Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN FISIKA DAN KIMIA – TL 3101

MODUL 05

FILTRASI

Nama : Muhammad Haidar Zein Musyaffa’

NIM : 15317025

Kelompok : 02

Tanggal Praktikum : Selasa, 12 November 2019

Tanggal Pengumpulan : Selasa, 19 November 2019

Asisten yang Bertugas : Firdha Laila

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
I. Tujuan
1. Menentukan debit air yang melalui unit filter
2. Menentukan bilangan Reynolds pada unit filter
3. Menentukan headloss pada unit filter
4. Menentukan kekeruhan air sebelum dan sesudah melewati unit filter

II. Prinsip Dasar


Filtrasi adalah proses pemisahan zat padat pada medium cair,
terkhususnya air, dengan cara melewatkan medium cair tersebut ke media
berpori untuk menyaring zat padat atau pengotor yang relatif memiliki ukuran
lebih besar dari lubang pori media filter (Reynolds, 1982). Pengotor-pengotor
tersebut terdiri dari partikel tersuspensi seperti lumpur halus dan lempung,
materi biologis (bakteri, plankton, spora, dll). Material yang digunakan untuk
media filter pada umumnya yaitu pasir, batu bara, atau zat granular lain. (EPA,
1995). Selama filtrasi, kekeruhan dan jenis koloid dihapus atau tertahan di media
filter, sedangkan presipitat warna dan karakterisitik kimia air akan berubah
(Punmia, 1979)
Pada praktiknya, filtrasi tidak hanya proses tertahannya padatan yang
lebih besar dari ukuran media filter saja. Terdapat mekanisme terjadinya filtrasi,
mekanisme-mekanisme tersebut antara lain (Punmia, 1979):
1. Penyaringan (Shieving)
Merupakan proses tertahannya partikel tersuspensi pada pori-pori media
filter. Proses ini terjadi di permukaan filter dan tidak bergantung pada
kecepatan filtrasi. Clogging pada filter akan mengurangi porositas media
sehingga secara teoritis dengan bertambahnya waktu akan meningkatkan
headloss pada filter.
2. Sedimentasi
Merupakan proses pengendapan partikel yang tersuspensi yang memiliki
ukuran lebih kecil daripada pori-pori pada permukaan butiran filter. Sehingga
apabila filtrasi dilakukan secara terus menerus maka akan menyebabkan
- Berkurangnya ukuran efektif pori-pori
- Kecepatan turunnya air menurun
- Terbentuknya endapan
3. Adsorpsi
Proses penghilangan zat pengotor organik dan anorganik dalam air karena
adanya gaya tarik-menarik antar partikel pengotor dengan butiran media.
Prinsip proses adsorpsi yaitu perbedaan muatan antara permukaan butiran
filter dengan partikel pengotor. Proses adsorpsi ini mampu menghilangkan
partikel lebih kecil seperti koloid dan molekul-molekul terlarut. Kemampuan
adsorpsi hanya terjadi pada jarak yang sangat pendek, tidak lebih dari 0,01 –
1 mm dari permukaan media
4. Aktivitas Kimia
Didalam filter ada aktifitas kimia, dikarenakan bereaksinya beberapa
senyawa kimia dengan oksigen maupun dengan bikarbonat
5. Aktivitas Biologis
Aktivitas ini disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup didalam filter.
Secara alamiah mikroorganisme terdapat didalam air baku dan bila melalui
filter dapat tertahan pada butiran filter. Mikroorganisme ini dapat
berkembang biak dalam filter dengan sumber makanan yang berasal dari
bahan organik dan anorganik yang mengendap di butiran media.

