Anda di halaman 1dari 36

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Sulniawati
Stambuk : A 251 12 015
Kelas :A
Kelompok : I (Satu)
Asisten : Winarti, S.Pd
Hari/Tanggal Koreksi Paraf
PERCOBAAN I

ENZIM

I. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengamati pengaruh
temperatur, pH dan konsentrasi substrat terhadap kerja aktivitas enzim.
II. Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari/tanggal : Kamis, 27 November 2014
Waktu : 13.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNTAD
III. Alat dan Bahan
A. Pengaruh temperatur
a. Alat b. Bahan
1. Plat tetes 1. Filtrat toge segar
2. Gelas kimia 2. Filtrat toge bermalam
3. Tabung reaksi 3. Larutan amilum
4. Rak tabung reaksi 4. Larutan iodin
5. Pipet tetes 5. Aquades
6. Wadah es batu 6. Es batu
7. Penangas listrik 7. Larutan buffer pH 7
8. Spektronik 20
9. Kuvet
10. Stopwatch
11. Gegep
12. Gelas ukur
13. Lumpang dan alu
14. Saringan dari kain
jilbab
B. Pengaruh pH
a. Alat b. Bahan

1. Tabung reaksi 1. Aquades

2. Rak tabung reaksi 2. Larutan iodin 1%

3. Penangas listrik 3. Larutan amilum 1%

4. Spektronik 20 4. Ekstrak toge segar

5. Gelas ukur 25 mL 5. Larutan buffer fosfat

6. Stopwatch pH 5

7. Lumpang dan alu 6. Larutan buffer fosfat

8. Saringan dari jilbab pH 6

9. Kuvet 7. Larutan buffer fosfat

10. Pipet tetes pH 7

11. Kertas label 8. Larutan buffer fosfat

12. Gelas kimia pH 8


9. Larutan buffer fosfat
pH 9
10. Toge bermalam

C. Pengaruh konsentrasi substrat


a. Alat b. Bahan
1. Tabung reaksi 1. Aquades
2. Rak tabung reaksi 2. Filtrat toge segar
3. Pipet tetes 3. Filtrat toge bermalam
4. Gelas ukur 25 mL 4. Larutan amilum 1%
5. Penangas listrik 5. Larutan iodin 1%
6. Stopwatch 6. Larutan buffer pH 7
7. Gelas kimia
8. Spektronik 20
9. Kuvet
10. Lumpang dan alu
11. Saringan dari jilbab
IV. Dasar Teori
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain
yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu
kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar
dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang
ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan
molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia
organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi
kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu
lebih lama
Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya
dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan
perbedaanstruktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase
hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62
asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan lebih dari
2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis RNA, dengan
yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai RNA-enzim
ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga dimensinya (struktur
kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya, prediksi aktivitas enzim
baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang sangat sulit.
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian
kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung terlibat dalam
katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat substrat dan
kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif. Enzim juga dapat mengandung
tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis. Beberapa enzim juga
memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali merupakan produk langsung
ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi. Pengikatan ini dapat meningkatkan
ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan demikian ia berfungsi sebagai regulasi
umpan balik.
Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino yang
melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-sifat
kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul bersama dan
membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni
terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan ataupun denaturan
kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi dapat bersifat reversibel maupun
ireversibel.
1. Sifat Umum Enzim
a. Merupakan protein, karenanya enzim bersifat thermolabil.
b. Merupakan biokatalisator
c. Sebagai katalis, yaitu mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan energi aktivasi
d. Bekerja spesifik, satu enzim hanya bekerja pada satu substrat saja
e. Bekerja sangat cepat
f. Tidak ikut bereaksi (tidak mengalami perubahan)
g. Memiliki sifat aktif atau sisi katalitik yaitu bagian enzim tempat substrat
berkombinasi
h. Enzim dapat bekerja secara bolak-balik (reversible)
2. Sifat Khusus Enzim
a. Enzim dibentuk dalam protoplasma sel
b. Rnzim beraktifitas di dalam sel tempat sintesisnya (endoenzim) maupun di luar
tempat sintesisnya (eksoenzim)
c. Sebagian enzim bersifat endoenzim
d. Enzim bersifat koloid, luar permukaan besar, bersifat hidrofit
e. Dapat bereaksi dengan senyawa asam basa kation maupun amino
f. Enzim dapat dihambat atau dipacu aktivitasnya

Dua teori mengenai cara kerja enzim yaitu :

a. Teori Kunci dan Gembok

Pada tahun 1890-an, Fischer mengajukan model kunci dan lubang kunci, yang
menyebabkan pengikatan substrat melalui pencocokan dari substrat komplementer
dan struktur tempat aktif.Selama bertahun-tahun teori ini terbukti berharga dalam
penelitian mengenai spesifisitas stereo dari reaksi enzimatik.

