Anda di halaman 1dari 4

JENIS-JENIS RISIKO

1. Risiko inheren (inheren risiko)


Risiko inheren merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam
menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material
(kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertmbangkan
keefektifan dan pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya
pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan
laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material. Jika auditor,
dengan mengabaikan pengendalian intern, menyimpulkan bahwa terdapat suatu
kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah salah saji, maka auditor
akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko inherennya tinggi. pengendalian intern
diabaikan dalam menetapkan dalam menetapkan nilai risiko inheren karena
pengendalian intern ini dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit
sebagai risiko pengendalian. Penilaian ini cenderung didasarkan atas sejumlah
diskusi yang telah dilakukan dengan pihak manajemen, pemahaman yang dimiliki
akan perusahaan, serta hasil-hasil yang diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya.

Berikut adalah contoh beberapa contoh resiko inhern yang dilakukan oleh kepolisian

CONTROL
INHEREN RISK ASSESMENT
(1 - 3)
1. Fasilitas negara digunakan sebagai kepentingan pribadi. 2
2. Masyarakat di kenakan tarif apabila meminta bantuan kepada kepolisian
2
yang membebani si pelapor atau si peminta bantuan.
3. Menyelenggarakan kegiatan atau razia tanpa izin di jalanan dengan
tujuan mendapatkan penghasilan tambahan dan terkadang melakukan 3
tindakan-tindakan dengan tidak sopan dan anarkis .
4. Membunyikan sirine dan menyalakan lampu rotator hanya untuk
menghindari kemacetan atau melintasi jalanan dengan bebas tanpa di sertai 1
tugas.
5. Lebih banyak terlihat duduk santai di warung-warung atau di pos-pos
2
polisi dari pada berdiri di jalanan mengatur kelancaran lalu lintas.
6. Penegakan hukum lebih dominan dibandingkan dengan perlindungan
3
masayarakat.
7. Berada dibalik kejahatan dan bekerja sama dengan mereka atau Sebagai
pelindung para preman jalanan dan para pelaku kejahatan untuk 1
mendapatkan keuntungan.

Dilihat dari Inheren Risk bahwa Menyelenggarakan kegiatan atau razia tanpa izin di jalanan
dengan tujuan mendapatkan penghasilan tambahan dan terkadang melakukan tindakan-
tindakan dengan tidak sopan dan anarkis mempunyai Control Assesment yang tinggi dan
menjadi fokus saya untuk bagaimana cara meminimalisirnya, adapun cara-caranya sebagai
berikut.
1. Peningkatan pengawasan yang tegas dan ketat terhadap para anggota polisi.
2. Adanya pusat-pusat pelayanan pelaporan bagi masyarakat yang lebih mudah dan dapat
dijangkau.
3. Setiap anggota polisi lebih di tekankan bahwa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, pejabat kepolisian senantiasa bertindak berdasarkan norma agama, kesopanan,
kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 19 : Ayat 1).
4. Setiap anggota polisi di uji apakah mereka mengetahui tugas dan wewenangnya yang
Sesuai dengan tugas dan wewenang kepolisian yang diatur dalam UU pasal 14 dan pasal 13
tentang kepolisian.
5. Kesejahteraan setiap anggota polisi lebih ditingkatkan dan diperhatikan

2. Risiko pengendalian (control risk)

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini
ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai
tujuan umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas.
Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap
pengendalian intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak efektif
karena kelalaian manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya kolusi diantara
personel pelaksananya.

• Memahami Struktur Pengendalian Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian

Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang di tetapkan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan dapat
dicapai. Struktur Pengendalian intern satuan usaha terdiri dari tiga unsur: 1)Lingkungan
pengendalian, 2) Sistem akuntansi, 3) Prosedur pengendalian. Jika struktur pengendalian
intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan
ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagian akuntan publik, hal tersebut
menimbulkan resiko yang besar,dalam arti risiko untuk memberikan opini yang tidak sesuai
dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak
cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang di berikannya.
Langkah pertama dalam memahami pengendalian intern klien adalah denganmempelajari
unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalahmelakukan
penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan
kelemahan pengendalian intern tersebut. Jika auditor telah mengetahuibahwa pengendalian
intern klien di bidang tertentu adalah kuat, maka ia akan mempercayai informasi keuangan
yang dihasilkan. Oleh karena itu ia akan mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam
audit yang bersangkutan dengan bidang tersebut.Untuk mendukung keyakinannya atas
efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian (test of
control).

3. Risiko deteksi (detection risk)

Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit
dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastianyang ada
pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian
lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut diperiksa 100%. Risiko deteksi dapat dihitung melalui tahap-tahap berikut ini:

a.Menetepkan risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara individual
berdasarkan pertimbangan profesional auditor

b.Melakukan penghitungan risiko deteksi.

Perbedaan antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dengan risiko deteksi adalah
risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian
intern. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi sacara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.

Hubungan antara risiko bawaan, risko pengendalian, risiko deteksi, dan risiko audit
adalah risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko
yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audir dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya,
semakin besar risiko bawaan dan risiko pangendalian yang diyakini oleh auditor, semakin
kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan
secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar,
misalnya, dari minimum sampai maksimum.

Anda mungkin juga menyukai