Anda di halaman 1dari 27

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Dasar Perencanaan

Perencanaan struktur gedung harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemilihan beban
gempa rencana perlu ditentukan dengan pertimbangan ekonomis. Perilaku struktur terhadap
beban gempa pada dasarnya, pada saat gempa rendah, yang mempunyai waktu ulang 20
tahunan. Struktur tidak boleh mengalami kerusakan apapun. Pada saat gempa menengah yang
mempunyai waktu ulang 50 tahunan, struktur hanya boleh rusak pada elemen sekunder,
misalnya plesteran, tembok, sedangkan rangkanya tidak boleh rusak dan masih elastik.
Sedangkan pada saat gempa besar yang mempunyai waktu ulang 100 tahun, struktur berperilaku
plastis dan tidak boleh terjadi keruntuhan yang fatal.
Beban gempa yang terjadi dapat dianalisis dengan beberapa metode, yaitu analisis static
ekivalen (Static Equivalent Analysis), analisis dinamik (Dynamic Analysis), dan analisis beban
statik dorong (Pushover Analysis). Analisis Statik Ekivalen adalah suatu cara analisis struktur,
yaitu pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik horizontal untuk
menirukan pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat gerakan tanah. Agar struktur dapat
berperilaku daktail atau mengikuti perilaku gerakan gempa pada waktu terjadinya gempa, maka
perlu perencanaan struktur sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan perencanaan struktur
daktail.

1.2. Data Struktur dan Teknis Bangunan

1.2.1. Data Struktur

a. Fungsi bangunan : Kantor


b. Sistem Rangka Pemikul Momen : khusus (SRPMK)
c. Letak bangunan : Sorong
d. Mutu beton (f’c) : 27,0 Mpa
e. Tegangan leleh baja tulangan geser (fys) : 240 Mpa
f. Tegangan leleh baja tulangan lentur (fy) : 420 Mpa
g. Dinding luar sekeliling bangunan : Galvalum rangka besi
h. Partisi dalam : ACP dengan rangka besi

1
1.2.2. Data Teknis

a. Bangunan : 4 Lantai
b. Fungsi Bangunan : Kantor
c. Mutu Beton (f’c) : 27,0 MPa
d. Tegangan leleh baja tulangan geser (fys) : 240 MPa
e. Tegangan leleh baja tulangan lentur (fy) : 420 MPa
f. Elevasi Lantai Dasar : ± 0,00
g. Elevasi Lantai I : + 3,90 m
h. Elevasi Lantai II : + 7,80 m
i. Elevasi Lantai III : + 11,70 m
j. Elevasi Atap : + 15,60 m
k. Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan Structure Analisys Program (SAP) 2000
versi 14 (selanjutnya akan disebut SAP)

Gambar 1.1. Denah Bangunan

2
Gambar 1.2. Potongan Melintang

1.3. Peraturan yang Digunakan

Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan antara lain :


1. Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1987
2. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2013
3. Tata cara perhitungan ketahanan gempa untuk bangunan gedung SNI 03-1726-2012
4. Tata cara perhitungan beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur
lain SNI 03-1727-2013

1.4. Spesifikasi Bahan

Mutu bahan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sabagai berikut :
1. Beton
Pelat, balok, kolom, fondasi menggunakan mutu beton f’c = 27,0 Mpa

3
2. Baja Tulangan Beton

Pelat, balok, kolom, fondasi menggunakan


Diameter tulangan < 13 cm fys = 240 MPa
Diameter tulangan ≥ 13 cm fy = 420 MPa

3. Faktor Reduksi Kuat Bahan

Faktor reduksi kuat bahan Ø, berdasarkan SNI 03-2847-2013 (pasal 9.3), ditentukan sebagai
berikut :
a. Penampang terkendali tarik (  ) = 0,90
b. Penampang terkendali tekan (  )
1) Komponen struktur dengan tulangan spiral = 0,75
2) Komponen struktur bertulang lainnya = 0,65
c. Geser dan torsi (  ) = 0,75
d. Tumpuan pada beton(kecuali untuk daerah
angkur pasca tarik dan model strat dan pengikat) (  ) = 0,65
e. Daerah angkur pasca tarik (  ) = 0,85
f. Model strat dan pengikat = 0,75
g. Penampang lentur dalam komponen struktur pra tarik
dimana penanaman strand kurang dari panjang penyaluran
seperti yang diberikan :
1) Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer =0,75
2) Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang
penyaluran (  ) boleh ditingkatkan secara linier dari =0,75-0,90