b. Teori Kecocokan Induksi


Suatu modifikasi dari model kunci dan lubang kunci yang diajukan oleh
Daniel Koshland menggambarkan suatu jenis hubungan tangan dalam sarung
tangan antara enzim dan substratnya, sebagai akibat suatu kecocokan yang timbul.
Model cocok yang ditimbulkan ( Induced Fit)
Merupakan interpretasi yang mempertimbangkan bahwa tempat pengikatan
dari suatu enzim bukan sebagai suatu struktur kaku, tetapi malah sebagai sesuatu
yang berubah dalam konfirmasi dengan terjadinya pengikatan substrat untuk
menghasilkan suatu kecocokan enzim-substrat yang tepat. Jadi, model Koshland
menggabungkan sifat dinamis ke dalam pengikatan substrat
V. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Temperatu
a. Menyiapkan 4 buah tabung reaksi yang telah bersih kemudian memasukkan
larutan amilum 0,1% sebanyak 2,5 mL dan buffer fosfat pH 7 sebanyak 2,5 mL
kedalam setiap tabung reaksi.
b. Memasukkan tabung reaksi yang pertama kedalam wadah yang berisi es batu,
tabung kedua pada temperatur kamar, tabung ketiga pada suhu 50oC dan tabung
keempat pada suhu 1000C.
c. Menambahkan 15 tetes filtrate toge segar kedalan masing-masing tabung, khusus
untuk tabung tiga dan empat ekstrak yang akan ditambahkan filtrat tige terlebih
dahulu dipanaskan dalam air mendidih, kemudian mengocok campuran selama 30
menit selang 5 menit mengambil contoh dari masing-masing tabung dan mengetes
pada plat tetes dengan menggunakan larutan iodine.
d. Menentukan kecepatan penguraian masing-masing tabung.
e. Mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 625 nm.
f. Mengulangi langkah a-e untuk filtrat toge yang telah bermalam.
2. Pengaruh pH
a. Menyediakan 5 buah tabung reaksi yang telah bersih kemudian memasukkan 0,75
mL larutan buffer dengan nilai pH yang telah tersedia kedalam setiap tabung
reaksi.

b. Menambahkan 0,5 mL amilum kedalam setiap tabung.

c. Menambahkan 3 tetes filtrate toge segar kedalam setiap tabung reaksi dan
mengocoknya selama 10 menit. Kemudian mendiamkan setiap tabung selama 30
menit.

d. Memanaskan kelima tabung selama 10 menit. Kemudian menambahkan 3 tetes


iodine 1 % kedalam setiap tabung, lalu mengocoknya.

e. Mengukur serapan setiap tabung reaksi pada panjang gelombang 625 nm.

f. Mengulangi langkah a-e untuk sampel filtrat toge bermalam.

3. Pengaruh Konsentrasi Substrat


a. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi yang telah bersih.
b. Untuk tabung pertama, memasukkan kedalam tabung 1 mL amilum 1 % dan
menambahkan 2 mL aquades serta 15 tetes larutan buffer pH 7.

c. Untuk tabung kedua, memasukkan kedalam tabung 1,5 mL amilum 1 % dan


menambahkan 1,5 mL aquades serta 15 tetes larutan buffer pH 7.

d. Untuk tabung ketiga, memasukkan 2 mL amilum 1 % dan menambahkan 1 mL


aquades serta 15 tetes larutan buffer pH 7.

e. Untuk tabung keempat, memasukkan kedalam tabung 2,5 mL amilum 1 % dan


menambahkan 0,5 mL aquades serta 15 tetes larutan buffer pH 7.

f. Untuk tabung kelima, memasukkan kedalam tabung 3 mL amilum 1 % dan 15


tetes larutan buffer pH 7.

g. Menambahkan 5 tetes filtrate toge segar kedalam setiap tabung reaksi kemudian
mengocok selama 30 menit.

h. Memanaskan setiap tabung selama 10 menit dan menambahkan 5 tetes iodium 1%


kemudian mengocok kembali setiap tabung.

i. Mengukur serapan setiap tabung reaksi pada panjang gelombang 625 nm.
j. Mengulang perlakuan a-i untuk sampel toge yang telah bermalam.
VI. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Pengaruh temperatur
1. Toge segar
No Perlakuan Hasil pengamatan
1. Suhu dingin
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Perlakuan a didinginkan Bening
selama 7 menit
c. Perlakuan b + filtrat toge Keruh kekuningan
segar 15 tetes
d. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+)
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++)
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++)

 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++)

 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++++)

 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++++)

e. 2 mL larutan yang tersisa A = 0,376

diencerkan hingga batas T = 42%

kuvet + ukur % transmitan


pada 𝜆 625 nm
2. Suhu kamar
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Perlakuan a didiamkan pada Bening
suhu ruang selama 7 menit
c. Perlakuan b + filtrat toge Keruh kekuningan
segar 15 tetes
d. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau (+)
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau (++)
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau (+++)

 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hijau (++++)

 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hijau (+++++)

 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hijau (++++++)

e. 2 mL larutan yang tersisa A = 0,346

diencerkan hingga batas T = 45%

kuvet + ukur % transmitan


pada 𝜆 625 nm
3. Suhu 50° C
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Filtrat toge segar Warna kuning dan berbusa
dipanaskan pada suhu 50° C
c. Larutan a dipanaskan pada Bening
suhu 50° C + filtrat toge
segar panas
d. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++++)
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++++)
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++)

 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++)

 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++)

 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+)

e. 2 mL larutan yang tersisa A = 0,337

diencerkan hingga batas T = 46%

kuvet + ukur % transmitan


pada 𝜆 625 nm
4. Suhu 100° C
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Filtrat toge segar Warna kuning dan berbusa
dipanaskan pada suhu
100°C
c. Larutan a dipanaskan pada Bening
suhu 100° C + filtrat toge
segar panas
d. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hitam
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hitam
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hitam