III. Hasil Percobaan

Tinggi media : 80 cm e : 0,4


Jumlah selang : 41 dp : 0,4 mm
Jarak antar selang : 4 cm A : 0,00785 m2
Jarak antar selang depan-belakang : 2 cm
Jarak keran : 10 cm
Diameter tabung : 0,1 m
vs : 0,004246285 m/s
Q : 3,33x10-05 m3/s
Tabel III.1 Densitas air
Temperatur
Densitas air (kg/m3)
(ºC)
0 999,8
5 1000
10 999,7
15 999,1
20 998,2
25 997
30 995,7
40 992,2
50 988
60 983,2
70 977,8
80 971,8
90 965,3
100 958,4

Tabel III.2 Viskositas air


Temperatur Viskositas dinamis
(ºC) (Ns/m2)
0 0,001781
5 0,001518
10 0,001307
15 0,001139
20 0,001002
25 0,00089
30 0,000798
40 0,000653
50 0,000547
60 0,000466
70 0,000404
80 0,000354
90 0,000315
100 0,000282
Tabel III.3 Nilai kekeruhan pada variasi
Kedalaman filter Kekeruhan (NTU)
(m) I II Rata-rata
0 34,3 34,6 34,45
-0,1 32,9 33,1 33
-0,2 31,6 31,6 31,6
-0,3 32 32,3 32,15
-0,4 31,1 31,2 31,15
-0,5 30,2 30,4 30,3
-0,6 28,7 28,4 28,55
-0,7 28 28,4 28,2

Tabel III.4 Headloss pada filter


Kedalaman Tinggi air Headloss Headloss
filter (m) manometer (m) (m) Total (m)
0 1,29 0
-0,02 1,14 0,15
-0,04 1,13 0,01
-0,06 1,12 0,01
-0,08 1,13 -0,01
-0,1 1,115 0,015
-0,12 1,085 0,03
-0,14 1,07 0,015
-0,16 1,055 0,015
-0,18 1,004 0,051
-0,2 1,02 -0,016
-0,22 1,015 0,005
-0,24 1,055 -0,04
-0,26 0,985 0,07 0,7
-0,28 0,935 0,05
-0,3 0,945 -0,01
-0,32 0,927 0,018
-0,34 0,9 0,027
-0,36 0,91 -0,01
-0,38 0,9 0,01
-0,4 0,875 0,025
-0,42 0,88 -0,005
-0,44 0,865 0,015
-0,46 0,855 0,01
-0,48 0,825 0,03
-0,5 0,82 0,005
-0,52 0,805 0,015
-0,54 0,795 0,01
-0,56 0,75 0,045
-0,58 0,76 -0,01
-0,6 0,72 0,04
-0,62 0,72 0
-0,64 0,695 0,025
-0,66 0,7 -0,005
-0,68 0,66 0,04
-0,7 0,67 -0,01
-0,72 0,64 0,03
-0,74 0,66 -0,02
-0,76 0,625 0,035
-0,78 0,625 0
-0,8 0,59 0,035

IV. Pengolahan Data


1. Menghitung Densitas Air

Berdasarkan data yang terdapat dari Tabel III.1 Densitas air, diperoleh grafik :

Gambar IV.1 Grafik densitas terhadap temperatur

Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan y = -0,0036x2 – 0,0675x


+ 1000,6 dengan R² = 0,9992, oleh karena itu dapat dicari massa jenis air pada
temperatur 25oC dengan mensubtitusi nilai x dengan temperatur rata-rata (25oC)

𝑦 = −0,0036x 2 – 0,0675x + 1000,6

𝑦 = 996,6625 𝑘𝑔/𝑚3

Jadi massa jenis air pada temperatur 25oC adalah 996,6625 kg/m3.
2. Menghitung Viskositas Dinamis

Berdasarkan data yang terdapat dari Tabel III.2 Viskositas air, diperoleh grafik :

Gambar IV.2 Grafik viskositas terhadap temperatur

Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan y = -3*10-9x3 + 6*10-7 x2 - 5*10-


5
x + 0,0017 dengan R² = 0,9982, oleh karena itu dapat dicari viskositas air pada
temperatur 25oC dengan mensubtitusi nilai x dengan temperatur rata-rata (25oC)

𝑦 = −3 ∗ 10−9 x 3 + 6 ∗ 10−7 x 2 − 5 ∗ 10−5 x + 0,0017

𝑦 = 1,075 x 10−3 Ns/m2

Jadi viskositas air pada temperatur 25oC adalah 1,075 x 10-3 Ns/m2.