1.5. Perencanaan Plat

Pelat-pelat beton berperilaku sebagai bagian-bagian konstruksi lentur dan perencanaannya adalah
serupa dengan balok, meskipun secara umum lebih sederhana.
Perencanaan tebal pelat menggunakan metode langsung sesuai SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6,
dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Minimum harus ada tiga bentang menerus pada masing-masing arah.

4
2. Perbandingan bentang panjang dan bentang pendek yang diukur dari sumbu ke sumbu harus
lebih kecil dari dua (Ly / Lx < 2)
3. Beban yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi merata pada seluruh pelat.
Beban hidup tidak boleh lebih dari dua kali beban mati
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.2.4 menetapkan, untuk konstruksi monolit atau komposit penuh,
suatu balok mencakup bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan jarak yang
sama dengan proyeksi balok di atas atau di bawah slab tersebut, yang mana yang lebih besar,
tetapi tidak boleh lebih besar dari empat kali tebal slab.
SNI 03-2847-2013 Pasal 8.12.2 menetapkan, lebar slab efektif sebagai sayap balok-T tidak boleh
melebihi seperempat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang menggantung pada
masing-masing sisi badan balok tidak boleh melebihi :
1. Delapan kali tebal slab dan
2. Setengah jarak bersih ke badan di sebelahnya.

Sumber: SNI 03-2847-2013


Gambar 1.1 Contoh Bagian Slab yang disertakan dengan Balok

SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.1.6 menetapkan Perhitungan αm sebagai berikut :


Ecb.Ib
αm  -------------------------------------------------------------3.23
Ecp.Ip
keterangan :
αm = rata-rata kekuatan rasio lentur penampang balok terhadap kekuatan
lentur pelat dengan lebar yang dibatasi dalam arah lateral oleh sumbu
dari panel yang bersebelahan pada tiap sisi dari balok.

5
Ecb = modulus elastisitas balok beton
Ecp = modulus elastisitas pelat beton
Ib = momen inersia balok
Ip = momen inersia pelat
SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5.3.3 menetapkan :
1. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2, h tidak boleh kurang dari
Fy
Ln( 0,8  )
h  1400 ----------------------------------------3.24
36  5 (  fm  0,2 )

dan tidak boleh kurang dari 125 mm


2. Untuk αm lebih besar dari 2,0 h ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari
Fy
Ln( 0,8  )
1400
h ----------------------------------------------3.25
36  9 β
dan tidak kurang dari 90 mm
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.2.2. menetapkan jumlah momen terfaktor positif dan negatif rata-
rata dalam setiap arah tidak boleh kurang dari :
2
qu .l 2.ln
M0  -----------------------------------------------------------3.26
8
keterangan :
qu = beban terfaktor per unit luas
ln = bentang bersih diukur dari muka ke muka kolom
= tidak boleh kurang dari 0,65. I1
I1 = bentang dalam arah momen yang ditinjau, diukur dari sumbu ke sumbu
tumpuan.
I2 = bentang transversal yang bersebelahan diukur dari sumbu ke sumbu
tumpuan.
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.3.2. menetapkan pada bentang interior, momen statis total, M0
harus didistribusikan sebagai berikut :
Momen terfaktor negatif = 0,65 ------------------------------3.27
Momen terfaktor positif = 0,35 ------------------------------3.28

6
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.5.1. menetapkan balok diantara tumpuan harus diproporsikan
untuk menahan 85% momen lajur kolom bila :

l2
α1 .  1 atau >1-------------------------------------------------------3.29
l1

SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.3.3. menetapkan pada bentang ujung, momen statis terfaktor total,
M0 harus didistribusikan sebagai berikut :

