Disusun oleh
2. ETIOLOGI
1. Kelainan di esofagus
Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esofagus,
tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-
hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis.
Disamping mengeluh disfagia,badan mengurus dan anemis, hanya seseklai
penderita muntah darah dan itupun tidak masif. Pada endoskopi jelas terlihat
gambaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan mudah berdarah yang
terletak di sepertiga bawah esofagus.
Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah–muntah hebat yang pada akhirnya
baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda.
Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus
menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan disebabkan oleh
karsinoma esofagus.
Esofagitis korosiva
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria
muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air keras
tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan asam HCl, yang bersifat korosif untuk
mukosa mulut, esofagus dan lambung. Disamping muntah darah penderita juga
mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar di mulut. Dada dan epigastrum.
2. Kelainan di lambung
Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan
yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu
hati. Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau sering menggunakan obat
rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.
Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hatidan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan
dengan makanan. Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa nyeri dan pedih
dirasakan semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang.
Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melene lebih dominan dari hematemesis.
Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada
umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa pedih,
nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan badan menjadi
lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.
3. PATOFISIOLOGI
6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang
teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan
bagian atas meliputi :
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lemah atau
kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat
penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit
lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia
dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan
pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di
daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil
anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan
memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu
diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda
anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang
lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari
tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti,
eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan
edema tungkai. Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit,
leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan
secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.
2. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah
esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan
duodenum. emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada
daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya
varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan
radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.
3. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan
sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat
dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk
pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang
berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini
mungkin setelah hematemesis berhenti.
4. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit
hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran
makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang
sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien hematemesis melena adalah :
a. Koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan
perubahankesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang
menyertaikelainan parenkim hati)
b. Syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantungdan
tekanan darah menurun)
c. Aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk
salurannapas)
d. Anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak
disadari).(Mubin, 2006)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Nama, umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), jenis kelamin (bisa laki –laki
maupun perempuan), suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS,
dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang dating
secara tiba-tiba.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang dating secara tiba
- tiba
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat oenyakit hepatitis kronis, sirosis hepatis,
hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit
darah (missal : DM), riwayat pengguunaan obat ulserorgenik, kebiasaan/ gaya hidup
(alkoholisme, gaya hdiup/ kebiasaan makan).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan yang
dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi anggota
keluarga yang lain.
f. Pola – pola Fungsi Kesehatan
1. Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pasien mempunyai kebiasaan alkoholisme, penggunaan obat
ulserogenik
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan adanya keluhan pasien berupa mual, muntah, kembung, dan
nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus dalam bentuk makanan yang
lunak yang mudah dicerna
3. Pola aktifitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein (hydroprotein)
yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot
dan kelelahan, sehingga aktivitas sehari – hari termasuk pekerjaan harus dibatasi
atau harus berhenti bekerja
4. Pola eliminasi
Pola eleminasi mengalami gangguan, baik BAK maupun BAB. Pada BAB terjadi
konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis,
konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
5. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut
membesar karena ascites dan kulit mongering, bersisik agak kehitaman
6. Pola hubungan dan peran
Dengan adanya perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan dalam
menjalankan perannya seperti semula
7. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perubahan karena ketidakseimbangan hormone, androgen dan
estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido
dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus
haid atau daoat terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami istri
8. Pola penanggulangan stress
Biasanya pasien dengan koping stress yang baik, maka dapat mengatasi
masalahnya namun sebaliknya bagi pasien yang tidak bagus kopingnya maka
pasien dapat destruktif lingkungan sekitarnya
9. Pola nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada pasien
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umumpasien hematemesis melena akan terjadi ketidak seimbangan
nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna,
mual, muntah, kembung
2. B1 ( Breathing)
Jelaskan bentuk pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk,sputum,
batuk berdarah, pemeriksaan fisik dengan cara:
1. Inspeksi : bentuk dada
2. Palpasi : Kesimetrisan pergerakan dada, premitus taktil, clubbingfinger
3. Perkusi : Suara perkusi paru, batas paru
4. Auskultasi : Jenis suara nafas, kelainan suara nafas, wheezing, stridor
3. B2 (Blood)
Jelaskan apakah ada nyeri dada, nafas pendek, orthopnea, sesak nafas,
berkeringat, palpitasi toleran terhadap aktifitas, dan pemeriksaan fisikdengan
cara:
1. Inspeksi : Sehat/tidak sehat, nyeri, sianosis, anemia, temperature,nafas, pucat,
keringat, clubbing finger.
2. Palpasi : apek jantung, nadi, JVP, oedema, asites
3. Perkusi : batas jantung
4. Auskultasi : Suara jantung, suara tambahan, murmur, gallop.
4. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran, fungsi, koordinasi, reflek, postur. Kemampuan bergerak,
kelumpuhan, nyeri kepala, muntah, pemeriksaan syarafkranial.
5. B4 (Bowel)
Jelaskan nyeri, mual dan muntah, kembung, pemeriksaan fisik dengancara :
1. Inspeksi : distensi, kesimetrisan
2. Palpasi : asites, nyeri tekan, batas organ
3. Perkusi : distensi
4. Auskultasi : suara peristaltic, BU
6. B5 (Bladder)
Periksa keadaan alat kelamin, nyeri, pemeriksaan rektal
7. B6 (Bone)
Jelaskan adanya deformitas, postur, kelemahan, nyeri, bengkak, penurunan
kemampuan mobilitas, penurunan fungsi, ROM.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
2. Resiko syok hipovolemik dengan faktor Perdarahan dilambung
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungandengan Mual,
muntah dan nafsu makan menurun (ketidakmampuanmemproses makan)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan
penyakitnya
3. INTERVENSI
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
NIC : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola nafas
efektif. Kriteria Hasil :
- Frekuensi pernafasan sesuai yang diharapkan
- Irama nafas sesuai yang diharapkan
- Kedalaman inspirasi dan ekspansi dada yang simetris
NOC :
NOC :
- Monitor status sirkulasi tekanan darah, warna kulit, suhu kulit dan observasi dalam
batas normal
- Monitor tanda- tanda awal syok
- Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala dan tanda syok
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
NOC :
5. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Grace, P. A. dan Borley, N.R. 2007.At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta:
Media.Aesculapius.
Nurari. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC . Yogyakarta : Media Action Publishing.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses
Penyakit , edisi 6, Jakarta: EGC.