Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

“ARTI DAN MAKNA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM


PENDIDIKAN NASIONAL”

Oleh:

KELOMPOK II

1. Dini Khairani Zaid


NPM : 1510013211007
2. Mutiara Oktavia Bahrul Kosim
NPM : 1510013211020

Jurusan : Pendidikan Matematika

Nama Dosen : Dr. Yusida Irman, M.Pd.Ko

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik


baik secara perorangan mauoun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang
secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku. (SK Mendikbud No. 025/D/1995).

Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasihat .
pemberian nasihat hanyalah merupakan sebaian kecil dari upaya-upaya bimbingan
dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh
kepentingan konseli dalam rangka pengembangan pribadi konseli secara optimal.
Bimbingan dan konseli bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN,
2007).

Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan


konseling di sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembanganya
secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral
spritual).

Sasaran bimbingan konseling adalah hanya orang-orang normal yang mengalami


masalah. Melalui bantuan psikologis yang diberikan konselor diharapkan orang
tersebut dapat terbebaskan dari masalah yang menghadapinya.

Jika seseorang mengalami keabnormalan yang akut tentunya menjadi wewenang


psikiater atau dokter untuk penyembuhanya. Masalahnya, tidak sedikit petugas
bimbingan dan konseling yang tergesa-gesa dan kurang hati-hati dalam
mengambil kesimpulan untuk menyatakan seseorang tidak normal. Pelayanan
bantuan pun langsung dihentikan dan dialihtangankan.
2. Rumusan Masalah
1. Apa arti bimbingan menurut para ahli?
2. Apa arti konseling menurut para ahli?
3. Apa manfaat bimbingan dan komseling?
4. Apa asas bimbingan dan konseling?
5. Apa paradigma bimbingan dan konseling?
3. Tujuan
1. Mengetahui arti bimbingan menurut para ahli
2. Mengetahui arti konseling menurut para ahli
3. Mengetahui manfaat bimbingan dan konseling
4. Mengetahui asas bimbingan konseling
5. Mengetahui apa itu paradikma bimbingan dan konseling
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI BIMBINGAN

Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan


konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian,
pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan
merupakan suatu proses pemberian bantuan.

1. Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses


pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa;
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
2. Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan
adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-
kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam
kehidupannya.
3. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994:
94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu
setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya
sendiri.
4. Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang
dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan
memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik

Jadi bimbingan merupakan usaha untuk membantu seseorang berkaitan


dengan berbagai masalah sosial, kejuruan dan rekreasi dengan orang yang
dihadapi.
B. DEFENISI KONSELING

Dalam Mempelajari Bimbingan dan Konseling, mahasiswa sudah tentu harus


mengetahui pengertian-pengertian yang telah dikemukakan para tokoh. Karena hal
tersebut merupakan dasar agar dalam mempelajarinya mahasiswa menjadi fokus
pada sasaran perkuliahan. Oleh karena itu berikut ini penulis uraikan 17 Teori
berkenaan dengan pengertian bimbingan dan konseling tersebut :

1. Menurut Schertzer dan Stone (1980)


Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi
yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu
memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan
menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga
konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

2. Menurut Jones (1951)


Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan
semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk
diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan
pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus
ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.

3. Prayitno dan Erman Amti (2004:105)


Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

4. Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974)


Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli
(klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu
dibuatnya.

5. Menurut APGA (American Personel Guidance Association) dalam


Prayitno
(1987 : 25)
Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan
bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal
atau konflik atau masalah pengambilan keputusan.

6. Menurut Talbert (1959)


Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa
depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-
masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

7. Menurut Cavanagh,
Konseling merupakan “a relationship between a trained helper and a
person seeking help in which both the skills of the helper and the
atmosphere that he or she creates help people learn to relate with
themselves and others in more growth-producing ways.” Hubungan
antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari
pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang
diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan
dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang
semakin bertumbuh (growth-producing ways)

8. Menurut Tohari Musnawar (1992)


Konseling dalam Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk
Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan diakhirat.
Kesemuanya berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab
keduanya merupakan sumber pedoman kehidupan umat Islam.

9. Menurut ASCA (American School Conselor Association)


Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh
dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor
kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan
keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah-
masalahnya.

10. Menurut Pepinsky & Pepinsky, dalam Schertzer dan Stone (1974)
Konseling merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua orang
individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ; (b) terjadi dalam
suasana yang profesional (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk
memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.

11. Menurut Smith dalam Sertzer & Stone (1974)


Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli
(klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu
dibuatnya.

12. Menurut Division of Conseling Psychology


Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu
mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk
mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang
dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.

13. Menurut Blocher dalam Shertzer & Stone (1969)


Konseling adalah membantu individu agar dapat menyadari dirinya
sendiri dan memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengrauh
lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, membantu yang
bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku
tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan
nilai-nilai untuk perilaku dimasa yang akan datang.

14. Menurut Berdnard & Fullmer (1969)


Konseling merupakan pemahaman dan hubungan individu untuk
mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi
yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan
untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.

15. Menurut Lewis, dalam Shertzer & Stone (1974)


Konseling adalah proses mengenai seseorang individu yang sedang
mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku
dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan
seseorang yang bermasalah yang menyediakan informasi dan reaksi-
reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku
yang memungkinkan kliennye berperan secara lebih efektif bagi
dirinya sendiri dan lingkungannya.

16. Menurut Pietrofesa


Konseling merupakan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan
sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
konseli.

17. Menurut Winkell (2005 : 34)


Konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu konseli / klien secara tatap muka
langsung dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab
sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus maka masalah
yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.

Bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan


melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa
depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

C. MANFAAT BIMBINGAN DAN KONSELING

a) Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik,


merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling
tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam
diri kita.
b) Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan
menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami
karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu
pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum
terselesaikan itu.
c) Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan
menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan
hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan
diri sendiri.
d) Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya
bimbinga konseling.

D. ASAS

a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut


dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini,
guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan
menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya
benar-benar terjamin,
b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing
(konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.
c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta
didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih
dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan
ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
d. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di
dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing
(konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk
dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan
kepadanya.
e. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan
umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai
sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan
menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing
(konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta
didik.
f. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran
layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang
dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa
lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik
(klien) pada saat sekarang.
g. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama
dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan
bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya.
i. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada
norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat,
ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati
dan mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga
yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.
Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik
dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-
tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
(konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-
guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru
pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada
pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga
sekolah maupun di luar sekolah.
l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan
dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada
peserta didik (klien) untuk maju.

E. PRADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING

Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan
konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis,
dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan
dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan
(Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling
komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan
dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas
perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah
konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang
harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan
konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar
dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian

Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara


konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan
Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan
pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli :
psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di
Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar
dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di


Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan
potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait
dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi
biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).
BAB III

KESIMPULAN

 Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling memiliki derajad dan


tujuan yang sama dengan pelayanan pendidikan yaitu mengantarkan
peserta didik untuk memperoleh perkembangan diri secara optimal.
 Perbedaan terletak pada pelaksanaan tugas dan fumgsinya, dimana
masing-masing mempunyai karakteristik tugas dan fungsi yang berbeda
atau khas.
 Perkembangan dan kehidupan individu dikehendaki oleh semua pihak
dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil optimal sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan dan tujuan-tujuan yang hendak diraih.
Hendaknya tidak ada hal-hal yang menghambat kelancaran dan
pencapaian tujuaan pengembangan dan kehidupan itu.

Anda mungkin juga menyukai