3. Perhitungan Luas Tabung Filtrasi

Luas tabung filtrasi dicari untuk mengetahui kecepatan aliran. Luas tabung
filtrasi dihitung dengan menggunakan persamaan :

1 2
𝐴= 𝜋𝐷
4
1
𝐴 = 𝜋0,12
4
𝐴 = 0,00785 𝑚2

Luas tabung filtrasi pada percobaan kali ini sebesar 0.00785 𝑚2.
4. Perhitungan Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran air digunakan untuk mencari nilai bilangan Reynolds


aliran yang mengalir dalam tabung filtrasi. Kecepatan aliran dihitung dengan
menggunakan persamaan :

𝑄
𝑉𝑠 =
𝐴
0,002
𝑉𝑠 =
0,00785
𝑉𝑠 = 0,2548 m/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑉𝑠 = 0,004246 𝑚/𝑠

Kecepatan aliran air pada percobaan kali ini sebesar 0,004246 𝑚/𝑠

5. Perhitungan Bilangan Reynolds

Bilangan Reynolds (Re) digunakan untuk menentukan jenis aliran fluida


dalam proses filtrasi yang nantinya akan mempengaruhi headloss yang
terjadi. Bilangan Reynolds dihitung dengan menggunakan persamaan :

𝛾 ∗ 𝜌𝑤 ∗ 𝑣𝑠 ∗ 𝑑𝑝
𝑅𝑒 =
𝜇
2,65 ∗ 996,6625 ∗ 0,004246 ∗ 0,0004
𝑅𝑒 =
1,075 × 10−3
𝑅𝑒 = 4,1731

Bilangan Reynolds aliran pada percobaan kali ini sebesar 4,1731

6. Perhitungan Friksi

Friksi merupakan faktor yang mempengaruhi nilai Headloss yang terjadi. Friksi
dihitung dengan menggunakan persamaan :

150(1 − 𝜀 )
𝑓= + 1,75
𝑅𝑒
150(1 − 0,4)
𝑓= + 1,75
4,1731
𝑓 = 23,3169
Koefisien friksi pada percobaan kali ini sebesar 23,3169
7. Perhitung Headloss Teoritis

Headloss merupakan kehilangan tekan aliran fluida dalam saluran akibat friksi
yang terjadi. Nilai Headloss dicari untuk mengetahui hubungan antara headloss
dengan kedalaman filter. Nilai headloss dapat dihitung dengan persamaan :

𝑓 ∗ 𝐿(1 − 𝜀 ) ∗ 𝑣𝑠2
ℎ𝑓 =
𝜀 3 ∗ 𝑔 ∗ 𝑑𝑝

Untuk headloss pada L = 0,68 :


23,3169 ∗ 0,68(1 − 0,4) ∗ 0,0042462
ℎ𝑓 =
0,43 ∗ 9,81 ∗ 0,0004
ℎ𝑓 = 0,683030885 𝑚

Cara yang sama digunakan untuk menghitung headloss pada L =0,02. Didapatkan
nilai headloss pada L = 0,68 sebesar 0,683030885 dan pada L = 0,02 sebesar
0,020089144.

V. Analisis dan Pembahasan


 Analisis Hasil Percobaan

Pada percobaan kali ini, dilakukan pengukuran nilai kekeruhan untuk setiap
kedalaman yang berbeda, kemudian hasil tersebut di plotkan menjadi grafik
sebagai berikut :

Gambar V.1 Grafik kedalaman filter terhadap kekeruhan


Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar kedalaman
pada filter, maka semakin kecil nilai kekeruhannya. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin dalam titik yang di ukur maka semakin baik kualitas airnya,
hal tersebut terjadi karena partikel – partikel pengotor yang ada telah tertahan
pada lapisan atas pada medium pasir, sehingga ketika pada titik terdalam maka
partikel pengotor yang ada akan lebih sedikit dan menyebabkan nilai
kekeruhan yang lebih kecil dibandingkan dengan titik dengan kedalaman yang
rendah.
Kemudian ditentukan besarnya tekanan air berdasarkan beda ketinggian air
pada manometer, hasil dari tekanan tersebut kemudian di plot kedalam grafik
sebagai berikut :

