Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan. Yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal
kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta
rencana durasi proyek dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Dalam
proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat
lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling adalah pengalokasian
waktu yang tersedia melaksanakan masing – masing pekerjaan dalam rangka
menyelesaikan suatu proyek hinggah tercapai hasil optimal dengan
mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada.
Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti per-kem-bangan
proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating
selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar
alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan
proyek.

Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat – manfaat seperti berikut.

 Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan / kegiatan mengenai batas –


batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing – masing tugas.
 Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis
dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan
waktu.
 Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.
 Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan
proyek dapat selesai sebelum waktu yang di tetapkan.
 Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
 Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.

Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor


berikut :

Sasaran dan tujuan proyek.


 Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.
 Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.
 Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang
hilang dan hari – hari libur.
 Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya.
 Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.
 Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.
 Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.
 Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan
karena dana yang di kelolah sangat besar, kebutuhan dan penyediaan
sumber daya juga besar, kegiatan yang di lakukan sangat beragam serta
durasi proyek menjdi sangat panjang.

Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan cara –


cara atau metode teknis yang sudah digunakan seperti metode penjadwalan
proyek. Kemampuan scheduler yang memadai dan bantuan software komputer
untuk penjadwalan dapat membantu memberikan hasil yang optimal.

A. FUNGSI PENJADWALAN PROYEK


Penjadwalan merupakan tahapan menerjemahkan suatu perencanaan ke
dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan
menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan,
sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya
menurut kebutuhan yang ditentukan. Dalam proyek, penjadwalan sangat
penting dalam memproyeksikan keperluan tenaga kerja, material, dan
peralatan.
Menjadwalkan adalah berpikir secara mendalam melalui berbagai
persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai
macam tugas, yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan
bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu
yang tepat. (Luthan & Syafriandi, 2006)
Fungsi penjadwalan dalam suatu proyek antara lain :
1. Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek.
2. Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.
3. Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau
tertunda pelaksanaannya dan menentukan jalur kritis.
4. Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.
5. Sebagai dasar perhitungan cashflow proyek.
6. Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga
kerja, material, dan peralatan.
7. Sebagai alat pengendalian proyek.

Penjadwalan proyek juga merupakan sesuatu yang lebih spesifik dan


menjadi bagian dari perencanaan proyek (Tampubolon, 2004). Penjadwalan
memiliki dua tugas penting, yaitu (Prawirosentono, 2007):
1. Memutuskan proses yang harus berjalan, dan
2. Memutuskan kapan dan selama berapa lama proses itu berjalan
Penjadwalan suatu proyek dapat membantu dalam beberapa hal,
diantaranya (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006) :
1. Menunujukkan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya dan
terhadap keseluruhan proyek
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara
kegiatan
3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap
kegiatan
4. Membantu mengetahui hal-hal yang mungkin menghambat suatu
proyek

G. METODE-METODE PENJADWALAN PROYEK


Penjadwalan merupakan pengalokasian waktu yang tersedia untuk
melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu
proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-
keterbatasan yang ada (Husen, 2009).
Penjadwalan menentukan kapan aktivitas itu dimulai, ditunda dan
diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber day a bisa
disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan. Untuk
menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor
penentu keberhasilan adalah tenaga kerja (Mertha Jaya dkk, 2007).
1. Gantt Chart (diagram balok)
Gantt Chart (diagram balok) merupakan penjadwalan
menggunakan suatu bagan batang atau bagan kejadian penting (Milestone
chart). Dalam tiap kasus, lama kegiatan diperlihatkan dalam bagan oleh
balok atau garis. Bagan ini memperlihatkan kapan suatu kegiatan
dijadwalkan mulai dan kapan ia selesai. Diagram balok disusun dengan
maksud mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan
suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian, dan
pada saat pelaporan (Nugraha, 1985).