 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hitam

 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hitam

 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hitam

e. 2 mL larutan yang tersisa


diencerkan hingga batas A = 0,958

kuvet + ukur % transmitan T = 42%

pada 𝜆 625 nm

2. Toge Bermalam (busuk)


No Perlakuan Hasil pengamatan
1. Suhu dingin
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Perlakuan a didinginkan Bening
selama 7 menit
c. Perlakuan b + filtrat toge Keruh kekuningan
segar 15 tetes
d. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+)
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++)
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++)
 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++)
 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++++)
 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++++)
e. 2 mL larutan yang tersisa A = 0,508
diencerkan hingga batas T = 31%
kuvet + ukur % transmitan
pada 𝜆 625 nm
2. Suhu kamar
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Perlakuan a didiamkan pada Bening
suhu ruang selama 7 menit
c. Perlakuan b + filtrat toge Keruh kekuningan
segar 15 tetes
d. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+)
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++)
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++)

 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++)

 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++++)

 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++++)

e. 2 mL larutan yang tersisa


diencerkan hingga batas A = 0,602

kuvet + ukur % transmitan T = 25%

pada 𝜆 625 nm
3. Suhu 50° C
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Filtrat toge segar Warna kuning dan berbusa
dipanaskan pada suhu 50° C
c. Larutan a dipanaskan pada Bening
suhu 50° C + filtrat toge
segar panas
d. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++++)
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++++)
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++)

 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++)

 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++)

 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+)

e. 2 mL larutan yang tersisa


diencerkan hingga batas A = 0,769

kuvet + ukur % transmitan T = 17%

pada 𝜆 625 nm
4. Suhu 100° C
f. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
g. Filtrat toge segar Warna kuning dan berbusa
dipanaskan pada suhu
100°C
h. Larutan a dipanaskan pada Bening
suhu 100° C + filtrat toge
segar panas
i. Larutan dikocok selama 30
menit
 5 menit 1 + 1 tetes iodin Hitam
 5 menit 2 + 1 tetes iodin Hitam
 5 menit 3 + 1 tetes iodin Hitam

 5 menit 4 + 1 tetes iodin Hitam

 5 menit 5 + 1 tetes iodin Hitam

 5 menit 6 + 1 tetes iodin Hitam

j. 2 mL larutan yang tersisa


diencerkan hingga batas A=1

kuvet + ukur % transmitan T = 10%


pada 𝜆 625 nm

B. Pengaruh pH

1. Filtrat tauge segar


No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. pH 5
a) 0,75 buffer fosfat pH 5 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30 menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan berwarna
biru
menit + 3 tetes I2 1% dikocok

c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 10 %


A=1
panjang gelombang 625 nm
2. pH 6
a) 0,75 buffer fosfat pH 6 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30 menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan warna ungu
kebiruan
menit + 3 tetes I2 1 % dikocok

c) Perlakuan b diukur % transmitan pada


T = 46 %
panjang gelombang 625 nm
A = 0,3372
3. pH 7
a) 0,75 buffer fosfat pH 7 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30 menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 + 3 Larutan warna keruh
tetes I2 1 % dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 46 %
A = 0,3372
panjang gelombang 625 nm

4. pH 8
a) 0,75 buffer fosfat pH 8 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30 menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan berwarna
ungu kebiruan
menit + 3 tetes I2 % dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 12 %
panjang gelombang 625 nm
A = 0,9218
5. pH 9
a) 0,75 mL buffer fosfat pH 9 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30 menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan warna kuning
keruh
menit + 3 tetes I2 1 % dikocok

c) Perlakuan b diukur % transmitan pada


T = 50 %
panjang gelombang 625 nm
A = 0,3010

2. Filtrat tauge bermalam


No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. pH 5
a) 0,75 mL buffer fosfat pH 5 + 0,5 mL
Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 menit
Larutan keruh (+)
+ 3 tetes I2 1% dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada
panjang gelombang 625 nm
T = 18 %
A = 0,7447

2. pH 6
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL
Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan warna ungu
kehitaman
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
T = 16 %
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada
A = 0,7959
panjang gelombang 625 nm
3. pH 7
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan keruh (++)
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 38 %
A= 0,4202
panjang gelombang 625 nm

4. pH 8
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10
Larutan berwarna
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
biru pekat
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 35 %
A = 0,4559
panjang gelombang 625 nm
5. pH 9
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10
Larutan keruh (+++)
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 49 %
panjang gelombang 625 nm
A = 0,3098

C. Pengaruh konsentrasi substrat

1. Filtrat toge bermalam

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Tabung 1
Larutan bening
a) 10 mL amilum + 2 mL aquades + 15 tetes
buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit

c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan bening


5 tetes I2 1 % dikocok
d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 22 %
A = 0,78
panjang gelombang 625 nm

2. Tabung 2
a) 1,5 mL amilum + 1,5 mL aquades + 15 Larutan bening
tetes buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan warna
5 tetes I2 1 % dikocok ungu kehitaman
d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 18 %
panjang gelombang 625 nm A = 0,7447
3. Tabung 3
Larutan bening
a) 2 mL amilum + 1 mL aquades + 15 tetes
buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan keruh
5 tetes I2 1 % dikocok
d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 16 %
A = 0,84
panjang gelombang 625 nm
4. Tabung 4
Larutan bening
a) 2 mL amilum + 0,5 mL aquades + 15 tetes
buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan keruh
5 tetes I2 1 % dikocok
d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 17 %
A = 0,83
panjang gelombang 625 nm
5. Tabung 5
Larutan bening
a) 2,5 mL amilum + 1,5 mL aquades + 15
tetes buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan war
Na ungu
5 tetes I2 1 % dikocok
kehitaman

d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 25 %


A = 0,75
panjang gelombang 625 nm
2. Filtrat toge segar
No Perlakuan Hasil Pengamata
1. Tabung 1
a) 1 mL amilum + 2 mL aquades + 15 tetes
Larutan bening
buffer fosfat pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan secara 10 menit + Larutan berwarna
biru(++)
5 tetes I2 1% dikocok
d) Perlakuan c diukur 1% transmitan pasa T= 40 %
A = 0,39
gelombang 625 nm

