KELOMPOK 1:
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa tentang Asuhan Keperawatan Retardasi
Mental dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat
berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita semua. Sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah disusun di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan
semoga dapat berguna baik bagi penulis maupun pembaca. Sebelumnya kami
meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui pengertian dari retaldasi mental
1.3.2 untuk mengetahui etiologi dari retaldasi mental
1.3.3 untuk mengetahui klasifikasi dari retaldasi mental
1.3.4 untuk mengetahui manifestasi dari retaldasi mental
1.3.5 untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk retaldasi mental
4
1.3.6 untuk mengetahui pencegahan retaldasi mental
1.3.7 untuk mengetahui penanganan retaldasi mental
5
BAB II
PEMBAHASAN
B. ETIOLOGI
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam
penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
Tampak sejak lahir atau usia dini
Secara fisis tampak berkelainan/aneh
Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
Tidak berhubungan dengan kelas sosial
6
Diketahui pada usia sekolaH
Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih
merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi
mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural. Penyebab retardasi
mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
a.Penyebab pranatal
o Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl
Keton Uria (PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea,
histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal Lowe, hiperprolinemia,
tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolisme lemak yaitu degenerasi
serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolisme
karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storabe disease.
o Kelainan Kromosom Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan,
kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhri dengan
kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang lahir memiliki kelainan
kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. bayi yang bertahan,
kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome, atau trisomy 21. Manusia
normal memiliki 46 kromosom (23 pasang). orang dengan kelainan down
syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom
ke 21).
o Infeksi maternal selama kehamilan yaitu infeksi TORCH dan Sifilis.
Cytomegali inclusion body disease merupakan penyakit infeksi virus yang
paling sering menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau subklinik
pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat fatal.
Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit mental.
o Komplikasi kehamilan Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada
ibu hamil yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa
dan solutio plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.
7
b. Penyebab perinatal
o Prematuritas Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi
menyebabkan meningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah
sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami
kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak anak dengan retardasi
mental.
o Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
o Kernikterus Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan
bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel otak.
o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab postnatal
o Infeksi (meningitis, ensefalitis)
o Trauma fisik
o Kejang lama
o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
D. Manifestasi Klinis
Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja,
melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah,
pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak
hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat
diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental. Pemeriksaan fisis pada
anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena anak
retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya
tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan
neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan fisik pasien
dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik,
misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan
down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral sangan mudah dikenali seperti
hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan
ekspresi wajah yang tampak tumpul.
9
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia. Namun,
tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus
dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda. penilaian
tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan
klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial
pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas
indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai
screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanya
kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut. Beberapa pemeriksaan
penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan,
dan MRI. Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3
tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada
bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan
bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan
motor dan American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994, mensyaratkan
tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:
Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau kurang
menurut tes IQ yang diadakan secara individu.
Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi
saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan
pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang berikut ini:
yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan
sosial-interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas, self dierection,
keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan
keamanan.
Terjadi sebelum berusia 18 tahun. Tingkatan keterbelakangan mental menurut
APA, diklasifikasikan menjadi mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai
sekitar 70), moderate mental retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55),
severe mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound
mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak
dengan keterbelakangan mental :
10
1. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam
berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu
tidak melihat keterbelakangan ini.
Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman
dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam
oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara
sosial.
Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan
kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan
dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.
11
4. Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua
bidang, kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan
perawatan diri.
Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas
tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari
pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi
dengan ketat.
Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara
dengan cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular,
tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan
diri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit
n. Urin mukopolisakarida
12
F. PENCEGAHAN RETARDASI MENTAL
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat
dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan
dengan:
1) pendidikan kesehatan pada masyarakat,
2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
3) konseling genetik,
4) Tindakan kedokteran, antara lain:
a) perawatan prenatal dengan baik,
b) pertolongan persalinan yang baik, dan
c) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan
dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
13
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan
hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih
anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah
terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi
mental, yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian
sendiri, dst.,
2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin
penderita, dan
4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang
baik dan buruk secara moral.
a. Faktor Predisposisi
- Faktor yang mempengaruhi harga diri seperti pengalaman dijauhi
teman-teman yang normal.
14
- Faktor yang mempengaruhi identitas diri,ketidak percayaan orang tua
pada anaknya.
- Pemeriksaan pada saat kehamilan dan persalinan
- Pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Faktor Presipitasi
- Trauma
- Ketegangan peran akibat perubahan pertumbuhan
Riwayat Kesehatan
Perawat perlu mengumpulkan data dari orangtua anak mengenai
keluhan dan perilaku anak di rumah. Masalah fisik,seperti alergi,nafsu
makan,masalah eliminasi,penyakit infeksi yang baru diderita,dan
masalah pernapasan bagian atas,serta penyakit yang biasa dialami
anak,juga perlu diperoleh dari orang tua.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi riwayat operasi dan pengobatan,kebiasaan
anak(seperti: bicara,emosi,tics,dan riwayat perkembangan serta
pendidikan).