Hari/Bulan/Tahun
No Aktivitas
1 2 3 4 5 6 7 8
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E

Penggambaran diagram balok seperti terlihat pada gambar diatas


terdiri dari kolom (sumbu vertikal) dan baris (sumbu horisontal). Kolom
pertama berisi daftar atau uraian pekerjaan dalam suatu proyek. Kolom
selanjutnya dipergunakan sebagai tempat melukiskan balok sesuai dengan
durasi waktu yang diperlukan dari masing - masing pekerjaan. Satuan
waktu misalnya hari, minggu, atau bulan ditempatkan pada sumbu
horisontal. Waktu mulai dan waktu akhir masing-masing kegiatan
ditunjukkan oleh ujung kiri dan ujung kanan dari balok-balok yang
bersangkutan.
Pada pembuatan diagram balok telah diperhatikan urutan kegiatan,
meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu aktivitas
dengan yang lain. Format penyajian diagram balok yang lengkap berisi
perkiraan urutan pekerjaan, skala waktu dan analisis kemajuan pekerjaan
pada saat pelaporan.
Keuntungan penjadwalan dengan Gantt Chart :
a. Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat
sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.
b. Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan
sesungguhnya pada saat pelaporan.
Kerugian penjadwalan dengan Gantt Chart :
a. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara
satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui
dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap
jadwal keseluruhan proyek.
b. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila
diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok
baru.
2. Jaringan PERT
Teknik tinjauan Evaluasi Program (PERT = program review
technique) adalah metode jaringan untuk penjadwalan proyek yang
pertama kali dikembangkan pada pertengahan 1950an untuk proyek kapal
selam Polaris. Teknik ini digunakan untuk menjadwalkan lebih dari 3000
kontraktor, pemasok, dan agen, serta mendapat penghargaan karena
berhasil membawa proyek kapal selam Polaris maju dari jadwal hingga 2
tahun.
Jaringan PERT adalah salah satu metode grafis yang digunakan
untuk memvisualisasikan jadwal proyek ke dalam rangkaian aktivitas,
lengkap dengan urutan pekerjaan dan hubungan ketergantungan antar
aktivitas. Dalam diagram PERT, aktivitas-aktivitas dinyatakan dalam
bentuk panah, yang menghubungkan event - event yang dinyatakan dalam
betuk lingkaran.
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
jaringan PERT (Nugraha, 1986):
a. Event (kejadian)
Titik pangkal dan titik akhir dari suatu aktivitas yang dinyatakan
dalam bentuk lingkaran. Sebuah event tidak memerlukan waktu dan
sumber daya karena event bukan sebuah aktivitas.
b. Aktivitas Nyata
Pelaksanaan kegiatan yang nyata dari suatu pekerjaan. Aktivitas
ini membutuhkan durasi dan sumber daya untuk pelaksanaannya.
Sebuah aktivitas nyata digambarkan dalam bantuk anak panah disertai
durasi pekerjaannya.
c. Aktivitas Dummy
Aktivitas ini tidak menyatakan sebuah kegiatan yang nyata,
melainkan hanya berfungsi untuk menyatakan ketergantungan antar
aktivitas. Aktivitas dummy digambarkan dengan anak panah yang
terputus-putus.
d. Duration (D)
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu aktivitas.
Umumnya dengan satuan waktu : hari, minggu, bulan dan lainlain.
e. Earliest Event Occurrence Time (TE)