2. Tabung 2
a) 1,5 mL amilum + 1,5 mL aquades + 15
Larutan bening
tetes buffer fosfat pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok
Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan secara 10 menit +
5 tetes I2 1% dikocok Larutan berwarna
biru(+++)
d) Perlakuan c diukur 1% transmitan pasa
gelombang 625 nm T= 26 %
A = 0,53
3. Tabung 3
a) 2 mL amilum + 1 mL aquades + 15 tetes Larutan bening
buffer fosfat pH 7

b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh


selama 30 menit

c) Perlakuan b dipanaskan secara 10 menit + Larutan


5 tetes I2 1% dikocok berwarna biru(+)

d) Perlakuan c diukur 1% transmitan pasa T= 32 %


gelombang 625 nm A = 0,49
4. Tabung 4
a) 2,5 mL amilum + 0,5 mL aquades + 15 Larutan bening
tetes buffer fosfat pH 7

b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok


selama 30 menit Larutan keruh

c) Perlakuan b dipanaskan secara 10 menit +


5 tetes I2 1% dikocok Larutan
berwarna
biru(++++)

d) Perlakuan c diukur 1% transmitan pasa T= 26 %


gelombang 625 nm A = 0,53

5. Tabung 5
a) 3 mL amilum + 15 tetes buffer fosfat pH 7 Larutan bening

b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh


selama 30 menit

c) Perlakuan b dipanaskan secara 10 menit + Larutan


5 tetes I2 1% dikocok berwarna
biru(+++++)

d) Perlakuan c diukur 1% transmitan pasa T= 26 %


gelombang 625 nm A = 0,53
V. Perhitungan

A. Pengaruh temperatur
3. Suhu 500C T = 45
1. Suhu Kamar T = 45
T = 0,45
T = 0,45
A = - log
A = - log 0,45
= 0,45

= 0,346

2. Suhu Dingin T = 42 4. Suhu 1000C T = 45

T = 0,42 T = 0,45

A = - log 0,42 A = - log

= 0,45
= 0,376
= 0,346
B. Touge Busuk

1.Suhu Kamar T = 25 3. Suhu 500C T = 17

T = 0,17
T = 0,45
A = - log 0,17
A = - log 0,45
= 0,769
= 0,346
= 0,346
2. Suhu Dingin T = 31 4. Suhu 1000C T = 10

