Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TEHNIK DISTRAKSI MENOTON FILM KARTUN UNTUK

MENURUNKAN STRESS HOSPITALISASI PADA ANAK PRA


SEKOLAH DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Alvin Ekananta Rusdi*), Dera Alfiyanti**), Ulfa Nurullita***)

*)
Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang
***)
Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan klien untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan penuh dengan
stress. Distraksi menonton film kartun merupakan metode untuk menghilangkan stress dan kecemasan
dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Tehnik Distraksi menonton Film kartun terhadap Penurunan stress hospitalisasi di RSUD Tugurejo
Semarang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen one group pre
post test without control. Penelitian dengan rancangan sekelompok subjek diberi intervensi tanpa ada
pembanding. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stress menggunakan kuisioner. Subyek
dalam penelitian ini adalah pasien Anak usia pra sekolah yang mengalami stress hospitalisasi.
Berdasarkan hasil penelitian setelah diberikan distraksi menonton film kartun, Hasil analisis menunjukkan
tingkat stress sebelum terapi bermain dengan skor 25,37, termasuk tingkat stress sedang, sementara
tingkat stress setelah terapi distraksi menonton film kartun dengan skor 22.63, termasuk tingkat stress
ringan dengan p value = 0,000 (<0,05), berarti ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah terapi distraksi menonton film kartun. Terapi distraksi menonton film kartun bisa
mengurangi tingkat stress anak usia pra-sekolah, dari stress sedang sampai stress ringan.

Kata Kunci : Stress Hospitalisasi, Distraksi menonton film kartun

ABSTRACT

Hospitalization is a process that for planned or urgent reasons requires a clients to stay in the hospital,
undergoing therapy and care, until returning home. During this process, the child and parents may
experience various events, which are traumatic and stressful according to some researches. Cartoon movie
watching distraction is a method to relieve stress and anxiety by distraction ones’ attention to other thing.
This study aims to determine the influence of distraction technique of watching cartoon movies toward the
reduction of the stress of hospitalization at RSUD Tugurejo Semarang. The study uses quasi experiment
one group pre post test without control research design. The research is conducted by giving intervention
without comparator to the group of subjects. The subjects of the study are patients of preschool children

Pengaruh Tehnik Distraksi Menonton Film Kartun Untuk… (ekanantaa@gmail.com) 1


experiencing stress of hospitalization. The analysis result of the distraction treatment of watching cartoon
movies shows that the stress level before treatment is 25,37 included in medium stress level, while the
stress level after distraction therapy of watching cartoon movies is 22,63 included in mild stress level with
p value = 0,000 (<0,05). It means that there is a significant difference in the level of anxiety before and
after the distraction therapy of watching cartoon movies. It can reduce the stress level in preschool
children, from medium to mild one.

Key woards : stress of hospitalization, distraction of watching cartoon movies

PENDAHULUAN Distraksi merupakan metode untuk


Hospitalisasi merupakan suatu proses yang menghilangkan stress dan kecemasan dengan
karena suatu alasan yang berencana atau darurat, cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain
mengharuskan klien untuk tinggal dirumah sakit, sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang
menjalani terapi dan perawatan sampai dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan
pemulangannya kembali kerumah. Selama menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa
proses tersebut anak dan orang tua dapat menghambat stimulus cemas yang
mengalami berbagai kejadian yang menurut mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas
beberapa penelitian ditunjukkan dengan yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry,
pengalaman yang sangat traumatic dan penuh 2005). Adapun teknik yang dapat dilakukan
dengan stress (Supartini, 2004, hal. 188). diantaranya: bernafas lambat dan berirama
secara teratur, menyanyi berirama dan
Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan menghitung ketukannya, mendengarkan musik,
adanya ketidaksesuaian antara situasi yang mendorong untuk menghayal, masage dan
diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis menonton film (Asmadi, 2008, hal.149).
atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino
2006). Agolla dan Ongori (2009) juga Film adalah bentuk seni yang terkompresi,
mendifinisikan stres sebagai persepsi dari semacam puisi fisual (Legault,Michael.2006
kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan hal.46). Film merupakan media elektronik paling
kemampuan individu untuk memenuhinya. tua daripada media lainnya, apalagi film telah
Menurut Santrock (2003) stres merupakan berhasil mempertunjukkan gambar-gambar
respon individu terhadap keadaan atau kejadian hidup yang seolah-olah memindahkan realitas ke
yang memicu stres (stressor), yang mengancam atas layar besar. Keberadaan film telah
dan mengganggu kemampuan seseorang untuk diciptakan sebagai salah satu media komunikasi
menanganinya (koping). massa yang benar-benar disukai bahkan sampai
sekarang. Lebih dari 70 tahun terakhir ini film
Untuk mengatasi permasalahan hospitalisasi, ada telah memasuki kehidupan umat manusia yang
beberapa upaya yang dapat dilakukan di sangat luas dan beraneka ragam (Lliliweri, 2007,
antaranya adalah : meminimalkan dampak hlm. 153). Adapun manfaat menonton film yaitu
perpisahan, mengurangi kehilangan control, meningkatkan imajinasi, bisa menarik kita untuk
meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan mempelajari hal-hal baru, menjadi sarana untuk
tubuh dan nyeri. Tindakan perawat untuk mempelajari Bahasa asing, dan melatih untuk
mengatasi hospitalisasi pada anak salah satunya berfikir kritis serta dapat menurunkan stress
bias dilakukan dengan metode distraksi. akibat tekanan dalam kehidupan sehari-hari.

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


Jenis-jenis film di antaranya adalah action, Tujuan Peneliti
romance, cartoon. 1. Tujuan umum
Kartun adalah sebuah gambar yang bersifat Untuk mengetahui pengaruh terapi distraksi
reprensentai dan simbolik, mengandung unsur menonton film kartun untuk menurunkan
sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya stress hospitalisasi pada anak pra sekolah.
muncul dalam publikasi secara periodik, dan 2. Tujuan khusus
paling sering menyoroti masalah politik atau a. Mengidentifikasi stress hospitalisasi pada
masalah publik. Namun masalah-masalah sosial anak usia prasekolah sebelum dilakukan
kadang juga menjadi target, misalnya dengan terapi bermain menonton film kartun
mengangkat kebiasaan hidup masyarakat, b. Mengidentifikasi stress hospitalisasi pada
peristiwa olahraga, atau mengenai kepribadian anak usia prasekolah sesudah dilakukan
seseorang. Dengan kata lain, kartun merupakan terapi bermain menonton film kartun
metafora visual hasil ekspresi dan interpretasi c. Menganalisis perbedaan stress
atas lingkungan sosial politik yang tengah hospitalisasi anak sebelum dan sesudah
dihadapi oleh seniman pembuatnya (Nugroho, dilakukan terapi bermain menonton film
2008, hlm.2). Fungsi film kartun yaitu untuk kartun
hiburan, akan tetapi dalam film terkandung
fungsi informatife, maupun edukatif bahkan Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari
persuasive. Manfaat menonton film kartun bagi keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
anak-anak yaitu: sebagai hiburan, melatih daya mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain,
tangkap anak, menanamkan nilai-nilai dan sampel adalah elemen-elemen populasi yang
melatih kreatifitas anak (Legault, Micael, 2006, dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya
hlm.46). (Setiadi, 2013, hlm.102) Sempel yang di ambil
oleh peneliti adalah anak usia 3-5 tahun yang
RSUD Tugurejo merupakan rumah sakit mengalami stress hospitalisasi pada anak usai
pemerintah daerah dengan tipe C yang terletak di pra sekolah di RSUD tugurejo semarang.
Jalan Raya Tugurejo Semarang. Salah satu misi 1) Kriteria inklusi
RSUD Tugurejo adalah memberikan pelayanan Adalah persyaratan umum yang harus
kesehatan professional kepada pasien. dipenuhi oleh subyek penelitian atau populasi
Berdasarkan data yang terdapat di bagian rekam agar dapat diikutsertakan dalam penelitian
medis RSUD Tugurejo rata-rata tiap tahun pada (supardi, 2013, hlm.64)
tahun 2012 sampai 2014 terdapat total 2106 a) Pasien anak yang mengalami stress
pasien dan pada bulan Januasi 2015 hingga hospitalisasi di RSUD Tugurejo
November 2015 terdapat 1399 anak usia Semarang.
prasekolah yang mengalami hospitalisabs)i Pasien anak 3-6 tahun
(Catatan Keperawatan RSUD Tugurejo c) Bersedia menjadi responden
Semarang). Menurut hasil wawancara dengan 2) Kriteria eksklusi
Kepala ruang di ruang melati RSUD Tugurejo Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
hampir sebagian besar anak yang dirawat di mengeluarkan subyek yang memenuhi
ruang melati mengalami stress hospitalisasi, kriteria inklusi (Setiadi, 2013, hlm104).
dengan tanda anak sering tidak kooperatif saat a) Pasien yang tidak bersedia menjadi
dilakukan tindakan keperawatan saat proses responden
perawatan. b) Penyakit berat

Pengaruh Tehnik Distraksi Menonton Film Kartun Untuk… (ekanantaa@gmail.com) 3


Populasi untuk study yang simpel dengan control
Populasi pada penelitian ini adalah semua anak eksperimental yang kuat dan menggunakan 30
usia 3-5 tahun yang sedang dirawat inap di sempel responden sudah dianggap mewakili ke
RSUD Tugurejo Semarang dan baru pertamakali akuratan populasi.
mengalami rawat inap bulan Maret 2016.
Sebagai gambaran rata-rata anak usia 3-5 tahun Analisis Univariat
yang pertama kali dirawat inap di RSUD 1. Karakteristik Responden
Tugurejo semarang tahun 2015 perbulan adalah a. Jenis Kelamin
67anak. Variabel
f %
Jenis Kelamin
Desain penelitian Perempuan 14 46,7
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Laki-laki 16 53,3
adalah quasy eksperimen one group pre post test
Total 30 100
without control. Penelitian dengan rancangan
sekelompok subjek diberi intervensi tanpa ada
Hasil penelitian menunjukkan
pembanding. Efektivitas perlakuan dinilai
bahwa responden yang berjenis
dengan cara membandingkan nilai pre test dan
kelamin perempuan sebanyak 14
post test (Dharma, 2011, hlm.93). Quasi
responden (46,7%) sedangkan pada
experiment design (desain eksperimen semu)
jenis kelamin laki – laki sebanyak
rencana ini merupakan bentuk desain
16 responden (53,3%). Dari hasil
eksperimen yang lebih baik validitas internanya
penelitian ini di dapatkan bahwa
dari pada rencana pre eksperimen dan lebih
jumlah responden laki-laki lebih
lemah dari true experimental (Hidayat, 2008,
banyak daripada perempuan
hml.57). Gambar desain oleh quasy eksperimen
dikarenakan jumlah responden di
one group pre post test without control adalah
RSUD Tugurejo Semarang dengan
sebagai berikut
jenis kelamin laki-laki lebih banyak
a. Besar sampel
daripada perempuan.
Berdasarkan besar sampel yang cukup
b. Usia
banyak, peneliti menggunakan rumus
penentuan besar sempel, menurut
usia responden f %
Nursalam(2013, hlm 172) :
3 tahun 11 36,7
n = N.z2.p.q
d2 (N-1)+z2.p.q 4 tahun 9 30,0
n = 100 (1,96)2.0,5.0,5
5 tahun 10 33,3
(0,05)2(100-1) + (1,96)2.0,5.0,5
Total 30 100,0
n = 80 responden
Jadi, hasil penentuan besar sempel terdapat 80
responden, hasil tersebut dalam penelitian mean SD min max
eksperimen termasuk dalam hal yang cukup
banyak, menurut Dempsey dan Dempesey 3,97 0,850 3 5
(2002, hlm. 99). Sepuluh sampai dua puluh
subjek per klompok sudah dianggap minimum

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


Hasil penelitian menunjukkan penyebab kecemasan anak usia pra sekolah saat
bahwa responden yang berusia 3 mengalami hospitalisasi.
tahun sebanyak 11 responden
(36.7%), usia 4 tahun berjumlah 9 3. Skor Stres Sesudah Distraksi Menonton
responden (30.0%), usia 5 tahun Film Kartun
berjumlah 10 responden (33.3%). Variabel
f %
Pada penelitian ini jumlah terbanyak Skala Nyeri
responden yang mengalami stress tidak mengalami
2 6,7
adalah berumur 3 tahun. Hal ini stres
22 73,3
dikarenakan pada usia 3 tahun anak Stres ringan
6 20,0
belum paham tentang tindakan Stres sedang
tindakan yang dilakukan di rumah Total 30 100,0
sakit dan sebagian besar anak takut
terhadap lingkungan rumahsakit ,
Mean SD min Max
perawat maupun dokter yang
mengenaknan seragam putih.
22,63 2,735 18 29
2. Skor Stres Sebelum Distraksi Menonton
Film Kartun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Variabel f % responden yang tidak mengalami stres
Stres ringan 11 36,7 (< 20) berjumlah 2 responden
Stres sedang 19 63,3 (6,7%),yang mengalami stres ringan (20-
Total 30 100 24) sebanyak 22 responden (73,3%)
sedangkan responden yang mengalami
stres sedang (25-29) sebanyak 6
mean SD min Max responden (20,0%). Pada penelitian ini
didapatkan jumlah responden yang
25,37 2,623 20 29 mengalami steress ringan lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengalami stress sedang dan tidak
jumlah responden yang mengalami stres mengalami stress.
ringan sebanyak 11 responden (36.7%)
sedangkan yang mengalami stres sedang Analisis Bivariat
19 responden (63.3%). Pada penelitian 1. Uji Normalitas
ini didapatkan jumlah responden yang Shapiro-
mengalami steress sedang lebih banyak wilk
Kelompok
dibandingkan dengan responden yang
mengalami stress ringan. Statistic df Sig.
Nilai Sebelum di 0,939 30 0,086
Perpisahan dengan keluarga, berada di
lingkungan yang asing, serta ketakutkan intervensi
terhadap prosedur-prosedur tindakan yang akan Sesudah di 0,922 30 0,031
dilakukan, menurut Wong (2009) merupakan intervensi

Pengaruh Tehnik Distraksi Menonton Film Kartun Untuk… (ekanantaa@gmail.com) 5


(36,7%) sedangkan yang
2. Uji Wilcoxon mengalami stres sedang 19
Variabel Mean Median Min. Max. p responden (63,3%).
value 2. Tingkat stress sesudah intervensi
menunjukkan bahwa responden
Skor stres 25,47 25,00 20 29 0,00 yang tidak mengalami stres
sebelum 0 berjumlah 2 responden
(6,7%),yang mengalami stres
Skor stres 22,63 22,00 18 29 ringan sebanyak 22 responden
sesudah (73,3%) sedangkan responden
yang mengalami stres sedang
sebanyak 6 responden (20,0%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3. Berdasarkan hasil analisa
skor stres sebelum pemberian intervensi
dengan uji Wilcoxon diperoleh
mempunyai nilai mean 25,47, median
hasil bahwa ada perbedaan
25,00 dengan nilai minimum 20 dan
antara tingkat stress sebelum
nilai maksimum 29. Skor stres sesudah
dilakukan tehnik distraksi
pemberian intervensi mempunyai nilai
menonton film kartun dengan
mean 22,63 dan median 22,00 dengan
tingkat stress setelah dilakukan
nilai minimum 18 dan nilai maksimum
tehnik distraksi menonton film
29. Hasil Non Parametric Test
kartun (p-value= 0,000).
menggunakan Wilcoxon diperoleh p-
value= 0,000 maka H0 ditolak dan Ha
diterima yang artinya ada pengaruh Saran
1. Bagi Institusi pelayanan kesehatan
pemberian terapi distraksi menonton
dapat diaplikasikan sebagai
film kartun terhadap penurunan stres
pertimbangan secara rasional untuk
hospitalisasi pada anak pra sekolah di
pendekatan pada anak dalam
RSUD Tugurejo Semarang. Hal ini
menurunkan tingkat stress
membuktikan bahwa terapi distraksi
2. Bagi pengembangan ilmu keperawatan
menonton film kartun efektif dalam
Dapat memberi informasi bagi
menurunkan tingkat stres pada anak
perkembangan keperawatan tentang
dengan stres hospitalisasi.
tehnik distraksi pada anak yang
mengalami stress
Simpulan
3. Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian dan
Di harapkan hasil penelitian ini dapat
pembahasan mengenai tentang Pengaruh
dijadikan sebagai bahan acuan dan
tehnik distraksi menonton film kartun
masukan untuk peneliti selanjutnya
untuk menurunkan stress hospitalisasi
dengan variabel yang berbeda.
pada anak pra sekolah di RSUD
Tugurejo Semarang, maka diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat stress sebelum intervensi
menunjukkan bahwa jumlah
responden yang mengalami stres
ringan sebanyak 11 responden

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


DAFTAR PUSTAKA Sarafino, A. (2006). Kondisi Psikologi dalam
Aspek Belajar. Bandung: Alfabeta.
Agolla dan Ongori. (2009). Psychobiologyof
Physical Activity. Champaign, Il.: Supartini, Y. (2004).Buku Ajar Konsep Dasar
Human Kinetics. Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Wong. (2002). Buku ajar keperawatan pediatrik,
Dasar Klien. Jakarta.Salemba Medika edisi 2, Jakarta : EGC.

Dempsey & Dempsey. (2002). Riset


Keperawatan: Buku Ajar & Latihan.
Edisi 4. Jakarta: EGC

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian


Keperawatan : Panduan Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian.
Jakarta, Trans InfoMedia.

Hidayat, A.A.A, (2008). Metode Penelitian


Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika

Legault, M.R. (2006). Think, Jakarta;


Transmedia

Liliweri, Alo, (2007). Dasar-Dasar Komunikasi


Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik&


Geriatrik, Edisi-3. Jakarta:EGC

Potter, P.A, dan Perry, A.G. (2005). Buku Ajar


Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4.Volume
2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.

Setiadi (2013). Konsep dan Praktek Penulisan


Riset Keperawatan, Edisi 2. Yogyakarta,
Graha Ilmu

Pengaruh Tehnik Distraksi Menonton Film Kartun Untuk… (ekanantaa@gmail.com) 7

Anda mungkin juga menyukai