Saat paling awal terjadinya suatu event / kejadian.
f. Latest Allowable Event Time (TL)
Saat paling lambat yang diijinkan untuk terjadinya suatu event/kejadian.
g. Earliest Activity Start Time (ES)
Saat mulai paling awal suatu aktivitas.
h. Earliest Activity Finish Time (EF)
Saat berakhir paling awal suatu aktivitas
i. Latest Allowable Activity Start Time (LS)
Saat mulai paling lambat yang diijinkan untuk suatu aktivitas
j. Latest Allowable Activity Finish Time (LF)
Saat berakhir paling lambat yang diijinkan untuk suatu aktivitas
k. Total Activity Slack atau Total Float atau Float (TF)
Sejumlah waktu sampai kapan suatu aktivitas boleh diperlambat.
TE = TL – EF = LF – EF = LS – ES (1)
l. Free Slack (SF)
Waktu aktivitas bebas SF = TE – EF (2)
m. Aktivitas kritis
Aktivitas yang tidak memiliki keleluasaan dalam start time dan
finish time (Total Float sama dengan nol). Perubahan yang terjadi pada
durasi atau waktu pelaksanaan aktivitas kritis akan mempengaruhi
durasi proyek secara keseluruhan.
n. Lintasan kritis
Rangkaian aktivitas pada network diagram yang terdiri dari
aktivitas-aktivitas kritis. Durasi lintasan kritis juga menunjukkan durasi
proyek secara keseluruhan.
Dalam PERT durasi waktu penyelesaian suatu aktivitas diprediksi
dengan tiga estimasi waktu yaitu:
a. Waktu optimis (optimistic estimate = a):
 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
dengan asumsi jika pelaksanaan aktivitas berjalan dengan sangat
baik.
 Waktu tercepat yang mungkin dapat dicapai untuk menyelesaikan
suatu aktivitas.
b. Waktu normal (most likely estimate = m) :
 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
dengan asumsi jika pelaksanaan aktivitas berjalan dengan normal
c. Waktu pesimis (pessimistic estimate = b) :
 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
dengan asumsi jika pelaksanaan aktivitas berjalan dengan sangat
buruk
 Waktu terlambat yang mungkin terjadi dalam penyelesaian suatu
aktivitas
Ketidakpastian dari dugaan waktu individual adalah ciri khas dari
jaringan PERT. Bila waktu kegiatan individual adalah acak, waktu proyek
juga akan acak. Oleh karena itu tidaklah tepat dalam kasus ini untuk
menetapkan waktu penyelesaian proyek secara konkrit. Setiap tanggal
penyelesaian akan mempunyai peluang tertentu untuk dapat dicapai, yang
merupakan fungsi dari ketidakpastian dari tiap kegiatan dan hubungan
mana yang harus didahulukan. Dari sudut pandang manajemen lebih baik
untuk mengakui ketidakpastian dalam tanggal penyelesaian daripada
memaksakan persoalan ke dalam kerangka waktu konstan.
Konsep lain yang muncul dari jaringan PERT adalah gagasan
tentang lintasan kritis probabilitas. Mengikuti logika PERT, di sini pun
tidak ada lintasan kritis yang pasti. Sebaliknya, setiap kegiatan mempunyai
peluang masuk ke dalam lintasan kritis, beberapa kegiatan mempunyai
peluang mendekati nol dan yang lainnya mendekati satu. Lintasan kritis itu
sendiri acak bila waktu kegiatan tidak pasti.
Perhitungan PERT telah diperluas untuk mengurangi asumsi yang
menjadi sifat dari metodologi PERT. Satu cara untuk melakukan ini adalah
mensimulasi jaringan dengan waktu contoh yang ditarik secara acak untuk
tiap kegiatan. Sebagai hasilnya, suatu sebaran yang pasti dari waktu
penyelesaian proyek dan peluang bahwa tiap kegiatan ada di lintasan kritis
dapat dihitung.

