Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Perkembangan teknologi saat ini mempengaruhi pelayanan kesehatan
yang maksimal untuk menunjang efisiensi sumber daya dan sumber dana.
Dunia keperawatan menjadi salah satu profesi yang memiliki peran penting
dalam pelayanan kesehatan berbasis teknologi. Pemanfaatan teknologi
tersebut diterapkan pada pelayanan homecare untuk memberikan asuhan
keperawatanyang berkelanjutan. Para ahli teknologi memperkirakan 90%
orang dewasa memiliki akses ke smartphone di tahun 2020 (VOA Indonesia,
2017). Kondisi ini sangat memungkinkan penerapan teknologi telehealth
untuk menunjang sistem komunikasi jarak jauh antara perawat dan pasien.
Telehealth didefinisikan sebagai teknologi telekomunikasi yang
digunakan untuk meningkatkan informasi kesehatan dan pelayanan
kesehatan di daerah yang memiliki masalah pada kondisi geografis, akses,
tingkat sosial, dan budaya (Sri & Sahar, 2012). Sistem layanan telehealth
menggunakan internet dengan sistem video conference, SMS (Short
Message System), e-mail, telepon seluler/traditional phone, kamera,
robotik,sensor 3D dan WAP (Wireless Application Protocol) pada jejaring
komunikasi antara perawat dan pasien (Sri & Sahar, 2012; Wiweko, Zesario,
& Agung, 2016; Tenforde, dkk, 2017).
Telehealth pada layanan homecare diaplikasikan menggunakan
interaksi virtual pada pasien yang ingin berkonsultasi tanpa menjangkau
akses ke pelayanan kesehatan, seperti konsultasi masalah hipertensi
melalui telepon atau SMS (Farrar, 2015). Saat ini penerapan telehealth di
Indonesia belum diaplikasikan pada layanan homecare antara perawat dan
pasien. Konsep telehealth di Indonesia masih terbatas pada layanan
konsultasi dokter dan pasien. Faktanya, telehealth layanan homecare
menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan akses kesehatan.
Hasil survei Home Nursing Agency (2004) dalam Sri & Sahar (2012)
menunjukkan bahwa pasien-pasien yang menggunakan layanan telehealth
tidak mengalami rehospitalisasi.
Pemerintah Indonesia berupaya untuk menerapkan teknologi tele-
kesehatan sebagai upaya mengurangi kesenjangan akses pelayanan
kesehatan. Target awal pemerintah dalam penerapan telehealth saat ini
berfokus pada pengampu pelayanan telehealth yang tersebar di Indonesia
dengan persentase capaian sebesar 6 % di tahun 2016 (Renstra Kemenkes,
2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Home care?
2. Apakah pengertian telehelath?
3. Bagaimana konsep dari telehealth?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah layanan prima 2
2. Untuk mengetahui pengertian Homecare.
3. Untuk mengetahui pengertian telehealth dan manfaat penggunaan
homecare dengan telehealth.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Homecare

Homecare merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang


(Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non
profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Homecare juga merupakan
suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian, sehingga
yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan homecare ini adalah
keberhasilan proses discharge planning pasien yang perlu diperhatikan
selama pasien dalam perawatan dan koordinasi yang terjalin dengan baik
antara pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan tim pemberi
pelayanan kesehatan di komunitas.

Pasien dan anggota keluarga merupakan bagian yang penting dalam


discharge planning. Ketidakadekuatan discharge planning dan follow-up
merupakan penyebab kembalinya pasien ke ruang rawat dalam waktu
cepat. Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :

a. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan


dan kualitas hidupnya.
b. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota
keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan
c. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga
d. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif
e. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di


kelompokkan sebagai berikut:

a. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan


b. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
c. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
d. Pelayanan informasi dan rujukan
e. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
f. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
g. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
B. Penggunaan Teknologi dalam Praktek Keperawatan di Rumah
(HOMECARE)
Di era globalisasi ini peningkatan perkembangan teknologi berbanding
lurus dengan percepatan informasi. Dimana saat ini sedang terjadi revolusi
digital, data, suara, gambar diam dan gambar gerak dapat dicampur
sehingga mendapatkan gambaran yang cocok dan dapat dikirim dengan
berbagai jenis saluran. Hal ini menunjukan bahwa sejumlah besar informasi
dapat disimpan pada chip yang lebih kecil dan dapat diaplikasikan dalam
pembuatan database medis.
A. Telehealth
Telehealth nursing atau telenursing diartikan sebagai praktek
pemberian layanan keperawatan menggunakan teknologi
telekomunikasi (Lancet, 2000). Telenursing adalah upaya
penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat
dan pasien, atau antar perawat. Telenursing merupakan bagian dari
telehealth atau telemedicine dan beberapa bagian terkait dengan
aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis,
telekonsultasi dan telemonitoring.
Menurut US Office of Disease Prevention and Health Promotion
(2010), salah satu tujuan telehealth atau telenursing adalah untuk
meningkatkan akses yang lebih komprehensif dan meningkatkan
kualitas layanan kesehatan. Adanya hambatan dalam struktur
kesehatan, akses kesehatan, tenaga kesehatan karena hambatan
geografis dapat diatasi dengan telenursing. Selain itu telenursing juga
mengizinkan perawat untuk memberikan layanan keperawatannya
melalui suatu sistem yang menakjubkan.

Telehealth menunjukkan kecenderungan umum yang dapat


mempengaruhi masa depan. Interoperabilitas, konektivitas, skalabilitas
dan mobilitas merupakan fitur kunci untuk teknologi telehealth.
Telehealth merupakan penyediaan layanan kesehatan dan informasi
yang terkait melalui teknologi telekomunikasi. Telehealth dapat
menggunakan telepon, atau dengan menggunakan videoconference.
Telehealth merupakan perluasan dari telemedicine, dimana
perbedaannya adalah telemedicin berfokus pada pengobatan/kuratif
sedangkan telehealth menitikberatkan pada aspek preventif, promotif
dan kuratif.

Telehealth saat ini dijadikan solusi teknologi dalam melaksanakan


menejemen kesehatan pasien. Dengan menggunakan telehealth
pemberi layanan kesehatan kesehatan dapat melakukan monitoring
pasien dari jarak jauh, seperti; memonitor tanda-tanda vital pasien,
berat badan, tekanan darah, nadi dan indikasi lain yang merupakan
tanda-tanda yang emergensi serta keluhan pasien dan obat-obatan.
Pasien yang berada di rumah dapat berkomunikasi dengan pemberi
layanan kesehatan, interaksi ini dapat diilakukan dengan berbagai cara
diantaranya; real-time atau off line, atau dalam bentuk video, voice-
video dan dapat juga dalam bentuk telephone dan internet (Dellifraine,
2008; Tran, 2008).

Berdasarkan American Telehealth Association (ATA) ada beberapa


metode yang digunakan dalam penerapan home care technology dan
telehealth diantaranya adalah:

a. Home Telehealth; dititk beratkan pada perawatan jarak jauh atau


monitoring pasien di luar gedung pelayanan kesehatan.
b. Interactive Home Telehealth; interaksi dengan menggunakan audio-
video antara pemberi pelayanan kesehatan dan pasien. Biasanya
pelayanan yang diberikan adalah; assement, edukasi, atau
pengumpulan data.
c. Telemonitoring; digunakan untuk melakukan pengumpulan data
klinik pasien, contoh penggunaan telemonitoring pada pasien CHF
adalah penggunaan alat EKG yang menggunakan transmisi
wireless sehingga hasil dapat di monitor oleh petugas pelayanan
kesehatan, monitor EKG dapat juga dengan menggunakan
Bluetooth.
d. Self monitoring; monitoring yang dilakukan secara periodic dan
terjadwal untuk mendapatkan data klinik yang dilakukan oleh
pasien sendiri, seperti tekanan darah, glukosa, berat badan,
temperature (Richard H. Savel, ©2011)
B. Teknologi dalam Telehealth
Pada telehealth secara umum ada dua tekhnologi yang dalam
pelayanan: store forward dan real time tekhnologi:
1. Teknologi simpan dan sampaikan (store and forward) misalnya :
gambar yang didapatkan dari elektonik seperi tekhnologi x ray,
dapat dikirimkan pada spesialis untuk diinterpretasi. Gambar
tersebut saja yang berpindah pindah.Radiologi, dermatologi,
patologi adalah contoh spesialisasi yang sangat kelihatan
menggunakan tekhnologi ini.
2. Tekhnologi real time
Real time adalahtekhnologi yang membuat pasien dan provider
berinteraksi dalam waktu yang sama. Banyak alat
telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi dua arah
menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth. Tekhnologi
realtime juga dapat membuat alat untuk menstransimisikan
gambar dari tempat yang berbeda. Misalnya kamera untuk
mengobservasi keadaan klien. Tekhnologi realtime memfasilitasi
komunikasi dua arah baik audio maupun video, yang bisa
digunakan dalam telehealth. Sebagai kombinasi realtime dan
robotik, seorang dokter bedah dapat melakukan operasi dengan
alat operasi khusus dari jarak tertentu. Prosedur ini disebut
dengan telepresence. Telepresence menjadi salah satu sub
bagian dari telehealth. Saat ini masih sedang dikembangkan
karena membutuhkan sistem yang 100 % reliable dan bandwith
yang sangat tinggi.
C. Alur Telehealth (Telenursing)
Alur dalam pelaksanaan telenursing yang diaplikasikan Kawaguchi
et al (2004) adalah sebagai berikut:
a. Klien akan memasukkan informasi setiap hari dengan
memasukkan data-datanya pada website pasien. Pasien juga
dapat melihat data-data sebelumnya di homepage pasien dan
melihat saran/instruski dari dokter atau perawat sesuai dengan
kondisinya.
b. Informasi dari pasien akan disimpan oleh pusat data dan dapat
dilihat oleh perawat dan dokternya setiap hari. Kemudian
perawat dan dokter melakukan analisa data dan memutuskan
apakah pasien hanya memerlukan intervensi melalui telenursing
atau perlu dilakukan homevisit. Jika klien bisa diberikan
intervensi melalui telenursing maka perawat akan memberikan
instruksi-instruksi pada website pasien, dan memastikan apakah
pasien melakukan instruksi tersebut atauu tidak dengan
menelpon pasien atau melakukan video conference dengan
pasien. Jika pasien tersebut perlu dilakukan home visit maka
perawat di subcentered terdekat akan mendatangi pasien.
D. Manfaat telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing
yaitu:
a. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga
dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter
praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home).
b. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan
cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas
geografis.
c. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan
waktu tinggal di rumah sakit.
d. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan
pengkajian dan monitoring yang sering sehingga membutuhkan
biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan
untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan
pemanfaatan teknologi berhasil dalam menurunkan total biaya
perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk perawatan
kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
E. Legal Etik Telenursing atau telehealth
International Code of Ethics menyusun prinsip-prinsip dalam
pelayanan kesehatan berbasis teknologi, meliputi :
1. Berterus terang,
2. jujur,
3. mempertahankan kualitas,
4. adanya inform consent,
5. menjaga privasi,
6. profesionalisme,
7. bertanggungjawab dan
8. akuntabilitas (Farrar, 2015).

Meskipun pelayanan kesehatan yang diberikan secara virtual,


namun pentingnya informed consent sebagai bukti legal pasien
dalam menerima intervensi yang diberikan (Sri & Sahar, 2012).
Penyusunan kode etik layanan kesehatan berbasis teknologi ini
sesuai dengan prinsip aspek legal hukum untuk melindungi
perawat dan pasien.

The National Council of State Boards of Nursing (NCSBN)


menyusun cakupan layanan kesehatan dalam penggunaan
telehealth, seperti layanan homecare. Perawat yang lulus uji
kompetensi dengan dibuktikan memiliki sertifikasi/license
dilegalkan untuk memberikan layanan homecare dengan
telehealth (Farrar, 2015). NCBSN mendukung penggunaan video
dan teknologi oleh perawat sebagai deteksi awal tanda/gejala dari
masalah komplikasi yang dimiliki oleh pasien (NCSBN, 2014).

F. Hambatan penerapan Telehealth atau Telenursing


Hasil penelitian yang dilakukan (Demiris et al., 2012)
menunjukkan perilaku frustasi yang dialami oleh pasien artritis yang
kesulitan menggunakan mouse komputer, karena mengalami nyeri
di kedua tangannya. Masalah teknis yang terjadi ini tidak dapat
terbantahkan, karena pengembangan teknis telehealth belum
disesuaikan dengan masalah kondisi fisik yang terjadi pada pasien.
Kondisi ini dapat diselesaikan jika peran keluarga terjalin selama
intervensi dilaksanakan. Keluarga adalah support system
keberhasilan pelayanan homecare menggunakan telehealth.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Foster &
Sethares (2014) bahwa telehealth memiliki beberapa hambatan
teknis dalam penggunaannya, seperti ukuran font yang ditampilkan
dalam karakter website dan beberapa pasien sulit menggunakan
smartphome. Hambatan-hambatan yang dijelaskan pada berbagai
penelitian tersebut terjadi pada teknis pelaksanaan telehealth. Hal
ini semakin meyakinkan bahwa dukungan keluarga dibutuhkan
dalam keberhasilan pelayanaan homecare dengan aplikasi
telehealth.

BAB III

PEMBAHASAN

Telehealth sebagai solusi dalam memberikan layanan pada pasien yang


memiliki keterbatasan akses. Penerapan telehealth ini sesuai dengan kondisi
geografis Indonesia yang terdiri dari daerah kepulauan. Beberapa manfaat
penggunaan aplikasi telehealth pada layanan homecare (Farrar, 2015) yaitu sebagai
Pefektif pada intervensi terapi modalitas, meningkatkan kesadaran pasien untuk
patuh obat dan mengurangi komplikasi, menjadi sistem monitoring pada layanan
penyakit kronik pasien, efektif memberikan intervensi kesehatan yang terjadi dalam
waktu bersamaan dan memberikan keefektifan waktu dan efisiensi intervensi, karena
pelakasanaan intervensi dilakukan secara fleksibel.

Pelayanan homecare dengan menggunakan telehealth memiliki dampak secara


tidak langsung pada perawat, seperti meningkatkan kualitas pelayanan karena tidak
terjadi overload pasien di layanan kesehatan (Farrar, 2015). Selain itu, pelayanan
homecare memberikan dampak perubahan pada penerapan layanan kesehatan,
seperti perubahan pada sistem dokumentasi dengan menggunakan e-documentation
(Farrar, 2015). Hal ini dapat meminimalisir hilangnya data pasien yang sebelumnya
menggunakan paper-based pada sistem dokumentasi. Telehealth menggunakan
sistem jaringan nirkabel pada proses interaksinya. Dahulu tenaga kesehatan dan
pasien bertemu secara tatap muka (face to face), setelah menggunakan layanan
telehealth, akses informasi dapat dilakukan dalam jarak jauh (Farrar, 2015).

Menurut Wiwieko, Zesario, & Aulia (2016) menjelaskan beberapa layanan


telehealth di Indoensia memberikan fasilitas dengan memberikan alarm pada
pasienmenggunakan aplikasi teknologi mobile health (mHealth). Beberapa aplikasi
melalui smartphone telah dikembangkan untuk memberikan kemudahan masyarakat
dalam pencegahan risiko penyakit. Manfaat telehealth ini memberikan salah satu
dampak yang baik dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan paradigma sehat.
Salah satunya aplikasi menjaga keseimbangan berat badan, mengurangi risiko
penyakit kronis, mencegah potensi gejala kegawatdaruratan, hingga rencana
kehamilan (Sri & Sahar, 2012; Wiwieko, Zesario, & Aulia, 2016).

Penggunaan telehealth dengan sistem nirkabel juga berdampak pada kolaborasi


inter-profesi kesehatan. Perawat dan profesi lainnya dapat memberikan edukasi
melalui website (Farrar, 2015). Secara tidak langsung akan berdampak pula pada
kemampuan riset perawat, karena secara rutin memberikan naskah di website pada
layanan telehealth. Dampak aplikasi telehealth ini tidak hanya bermanfaat pada
pasien, namun perawat dan sistem layanan kesehatan menunjukkan peningkatan
kemampuan dan pengetahuan mengenai teknologi kesehatan.

Penerapan telehealth di Indonesia di era Perkembangan teknologi berdampak


pada profesi perawat yang diberikan kemudahan dalam proses intervensi. Pada
dasarnya konsep keperawatan mengacu pada perawatan berkelanjutan (continuum
of care). Pemanfaatan teknologi telehealth telah diinisiasi oleh MediFa dan
Halodokter.com dengan memanfaatkan video streaming, WAP (Wireless Application
Protocol), dan SMS sebagai interaksi antara dokter dan pasien pada upaya kuratif
dan rehabilitatif. Aplikasi ini masih digunakan sebagai interaksi dokter dan pasien.
perkembangan telehealth di Indonesih masih berfokus pada pelayanan kuratif oleh
dokter ke pasien. Komitmen pemerintah dalam meningkatkan akses yang terjangkau
dan berkualitas bagi masyarakat memiliki keterbatasan pada akses.
Hasil survei COIA mengenai eHealth di Indonesia menunjukkan tingkat kesiapan
Indonesia mengenai penyediaan telehealth di Indonesia berada pada level 1- 2, yaitu
membutuhkan banyak sumber daya dalam mewujudkan infrastruktur teknologi
telehealth (Wiwieko, Zesario, & Aulia, 2016). Telehealth dalam layanan homecare
menjadi salah satu solusi perbaikan kesenjangan layanan kesehatan di kondisi
geografis Indonesia yang memiliki beberapa daerah terpencil dan perbatasan.
Penerapan telehealth sangat dianjurkan sebagai upaya peningkatan paradigma
sehat di Indonesia. Telehealth dapat diterapkan sebagai upaya preventif dan
rehabilitatif masyarakat yang memiliki masalah keterbatasan akses ke pelayanan
kesehatan. Pengembangan telehealth saat ini sudah mulai dirancang, seperti
ketersediaan insfrastruktur dan jaringan internet di beberapa daerah. Selain dari
ketersediaan infrastruktur, peran pemerintah dalam penerapan telehealth sangat
dibutuhkan, seperti dalam perancangan peraturan penggunaan telehealth pada
layanan homecare.

Beberapa tantangan yang harus diantisipasi oleh pemerintah dalam merancang


telehealth di Indonesia adalah akses jaringan di Daerah Tertinggal Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK) dan kurangnya kesadaran tenaga kesehatan terhadap manfaat
telehealth. Pemerintah saat ini dapat memulai memberikan pelatihan pentingnya
telehealth pada tenaga kesehatan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah
membutuhkan kerjasama lintas sektor dalam mengatasi kesenjangan kesehatan ini,
seperti organisasi profesi kesehatan, NGO, CSR, LSM dan komunitas-komunitas
yang berfokus pada upaya peningkatan layanan kesehatan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peningkatan kualitas hidup masyarakat menjadi salah satu target


pemerintah Indonesia. Adanya akses pelayanan kesehatan yang mudah
untuk masyarakat menjadi salah satu aspek dalam meningkatkan kualitas
hidup manusia. Telehealth menjadi solusi dalam meningkatkan kesenjangan
pelayanan kesehatan yang disebabkan karena akses. Penggunaan
telehealth ini sangat efektif dalam layanan homecare. Hal ini akan mencapai
kesehatan yang mandiri, efektif, dan efisien seiring perkembangan teknologi
dan informasi.

B. Saran

Meninjau dari Masih banyaknya daerah tertinggal dan perbatasan di


Indonesia menjadi tantangan pemerintah dalam pengembangan telehealth.
Jika pembangunan infrastruktur telehealth merata hingga Sabang sampai
Merauke, maka Nawacita Presiden tercapai dalam peningkatan kualitas
hidup. Perawat memiliki peran dalam upaya peningkatan layanan kesehatan
di Indonesia. Intervensi secara holistik menjadi konsep perawat dalam
pemberian asuhan. Perawat dapat memanfaatkan perkembangan teknologi
dalam layanan telehealth. Penerapan layanan ini dilakukan dengan
memberikan asuhan keperawatan berupa tindakan preventif dan
rehabilitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Wiweko, Budi., Zesario, Aulia., & Agung, P.G.(2016). Overview the development of
telehealth and mobile health application in indonesia. IEEE. 16

Taylor, J., Coates, E., Wessels, B., Mountain, G., & Hawley, M. S. (2015).
Implementing solutions to improve and expand telehealth adoption: participatory
action research in four community healthcare settings. BMC Health Services
Research, 15(1), 529. https://doi.org/10.1186/s12913-015-1195-3.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan


Tahun 20152019. Pusat Komunikasi Publik. https://doi.org/351.077 Ind.

Farrar, F. C. (2015). Transforming Home Health Nursing with Telehealth Technology.


Nursing Clinics of North America. https://doi.org/10.1016/j.cnur.2015.03.004.

Anda mungkin juga menyukai