T = 0,31 T = 0,1

A = - log 0,1
A = - log 0,31
= 01
= 0,508
= 0,346
B. Pengaruh pH

a. Fitrat touge Bermalam

1. pH 5 4. pH 8
1 1
% T = - log % T = - log
2 2

A = - log T A = - log T

= - log 0,18 = - log 0,35

= 0,7447 = 0,4559

2. pH 7 5. pH 9

1 1
% T = - log % T = - log
2 2

A = - log T A = - log T

= - log 0,16 = - log 0,49

= 0,7959 = 0,3098

3. pH 7

1
% T = - log
2

A = - log T

= - log 0,38

= 0,4202

b. Fitrat touge Segar

1. pH 5 4. pH 8

1 1
% T = - log % T = - log
2 2

A = - log T A = - log T

= - log 0,1 =1 = - log 0,12 = 0,9208


2. pH 7 5. pH 9

1 1
% T = - log % T = - log
2 2

A = - log T A = - log T

= - log 0,25 = - log 0,50

= 0,6020 = 0,3010

3. pH 7

1
% T = - log 2

A = - log T

= - log 0,46

= 0,3372

C. Pengaruh Konsentrasi Substrat

a. Fitrat touge bermalam

1. Tabung 1 4. Tabung 4

1
1 % T = - log
% T = - log 2
2

A = - log T A = - log T

= - log 0,22 = - log 0,17

= 0,6576 = 0,7695

2. Tabung 2 5. Tabung 5

1 1
% T = - log % T = - log
2 2

A = - log T
A = - log T
= - log 0,25
= - log 0,18
= 0,6020
= 0,7447
3. Tabung 3

1
% T = - log 2

A = - log T

= - log 0,16

= 0,7959

b. Fitrat touge Segar

1. Tabung 1 4. Tabung 4

1 1
% T = - log % T = - log
2 2

A = - log T A = - log T

= - log 0,40 = - log 0,13

= 0,39 = 0,88

2. Tabung 2 5. Tabung 5

1 1
% T = - log % T = - log
2 2

A = - log T A = - log T

= - log 0,26 = - log 0,59

= 0,58 = 0,23

3. Tabung 3

1
% T = - log 2

A = - log T

= - log 0,32

= 0,49
VII. Pembahasan
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya
menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan
bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah
lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk
menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang
membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi
karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih
lama.
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari
hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan
lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis
RNA, dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk
sebagai RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga
dimensinya (struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya,
prediksi aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang
sangat sulit.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain :
1. Konsentrasi Enzim, suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan
reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Poedjiadi & Supriatin,
2005).
2. Konsentrasi Substrat, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikan
kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi
kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini
telah diterangkan oleh Michaelis – Menten dengan hipotesis mereka tentang
terjadinya kompleks enzim substrat (Poedjiadi & Supriatin, 2005)
3. Suhu, pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu
yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat (Poedjiadi, 1994). Disamping itu,
karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif
enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi
berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum
terjadinya proses denaturasi dapat menaikan kecepatan reaksi (Poedjiadi &
Supriatin, 2005).
4. Pengaruh pH, Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan
ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan
berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks
enzim substrat (Poedjiadi & Supriatin, 1994). Disamping pengaruh terhadap
struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan
terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas
enzim (Poedjiadi & Supriatin, 2005).
5. Pengaruh Inhibitor, Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim.
Penghambatan kerja enzim dibedakan menjadi penghambatan reversibel dan
penghambatan ireversibel. Selain itu, ada pula inhibitor kompetitif dan inhibitor
non-kompetitif. Inhibitor kompetitif memiliki struktur kimia yang mirip dengan
substrat dan mengikat enzim pada active site yang sama dengan substrat (tempat
katalitik). Maka, inhibitor dan substrat akan bersaing untuk memperebutkan
tempat-tempat pengikatan yang sama pada permukaan enzim. Struktur inhibitor
non-kompetitif berikatan dengan enzim pada domain yang berbeda dari tempat
pengikatan enzim-substrat. Inhibitor ini dapat bereaksi dengan kompleks enzim-
substrat (karena tempat pengikatan enzim yang berbeda) untuk menghasilkan
produk. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak
reversibel. Hambatan tidak reversibel pada umumnya disebabkan oleh terjadinya
proses destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang terdapat
pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa hambatan bersaing atau
habatan tidak bersaing (Poedjiadi & Supriatin, 2005). Semua enzim adalah
protein. Beberapa mempunyai struktur yang agak sederhana, namun sebagiaan
besar enzim mempunyai struktur yang rumiit,. Banyak enzim yang strukturnya
belum diketahui. Untuk aktifitas biologis, beberapa enzim memerlukan gugus –
gugus prostetik, atau kofaktor.
Kofaktor ini merupakan bagian non – protein dari enzim itu. Suatu kofaktor
dapat berupa ion logam sederhana, ion tembaga misalnya merupakan kofaktor bagi
enzim asam askorbat aksidase. Enzim lain mengandung molekul organik non –
protein sebagai kofaktor. Gugus prostetik organik seringkali dirujuk sebagai suatu
koenzim (Fessenden & Fessenden, 1999).
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengamati
pengaruh temperatur, pH dan konsentrasi substrat terhadap kerja aktivitas enzim.
Bahan utama yang digunakan pada percobaan ini adalah toge. Kecambah atau
toge adalah tumbuhan muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik
didalam biji. Didalam kecambah terdapat kandungan enzim amilase yang tinggi.
Dengan melakukan penyaringan selama 7-8 jam enzim amilase pada kecambah akan
memecah pati yang dikandungnya menjadi molekul sederhana.
Amilase adalah enzim pemecah karbohidrat dari bentuk majemuk menjadi
bentuk yang lebih sederhana. Misalnya, pati dan glikogen dipecah menjadi maltosa,
maltotriosa atau oligosakarida. Enzim ini terdapat dalam air liur (ptialin) dan getah
pankreas yang membantu pencernaan karbohidrat dalam makanan. Darah normal
juga mengandung sedikit amilase dari hasil pemecahan sel yang berlangsung secara
normal. Pada penyakit radang pankreas, gondongan, kencing manis, kadarnya dalam
darah meningkat. Sebaliknya pada penyakit hati, kadarnya menurun. Amilase
merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolis amilum (pati) menjadi gula-
gula sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam
proses pembuatan biskuit, minuman beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa.
Pada percobaan ini dilakukan tiga prosedur utama yaitu pengujian terhadap
pengaruh temperatur, pengaruh pH dan pengaruh substrat.
1. Pengaruh Temperatu
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui aktivitas enzim pada suhu
dingin, suhu kamar, suhu 500C dan suhu 1000C.
Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan pengaruh temperatur
terhadap kerja enzim ini yaitu pertama-tama menyiapkan 4 buah tabung reaksi
yang telah bersih kemudian memasukkan larutan amilum 0,1% sebanyak 2,5 mL
dan buffer fosfat pH 7 sebanyak 2,5 mL kedalam setiap tabung reaksi. Hasil yang
diperoleh untuk semua tabung yaitu larutan bening. Kemudian memasukkan
tabung reaksi yang pertama kedalam wadah yang berisi es batu dan
mendiamkannya selama ± 7 menit, sedangkan tabung kedua didiamkan pada
temperatur kamar, tabung ketiga pada suhu 50oC dan tabung keempat pada suhu
1000C masing-masing selama ± 7 menit. Hasilnya untuk keempat tabung, larutan
bening. Kemudian memanaskan filtat toge pada suhu 500C dan 1000C selanjutnya
menambahkan 15 tetes filtrate toge segar kedalan masing-masing tabung 1 dan 2,
serta filtrate toge yang dipanaskan pada suhu 50oC kedalam tabung 3 dan filtrate