Tabel 1.3 Faktor Distribusi Momen pada Pelat


(1) (2) (3) (4) (5)
Tepi eksterior Slab dengan balok Slab tanpa balok di antara Tepi eksterior
tak-terkekang di antara semua tumpuan interior terkekang
tumpuan Tanpa balok Dengan penuh
tepi balok tepi
Momen terfaktor 0,75 0,70 0,70 0,70 0,65
negatif interior
Momen terfaktor 0,63 0,57 0,52 0,50 0,35
positif
Momen terfaktor 0 0,16 0,26 0,30 0,65
negatif eksterior

Sumber : SNI 03-2847-2013

l2
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.8.1. menetapkan balok dengan nilai α1 .  1 atau >1 harus
l1
diproporsikan untuk menahan geser yang diakibatkan oleh beban terfaktor pada daerah tributary
yang dibatasi oleh garis 45 derajat yang ditarik dari sudut-sudut panel dan garis-garis pusat
panel-panel bersebelahan yang sejajar dengan sisi panjangnya.

7
Sumber : SNI 03-2847-2013
Gambar 1.2 Daerah Tributari untuk Geser Balok Interior

Perhitungan penulangan pada pelat lantai adalah sebagai berikut :


Momen pelat
1. Distribusi momen lajur kolom dan lajur tengah Mn 

Untuk momen pada lajur kolom akan dicari seperti yang disajikan berikut ini :
Lebar lajur kolom = 2.1/4 Ly - be --------------------------------3.30

M
Mn   ------------------------------------------3.31
0,8.mlebarlajurkolom

M
Mn   ------------------------------------------3.32
0,8.mlebarlajurkolom
Untuk momen pada lajur tengah akan dicari seperti yang disajikan berikut ini:
Lebar lajur tengah = Ly – ½ Ly ---------------------------------3.33

M
Mn  
0,8.mlebarlajurkolom

M
Mn  
0,8.mlebarlajurkolom
2. Penulangan lentur pada pelat lantai
SNI 03-2847-2013 Pasal 10.2.7.3 menetapkan untuk f’c antara 17 dan 28 Mpa, β1 harus
diambil sebesar 0,85. Untuk f’c di atas 28 MPa, β1harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap
kelebihan kekuatan sebesar 7 MPa di atas 28 MPa, tetapi β1 tidak boleh diambil kurang dari
0,65.
8
β1  0,85  0,05. f ' c  28  0,65 (untuk f’c>28 MPa)------3.34
7

f ' c 600
b  0,85. . . -------------------------------------3.35
fy 600  fy
ρmaks= 0,75. ρb---------------------------------------------------3.36
1,4
ρmin = -------------------------------------------------------3,37
fy

fy
m ---------------------------------------------------------3.38
0,85. f ' c
Mn
Rn  ------------------------------------------------------------3.39
b.d 2
 
ρperlu= 1 1  1  2m.Rn  --------------------------------------3.40
m fy 
dengan syarat ρmin < ρperlu <ρmaks
Asperlu= ρperlu.b.d -------------------------------------------------3.41
As . fy ----------------------------------------------------3.42
a
0,85. f ' c.b

Mntot= As.fy.(d - 1 .a)--------------------------------------------3.43


2
3. Pemeriksaan tebal pelat berdasarkan syarat gaya geser
SNI 03-2847-2013 Pasal 8.3.3.(e) menetapkan, gaya geser pada muka dari semua tumpuan

lainnya, Vu  Wu . ln
2
Gaya geser yang disediakan oleh beton harus lebih besar dari gaya geser yang terjadi, gaya
geser yang disediakan oleh beton dihitung sebagai berikut

Vc= 1 f ' c .b.d ----------------------------------------------3.44


6
dengan syarat ΦVc >Vu
keterangan :

9
Ly = bentangan panjang
Lx = bentangan pendek
M+ = momen positif
M- = momen negatif
Mn+ = momen nominal positif
Mn- = momen nominal negatif
b = lebar pelat yang ditinjau (1000 mm)
d = tinggi efektif balok
a = kedalaman balok tegangan beton tekan
As = luas tulangan tarik
ρb = rasio penulangan dalam keadaan seimbang
ρmaks = rasio tulangan
ρperlu = rasio tulangan yang diperlukan
f’c = kuat tekan beton
fy = kekuatan leleh tulangan
Rn = koefisien tahanan