3. Metode Lintasan Kritis (CPM)


Metode lintasan kritis (CPM = critical path method) dikembangkan
oleh E.I.du Pont de Nemours & Co. sebagai suatu cara untuk menyusun
jadwal pengoperasian dan penghentianmesin di pabrik. Karena kegiatan
pabrik ini sering berulang waktunya cukup diketahui dengan baik. Namun,
waktu untuk tiap kegiatan dapat dipadatkan dengan mengeluarkan lebih
banyak uang. Dengan demikian, CPM menggunakan keseimbangan
waktu– biaya bukan waktu probabilitas seperti yang digunakan dalam
PERT.
Metode CPM dalam penjadwalan proyek menggunakan fungsi
waktu – biaya. Kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu secara
proporsional, lebih sedikit waktu jika lebih banyak uang dikeluarkan.
Untuk mengungkapkan hubungan waktu – biaya linear yang diasumsikan
ini, ada empat angka yang dipasang untuk tiap kegiatan: waktu normal,
biaya normal, waktu pintas, dan biaya pintas.
Jaringan proyek mula - mual diselesaikan dengan menggunakan
waktu normal dan biaya normal untuk semua kegiatan. Jika waktu dan
biaya penyelesaian proyek yang terjadi memuaskan, semua kegiatan
dijadwalkan pada waktu normal. Jika waktu penyelesaian proyek terlalu
panjang, proyek dapat diselesaikan dalam waktu lebih sedikit dengan
biaya yang lebih besar.
Untuk suatu waktu penyelesaian proyek yang diketahui lebih
sedikit dari waktu normal, ada sejumlah besar kemungkinan jaringan,
masing – masing pada biaya total yang berbeda. Hal ini terjadi karena
berbagai waktu kegiatan yang berbeda dapat diturunkan untuk memenuhi
waktu peneyelesaian proyek yang ditetapkan. Semua kemungkinan ini
dapat dievaluasi melalui persoalan pemrograman linear. Persoalan
pemrograman linear digunakan untuk mencari jawaban yang menunjukkan
biaya total proyek minimum untuk suatu waktu penyelesaian proyek yang
diketahui.
4. Precedence Diagram Method (PDM)
Precedence Diagram Method adalah metode jaringan kerja yang
termasuk dalam klasifikasi AON (Activity On Node). Dalam Metode ini
kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya berbentuk segi empat,
sedangkan anak panahnya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan –
kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian dummy yang merupakan
tanda penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam
PDM tidak diperlukan (Soeharto, 1995).
PDM pada dasarnya menitikberatkan pada persoalan keseimbangan
antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada
hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja atau sumber – sumber
daya untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan
biaya sebagai akibat penambahan sumber - sumber daya tersebut.
Dalam PDM, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
berbagai tahapan dari proyek konstuksi dianggap diketahui dengan pasti.
Selain itu juga hubungan antara jumlah sumber - sumber daya yang
dipergunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
juga dianggap diketahui.
Seperti halnya metode jaringan kerja yang lain, dalam PDM juga
terdapat bagian vital, yaitu analisis jalur kritis (critical path analysis).
Jalur kritis adalah rangkaian aktivitas yang tidak memiliki keleluasan
dalam start time dan finish time. Dengan kata lain, aktivitas kritis adalah
aktivitas yang tidak memiliki float time. Setiap aktivitas kritis harus
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Adanya perubahan
waktu pelaksanaan dari aktivitas kritis, percepatan atau perlambatan, akan
mengakibatkan perubahan durasi proyek secara keseluruhan.
Penjadwalan pada PDM mempertimbangkan hubungan
ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap aktivitas. Bila terjadi
kondisi keterbatasan tenaga kerja, maka dilakukan penjadwalan ulang
yang meliputi proses alokasi dan perataan sumber daya, dan metode yang
digunakan adalah Resource Scheduling Method.
Terdapat dua cara analisis dalam Resource Scheduling Method
untuk menentukan aktivitas mana yang akan diprioritaskan untuk
dijadwalkan bila terjadi konflik sumber daya, yaitu:
a. Analisis float time : Aktivitas yang memiliki float time paling kecil
akan diprioritaskan untuk dijadwalkan.
b. Analisis nilai Pertambahan Durasi Proyek (PDP) : Dengan cara ini
selalu dipilih 2 aktivitas yang mengalami konflik untuk dianalisis.
Misalnya aktivitas A dan B. Bila A dijadwalkan lebih dulu daripada B,
maka besarnya PDP akibat hal itu adalah: PDPAB = EFA –LSB
Prioritas diberikan kepada pasangan aktivitas yang mem iliki nilai
PDP minimum. Agar diperoleh nilai PDP minimum, maka harus dipilih
aktivitas A dengan nilai EF terkecil dan aktivitas B dengan nilai LS yang
terbesar.
Masalah akan timbul bila terdapat lebih dari satu alternatif yang
memiliki nilai minimum float time atau PDP yang sama. Pada project
management software yang biasa digunakan, seperti Microsoft Project
2007, bila ditemui kondisi serupa, prioritas otomatis akan jatuh kepada
aktivitas dengan kode aktivitas yang terkecil. Hal ini tentu saja tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena nilai kode aktivitas tidak
mempersentasekan fungsi apapun dan sepenuhnya tergantung pada
keinginan operator/perencana.
Penjadwalan aktivitas proyek dengan RPWM akan melalui
tahapan-tahapan kegiatan yang dimulai dengan tahap pertama yaitu tahap
mengidentifikasi jenis - jenis aktivitas proyek beserta karakteristiknya
(durasi dan volume). Tahap kedua membuat precedence diagram dari
aktivitas-aktivitas tersebut. Tahap ketiga dilakukan penentuan tingkat
ketersediaan sumber daya selama proyek berlangsung.
Pada tahap keempat ditentukan bobot posisi (positional weight)
dari setiap aktivitias, kemudian aktivitas-aktivitas tersebut disusun dengan
urutan, menurut aktivitas - aktivitas dengan bobot posisi terbesar dan tahap
kelima adalah tahap untuk menjadwalkan aktivitas dengan pedoman
sebagai berikut: Aktivitas dengan bobot posisi tertinggi dilaksanakan pada
hari pertama proyek. Sumber daya per hari yang tidak dipekerjakan
(sumber daya yang tersisa) didapat dengan mengurangi jumlah maksimal
sumber daya yang telah terpakai. Aktivitas dengan bobot tertinggi
berikutnya dipilih, kemudian dilakukan dua pemeriksaan yaitu
pemeriksaan Precedence dimana suatu aktivitas hanya bisa dijadwalkan
bila semua aktivitas yang mendahului telah dijadwalkan dan pemeriksaan
Kebutuhan Sumber Daya untuk memastikan suatu aktivitas harus lebih
kecil atau minimal sama dengan jumlah sumber daya yang tersisa pada
saat itu. Jika kondisi predence dan kebutuhan sumber daya terpenuhi,
aktivitas tersebut dapat dijadwalkan pada hari tersebut dan tahap kedua
dan ketiga diulangi untuk aktivitas dengan bobot posisi tertinggi
berikutnya.
Jika salah satu atau keseluruhan kondisi tersebut tidak terpenuhi,
maka aktivitas yang dimaksud tidak dapat dijadwalkan pada hari tersebut
(dilewati). Kemudian dipilih aktivitas berikutnya dengan bobot posisi
terbesar dan pengecekan kondisi precedence dan kebutuhan sumber daya
diulang untuk aktivitas ini.
Langkah kedua dan ketiga diulang untuk hari pertama (hari proyek
yang sama) sampai terjadinya kondisi. Kondisi pertama adalah kondisi
yang menunjukkan jumlah sumber daya total dari aktivitas - aktivitas yang
telah dijadwalkan sama dengan jumlah maksimal sumber daya yang
tersedia. Kondisi kedua adalah tidak ada lagi aktivitas yang dapat
dijadwalkan akibat batas dalam pemeriksaan precedence, dan yang ketiga
aktivitas selanjutnya memerlukan sumber daya yang tersedia pada saat itu.
Penjadwalan untuk hari berikutnya dimulai dengan memilih
aktivitas yang memiliki bobot posisi terbesar selanjutnya. Harus
diperhatikan bahwa setiap aktivitas yang telah dijadwalkan sebelumnya
tidak dapat dihentikan sebelum aktivitas itu selesai, dan sumber daya yang
masih digunakan tidak dapat dipakai untuk aktivitas yang lain. Pedoman
sesuai langkah kedua sampai dengan kelima di atas diulang terus menerus
sampai semua aktivitas selesai dijadwalkan. Jalur kritis diperoleh dari
network diagram yang telah dilengkapi dengan penjadwalan semua
aktivitas.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Siklus hidup proyek minimal memiliki empat tahap yang harus dilalui,
yaitu inisiasi proyek, perencanaan, pengontrolan dan penutupan
2. Perencanaan proyek merupakan unsur yang sangat penting dari konsep
manajemen proyek karena perencanaan merupakan suatu usaha untuk
meletakan dasar dan tujuan serta menyusun langkah-langkah kegiatan
untuk melaksanakan proyek
3. Asumsi perencanaan bersifat positif dan negatif
4. Kemampuan dasar dalam perencanaan proyek, adalah kemampuan
forecasting dan kemampuan untuk menuliskan rencana agar realistis
5. Skill atau keahlian dalam manajemen proyek yang meliputi : The
project management body of knowledge, Application area knowledge,
standard and regulation, Project enviromental knowledge, General
management knowledge and skill, Soft skill or human relation skill
6. Masalah dasar yang sering ditemui dalam manajemen proyek :
Keinginan klien berubah-ubah atau tidak jelas, Tidak menempatkan
orang yang tepat untuk mengatur proyek, Gagal untuk mendapatkan
dukungan, Kurangnya Komunikasi, Kurang spesifik terhadap
bidangnya, Tidak memiliki ukuran untuk mendefinisikan keberhasilan
7. Fungsi penjadwalan dalam suatu proyek antara lain : Menentukan
durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, Menentukan
waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan, Sebagai alat
pengendalian proyek.
8. Metode penjadwalan : gantt Chart (diagram balok), Jaringan PERT,
Metode Lintasan Kritis (CPM), Precedence Diagram Method (PDM)

B. SARAN
Penjadwalan dan perencanaan proyek harus sangat diperhatikan dan
dilakukan sebaik-baiknya karena menentukan keberhasilan suatu proyek.
DAFTAR PUSTAKA

Husen, A. 2009. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan & Pengendalian


Proyek, C.V Andi Offset, Yogyakarta.

Information Technology Project Management 4th edition by Kathy Schwalbe

(halaman 1-31)

Luthan, Putri Lynna A., Syafriandi. “Aplikasi Microsoft Project Untuk


Penjadwalan Kerja Proyek Teknik Sipil ”. CV. Andi Offset. Yogyakarta.
2006

Mahanavami, Gusti A. 2008. Perencanaan Waktu Pelaksanaan Proyek dengan

Metode PERT (Studi Kasus Graha Miracle Denpasar).


Mertha Jaya, N., Diah Parami Dewi, A. A. 2007. Analisa Penjadwalan Proyek
Menggunakan Rangked Positional Weight Method (Studi Kasus : Proyek
Pembangunan Pasar Mumbul di Kabupaten Buleleng), Jurnal Ilmiah Teknik
Sipil, Vol. 11 No. 2, Juli, pp. 100 – 108.
Nugraha, P., Natan, I., Sutjipto, R. 1985. Manajemen Proyek Konstruksi 1,
Kartika Yudha, Surabaya.
Nugraha, P., Natan, I., Sutjipto, R. 1986. Manajemen Proyek Konstruksi 2,
Kartika Yudha, Surabaya.
Raymond McLeod Jr. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : PT Prenhallindo.
1995
Somantri, Agus. 2005. Studi Tentang Perencanaan Waktu dan Biaya Proyek
Penambahan Ruang Kelas Di Politeknik Manufaktur Pada PT. Hatyang
Kuning. Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional,
Erlangga, Jakarta.
Trihendradi. 2007. Mastering Microsoft Project 2007 - Konsep & Aplikasi.

Yogyakarta : CV. Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai