membentuk larutan jernih.
Kemudian ditambahkan pewarna hijau dan digenapkan 100 ml dengan aquadest.

Setelah sediaan Mouthwash terbentuk, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah


mengevaluasi sediaan Mouthwash yang dibuat. Evaluasi pertama yang dilakukan adalah uji
organoleptis. Pada uji organoleptis, sediaan diamati secara langsung selama 6 hari dan bagian
yang diamati meliputi warna, bau, dan rasa. Berdasarkan hasil pengamatan, warna sediaan
yang diperoleh yaitu hijau dimana warna tersebut berasal dari pewarna hijau yang berikan.
Untuk bau sediaan diperoleh dari oleum mentha sebagai flavouring agent dengan wangi mint
dan rasa sediaan pedas akibat dari oleum mentha yang ditambahkan.

Selanjutnya, dilakukan uji kejernihan pada sediaan Mouthwash tersebut. Uji ini
dilakukan dengan cara melihat sediaan Mouthwash secara langsung dengan kasat mata.
Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan Mouthwash yang kami buat dapat dikatakan jernih
dan tidak terdapat partikulat-partikulat besar di dalamnya. Pada umumnya, sediaan
Mouthwash merupakan larutan jernih dan penggunaan surfaktan dalam formula pun
membantu larutan agar jernih karena fungsi surfaktan yang menggabung dua fase yang
berbeda sehingga dapat tercampur dengan homogen.

Selanjutnya, dilakukan uji pH. Tujuan uji pH adalah untuk mengetahui apakah
sediaan yang dibuat sudah memenuhi standar pH yang telah ditetapkan. Secara umum pH
Mouthwash berkisar antara 5-6. Jika pH < 5 maka sediaan terlalu asam sehingga akan
menyebabkan semakin banyaknya pertumbuhan bakteri dan jika pH > 6 maka sediaan terlalu
basa sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur dan mengakibatkan sariawan (Ade Novero,
2014). Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan Mouthwash memiliki pH 5, baik saat hari 1
maupun hari 6 setelah pembuatan sediaan. Hasil ini sesuai dengan literatur sehingga dapat
dikatakan pH sediaan sudah baik.

Selanjutnya, dilakukan uji panelis atau hedonik. Uji panelis dilakukan agar dapat
mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap formula yang dibuat. Konsumen dapat
menilai apakah sediaan Mouthwash yang kami buat nyaman digunakan dan segar di mulut.
Uji ini kami lakukan terhadap dua orang sukarelawan, dengan mengambil sedikit sediaan
Mouthwash lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut dan berkumur-kumur. Berdasarkan hasil
pengamatan, kedua sukarelawan memiliki pendapat berbeda dari segi rasa dan kenyamanan.
Sukarelawan Ambar menilai bahwa rasa sediaan pedas sehingga menjadi kurang nyaman saat
digunakan, sedangkan sukarelawan Gamal menilai bahwa kurang terasa mint/pedas pada
sediaan dan dirasakan sudah termasuk nyaman saat digunakan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah kami lakukan, didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Ekstrak daging buah Apel (Pyrus malus) varietas Malang dapat dibuat dalam bentuk
sediaan Mouthwash.
2. Fungsi Mouthwash dengan ekstrak Apel adalah menyegarkan nafas, menghilangkan
plak, dan meningkatkan kesehatan rongga mulut.
3. Sediaan Mouthwash yang dihasilkan memiliki organoleptis yang baik, kejernihan
yang baik, dan pH yang baik. Akan tetapi, saat dinilai oleh konsumen belum
memberikan hasil yang sesuai.

5.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut dan menghasilkan sediaan yang lebih baik, terdapat
beberapa saran, yaitu:

1. Perlunya penambahan sukarelawan dalam uji panelis, agar lebih tergambar apakah
formula yang dibuat sudah sesuai dengan konsumen secara umum.
2. Perlunya dilakukan proses penyaringan sediaan Mouthwash dengan penyaringan
berseri dan diakhiri dengan penyaring submicron sesuai dengan proses pembuatan
Mouthwash yang tertera dalam Harry’s Cosmeticology 8th Edition.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Novero, 2014. Formula Obat Kumur Antiseptik Ekstrak Daun Salam (Eugenia
polyantha Wight).

Akande, et al. 2004. Efiicacy of Different Brands of Mouthwash Rinses on Oral Bacterial
Loud Count in Healthy Adults. African Journal of Biomedical Research.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon
Willy and Son, Inc

Calffey, N. 2003. Essential Oil Mouthwash: A Key Component in Oral Health Management.
J Clin Periodontal, 30 (suppl. 5): 22-24.
Cawson, R. A. and Spector R. G., 1987, Clinical Pharmacology In Dentistry, 4th ed, 89,
Churchill Livingstone, Edinburgh
Claffey, N., 2003. Essential oil mouthwash: a key component in oral health management. J
Clin Periodontal, 30 (suppl. 5): 22-24
Dewi, Reska. 2011. Pengaruh Pasta Gigi dengan Kandungan Buah Apel (Pyrus malus)
Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.

Farah, C. S., Lidija M. And Michael J. M., 2009. Mouthwash, Australian Prescribes,
Genaro, R. A., 1990, Rhemington’s Pharmaceutikal Science, 18th Ed., 207, Mack Printing
Company, Easton.
Harry, R. G. 1982. Harry’s Cosmeticology 8th Edition. New York: Chemical Publishing
Company Inc.

Jackson, E. B., 1995, Sugar Confectionery Manufacture, second Edition, 89, Cambridge
University Press, Cambridge.
Kasamuddin dan Ashariah. 2011. Efektivitas Antibakteri Apel Varietas Malang terhadap
Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Liliana. 2009. Pengaruh Tween 80 sebagai Surfaktan terhadap Efektifitas Daya Antibakteri
Minyak Cengkeh dalam Sediaan Obat Kumur. Surabaya: Widya Mandala Catholic
University.
Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, 57, Elsevier, Tokyo.Shanebrook, A. C., 2004,
Formulation and Use of Surfactants In Toothpastes.
Parrot, Augenel (1971) “Pharmaceutical Technologi” Durgers Publishing Company ;
Minnespolis

Power, J. M. And Sakaguchi, R. I. 2006. Craig’s Restorative Dental Material. 12th ed.
Toronto: C. V. Mosby Co.

Scoville;s (1975) “The Art of Coumpounding ninth edition” Megraw, Hill Book Company,
New York
Volpe, A. R., 1997. Dentrifices and Mouthrinses, dalam Caldwell, R. C. dan Stallard, R. E.,
(editor), A Text Book of Preventive Dentistry, 175, 183, W. B. Saunders Co.,
Philadelphia.

LAMPIRAN
Ekstrak apel 10 gram Oleum mentha 0,4 gram Na Benzoat 0,4 gram

Gliserin 1 gram Tween 80 1 gram Na Sakarin 0,1 gram

Aquadest 91 gram
.

Anda mungkin juga menyukai