PENDAHULUAN
Perencanaan struktur gedung harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemilihan beban
gempa rencana perlu ditentukan dengan pertimbangan ekonomis. Perilaku struktur terhadap
beban gempa pada dasarnya, pada saat gempa rendah, yang mempunyai waktu ulang 20
tahunan. Struktur tidak boleh mengalami kerusakan apapun. Pada saat gempa menengah yang
mempunyai waktu ulang 50 tahunan, struktur hanya boleh rusak pada elemen sekunder,
misalnya plesteran, tembok, sedangkan rangkanya tidak boleh rusak dan masih elastik.
Sedangkan pada saat gempa besar yang mempunyai waktu ulang 100 tahun, struktur berperilaku
plastis dan tidak boleh terjadi keruntuhan yang fatal.
Beban gempa yang terjadi dapat dianalisis dengan beberapa metode, yaitu analisis static
ekivalen (Static Equivalent Analysis), analisis dinamik (Dynamic Analysis), dan analisis beban
statik dorong (Pushover Analysis). Analisis Statik Ekivalen adalah suatu cara analisis struktur,
yaitu pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik horizontal untuk
menirukan pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat gerakan tanah. Agar struktur dapat
berperilaku daktail atau mengikuti perilaku gerakan gempa pada waktu terjadinya gempa, maka
perlu perencanaan struktur sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan perencanaan struktur
daktail.
1
1.2.2. Data Teknis
a. Bangunan : 4 Lantai
b. Fungsi Bangunan : Kantor
c. Mutu Beton (f’c) : 27,0 MPa
d. Tegangan leleh baja tulangan geser (fys) : 240 MPa
e. Tegangan leleh baja tulangan lentur (fy) : 420 MPa
f. Elevasi Lantai Dasar : ± 0,00
g. Elevasi Lantai I : + 3,90 m
h. Elevasi Lantai II : + 7,80 m
i. Elevasi Lantai III : + 11,70 m
j. Elevasi Atap : + 15,60 m
k. Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan Structure Analisys Program (SAP) 2000
versi 14 (selanjutnya akan disebut SAP)
2
Gambar 1.2. Potongan Melintang
Mutu bahan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sabagai berikut :
1. Beton
Pelat, balok, kolom, fondasi menggunakan mutu beton f’c = 27,0 Mpa
3
2. Baja Tulangan Beton
Faktor reduksi kuat bahan Ø, berdasarkan SNI 03-2847-2013 (pasal 9.3), ditentukan sebagai
berikut :
a. Penampang terkendali tarik ( ) = 0,90
b. Penampang terkendali tekan ( )
1) Komponen struktur dengan tulangan spiral = 0,75
2) Komponen struktur bertulang lainnya = 0,65
c. Geser dan torsi ( ) = 0,75
d. Tumpuan pada beton(kecuali untuk daerah
angkur pasca tarik dan model strat dan pengikat) ( ) = 0,65
e. Daerah angkur pasca tarik ( ) = 0,85
f. Model strat dan pengikat = 0,75
g. Penampang lentur dalam komponen struktur pra tarik
dimana penanaman strand kurang dari panjang penyaluran
seperti yang diberikan :
1) Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer =0,75
2) Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang
penyaluran ( ) boleh ditingkatkan secara linier dari =0,75-0,90
Pelat-pelat beton berperilaku sebagai bagian-bagian konstruksi lentur dan perencanaannya adalah
serupa dengan balok, meskipun secara umum lebih sederhana.
Perencanaan tebal pelat menggunakan metode langsung sesuai SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6,
dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Minimum harus ada tiga bentang menerus pada masing-masing arah.
4
2. Perbandingan bentang panjang dan bentang pendek yang diukur dari sumbu ke sumbu harus
lebih kecil dari dua (Ly / Lx < 2)
3. Beban yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi merata pada seluruh pelat.
Beban hidup tidak boleh lebih dari dua kali beban mati
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.2.4 menetapkan, untuk konstruksi monolit atau komposit penuh,
suatu balok mencakup bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan jarak yang
sama dengan proyeksi balok di atas atau di bawah slab tersebut, yang mana yang lebih besar,
tetapi tidak boleh lebih besar dari empat kali tebal slab.
SNI 03-2847-2013 Pasal 8.12.2 menetapkan, lebar slab efektif sebagai sayap balok-T tidak boleh
melebihi seperempat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang menggantung pada
masing-masing sisi badan balok tidak boleh melebihi :
1. Delapan kali tebal slab dan
2. Setengah jarak bersih ke badan di sebelahnya.
5
Ecb = modulus elastisitas balok beton
Ecp = modulus elastisitas pelat beton
Ib = momen inersia balok
Ip = momen inersia pelat
SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5.3.3 menetapkan :
1. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2, h tidak boleh kurang dari
Fy
Ln( 0,8 )
h 1400 ----------------------------------------3.24
36 5 ( fm 0,2 )
6
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.5.1. menetapkan balok diantara tumpuan harus diproporsikan
untuk menahan 85% momen lajur kolom bila :
l2
α1 . 1 atau >1-------------------------------------------------------3.29
l1
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.3.3. menetapkan pada bentang ujung, momen statis terfaktor total,
M0 harus didistribusikan sebagai berikut :
l2
SNI 03-2847-2013 Pasal 13.6.8.1. menetapkan balok dengan nilai α1 . 1 atau >1 harus
l1
diproporsikan untuk menahan geser yang diakibatkan oleh beban terfaktor pada daerah tributary
yang dibatasi oleh garis 45 derajat yang ditarik dari sudut-sudut panel dan garis-garis pusat
panel-panel bersebelahan yang sejajar dengan sisi panjangnya.
7
Sumber : SNI 03-2847-2013
Gambar 1.2 Daerah Tributari untuk Geser Balok Interior
M
Mn ------------------------------------------3.31
0,8.mlebarlajurkolom
M
Mn ------------------------------------------3.32
0,8.mlebarlajurkolom
Untuk momen pada lajur tengah akan dicari seperti yang disajikan berikut ini:
Lebar lajur tengah = Ly – ½ Ly ---------------------------------3.33
M
Mn
0,8.mlebarlajurkolom
M
Mn
0,8.mlebarlajurkolom
2. Penulangan lentur pada pelat lantai
SNI 03-2847-2013 Pasal 10.2.7.3 menetapkan untuk f’c antara 17 dan 28 Mpa, β1 harus
diambil sebesar 0,85. Untuk f’c di atas 28 MPa, β1harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap
kelebihan kekuatan sebesar 7 MPa di atas 28 MPa, tetapi β1 tidak boleh diambil kurang dari
0,65.
8
β1 0,85 0,05. f ' c 28 0,65 (untuk f’c>28 MPa)------3.34
7
f ' c 600
b 0,85. . . -------------------------------------3.35
fy 600 fy
ρmaks= 0,75. ρb---------------------------------------------------3.36
1,4
ρmin = -------------------------------------------------------3,37
fy
fy
m ---------------------------------------------------------3.38
0,85. f ' c
Mn
Rn ------------------------------------------------------------3.39
b.d 2
ρperlu= 1 1 1 2m.Rn --------------------------------------3.40
m fy
dengan syarat ρmin < ρperlu <ρmaks
Asperlu= ρperlu.b.d -------------------------------------------------3.41
As . fy ----------------------------------------------------3.42
a
0,85. f ' c.b
lainnya, Vu Wu . ln
2
Gaya geser yang disediakan oleh beton harus lebih besar dari gaya geser yang terjadi, gaya
geser yang disediakan oleh beton dihitung sebagai berikut
9
Ly = bentangan panjang
Lx = bentangan pendek
M+ = momen positif
M- = momen negatif
Mn+ = momen nominal positif
Mn- = momen nominal negatif
b = lebar pelat yang ditinjau (1000 mm)
d = tinggi efektif balok
a = kedalaman balok tegangan beton tekan
As = luas tulangan tarik
ρb = rasio penulangan dalam keadaan seimbang
ρmaks = rasio tulangan
ρperlu = rasio tulangan yang diperlukan
f’c = kuat tekan beton
fy = kekuatan leleh tulangan
Rn = koefisien tahanan
4. Pembebanan
QU1 = 1,4. QDL
QU2 = 1,2. QDL + 1,6. QLL
dengan: QDL= berat beban mati pelat
QLL= berat beban hidup pelat
1.6. Pembebanan
Beban yang bekerja pada struktur utama berupa beban mati, beban hidup dan beban gempa.
1. Beban mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan
komponen arsitektural dan structural lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat
keran.
2. Beban hidup
10
Beban hidup merupakan beban yang dapat berpindah atau dipindahkan dan bekerja pada
struktur, besarnya sesuai dengan fungsi dari ruang. Seperti halnya beban mati, beban hidup
bekerja di atas lantai.
3. Beban gempa
Beban gempa adalah beban yang berpengaruh pada bangunan akibat terjadinya pergerakan tanah
akibat pergeseran lempeng bumi. Dalam merencakan bangunan tahan gempa sesuai SNI 1726-
2012 menentukan bahwa analisis beban gempa dapat dilakukan dengan 3 prosedur, yaitu analisis
gaya lateral ekivalen, analisis spectrum respon ragam dan prosedur riwayat respon seismic.
4. Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih tekanan udara
11
Penggantungatapgentingdengan reng danusuk/kasoperm2 0,40 kN/m2
bidangatap
Penutupatapsenggelombang(BWG24)tanpa genteng 0,10 kN/m2
Penutuplantai dariubinsemenportland,terasodan 0,24 kN/m2
beton, tanpaadukan,per cm tebal
Semenasbesgelombang(tebal5mm) 0,11 kN/m2
(Sumber pembebanan Indonesia untuk gedung 1987)
Pada pembebanan gedung ini, beban gempa akan ditinjau dan dihitung sesuai dengan yang
disyaratkan pada Tata CaraPerencanaan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2012,
berdasarkan Pasal-Pasal yang tercantum di bawah ini.
12
Gambar 1.6. Peta Gerakan Tanah S1
2. Koefisien-koefisien
13
1.6.2. Kinerja Struktur Gedung
Variabel Nilai
PGA (g) 0.586
SS (g) 1,5
S1 (g) 0.599
CRS 1,118
CR1 1,212
FPGA 1,000
FA 1,000
FV 1,000
PSA (g) 0.586
SMS (g) 1,5
SM1 (g) 0.599
SDS (g) 1,000
SD1 (g) 0.399
T0 (detik) 0.08
TS (detik) 0.399
14
2. Kinerja batas ultimit
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-tingkat
maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di
ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung
yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan mencegah benturan berbahaya antar gedung
atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah.
Simpangan dan simpangan antar-tingkat harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
pembebanan gempa nominal dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut:
a. Untuk struktur gedung beraturan : = 0,7 R
0,7 R
b. Untuk struktur gedung beraturan : =
FaktorSkala
Ketentuan :
1. Simpangan antar-tingkat < 0,02 kali tingkat bersangkutan
2. Jarak pemisah antar gedung > 0,025 kali ketinggian taraf itu diukur dari taraf penjepit lateral
Sistem struktur dan komponennya harus dirancang untuk memiliki kekakuan yang cukup untuk
membatasi lendutan, simpangan lateral, getaran atau deformasi lain yang melampaui persyaratan
kinerja serta fungsi bangunan gedung atau struktur lainnya. (menurut SNI 03-1727-2013 pasal
1.3.2)
Struktur, komponen dan fondasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya
sama atau melebihi efek dari beban terfaktor dalam kombinasi berikut (menurut SNI 03-1727-
2013 pasal 2.3.2) :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
15
5. 1,2D + 1,0E + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
dengan :
D = Beban mati
L = Beban hidup
Lr = Beban hidup atap
W = Beban angin
E = Beban gempa
R = Beban hujan
S = Beban salju
Pengecualian : Faktor beban untuk L pada kombinasi 3,4 dan 5 boleh diambil sama dengan 0,5
kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan dan semua ruangan yang nilai beban hidupnya
lebih besar daripada 500 kg/m2.
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan nilai
faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1 hingga 5 dan
7.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan sebagai
berikut:
1. Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka perhitungkan
pengaruh H dengan faktor beban= 1,6 ;
2. Bila adanya beban H member perlawanan terhadap pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,9 (jika bebannya bersifat permanen) atau
dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi lainnya)
Kekuatan perlu U ( menurut SNI 03-2847-2013 pasal 9.2 ) harus paling tidak sama dengan
pengaruh beban terfaktor dalam pers. 1 sampai 7. Pengaruh salah satu atau lebih beban yang
16
tidak bekerja secara serentak harus diperiksa (beban S (salju) dalam persamaan-persamaan di
bawah dihapus karena tidak relevan, lihat daftar deviasi).
U = 1,4 D
U = 1,2D + 1,6L + 0,5
U=1,2D + 1,6(L atau R) + (1,0L atau 0,5W)
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L
U = 0,9D + 1,0W
U = 0,9D + 1,0E
(a) Faktor beban pada beban hidup L dalam pers. 3 sampai 5 diizinkan direduksi sampai 0,5
kecuali untuk garasi, luasan yang ditempati sebagai tempat perkumpulan publik, dan semua
luasan dimana L lebih besar dari 4,8 kN/m2
(b) Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan, 1,6W harus digunakan sebagai pengganti
dari 1,0W dalam pers 4 dan 6, dan 0,8W harus digunakan sebagai pengganti dari 0,5W
dalam pers 3.
(c) Dihilangkan karena tidak relevan, lihat daftar deviasi.
17
Tabel 1.9 Kategori Risiko Bangunan Dan Non Gedung Untuk Beban Gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tapi tisak dibatasi
untuk, antara lain :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, pertenakan dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor II
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen / rumah susun
18
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
19
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans dan kantor polisi
serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material atau
peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat
Menurut geometri dan arah tulangannya, cara analisis plat dibagi menjadi dua macam, yaitu
perencanaan plat satu arah dan dua arah. Persyaratan yang mendasar untuk menentukan analisis
yang digunakan yaitu pada nilai β1 (persyaratan lebih lengkap dipembahasan selanjutnya).
20
𝑙 𝑙 𝑙 𝑙
Pelat masih
20 24 28 10
satu arah
Balok atau
𝑙 𝑙 𝑙 𝑙
pelat rusuk
16 18,5 21 18
satu arah
Kategori risiko
Struktur I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser
batubata, 4 tingkat atau kurang dengan
0,025 hsx 0,020 hsx 0,015 hsx
interior, partisi, langit-langit dan system
dinding eksrerior yang telah
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010 hsx 0,010 hsx 0,010 hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx
Dimana :
1) hsxadalah tinggi tingkat di bawah tingkat x.
21
2) hsxuntuk system penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen dalam
kategori desain seismic D, E, dan F, simpangan antar lantai tingkat ijin.
3) tidak boleh ada batasan simpangan antarlantai untuk struktur satu tingkat dengan
dinding interior, partisi, langit-langit, dan system dinding eksterior yang telah didesain
untuk mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
4) system struktur dasar terdiri dari dinding geser batu bata yang didesain sebagai elemen
vertikal kantileverdari dasar atau pendukung fondasinya yang dikontraksikan
sedemikian agar penyaluran momen diantara dinding geser (kopel) dapat diabaikan.
b. Pelat Dua Arah
Ly
Dikatakan pelat dua arah jika >2
Lx
Tabel pelat dua arah dapat direncanakan berdasarkan pada pasl 9.5.3.2, SNI - 03 – 2847 – 2013,
sebagai berikut :
Untuk pelat tanpa balok interior yang membentang diantara tumpuan dan mempunyai rasio
bentang panjang terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari 2, tebal minimumnya harus
memenuhi ketentuan tabel ….. dan tidak boleh kurang dari nilai berikut :
Tanpa panel drop (drop panels) 125 mm
Dengan panel drop (drop panels) .................................................................. (1.1)
22
ln ln ln ln ln ln
520
28 31 31 31 34 34
Untuk konstruksi dua arah, ln adalah panjang bentang bersih dalam arah panjang,
diukur muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok dan muka ke muka balok
atau tumpuan lainnya pada kasus yang lain.
^Untuk ƒy Antara nilai yang diberikan dalam tabel, tebal minimum harus
ditentukan dengan interpolasi linier.
* Panel drop didefinisikan dalam 13.2.5.
** Pelat dengan balok di antara kolom, kolomnya di sepanjang tepi eksterior. Nilai
αƒ untuk balok tepi tidak boleh kurang dari 0,8.
Sumber : SNI 03 – 2847 – 2013
Untuk pelat dengan balok yang membentang diantara tumpuan pada semua sisinya, tebal
minimumnya (h) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus memggunakan pasal 9.5.3.2, SNI 03 - 2847
– 2013, untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih besar dari 2,0 h tidak kurang dari (0,2
<𝛼𝑚 < 2) :
fy
Ln 0,8
h 1400
>125 mm ......................................................... (1.2)
36 5βαm 0,2
dan tidak boleh kurang dari 125 mm;
untuk αmƒ lebih besar dari 2,0 ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari (αmƒ > 2) :
fy
Ln 0,8
h 1400
> 90 mm ...................................................................... (1.3) dan tidak boleh
36 9β
kurang dari h, dan tidak kurang dari 90 mm.
dengan: h = tebal pelat
ƒy = tegangan leleh baja
ln ≈ Ly (panjang bentang bersih yang diukur muka ke muka tumpuan)
αƒm = nilai rata-rata αƒ untuk semua balok tepi panel
Lx = bentang pendek (tinjauan satu segmen pelat)
c. Asumsi Perletakan Plat
23
Pelat diasumsikan dengan perletakan terjepit elastis
Spasi tulangan susut dan suhu, dipilih nilai yang terkecil dari :
1) S ≤ 5 h ( h = tebal pelat )
2) S ≤ 450 mm
24
1.8. Analisis Kemampuan Balok terhadap Beban yang Terjadi
25
Gambar 1.8 Luas Joint Efektif
3. Lebar joint efektif tidak boleh melebihi yang lebih kecil dari :
1. Lebar balok ditambah tinggi joint
2. Dua kali jarak tegak lurus yang lebih kecil dari sumbu longitudinal balok ke sisi kolom
4. Panjang penyaluran batang tulangan dalam kondisi tarik (ldh)
fydb
ldh =
5,4√𝑓′𝑐
1. Batang tulangan 10 – D-36 dengan kait 90 derajat tidak boleh kurang dari yang terbesar
dari 8db, 150 mm dan panjang yang disyaratkan.
2. Untuk beton ringan batang tulangan dengan kait 90 derajat tidak boleh kurang dari yang
terbesar dari 10db, 190 mm dan 1,25 kali panjang yang disyaratkan.
26
1.10. Structural Analisys Program (SAP) 2000
SAP 2000 merupakan salah satu program analisis struktur yang lengkap dan sangat mudah
dioperasikan. Prinsip utama penggunaan program ini adalah pemodelan struktur, eksekusi
analisis, dan pemeriksaan atau optimasi desain; yang semuanya dilakukan dalam satu langkah
atau satu tampilan. Output yang dihasilkan dapat ditampilkan sesuai kebutuhan baik berupa
model struktur, grafik maupun spreadsheet.
Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh program ini antara lain :
1. Analisis yang cepat dan akurat
2. Model pembebanan yang lebih lengkap baik berupa static loading maupun dynamic loading
3. Pemodelan elemen shell yang lebih akurat
4. Analisis dinamik dengan Ritz dan Eigenvalue
5. Sistem koordinat ganda untuk bentuk geometri struktur yang kompleks
Langkah-langkah untuk memasukkan mutu bahan dan dimensi adalah sebagai berikut :
1. Mutu beton dan baja
Define→ material
2. Dimensi pelat lantai
Define→section properties→ area section
3. Dimensi balok
Define→section properties→ frame section (jenis frame:beam)
4. Dimensi kolom
Define→section properties→ frame section (jenis frame:column)
27