toge yang dipanaskan pada suhu 100oC kedalam tabung 4. Hasilnya yaitu
terbentuk larutan kuning keruh. Selanjutnya mengocok larutan selama 30 menit,
fungsi pengocokan adalah untuk membuat kedua zat yang dicampurkan dapat
menyatu. Pada selang waktu 5 menit mengambil larutan pada masing-masing
tabung dan melakukan pengujian dengan meneteskan larutan pada plat tetes dan
menambahkan satu tetes larutan iodin 1 %. Fungsinya yaitu untuk dapat melihat
perubahan warna dari setiap penambahan. Karena iodine dapat berfungsi untuk
melihat adanya amilum yang belum mengalami penguraian oleh enzim dalam
sampel. Dan dapat berfungsi sebagai indikator terhadap reaksi yang terjadi
dimana akan tampak perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru.
Sehingga dapat terlihat perubahan warna dari setiap pengocokan, pada
tabung 1 pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan
(+), hijau kekuningan (++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan (++++),
hijau kekuningan (+++++) dan hijau kekuningan (++++++). Pada tabung 2
pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau (+), hijau (++), hijau
(+++), hijau (++++), hijau (+++++) dan hijau (++++++). Pada tabung 3
pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan
(++++++), hijau kekuningan (+++++), hijau kekuningan (++++), hijau
kekuningan (+++), hijau kekuningan (++) dan hijau kekuningan (+), dan pada
tabung 4 pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hitam.
Untuk filtrate toge bermalam, prosedur percobaan yang dilakukan sama
dengan filtrate toge segar. Dengan hasil perubahan warna pada tabung 1
pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan (+), hijau
kekuningan (++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan (++++), hijau
kekuningan (+++++) dan hijau kekuningan (++++++). Pada tabung 2 pengocokan
5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan (+), hijau kekuningan
(++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan (++++), hijau kekuningan
(+++++) dan hijau kekuningan (++++++). Pada tabung 3 pengocokan 5 menit
pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan (++++++), hijau kekuningan
(+++++), hijau kekuningan (++++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan
(++) dan hijau kekuningan (+).Pada tabung 4 pengocokan 5 menit pertama sampai
5 menit 6 adalah hitam.
Setelah semua larutan selesai diuji, selanjutnya menentukan kecepatan
penguraian masing-masing larutan dengan melakukan pengenceran 2 mL larutan
yang tersisa hingga batas kuvet dan mengukur % transmitan pada 𝜆 625 nm
dengan menggunakan spektronik 20.
Spektronik 20 memiliki panjang gelombang pada rentang 340 nm sampai
600 nm. Larutan berwarna yang akan dianalisis diletakkan pada tabung kuvet
untuk kemudian diletakkan pada tempat letak cuplikan dan absorbansi atau %
transmitan dapat terlihat pada skala pembaca. Sehingga sampel yang akan diukur
nilai absorbannya haruslah sampel yang berwarna. Spektrofotometri adalah
sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan
kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometri menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsikan. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan
pada hukum Lambert-beer, bila cahaya monokromatik (Io), melalui suatu media
(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir),
dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas
cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel dengan intensitas cahaya
mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan,
kemungkinan yang pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua
adalah cahaya discattering. Bila energy dari cahaya (foton) harus sesuai dengan
perbedaan energy dasar dan energy eksitasi dari molekul tersebut. proses inilah
yang menjadi dasar pengukuran dari absorbansi dalam spektrofotometer. Cara
kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari
sumber sinar, cahaya tersebut kemudian menuju kekuvet (tempat sampel).
Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca
oleh detector yang kemudian menampilkannya ke layar pembaca
Setelah dilakukan pengukuran serapan pada panjang gelombang 625 nm
untuk toge segar, nilai transmitan yang diperoleh pada tabung 1 suhu dingin yaitu
42% dengan nilai absorbansi sebesar 0,376, tabung 2 suhu kamar yaitu 45%
dengan nilai absorbansi sebesar 0,346, tabung 3 suhu 500C yaitu 46% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,337 dan tabung 4 suhu 1000C yaitu 42% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,958. Sedangkan pengukuran serapan pada panjang
gelombang 625 nm untuk toge bermalam,
nilai transmitan yang diperoleh pada tabung 1 suhu dingin yaitu 31%
dengan nilai absorbansi sebesar 0,508, tabung 2 suhu kamar yaitu 25% dengan
nilai absorbansi sebesar 0,602, tabung 3 suhu 500C yaitu 17% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,769 dan tabung 4 suhu 1000C yaitu 10% dengan nilai
absorbansi sebesar 1.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan nilai absorbansi, maka dapat
diketahui bahwa amilum telah terhidrolisis, atau terurai menjadi asam-asam amin
penyusunnya. Sedangkan perubahan warna yang terjadi secara perlahan-lahan dan
dengan kecepatan yang berbeda-beda untuk setiap sampel menunjukkan bahwa
pada saat itu amilum tersebut belum terurai sempurna menjadi asam amino
penyusunnya. Dan sesuai dengan literatur yang ada, bahwa enzim bekerja pada
suhu optimum sekitar 40-60 oC. Suhu optimal enzim bergantung pada lamanya
pengukuran kadar yang dipakai untuk menentukannya. Semakin lama suatu enzim
dipertahankan pada suhu dimana strukturnya sedikit labil, maka semakin besar
kemungkinan enzim tersebut mengalami denaturasi.
Aktivitas enzim dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sifat asam
atau basa dari suatu zat dan suhu. Zat yang bersifat asam dan suhu yang semakin
rendah dapat memperlambat hidrolisis amilum, begitu pula sebaliknya. Namun
jika suhu terlalu tinggi akan menyebabkan enzim tidak dapat bereaks karena
terjadi denaturasi.
Adapun ketidak sesuaian hasil pengamatan pad percobaan ini diakibatkn
karna terjadinya ketidak telitian pada pelakuan suhu dingin, yaitu lambat
memasukkan filtrate toge segar, seharusnya kerja enzim lambat yang ditandai
warna hijau.
2. Pengaruh pH
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap
kerja enzim.
Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan pengaruh pH terhadap
kerja enzim ini yaitu pertama-tama menyediakan 5 buah tabung reaksi yang telah
bersih kemudian memasukkan masing-masing 0,75 mL larutan buffer dengan
nilai pH 5, 6, 7, 8 dan 9. Kemudian menambahkan 0,5 mL amilum kedalam setiap
tabung dan menambahkan 3 tetes filtrate toge segar kedalam setiap tabung reaksi
lalu mengocoknya selama 10 menit. Kemudian mendiamkan setiap tabung selama
30 menit, hasil yang diperoleh yaitu larutan keruh. Selanjutnya memanaskan
kelima tabung selama 10 menit. Kemudian menambahkan 3 tetes iodine 1 %
kedalam setiap tabung, fungsinya yaitu untuk dapat melihat perubahan warna dari
setiap penambahan. Karena iodine dapat berfungsi untuk melihat adanya amilum
yang belum mengalami penguraian oleh enzim dalam sampel. Dan dapat
berfungsi sebagai indikator terhadap reaksi yang terjadi dimana akan tampak
perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru. Lalu mengocoknya, fungsi
pengocokan adalah untuk membuat kedua zat yang dicampurkan dapat menyatu.
Hasil yang diperoleh pada tabung 1 yaitu larutan berwarna biru, pada tabung 2
yaitu larutan berwarna ungu kebiruan, pada tabung 3 yaitu larutan berwarna biru,
pada tabung 4 larutan berwarna kebiruan dan pada tabung 5 larutan bewarna
kuning keruh.
Untuk filtrate toge bermalam, prosedur percobaan yang dilakukan sama
dengan filtrate toge segar. Dengan hasil pada tabung 1 larutan keruh (+), hasil
pada tabung 2 larutan berwarna ungu kehitaman, hasil pada tabung 3 larutan
keruh (++), hasil pada tabung 4 larutan berwarna biru pekat dan hasil pada tabung
5 larutan keruh (+++).

Selanjutnya menentukan kecepatan penguraian masing-masing larutan


untuk mengukur % transmitan pada 𝜆 625 nm dengan menggunakan spektronik
20.
Setelah dilakukan pengukuran serapan pada panjang gelombang 625 nm
diperoleh nilai absorbansi untuk filtrate toge segar, nilai transmitan yang
diperoleh pada tabung 1 pH 5 yaitu 10% dengan nilai absorbansi sebesar 1,
tabung 2 pH 6 yaitu 46% dengan nilai absorbansi sebesar 0,3372, tabung 3 pH 7
yaitu 46% dengan nilai absorbansi sebesar 0,3372, tabung 4 pH yaitu 12% dengan
nilai absorbansi sebesar 0,9218 dan pada tabung 5 pH 9 yaitu 50% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,3010. Sedangkan pengukuran serapan pada panjang
gelombang 625 nm untuk toge bermalam, nilai transmitan yang diperoleh pada
tabung 1 pH 5 yaitu 18% dengan nilai absorbansi sebesar 0,7447, tabung 2 pH 6
yaitu 16% dengan nilai absorbansi sebesar 0,7959, tabung 3 pH 7 yaitu 36%
dengan nilai absorbansi sebesar 0,4202, tabung 4 pH 8 yaitu 35% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,4559 dan tabung 5 pH 9 yaitu 49% dengan nilai absorbansi
sebesar 0,3098.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukan bahwa enzim amilase memiliki
pH optimal pada pH 8, karena pada pH ini diperoleh aktivitas enzim yang tinggi
(kecepatan reaksi enzimatik tinggi). Sedangkan pada literature, pH optimal enzim
amilase adalah 7 Umumnya, kecepatan reaksi enzimatik meningkat hingga
mencapai pH optimal dan menurun setelah pH lebih besar dari pH optimal.
Larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH dengan
penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan dalam berbagai
percobaan biokimia dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan tepat (Fardiaz,
1992). Larutan buffer bermanfaat untuk melarutkan kotoran yang masih terikut di
dalam endapan enzim tersebut sekaligus bisa mencegah enzim dari denaturasi dan
kehilangan fungsi biologisnya (Fox, 1991). Buffer dapat mempertahankan kondisi
enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan pH dan mencegah agar enzim tidak
mengalami inaktivasi (Winarno, 1995 ).
Aktivitas enzim maksimal diperoleh pada pH optimal, untuk saliva (enzim
amilase) pHnya 7. Bentuk kurva aktivitas pH ditentukan oleh denaturasi enzim
(pada pH tinggi atau rendah) dan penambahan status bermuatan pada enzim dan
atau substrat. Enzim dapat pula mengalami perubahan bentuk bila pH bervariasi.
pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat
asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim
hanya beroperasi dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim
yang dikeluarkan ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan
pH optimal 2 (Gaman & Sherrington, 1994).
3. Pengaruh Konsentrasi Substrat
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mengetahui pengaruh substrat
terhadap kerja enzim.
Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini yaitu menyiapkan 5 buah
tabung reaksi bersih. Kemudian memasukkan amilum 1 % kedalam masing-
masing tabung reaksi dengan volume masing-masing 1 mL, 1,5 mL, 2 mL, 2 mL
dan 2,5 mL. Selanjutnya menambahkan aquades pada masing-masing tabung
dengan volume berturut-turut 2 mL, 1,5 mL, 1 mL, 0,5 mL dan 1,5 mL.
Kemudian menambahkan 5 tetes larutan buffer pH 7. Hasilnya yaitu larutan
bening. Selanjutnya mengocok tabung selama 30 menit, hasilnya larutan keruh.
Lalu memanaskan kelima tabung selama 10 menit dan menambahkan 5 tetes
larutan iodin 1 %, tungsinya yaitu untuk dapat melihat perubahan warna dari
setiap penambahan. Karena iodine dapat berfungsi untuk melihat adanya amilum
yang belum mengalami penguraian oleh enzim dalam sampel. Dan dapat
berfungsi sebagai indikator terhadap reaksi yang terjadi dimana akan tampak
perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru. Selanjutnya mengocoknya,
fungsi pengocokan adalah untuk membuat kedua zat yang dicampurkan dapat
menyatu. Hasil yang diperoleh yaitu pada tabung 1 larutan bening, pada tabung 2
larutan berwarna ungu kehitaman, pada tabung 3 dan 4 larutan tetap keruh, pada
tabung 5 larutan berwarna ungu kehitaman.
Untuk filtrate toge bermalam, prosedur percobaan yang dilakukan sama
dengan filtrate toge segar. Dengan hasil pada tabung 1 larutan berwarna biru (++),
hasil pada tabung 2 larutan berwarna biru (+++), hasil pada tabung 3 larutan
berwarna biru (+), hasil pada tabung 4 larutan berwarna biru (++++) dan hasil
pada tabung 5 larutan berwarna biru (+++++).