Gambar V.2 Grafik kedalaman filter terhadap tekanan air

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin dalam media filter
maka semakin besar nilai tekanannya. Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa
headloss yang terjadi akan semakin membesar seiring dengan pertambahan
kedalaman pada filter. Akan tetapi hasil yang didapatkan tidak menunjukkan
hasil yang benar-benar linear, terdapat beberapa titik yang tidak sejajar dalam
satu garis linear, hal ini terjadi karena adanya kemungkinan terjadinya
penyumbatan (clogging) yang terjadi pada lapisan medium tertentu sehingga
diperlukan head yang lebih besar dan menyebabkan headloss pada titik tersebut
menjadi tinggi sehingga ketinggian yang terbaca pada manometer tidak sesuai
karena pada titik pertama ketinggiannya akan labih rendah dibandingkan dengan
titik selanjutnya. Hal tersebut juga dapat terjadi karena adanya udara yang masuk
ke dalam manometer.
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai headloss aktual sebesar 0,7
m dan didapat headloss teoritis sebesar 0,68303 m. Jika kedua headloss tersebut
dibandingkan, maka dapat ditentukan galat sebagai berikut :

ℎ𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − ℎ𝑓 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
ℎ𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0,68303 − 0,7
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
0,68303
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 2,48 %

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan galat antara headloss


total aktual dengan headloss total teoritis sebesar 2,48 %. Besarnya galat tersebut
terbilang cukup kecil sehingga dapat dikatakan percobaan yang dilakukan cukup
baik.

Setelah diketahu nilai headloss totalnya, kemudian dapat ditentukan nilai


headloss rata-rata pada setiap titik yang diukur. Nilai headloss rata-rata aktual
sebesar 0,0175 m dan nilai headloss rata-rata teoritis sebesar 0,020089 m. Jika
kedua nilai headloss rata-rata tersebut dibandingkan, maka dapat ditentukan
besar galatnya sebagai berikut :

ℎ𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − ℎ𝑓 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
ℎ𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0,020089 − 0,0175
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
0,020089
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 12,88 %

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan galat antara headloss


rata-rata aktual dengan headloss rata-rata teoritis sebesar 12,88 %. Besarnya
galat tersebut terbilang cukup besar sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan ketika melakukan percobaan.

 Kesalahan

Dalam percobaan yang dilakukan terdapat kemungkinan terjadinya


kesalahan. Beberapa kesalahan yang dapat terjadi diantaranya adalah ketidak
telitian ketika mengukur tinggi kolom air, kesalahan pada saat backwash yang
tidak optimal sehingga menyisakan kotoran pada media, kemudian kesalahan
ketika melakukan pengukuran kekeruhan dengan spektofotometer seperti
kuvet yang tidak bersih. Selain itu ketidak sesuaian data aktual dengan teoritis
(galat) juga disebabkan oleh perbedaan data fisis saat pengukuran sebenarnya.
Data yang diperoleh tidak berasal dari percobaan yang dilakukan, melainkan
dari percobaan sebelumnya yang mana banyak parameter fisis pengukuran
yang digunakan pada perhitunga teoritis yang berbeda dengan pengukuran di
lapangan saat dilakukan praktikum.

VI. Kesimpulan
1. Debit air yang melalui unit filter sebesar 0,002 m3/s
2. Bilangan Reynolds pada unit filter terhitung sebesar 4,1731
3. Headloss total aktual pada unit filter sebesar 0,7 m
Headloss total teoritis pada unit filter terhitung sebesar 0,68303 m
4. Kekeruhan air yang diukur sebelum melewati unit filter adalah 34,45 NTU
Kekeruhan air yang diukur setelah melewati unit filter adalah 28,2 NTU
DAFTAR PUSTAKA

Binnie, C. dkk. 2002. Basic Water Treatment. 3rd edition. Cambridge: Royal
Society of Chemistry
Metcalf, and Eddy, 1994, Wastewater Engineering: treatment, disposal, and reuse,
Third Edition, McGraw-Hill, Boston.

Engineering Toolbox. Water Density Specific Weight.


Https://www.engineeringtoolbox.com/water-density-specific-weight
d_595.html. Diakses pada 10 November 2019 Pukul 20.51 WIB.
Engineering Toolbox. Water-Dynamic and Kinematic Viscosity.
https://www.engineeringtoolbox.com/water-dynamic-kinematicviscosity-
d_595.html. Diakses pada 10 November 2019 Pukul 21.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai