Nama : Sulniawati
Stambuk : A 251 12 015
Kelas :A
Kelompok : I (Satu)
Asisten : Winarti, S.Pd
Hari/Tanggal Koreksi Paraf
PERCOBAAN I
ENZIM
I. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengamati pengaruh
temperatur, pH dan konsentrasi substrat terhadap kerja aktivitas enzim.
II. Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari/tanggal : Kamis, 27 November 2014
Waktu : 13.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNTAD
III. Alat dan Bahan
A. Pengaruh temperatur
a. Alat b. Bahan
1. Plat tetes 1. Filtrat toge segar
2. Gelas kimia 2. Filtrat toge bermalam
3. Tabung reaksi 3. Larutan amilum
4. Rak tabung reaksi 4. Larutan iodin
5. Pipet tetes 5. Aquades
6. Wadah es batu 6. Es batu
7. Penangas listrik 7. Larutan buffer pH 7
8. Spektronik 20
9. Kuvet
10. Stopwatch
11. Gegep
12. Gelas ukur
13. Lumpang dan alu
14. Saringan dari kain
jilbab
B. Pengaruh pH
a. Alat b. Bahan
6. Stopwatch pH 5
Pada tahun 1890-an, Fischer mengajukan model kunci dan lubang kunci, yang
menyebabkan pengikatan substrat melalui pencocokan dari substrat komplementer
dan struktur tempat aktif.Selama bertahun-tahun teori ini terbukti berharga dalam
penelitian mengenai spesifisitas stereo dari reaksi enzimatik.
c. Menambahkan 3 tetes filtrate toge segar kedalam setiap tabung reaksi dan
mengocoknya selama 10 menit. Kemudian mendiamkan setiap tabung selama 30
menit.
e. Mengukur serapan setiap tabung reaksi pada panjang gelombang 625 nm.
g. Menambahkan 5 tetes filtrate toge segar kedalam setiap tabung reaksi kemudian
mengocok selama 30 menit.
i. Mengukur serapan setiap tabung reaksi pada panjang gelombang 625 nm.
j. Mengulang perlakuan a-i untuk sampel toge yang telah bermalam.
VI. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Pengaruh temperatur
1. Toge segar
No Perlakuan Hasil pengamatan
1. Suhu dingin
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Perlakuan a didinginkan Bening
selama 7 menit
c. Perlakuan b + filtrat toge Keruh kekuningan
segar 15 tetes
d. Larutan dikocok selama 30
menit
5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+)
5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++)
5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++)
pada 𝜆 625 nm
pada 𝜆 625 nm
3. Suhu 50° C
a. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
b. Filtrat toge segar Warna kuning dan berbusa
dipanaskan pada suhu 50° C
c. Larutan a dipanaskan pada Bening
suhu 50° C + filtrat toge
segar panas
d. Larutan dikocok selama 30
menit
5 menit 1 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++++)
5 menit 2 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (+++++)
5 menit 3 + 1 tetes iodin Hijau kekuningan (++++)
pada 𝜆 625 nm
4. Suhu 100° C
f. 2,5 mL amilum + 2,5 mL Bening
larutan buffer pH 7
g. Filtrat toge segar Warna kuning dan berbusa
dipanaskan pada suhu
100°C
h. Larutan a dipanaskan pada Bening
suhu 100° C + filtrat toge
segar panas
i. Larutan dikocok selama 30
menit
5 menit 1 + 1 tetes iodin Hitam
5 menit 2 + 1 tetes iodin Hitam
5 menit 3 + 1 tetes iodin Hitam
B. Pengaruh pH
4. pH 8
a) 0,75 buffer fosfat pH 8 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30 menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan berwarna
ungu kebiruan
menit + 3 tetes I2 % dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 12 %
panjang gelombang 625 nm
A = 0,9218
5. pH 9
a) 0,75 mL buffer fosfat pH 9 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit dan didiamkan selama
30 menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan warna kuning
keruh
menit + 3 tetes I2 1 % dikocok
2. pH 6
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL
Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan warna ungu
kehitaman
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
T = 16 %
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada
A = 0,7959
panjang gelombang 625 nm
3. pH 7
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10 Larutan keruh (++)
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 38 %
A= 0,4202
panjang gelombang 625 nm
4. pH 8
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10
Larutan berwarna
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
biru pekat
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 35 %
A = 0,4559
panjang gelombang 625 nm
5. pH 9
a) 0,75 mL buffer fosfat ptH 6 + 0,5 mL Larutan keruh
amilum + 3 tetes filtrat toge dikocok
selama 10 menit didiamkan selama 30
menit
b) Perlakuan a dipanaskan selama 10
Larutan keruh (+++)
menit + 3 tetes I2 1% dikocok
c) Perlakuan b diukur % transmitan pada T = 49 %
panjang gelombang 625 nm
A = 0,3098
2. Tabung 2
a) 1,5 mL amilum + 1,5 mL aquades + 15 Larutan bening
tetes buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan warna
5 tetes I2 1 % dikocok ungu kehitaman
d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 18 %
panjang gelombang 625 nm A = 0,7447
3. Tabung 3
Larutan bening
a) 2 mL amilum + 1 mL aquades + 15 tetes
buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan keruh
5 tetes I2 1 % dikocok
d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 16 %
A = 0,84
panjang gelombang 625 nm
4. Tabung 4
Larutan bening
a) 2 mL amilum + 0,5 mL aquades + 15 tetes
buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan keruh
5 tetes I2 1 % dikocok
d) Perlakuan c diukur % trasmitannya pada T = 17 %
A = 0,83
panjang gelombang 625 nm
5. Tabung 5
Larutan bening
a) 2,5 mL amilum + 1,5 mL aquades + 15
tetes buffer pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan selama 10 menit + Larutan war
Na ungu
5 tetes I2 1 % dikocok
kehitaman
2. Tabung 2
a) 1,5 mL amilum + 1,5 mL aquades + 15
Larutan bening
tetes buffer fosfat pH 7
b) Perlakuan a + 5 tetes filtrat toge dikocok
Larutan keruh
selama 30 menit
c) Perlakuan b dipanaskan secara 10 menit +
5 tetes I2 1% dikocok Larutan berwarna
biru(+++)
d) Perlakuan c diukur 1% transmitan pasa
gelombang 625 nm T= 26 %
A = 0,53
3. Tabung 3
a) 2 mL amilum + 1 mL aquades + 15 tetes Larutan bening
buffer fosfat pH 7
5. Tabung 5
a) 3 mL amilum + 15 tetes buffer fosfat pH 7 Larutan bening
A. Pengaruh temperatur
3. Suhu 500C T = 45
1. Suhu Kamar T = 45
T = 0,45
T = 0,45
A = - log
A = - log 0,45
= 0,45
= 0,346
T = 0,42 T = 0,45
= 0,45
= 0,376
= 0,346
B. Touge Busuk
T = 0,17
T = 0,45
A = - log 0,17
A = - log 0,45
= 0,769
= 0,346
= 0,346
2. Suhu Dingin T = 31 4. Suhu 1000C T = 10
T = 0,31 T = 0,1
A = - log 0,1
A = - log 0,31
= 01
= 0,508
= 0,346
B. Pengaruh pH
1. pH 5 4. pH 8
1 1
% T = - log % T = - log
2 2
A = - log T A = - log T
= 0,7447 = 0,4559
2. pH 7 5. pH 9
1 1
% T = - log % T = - log
2 2
A = - log T A = - log T
= 0,7959 = 0,3098
3. pH 7
1
% T = - log
2
A = - log T
= - log 0,38
= 0,4202
1. pH 5 4. pH 8
1 1
% T = - log % T = - log
2 2
A = - log T A = - log T
1 1
% T = - log % T = - log
2 2
A = - log T A = - log T
= 0,6020 = 0,3010
3. pH 7
1
% T = - log 2
A = - log T
= - log 0,46
= 0,3372
1. Tabung 1 4. Tabung 4
1
1 % T = - log
% T = - log 2
2
A = - log T A = - log T
= 0,6576 = 0,7695
2. Tabung 2 5. Tabung 5
1 1
% T = - log % T = - log
2 2
A = - log T
A = - log T
= - log 0,25
= - log 0,18
= 0,6020
= 0,7447
3. Tabung 3
1
% T = - log 2
A = - log T
= - log 0,16
= 0,7959
1. Tabung 1 4. Tabung 4
1 1
% T = - log % T = - log
2 2
A = - log T A = - log T
= 0,39 = 0,88
2. Tabung 2 5. Tabung 5
1 1
% T = - log % T = - log
2 2
A = - log T A = - log T
= 0,58 = 0,23
3. Tabung 3
1
% T = - log 2
A = - log T
= - log 0,32
= 0,49
VII. Pembahasan
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya
menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan
bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah
lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk
menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang
membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi
karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih
lama.
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari
hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan
lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis
RNA, dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk
sebagai RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga
dimensinya (struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya,
prediksi aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang
sangat sulit.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain :
1. Konsentrasi Enzim, suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan
reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Poedjiadi & Supriatin,
2005).
2. Konsentrasi Substrat, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikan
kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi
kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini
telah diterangkan oleh Michaelis – Menten dengan hipotesis mereka tentang
terjadinya kompleks enzim substrat (Poedjiadi & Supriatin, 2005)
3. Suhu, pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu
yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat (Poedjiadi, 1994). Disamping itu,
karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif
enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi
berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum
terjadinya proses denaturasi dapat menaikan kecepatan reaksi (Poedjiadi &
Supriatin, 2005).
4. Pengaruh pH, Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan
ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan
berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks
enzim substrat (Poedjiadi & Supriatin, 1994). Disamping pengaruh terhadap
struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan
terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas
enzim (Poedjiadi & Supriatin, 2005).
5. Pengaruh Inhibitor, Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim.
Penghambatan kerja enzim dibedakan menjadi penghambatan reversibel dan
penghambatan ireversibel. Selain itu, ada pula inhibitor kompetitif dan inhibitor
non-kompetitif. Inhibitor kompetitif memiliki struktur kimia yang mirip dengan
substrat dan mengikat enzim pada active site yang sama dengan substrat (tempat
katalitik). Maka, inhibitor dan substrat akan bersaing untuk memperebutkan
tempat-tempat pengikatan yang sama pada permukaan enzim. Struktur inhibitor
non-kompetitif berikatan dengan enzim pada domain yang berbeda dari tempat
pengikatan enzim-substrat. Inhibitor ini dapat bereaksi dengan kompleks enzim-
substrat (karena tempat pengikatan enzim yang berbeda) untuk menghasilkan
produk. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak
reversibel. Hambatan tidak reversibel pada umumnya disebabkan oleh terjadinya
proses destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang terdapat
pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa hambatan bersaing atau
habatan tidak bersaing (Poedjiadi & Supriatin, 2005). Semua enzim adalah
protein. Beberapa mempunyai struktur yang agak sederhana, namun sebagiaan
besar enzim mempunyai struktur yang rumiit,. Banyak enzim yang strukturnya
belum diketahui. Untuk aktifitas biologis, beberapa enzim memerlukan gugus –
gugus prostetik, atau kofaktor.
Kofaktor ini merupakan bagian non – protein dari enzim itu. Suatu kofaktor
dapat berupa ion logam sederhana, ion tembaga misalnya merupakan kofaktor bagi
enzim asam askorbat aksidase. Enzim lain mengandung molekul organik non –
protein sebagai kofaktor. Gugus prostetik organik seringkali dirujuk sebagai suatu
koenzim (Fessenden & Fessenden, 1999).
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengamati
pengaruh temperatur, pH dan konsentrasi substrat terhadap kerja aktivitas enzim.
Bahan utama yang digunakan pada percobaan ini adalah toge. Kecambah atau
toge adalah tumbuhan muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik
didalam biji. Didalam kecambah terdapat kandungan enzim amilase yang tinggi.
Dengan melakukan penyaringan selama 7-8 jam enzim amilase pada kecambah akan
memecah pati yang dikandungnya menjadi molekul sederhana.
Amilase adalah enzim pemecah karbohidrat dari bentuk majemuk menjadi
bentuk yang lebih sederhana. Misalnya, pati dan glikogen dipecah menjadi maltosa,
maltotriosa atau oligosakarida. Enzim ini terdapat dalam air liur (ptialin) dan getah
pankreas yang membantu pencernaan karbohidrat dalam makanan. Darah normal
juga mengandung sedikit amilase dari hasil pemecahan sel yang berlangsung secara
normal. Pada penyakit radang pankreas, gondongan, kencing manis, kadarnya dalam
darah meningkat. Sebaliknya pada penyakit hati, kadarnya menurun. Amilase
merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolis amilum (pati) menjadi gula-
gula sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam
proses pembuatan biskuit, minuman beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa.
Pada percobaan ini dilakukan tiga prosedur utama yaitu pengujian terhadap
pengaruh temperatur, pengaruh pH dan pengaruh substrat.
1. Pengaruh Temperatu
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui aktivitas enzim pada suhu
dingin, suhu kamar, suhu 500C dan suhu 1000C.
Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan pengaruh temperatur
terhadap kerja enzim ini yaitu pertama-tama menyiapkan 4 buah tabung reaksi
yang telah bersih kemudian memasukkan larutan amilum 0,1% sebanyak 2,5 mL
dan buffer fosfat pH 7 sebanyak 2,5 mL kedalam setiap tabung reaksi. Hasil yang
diperoleh untuk semua tabung yaitu larutan bening. Kemudian memasukkan
tabung reaksi yang pertama kedalam wadah yang berisi es batu dan
mendiamkannya selama ± 7 menit, sedangkan tabung kedua didiamkan pada
temperatur kamar, tabung ketiga pada suhu 50oC dan tabung keempat pada suhu
1000C masing-masing selama ± 7 menit. Hasilnya untuk keempat tabung, larutan
bening. Kemudian memanaskan filtat toge pada suhu 500C dan 1000C selanjutnya
menambahkan 15 tetes filtrate toge segar kedalan masing-masing tabung 1 dan 2,
serta filtrate toge yang dipanaskan pada suhu 50oC kedalam tabung 3 dan filtrate
toge yang dipanaskan pada suhu 100oC kedalam tabung 4. Hasilnya yaitu
terbentuk larutan kuning keruh. Selanjutnya mengocok larutan selama 30 menit,
fungsi pengocokan adalah untuk membuat kedua zat yang dicampurkan dapat
menyatu. Pada selang waktu 5 menit mengambil larutan pada masing-masing
tabung dan melakukan pengujian dengan meneteskan larutan pada plat tetes dan
menambahkan satu tetes larutan iodin 1 %. Fungsinya yaitu untuk dapat melihat
perubahan warna dari setiap penambahan. Karena iodine dapat berfungsi untuk
melihat adanya amilum yang belum mengalami penguraian oleh enzim dalam
sampel. Dan dapat berfungsi sebagai indikator terhadap reaksi yang terjadi
dimana akan tampak perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru.
Sehingga dapat terlihat perubahan warna dari setiap pengocokan, pada
tabung 1 pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan
(+), hijau kekuningan (++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan (++++),
hijau kekuningan (+++++) dan hijau kekuningan (++++++). Pada tabung 2
pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau (+), hijau (++), hijau
(+++), hijau (++++), hijau (+++++) dan hijau (++++++). Pada tabung 3
pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan
(++++++), hijau kekuningan (+++++), hijau kekuningan (++++), hijau
kekuningan (+++), hijau kekuningan (++) dan hijau kekuningan (+), dan pada
tabung 4 pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hitam.
Untuk filtrate toge bermalam, prosedur percobaan yang dilakukan sama
dengan filtrate toge segar. Dengan hasil perubahan warna pada tabung 1
pengocokan 5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan (+), hijau
kekuningan (++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan (++++), hijau
kekuningan (+++++) dan hijau kekuningan (++++++). Pada tabung 2 pengocokan
5 menit pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan (+), hijau kekuningan
(++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan (++++), hijau kekuningan
(+++++) dan hijau kekuningan (++++++). Pada tabung 3 pengocokan 5 menit
pertama sampai 5 menit 6 adalah hijau kekuningan (++++++), hijau kekuningan
(+++++), hijau kekuningan (++++), hijau kekuningan (+++), hijau kekuningan
(++) dan hijau kekuningan (+).Pada tabung 4 pengocokan 5 menit pertama sampai
5 menit 6 adalah hitam.
Setelah semua larutan selesai diuji, selanjutnya menentukan kecepatan
penguraian masing-masing larutan dengan melakukan pengenceran 2 mL larutan
yang tersisa hingga batas kuvet dan mengukur % transmitan pada 𝜆 625 nm
dengan menggunakan spektronik 20.
Spektronik 20 memiliki panjang gelombang pada rentang 340 nm sampai
600 nm. Larutan berwarna yang akan dianalisis diletakkan pada tabung kuvet
untuk kemudian diletakkan pada tempat letak cuplikan dan absorbansi atau %
transmitan dapat terlihat pada skala pembaca. Sehingga sampel yang akan diukur
nilai absorbannya haruslah sampel yang berwarna. Spektrofotometri adalah
sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan
kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometri menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsikan. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan
pada hukum Lambert-beer, bila cahaya monokromatik (Io), melalui suatu media
(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir),
dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas
cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel dengan intensitas cahaya
mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan,
kemungkinan yang pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua
adalah cahaya discattering. Bila energy dari cahaya (foton) harus sesuai dengan
perbedaan energy dasar dan energy eksitasi dari molekul tersebut. proses inilah
yang menjadi dasar pengukuran dari absorbansi dalam spektrofotometer. Cara
kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari
sumber sinar, cahaya tersebut kemudian menuju kekuvet (tempat sampel).
Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca
oleh detector yang kemudian menampilkannya ke layar pembaca
Setelah dilakukan pengukuran serapan pada panjang gelombang 625 nm
untuk toge segar, nilai transmitan yang diperoleh pada tabung 1 suhu dingin yaitu
42% dengan nilai absorbansi sebesar 0,376, tabung 2 suhu kamar yaitu 45%
dengan nilai absorbansi sebesar 0,346, tabung 3 suhu 500C yaitu 46% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,337 dan tabung 4 suhu 1000C yaitu 42% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,958. Sedangkan pengukuran serapan pada panjang
gelombang 625 nm untuk toge bermalam,
nilai transmitan yang diperoleh pada tabung 1 suhu dingin yaitu 31%
dengan nilai absorbansi sebesar 0,508, tabung 2 suhu kamar yaitu 25% dengan
nilai absorbansi sebesar 0,602, tabung 3 suhu 500C yaitu 17% dengan nilai
absorbansi sebesar 0,769 dan tabung 4 suhu 1000C yaitu 10% dengan nilai
absorbansi sebesar 1.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan nilai absorbansi, maka dapat
diketahui bahwa amilum telah terhidrolisis, atau terurai menjadi asam-asam amin
penyusunnya. Sedangkan perubahan warna yang terjadi secara perlahan-lahan dan
dengan kecepatan yang berbeda-beda untuk setiap sampel menunjukkan bahwa
pada saat itu amilum tersebut belum terurai sempurna menjadi asam amino
penyusunnya. Dan sesuai dengan literatur yang ada, bahwa enzim bekerja pada
suhu optimum sekitar 40-60 oC. Suhu optimal enzim bergantung pada lamanya
pengukuran kadar yang dipakai untuk menentukannya. Semakin lama suatu enzim
dipertahankan pada suhu dimana strukturnya sedikit labil, maka semakin besar
kemungkinan enzim tersebut mengalami denaturasi.
Aktivitas enzim dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sifat asam
atau basa dari suatu zat dan suhu. Zat yang bersifat asam dan suhu yang semakin
rendah dapat memperlambat hidrolisis amilum, begitu pula sebaliknya. Namun
jika suhu terlalu tinggi akan menyebabkan enzim tidak dapat bereaks karena
terjadi denaturasi.
Adapun ketidak sesuaian hasil pengamatan pad percobaan ini diakibatkn
karna terjadinya ketidak telitian pada pelakuan suhu dingin, yaitu lambat
memasukkan filtrate toge segar, seharusnya kerja enzim lambat yang ditandai
warna hijau.
2. Pengaruh pH
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap
kerja enzim.
Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan pengaruh pH terhadap
kerja enzim ini yaitu pertama-tama menyediakan 5 buah tabung reaksi yang telah
bersih kemudian memasukkan masing-masing 0,75 mL larutan buffer dengan
nilai pH 5, 6, 7, 8 dan 9. Kemudian menambahkan 0,5 mL amilum kedalam setiap
tabung dan menambahkan 3 tetes filtrate toge segar kedalam setiap tabung reaksi
lalu mengocoknya selama 10 menit. Kemudian mendiamkan setiap tabung selama
30 menit, hasil yang diperoleh yaitu larutan keruh. Selanjutnya memanaskan
kelima tabung selama 10 menit. Kemudian menambahkan 3 tetes iodine 1 %
kedalam setiap tabung, fungsinya yaitu untuk dapat melihat perubahan warna dari
setiap penambahan. Karena iodine dapat berfungsi untuk melihat adanya amilum
yang belum mengalami penguraian oleh enzim dalam sampel. Dan dapat
berfungsi sebagai indikator terhadap reaksi yang terjadi dimana akan tampak
perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru. Lalu mengocoknya, fungsi
pengocokan adalah untuk membuat kedua zat yang dicampurkan dapat menyatu.
Hasil yang diperoleh pada tabung 1 yaitu larutan berwarna biru, pada tabung 2
yaitu larutan berwarna ungu kebiruan, pada tabung 3 yaitu larutan berwarna biru,
pada tabung 4 larutan berwarna kebiruan dan pada tabung 5 larutan bewarna
kuning keruh.
Untuk filtrate toge bermalam, prosedur percobaan yang dilakukan sama
dengan filtrate toge segar. Dengan hasil pada tabung 1 larutan keruh (+), hasil
pada tabung 2 larutan berwarna ungu kehitaman, hasil pada tabung 3 larutan
keruh (++), hasil pada tabung 4 larutan berwarna biru pekat dan hasil pada tabung
5 larutan keruh (+++).
Fessenden, J. dan Fessenden, R. (1999). Kimia Organik, Jilid II. Jakarta: Erlangga.