4. Pembebanan
QU1 = 1,4. QDL
QU2 = 1,2. QDL + 1,6. QLL
dengan: QDL= berat beban mati pelat
QLL= berat beban hidup pelat

1.6. Pembebanan

Beban yang bekerja pada struktur utama berupa beban mati, beban hidup dan beban gempa.
1. Beban mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan
komponen arsitektural dan structural lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat
keran.
2. Beban hidup

10
Beban hidup merupakan beban yang dapat berpindah atau dipindahkan dan bekerja pada
struktur, besarnya sesuai dengan fungsi dari ruang. Seperti halnya beban mati, beban hidup
bekerja di atas lantai.
3. Beban gempa
Beban gempa adalah beban yang berpengaruh pada bangunan akibat terjadinya pergerakan tanah
akibat pergeseran lempeng bumi. Dalam merencakan bangunan tahan gempa sesuai SNI 1726-
2012 menentukan bahwa analisis beban gempa dapat dilakukan dengan 3 prosedur, yaitu analisis
gaya lateral ekivalen, analisis spectrum respon ragam dan prosedur riwayat respon seismic.
4. Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih tekanan udara

5. Beban air hujan

Tabel 1.5 Komponen Gedung


Adukan,percm tebal:
- Dari semen 0,21 kN/m2
- Dari kapur, semen merah atau tras 0,17 kN/m2
Aspal termasuk bahan-bahan mineral tambahan per cm tebal 0,14 kN/m2
Dinding Pasangan Bata merah :
- Satu batu 4,5 kN/m2
- Setengah batu 2,5 kN/m2
Dinding pasangan batako :
Berlubang :
- Tebal dinding 20 cm (HB 20) 2 kN/m2
- Tebal dinding 10 cm (HB 10) 1,2 kN/m2
Tanpa lubang :
- Tebal dinding 15 cm 3 kN/m2
- Tebal dinding 10 cm 2 kN/m2
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya tanpa
penggantunglangit-langitataupengaku),terdiridari:
0,11 kN/m2
- semenasbes(eternit danbahanlainsejenis) dengantebal
maksimum4mm 0,10 kN/m2
- kaca dengan tebal 3-4 mm
Lantaikayusederhanadenganbalokkayu, tanpalangit- 0,40 kN/m2
langitdenganbentangmaksimum5mdanuntukbebanhidup
maksimum 200kg/m2
Penggantunglangit-langit(darikayu), denganbentangmaksimum 0,07 kN/m2
5mdanjarakaske asminimum0,80m

11
Penggantungatapgentingdengan reng danusuk/kasoperm2 0,40 kN/m2
bidangatap
Penutupatapsenggelombang(BWG24)tanpa genteng 0,10 kN/m2
Penutuplantai dariubinsemenportland,terasodan 0,24 kN/m2
beton, tanpaadukan,per cm tebal
Semenasbesgelombang(tebal5mm) 0,11 kN/m2
(Sumber pembebanan Indonesia untuk gedung 1987)

1.6.1. Perencanaan Pembebanan Gempa

Pada pembebanan gedung ini, beban gempa akan ditinjau dan dihitung sesuai dengan yang
disyaratkan pada Tata CaraPerencanaan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2012,
berdasarkan Pasal-Pasal yang tercantum di bawah ini.

1. Parameter Terpetakan SS dan S1

Nilai SS dan S1 ditentukan berdasarkan web desain spektra Indonesia


http://puskim.pu.go.id//Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Sumber : SNI 03-1726-2012

Gambar 1.5. Peta Gerakan Tanah SS

Sumber : SNI 03-1726-2012

12
Gambar 1.6. Peta Gerakan Tanah S1

2. Koefisien-koefisien

Koefisien-koefisien situs dan parameter-parameter respons spectral percepatan gempa


maksimum yang dipertimbangkan resiko-tertarget (MCER) berdasarkan Pasal 6.2
Keteraturan (beraturan atau tidak) atau konfigurasi gedung akan sangat mempengaruhi kinerja
gedung sewaktu kena gempa rencana, karena itu struktur gedung dibedakan atas dua golongan
yaitu yang beraturan dan yang tidak, berdasarkan konfigurasi denah dan elevasi gedung.
Analisis gedung beraturan dapat dilakukan berdasarkan analisis static ekuivalen sedangkan yang
tidak, pengaruh gempa rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan dinamik,
(Purwono 2005).
Hasil perhitungan secara ON LINE (http://puskim.pu.go.id) dengan Lintang =

Gambar 1.7. Lokasi Bangunan Secara ON LINE

13
1.6.2. Kinerja Struktur Gedung

1. Kinerja batas layan


Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh
gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang
berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung dalam hal segala hal
simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui
0,03
kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm bergantung yang mana yang nilainya
R
terkecil.

Tabel 1.5. Hasil yang Didapat Secara ON LINE

Variabel Nilai
PGA (g) 0.586
SS (g) 1,5
S1 (g) 0.599
CRS 1,118
CR1 1,212
FPGA 1,000
FA 1,000
FV 1,000
PSA (g) 0.586
SMS (g) 1,5
SM1 (g) 0.599
SDS (g) 1,000
SD1 (g) 0.399
T0 (detik) 0.08
TS (detik) 0.399

14
2. Kinerja batas ultimit
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-tingkat
maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di
ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung
yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan mencegah benturan berbahaya antar gedung
atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah.
Simpangan dan simpangan antar-tingkat harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
pembebanan gempa nominal dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut:
a. Untuk struktur gedung beraturan :  = 0,7 R

0,7 R
b. Untuk struktur gedung beraturan :  =
FaktorSkala
Ketentuan :
1. Simpangan antar-tingkat < 0,02 kali tingkat bersangkutan
2. Jarak pemisah antar gedung > 0,025 kali ketinggian taraf itu diukur dari taraf penjepit lateral

1.6.3. Kemampuan Layan

Sistem struktur dan komponennya harus dirancang untuk memiliki kekakuan yang cukup untuk
membatasi lendutan, simpangan lateral, getaran atau deformasi lain yang melampaui persyaratan
kinerja serta fungsi bangunan gedung atau struktur lainnya. (menurut SNI 03-1727-2013 pasal
1.3.2)

1.6.4. Kombinasi Beban untuk Metoda Ultimit

Struktur, komponen dan fondasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya
sama atau melebihi efek dari beban terfaktor dalam kombinasi berikut (menurut SNI 03-1727-
2013 pasal 2.3.2) :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)

15
5. 1,2D + 1,0E + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E

dengan :
D = Beban mati
L = Beban hidup
Lr = Beban hidup atap
W = Beban angin
E = Beban gempa
R = Beban hujan
S = Beban salju

Pengecualian : Faktor beban untuk L pada kombinasi 3,4 dan 5 boleh diambil sama dengan 0,5
kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan dan semua ruangan yang nilai beban hidupnya
lebih besar daripada 500 kg/m2.
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan nilai
faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1 hingga 5 dan
7.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan sebagai
berikut:
1. Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka perhitungkan
pengaruh H dengan faktor beban= 1,6 ;
2. Bila adanya beban H member perlawanan terhadap pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,9 (jika bebannya bersifat permanen) atau
dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi lainnya)

1.6.5. Kekuatan Desain

Kekuatan perlu U ( menurut SNI 03-2847-2013 pasal 9.2 ) harus paling tidak sama dengan
pengaruh beban terfaktor dalam pers. 1 sampai 7. Pengaruh salah satu atau lebih beban yang

16
tidak bekerja secara serentak harus diperiksa (beban S (salju) dalam persamaan-persamaan di
bawah dihapus karena tidak relevan, lihat daftar deviasi).