Selanjutnya menentukan kecepatan penguraian masing-masing larutan


untuk mengukur % transmitan pada 𝜆 625 nm dengan menggunakan spektronik
20.
Setelah dilakukan pengukuran serapan pada panjang gelombang 625 nm
diperoleh nilai absorbansi untuk filtrate toge segar, nilai transmitan yang
diperoleh pada tabung 1 yaitu 22% dengan nilai absorbansi sebesar 0,78, tabung 2
yaitu 18% dengan nilai absorbansi sebesar 0,7447, tabung 3 yaitu 16% dengan
nilai absorbansi sebesar 0,84, tabung 4 yaitu 17% dengan nilai absorbansi sebesar
0,83 dan pada tabung 5 yaitu 52% dengan nilai absorbansi sebesar 0,75.
Sedangkan pengukuran serapan pada panjang gelombang 625 nm untuk toge
bermalam, nilai transmitan yang diperoleh pada tabung 1 yaitu 40% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,39, tabung 2 yaitu 26% dengan nilai absorbansi sebesar 0,53,
tabung 3 yaitu 32% dengan nilai absorbansi sebesar 0,49, tabung 4 yaitu 13%
dengan nilai absorbansi sebesar 0,08 dan tabung 5 yaitu 59% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,23.
Uji positif pada percobaan yaitu larutan tetap berwarna merah bata yaitu
warna dari iodine. Terjadinya penurunan aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil
hidrolisis substrat yang dikatalisis. Misalnya amilum terhidrolisis menjadi maltose
dan glukosa. Hasil hidrolisis dapat diuji dengan uji benedict. Bila positif, berarti
amilum terhidrolisis sehingga dapat diasumsikan enzim memiliki aktivitas tinggi,
sebaliknya bila hasilnya negative, berarti amilum tidak terhidrolisis karena enzim
tidak aktif atau mengalami penurunan aktivitas.
Substrat adalah molekul organik yang telah berada dalam kondisi
siap/segera bereaksi, karena telah mengandung promoter. Keberadaan katalis akan
mempercepat reaksi substrat menuju molekul produk, melalui reaksi kimiawi
dengan energy aktivasi rendah yang membentuk senyawa intermediet.
Pada konsetrasi enzim yang tetap, penambahan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum
yang tetap. Penambahan substrat setelah kecepatan maksimum tidak berpengaruh
lagi, sebab telah melampaui titik jenuh enzim.
Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau
tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau
kontak dengan substrat dinamai bagian aktif (active site). Hubungan hanya
mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat
menampung substrat. Apabila substrat mempunyaibentuk atau konfirmasi lain,
maka tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim
itu tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Ini adalah penjelasan mengapa tiap
enzim mempunyai kekhasan terhadap substrat tertentu (Poedjiadi, 1994).
Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan
terjadinya kompleks enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang
aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan
telah terjadi (Poedjiadi, 1994).
.
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
1. Temperatur yang optimal menyebabkan aktivitas enzim berlangsung secara
maksimal, aktivitas enzim akan menurun apabila berada dibawah atau diatas
temperatur optimumnya
2. Nilai pH yang optimal menyebabkan aktivitas enzim berlangsung secaea maksimal.
Aktivitas enzim akan menurun apabila berada dibawah atau diatas pH optimumnya
3. Konsentrasi enzim yang tetap dan penambahan konsentrasi substrat akan menaikkan
keceoatan reaksi
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, H. (2012). Enzim. [online]. Tersedia; http://hana-aaoo.blogspot.com/2014/03/enzim-


laboratorium-biokimia-2013.html. [02 desember 2014]

Belajar indah. (2009). Pengertian enzim. [online]. Tersedia; http://belajar-


indah.blogspot.com/.../pengertian-enzim.html. [02 desember 2014]
Dephe. (2012). Makalah Spektrofotometer. [online]. Tersedia;
http://depe22.blogspot.com/2012/05/makalah-spektrofotometer.html. [02 desember
2014]
Dwiana, A. (2012). Enzim. [online]. Tersedia;
http://annisadwiana.blogspot.com/2012/11/enzim.html. [02 desember 2014]

Fessenden, J. dan Fessenden, R. (1999). Kimia Organik, Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:Erlangga.

Poedjiadi, A. dan Supriyanti, T. (2005). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:UI Press.

Tim Dosen Biokimia. (2014). Penuntun Praktikum Biokimia. Palu:UNTAD.

Anda mungkin juga menyukai