Riwayat Perkembangan Personal dan Sosial
Gejala yang terlihat pada anak retradasi mental melalui
ketidakmatangan perilaku sosialnya,yang mana mereka lebih suka
bermain dengan anak-anak yang lebih kecil. Anak-anak retradasi mental
mungkin tidak berbicara dan melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat
usia mereka. Mungkin berperilaku acting out,atau sebaliknya menarik
diri dari anak-anak lain. Pada umumnya mereka memiliki konsep diri
yang rendah dan mudah frustasi serta menangis.
Perkembangan Kognitif
Anak-anak yang bermasalah dalam belajar,tidak mampu mentransfer
hal-hal yang telah dipelajari dari satu situasi ke situasi lain. Mereka
belajar bahwa langit bewarna biru,tetapi tidak dapat mengenal burung
atau mobil yang bewarna biru. Anak retradasi mental juga tidak orang
yang dapat mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari.
15
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang
terjadi adalah
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan karena kerusakan fungsi
kognitif
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah karena tidak efektifnya koping
3. mekanisme
4. Gangguan identitas diri karena tidak realistis harapan orang tua
5. Perubahan proses keluarga karena mempunyai anak yang retradasi mental
6. Gangguan komunikasi
2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan bagi anak retradasi mental bersifat individual. Selain
sebagai manusia,anak retradasi mental merupakan bagian dari kelompok atau pasien
dirumah sakit. Tujuan keperawatan yang utama adalah pencegahan penyakit dan
pengambilan fungsi serta kesehatan anak. Dimanapun tatanan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada anak retradasi mental,rencana keperawatan harus berdasarkan
informasi sebagai berikut:
a. Latar Belakang Informasi
Informasi dikumpulkan melalui pengkajian keperawatan,riwayat
kesehatan,riwayat keluarga dan cacatan medis.
b. Kebutuhan Anak
Informasi mengenai kebutuhan anak sangat tergantung kepada hasil
pengkajian,kemampuan berbahasa, dan area sensorik,baik ekspresif
maupun reseptif; perkembangan perilaku dan sosial;dan kemampuan
intelektual serta keterbatasan fisik.
c. Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan direncanakan bersama orangtua,tenaga kesehatan
lain,guru dan anak (jika memungkinkan). Perencanaan keperawatan yang
berkisar pada keterampilan motorik,keterampilan menolong diri
sendiri,keterampilan berbahasa dan berkomunikasi, keterampilan kognitif,
keperawatan sosial, merupakan hal yang sangat penting untuk berhasil
mencapai tiap tujuan keperawatan.
d. Batu Loncatan
Anak dengan retradasi mental sangat lamban dalam mempelajari sesuatu
dan memerlukan dorongan terus menerus. Serangkaian kegiatan yang sesuai
16
tingkat fungsi kognitif dan motorik harus dimulai sedini mungkin . pelajaran
yang sama dapat direncanakan dengan menggunakan kegiatan yang
berbeda.
e. Rujukan Keperawatan
Seringkali ketika sedang memberi asuhan keperawatan pada anak
retradasi mental berdasarkan hasil pengkajiannya perawat mungkin
merencanakan rujukan pada profesi lain.
Rencana asuhan keperawatan yang digunakan di rumah sakit dapat
digunakan pada perencanaan asuhan keperawatan pada tatanan pelayanan
kesehatan lainnya.
Rencana asuhan keperawatan dapat membantu jika anak dirawat
dirumah sakit lagi dan di pakai sebagai alat mengajar tenaga kesehatan
lainnya. Rencana asuhan keperawatan mendokumentasikan asuhan
keperawatan individual yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
kesehatan untuk anak retradasi mental. Perawat dalam merencanakan
sebagai bagian dari tim kesehatan dan memberikan pendidikan pada anak
retradasi mental.
3. Implementasi
Anak dengan retradasi mental memerlukan lingkungan yang terstruktur
sehingga mereka dapat belajar dan berperilaku lebih. Jika anak mengetahui dengan
pasti apa yang diharapkan dari anak. Anak perlu dipisahkan dari stimulus atau
gangguan. Anak perlu tempat di ruang sekolah, rumah atau tempat lain dimana anak
merasa memiliki. Pengalaman anak bahwa ia dapat menyelesaikan tugas sangat penting
untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Anak ini cukup peka untuk mengetahui orang
yang dengan tulus menginginkan keberhasilan mereka. Abak berespon terhadap
sentuhan, kontak mata dan pujian. Intruksi yang sederhana dan bertahap membantu
proses belajar anak. Demonstrasi keterampilan dilakukan secara perlahan dan berulang-
ulang. Seing kali perawat perlu menuntun tangan anak dalam menyelesaikan tugasnya.
Memberikan penghargaan berupa pujian atau pelukan sangat membantu anak untuk
mencoba melakukan kegiatan dengan lebih sungguh-sungguh.
Semua anak belajar dengan menggunakan indera sentuhan,pendengaran dan
penglihatan. Anak perlu diajarkan tentang tugas dan konsep dengan berbagai
cara,kemudian diberi kesempatan untuk mempraktekannya.
17
4. Evaluasi
Evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan
kemampuan anak dilakukan dengan membandingkan data dasar dengan tingkaty
perkembangan dan keadaan kesehatan anak dengan tujuan yang dicapai.
18
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ,
atau sistem kejiwaan mental. Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu /
manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang
ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi
serta delusi yang besar.
B. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan
buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok. Pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi
gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu
dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
20