U = 1,4 D
U = 1,2D + 1,6L + 0,5
U=1,2D + 1,6(L atau R) + (1,0L atau 0,5W)
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L
U = 0,9D + 1,0W
U = 0,9D + 1,0E

Kecuali sebagai berikut:

(a) Faktor beban pada beban hidup L dalam pers. 3 sampai 5 diizinkan direduksi sampai 0,5
kecuali untuk garasi, luasan yang ditempati sebagai tempat perkumpulan publik, dan semua
luasan dimana L lebih besar dari 4,8 kN/m2
(b) Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan, 1,6W harus digunakan sebagai pengganti
dari 1,0W dalam pers 4 dan 6, dan 0,8W harus digunakan sebagai pengganti dari 0,5W
dalam pers 3.
(c) Dihilangkan karena tidak relevan, lihat daftar deviasi.

Tabel 1.8 Faktor keutamaan gempa


Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
(Sumber : SNI 03-1726-2012)

17
Tabel 1.9 Kategori Risiko Bangunan Dan Non Gedung Untuk Beban Gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tapi tisak dibatasi
untuk, antara lain :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, pertenakan dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor II
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen / rumah susun

18
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara

- Bangunan untuk orang jompo


Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko
IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi
yang besar dan/atau gangguan missal terhadap kehidupan III
masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur,
proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang
mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.

Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang


penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
IV
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan

19
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans dan kantor polisi
serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material atau
peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat

Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan


fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko
IV.
1.7. Perencanaan Pelat Lantai

Menurut geometri dan arah tulangannya, cara analisis plat dibagi menjadi dua macam, yaitu
perencanaan plat satu arah dan dua arah. Persyaratan yang mendasar untuk menentukan analisis
yang digunakan yaitu pada nilai β1 (persyaratan lebih lengkap dipembahasan selanjutnya).

a. Pelat Satu Arah


Pelat satu arah (pelat yang didukung pada kedua tepi berhadapan) ditentukan dalam SNI 03 –
2847 – 2013, pasal 9.5.2. dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Ly
Dikatakan pelat satu arah jika >2
Lx
Tabel 1.5. Tebal Minimum Pelat Satu Arah Bila Lendutan Tidak Dihitung
Tebal minimum h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung
Kantilever
Komponen sederhana menerus menerus
struktur Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan
dengan partisi atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak
oleh lendutan yang besar

20
𝑙 𝑙 𝑙 𝑙
Pelat masih
20 24 28 10
satu arah

Balok atau
𝑙 𝑙 𝑙 𝑙
pelat rusuk
16 18,5 21 18
satu arah

Dikutip dari tabel 9.5(a) SNI – 2847 – 2013 halaman ………

Tabel 1.6. Simpangan antar lantai ijin ∆ua b

Kategori risiko
Struktur I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser
batubata, 4 tingkat atau kurang dengan
0,025 hsx 0,020 hsx 0,015 hsx
interior, partisi, langit-langit dan system
dinding eksrerior yang telah

Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010 hsx 0,010 hsx 0,010 hsx

Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx

Semua struktur lainnya 0,020 hsx 0,015 hsx 0,010 hsx


Sumber : SNI 03 – 1726 - 2012

Dimana :
1) hsxadalah tinggi tingkat di bawah tingkat x.

21
2) hsxuntuk system penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen dalam
kategori desain seismic D, E, dan F, simpangan antar lantai tingkat ijin.
3) tidak boleh ada batasan simpangan antarlantai untuk struktur satu tingkat dengan
dinding interior, partisi, langit-langit, dan system dinding eksterior yang telah didesain
untuk mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
4) system struktur dasar terdiri dari dinding geser batu bata yang didesain sebagai elemen
vertikal kantileverdari dasar atau pendukung fondasinya yang dikontraksikan
sedemikian agar penyaluran momen diantara dinding geser (kopel) dapat diabaikan.
b. Pelat Dua Arah
Ly
Dikatakan pelat dua arah jika >2
Lx
Tabel pelat dua arah dapat direncanakan berdasarkan pada pasl 9.5.3.2, SNI - 03 – 2847 – 2013,
sebagai berikut :
Untuk pelat tanpa balok interior yang membentang diantara tumpuan dan mempunyai rasio
bentang panjang terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari 2, tebal minimumnya harus
memenuhi ketentuan tabel ….. dan tidak boleh kurang dari nilai berikut :
Tanpa panel drop (drop panels) 125 mm
Dengan panel drop (drop panels) .................................................................. (1.1)

Tabel 1.7. Tebal Pelat Tanpa Balok Interior Yang Membentang

Tanpa penebalan* Dengan penebalan*


Panel Panel
Tegangan Panel eksterior Panel eksterior
interior interior
leleh ƒy
Tanpa Dengan Tanpa Dengan
MPa^
balok balok balok balok
pinggir pinggir** pinggir pinggir**
ln ln ln ln ln ln
280
33 36 36 36 40 40
ln ln ln ln ln ln
420
30 33 33 33 36 36

22
ln ln ln ln ln ln
520
28 31 31 31 34 34
Untuk konstruksi dua arah, ln adalah panjang bentang bersih dalam arah panjang,
diukur muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok dan muka ke muka balok
atau tumpuan lainnya pada kasus yang lain.
^Untuk ƒy Antara nilai yang diberikan dalam tabel, tebal minimum harus
ditentukan dengan interpolasi linier.
* Panel drop didefinisikan dalam 13.2.5.
** Pelat dengan balok di antara kolom, kolomnya di sepanjang tepi eksterior. Nilai
αƒ untuk balok tepi tidak boleh kurang dari 0,8.
Sumber : SNI 03 – 2847 – 2013
Untuk pelat dengan balok yang membentang diantara tumpuan pada semua sisinya, tebal
minimumnya (h) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus memggunakan pasal 9.5.3.2, SNI 03 - 2847
– 2013, untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih besar dari 2,0 h tidak kurang dari (0,2
<𝛼𝑚 < 2) :

 fy 
Ln  0,8  
h  1400 
>125 mm ......................................................... (1.2)
36  5βαm  0,2
dan tidak boleh kurang dari 125 mm;
untuk αmƒ lebih besar dari 2,0 ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari (αmƒ > 2) :

 fy 
Ln  0,8  
h  1400 
> 90 mm ...................................................................... (1.3) dan tidak boleh
36  9β
kurang dari h, dan tidak kurang dari 90 mm.
dengan: h = tebal pelat
ƒy = tegangan leleh baja
ln ≈ Ly (panjang bentang bersih yang diukur muka ke muka tumpuan)
αƒm = nilai rata-rata αƒ untuk semua balok tepi panel
Lx = bentang pendek (tinjauan satu segmen pelat)
c. Asumsi Perletakan Plat

23
Pelat diasumsikan dengan perletakan terjepit elastis

d. Bentuk Teoritis Pelat


L = jarak pusat perletakan, bila beban balok pendukung ≤ 2h
= jarak bersih balok + 100 mm, bila untuk lebar balok pendukung >2h
e. Pembebanan
QU1 = 1,4. QDL .........................................................................................(1.6)
QU2 = 1,2. QDL + 1,6. QLL .........................................................................(1.7)

dengan: QDL = berat beban mati pelat


QLL = berat beban hidup pelat
Catatan :
jika β1 < 30 MPa, maka β1 menggunakan = 0,85
jika β1 > 30 MPa, maka menggunakan persamaan
 f ' c  28 
1  0,85  0,05    ............................................................. (1.8)
 7 
f. Tulangan susut dan suhu
Luas tulangan susut dan suhu harus menyediakan paling sedikit memiliki rasio luas tulangan
terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014 :
1) Batang tulangan ulir mutu 280 atau 350, AS Min = 0,002 b. h
2) Batang tulangan ulir mutu 420, AS Min = 0,0018 b. h
3) Batang tulangan ulir mutu > 420, AS Min = b. hi
Spasi tulangan utama, dipilih nilai yang terkecil dari :
1) S ≤ 3 h ( h = tebal pelat )
2) S ≤ 450 mm

Spasi tulangan susut dan suhu, dipilih nilai yang terkecil dari :
1) S ≤ 5 h ( h = tebal pelat )
2) S ≤ 450 mm

24
1.8. Analisis Kemampuan Balok terhadap Beban yang Terjadi

a. Rangka momen biasa


Mempunyai ketentuan sebagai berikut :
Balok harus mempunyai minimal dua batang tulangan longitudinal yang menerus sepanjang
kedua muka atas dan bawah. Tulangan harus disalurkan pada muka tumpuan.
b. Rangka momen menengah
Persyaratan yang berlaku (SNI 03-2847-2013 pasal 2.1)
1. Kekuatan geser (Vn) balok yang menahan pengaruh gempa E tidak boleh kurang dari yang
lebih kecil dari :
(a) Jumlah geser yang terkait dengan pengembangan Mn balok pada setiap ujung bentang
bersih yang terkekang akibat lentur kurva terbalik dan geser yang dihitung untuk beban
gravitasi terfaktor
(b) Geser maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban desain yang melibatkan E
dengan E diasumsikan sebesar dua kali yang ditetapkan oleh tata cara bangunan umum
yang diadopsi secara legal untuk desain tahan gempa.
2. Kekuatan momen positif pada muka joint tidak boleh kurang dari sepertiga kekuatan momen
negatif yang disediakan pada muka joint

1.9. Hubungan Balok dan Kolom (joint)

Persyaratan yang berlaku menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.7 :


1. Gaya-gaya pada tulangan balok longitudinal di muka joint harus ditentukan dengan
mengasumsikan bahwa tegangan pada tulangan lentur adalah 1,25fy
2. Kekuatan geser
Untuk beton berat normal, Vn joint tidak boleh diambil sebagai yang lebih besar dari nilai
yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk joint yang terkekang oleh balok-balok pada
semua empat muka 1,7√f ′ cA1
b. Untuk joint yang terkekang oleh balok-kolom
pada tiga muka atau dua muka berlawanan 1,2√f ′ cA1
c. Untuk kasus-kasus lainnya 1,0√f ′ cA1

25
Gambar 1.8 Luas Joint Efektif

3. Lebar joint efektif tidak boleh melebihi yang lebih kecil dari :
1. Lebar balok ditambah tinggi joint
2. Dua kali jarak tegak lurus yang lebih kecil dari sumbu longitudinal balok ke sisi kolom
4. Panjang penyaluran batang tulangan dalam kondisi tarik (ldh)
fydb
ldh =
5,4√𝑓′𝑐
1. Batang tulangan 10 – D-36 dengan kait 90 derajat tidak boleh kurang dari yang terbesar
dari 8db, 150 mm dan panjang yang disyaratkan.
2. Untuk beton ringan batang tulangan dengan kait 90 derajat tidak boleh kurang dari yang
terbesar dari 10db, 190 mm dan 1,25 kali panjang yang disyaratkan.

26
1.10. Structural Analisys Program (SAP) 2000

SAP 2000 merupakan salah satu program analisis struktur yang lengkap dan sangat mudah
dioperasikan. Prinsip utama penggunaan program ini adalah pemodelan struktur, eksekusi
analisis, dan pemeriksaan atau optimasi desain; yang semuanya dilakukan dalam satu langkah
atau satu tampilan. Output yang dihasilkan dapat ditampilkan sesuai kebutuhan baik berupa
model struktur, grafik maupun spreadsheet.
Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh program ini antara lain :
1. Analisis yang cepat dan akurat
2. Model pembebanan yang lebih lengkap baik berupa static loading maupun dynamic loading
3. Pemodelan elemen shell yang lebih akurat
4. Analisis dinamik dengan Ritz dan Eigenvalue
5. Sistem koordinat ganda untuk bentuk geometri struktur yang kompleks

Langkah-langkah untuk memasukkan mutu bahan dan dimensi adalah sebagai berikut :
1. Mutu beton dan baja
Define→ material
2. Dimensi pelat lantai
Define→section properties→ area section
3. Dimensi balok
Define→section properties→ frame section (jenis frame:beam)
4. Dimensi kolom
Define→section properties→ frame section (jenis frame:column)

27

Anda mungkin juga menyukai