Anda di halaman 1dari 101

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Analisa Kandungan Arsen (As) pada


Kerang (Bivalvia) yang Berasal dari
Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai
Tahun 2017
Sari, Cindy Afrialdi

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2910
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA KANDUNGAN ARSEN (As) PADA KERANG (Bivalvia) YANG
BERASAL DARI PERAIRAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH:
CINDY AFRIALDI SARI
NIM. 131000773

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA KANDUNGAN ARSEN (As) PADA KERANG (Bivalvia) YANG
BERASAL DARI PERAIRAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI
TAHUN 2017

Skripsi Ini Diajukan Sebagai


Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
CINDY AFRIALDI SARI
NIM. 131000773

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISA

KANDUNGAN ARSEN (As) PADA KERANG (Bivalvia) YANG BERASAL

DARI PERAIRAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI TAHUN 2017”, ini

beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2018


Yang membuat pernyataan

Cindy Afrialdi Sari

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Perairan Teluk Nibung merupakan sumber penangkapan hasil laut dimana
perairan ini terdapat di Kota Tanjung Balai. Di sekeliling Teluk Nibung Tanjung
Balai memiliki beberapa perusahaan industri yang menghasilkan limbah berupa
logam berat Arsen (As), sehingga biota-biota perairan tersebut juga berpotensi
untuk tercemar, terutama kerang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan logam berat
Arsen (As) yang terdapat di dalam kerang yang berasal dari Perairan Teluk Nibung
Tanjung Balai.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini
yaitu kerang yang diambil berasal dari Perairan Teluk Nibung dan air laut dari
Perairan Teluk Nibung yang diambil 50 meter dari darat, diambil 100 meter dari
darat, dan yang diambil 150 meter dari darat. Data hasil penelitian dianalisa secara
deskriptif dalam bentuk tabel untuk selanjutnya dinarasikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi arsen (As) di air laut yaitu
0,026 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi ini telah melebihi baku mutu
yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Batas Maksimum Pencemaran Logam Berat
Pada Air yaitu 0,025 mg/l. Pada Kerang Darah (Anadara granosa) mengandung
kadar arsen (As) dengan nilai 0,065 mg/l, Kerang Bulu (Anadara antiquata) 0,053
mg/l, dan Kerang Hijau (Mytilus viridis) 0,045 mg/l, masing-masing dari kerang
tersebut masih dibawah baku mutu yang di tetapkan oleh SNI 7387-2009 tentang
batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan untuk arsen (As) pada kerang
dan hasil olahannya yaitu 1,0 mg/l.
Pencemaran dan akumulasi logam berat arsen (As) pada biota air seperti kerang
butuh adanya monitoring yang berlanjut serta pengamatan terhadap pencemaran air
serta pengawasan terhadap limbah yang akan dibuang ke dalam air laut.

Kata kunci: As, Kerang Darah (Anadara granosa) , Kerang Bulu (Anadara
antiquata) , Kerang Hijau (Mytilus viridis), Perairan Teluk
Nibung Tanjung Balai .

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Nibung port are a source of catching marine products located in Tanjung Balai
City. Around Nibung port has several industries and potentially experiencing heavy
metal waste pollution arsenic (As), so biota of the aquatic biota is also potentially
be contaminated, especially shells.
The purpose of this study was to determine the content of heavy metals arsenic
(As) contained in shells derived from Nibung port Of Tanjung Balai City.
This study was a descriptive study. The sample in this study was the shells taken
from Nibung port and sea waters that taken from 50 meters from land, 100 meters
from land and 150 meters from land. The data will analyzed descriptively refer to
thresold limit determined by regulation.
The results showed that the concentrations of arsenic (As) in the sea water was
0,026 mg/l,it indicates that the concentration was over than standard quality
according to Ministry Of Environment No. 51 of 2004 concerning to the
Management of water quality and pollution control is 0.025 mg/l. In the blood shell
(Anadara granosa) that contain arsenic for 0,065 mg/l, in the fur shells (Anadara
antiquata) that contain arsenic for 0,053 mg/l, and in the green sheels (Mytilus
viridis) that contain arseni for 0,045 mg/, respectively and under the determined
quality standard in SNI 7387 – 2009 concerning to the maximum content of heavy
metal in food for arsenic (As) in shells and its processed shell, i.e. 1,0 mg/kg.
The pollution and accumulation of heavy metal arsen (As) in the aquatic
organism such as shell requires the continuous monitoring to the waste disposed
into the river.

Keywords: As, blood shell (Anadara granosa) , fur shells (Anadara antiquata), green
sheels (Mytilus viridis), Nibung waters Of Tanjung Balai City

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan karunianya

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Kandungan Arsen (As) Pada

Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Perairan Teluk Nibung Tahun 2017”.

Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada kedua orang tua saya, yakni Ayahanda Tersayang Syafrialdi dan Ibunda

Tercinta Leni Sari atas jerih payah dan do’a nya selama ini kepada penulis yang

terus menjadi motivasi dalam menyelesaikan Studi Strata I ini. Selanjutnya atas

dorongan dan batuan dari berbagai pihak secara moril dan materil dalam

penyelesaian skripsi ini, maka penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesarbesarnya kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat, atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Surya Dharma, MPH dan Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Dosen

Pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes dan Dr.dr Taufik Ashar, MKM selaku Dosen

Penguji yang telah banyak meluangkan untuk memberikan saran, bimbingan

serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Seluruh pengajar dan staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menimba ilmu

di kampus tercinta ini.

5. Masyarakat Teluk Nibung Tanjung Balai yang sangat berbaik hati memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah mereka.

6. Kepala Laboratorium, Staff, dan Karyawan Balai Teknologi

LlingkunganPemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Medan yang

telah banyak membantu penulis dalam memberikan data dan informasi yang

diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Adik tersayang, sepupu – sepupu beserta keluarga tersayang atas doa,

bimbingan, dan semangatnya sehingga penulis selalu berusaha melakukan yang

terbaik.

8. Sahabat terbaik di kampus, Erma Atika Sari Daulay dan Siti Sophia Aryani

yang selalu memberi semangat, motivasi, dan bantuan dalam pengerjaan

skripsi ini.

9. Pihak-pihak lain yang belum tersebutkan namanya dan telah memberikan

bantuan demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, baik dari segi isi

maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan

kekurangannya penulis mohon maaf. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Medan, April 2018
Penulis

(Cindy Afrialdi Sari)

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1. Latar Belakang. .................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah. ............................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian. ................................................................................ 6
1.3.1. Tujuan Umum. ......................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus. ........................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian. .............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ................................................................ 8
2.1. Pencemaran Laut .................................................................................. 8
2.1.1. Laut Sebagai Tempat Pembuangan Limbah ............................ 9
2.1.2. Sumber – Sumber Arsenn(As) di Laut ..................................... 10
2.2. Karakteristik Arsen . ............................................................................ 10
2.3. Sumber dan Kegunaan Arsen ............................................................... 12
2.3.1. Sumber Arsen ........................................................................... 12
2.3.2. Kegunaan Arsen ....................................................................... 13
2.4. Absorbsi, Distribusi dan Eksresi Arsen (As) ....................................... 14
2.5. Dampak Paparan Arsen (As) Terhadap Kesehatan .............................. 17
2.5.1. Secara Akut .............................................................................. 19
2.5.2. Secara Kronis ........................................................................... 20
2.5.3. Pengobatan ............................................................................... 21
2.6. Kerang .................................................................................................. 22
2.6.1. Pengertian Kerang .................................................................... 22
2.6.2. Jenis – Jenis Kerang ................................................................. 25
2.6.3. Toksisitas Logam Pada Jenis Kerang ....................................... 30
2.7. Proses Masuknya Arsen ke Dalam Kerang .......................................... 31
viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.8. Kerangka Konsep ................................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN. ........................................................... 34


3.1. Jenis Penelitian. .................................................................................... 34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian. .............................................................. 34


3.2.1. Lokasi Penelitian. ..................................................................... 34
3.2.2. Waktu Penelitian. ..................................................................... 34
3.3. Objek Penelitian. .................................................................................. 34
3.4. Metode Pengumpulan Data. ................................................................. 35
3.4.1. Data Primer .............................................................................. 35
3.4.2. Data Sekunder .......................................................................... 35
3.5. Analisis Data ........................................................................................ 35
3.6. Metode Pengambilan Sampel. .............................................................. 35
3.7. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 36
3.7.1 Pelaksanaan Penelitian Sampel Air Laut ................................. 36
3.7.2 Pelaksanaan Penelitian Sampel Kerang ................................... 37
3.8. Alat Dan Bahan Pemeriksaan Sampel.................................................. 38
3.8.1. Alat dan Bahan Pemeriksaan Sampel Kerang .......................... 38
3.8.1.1 Alat Pemeriksaan Sampel Kerang ............................. 38
3.8.1.2 Bahan Pemeriksaan Sampel Kerang. ........................ 38
3.8.2. Alat dan Bahan Pemeriksaan Sampel Air ................................ 38
3.8.2.1 Alat Pemeriksaan Sampel Air ................................... 38
3.8.2.2 Bahan Pemeriksaan Sampel Air ................................ 39
3.9. Cara Kerja. ........................................................................................... 39
3.9.1. Preparasi Sampel Kerang. ........................................................ 39
3.9.2. Preparasi Sampel Air................................................................ 40
3.9.3. Analisa Kadar Arsen Pada Kerang dengan Metode
ICP (Inductively Coupled Plasma) .......................................... 40

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.9.4. Analisa Kadar Arsen Pada Air dengan Metode
ICP (Inductively Coupled Plasma) .......................................... 42
3.10. Definisi Operasional............................................................................. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN. ................................................................. 44


4.1 Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai ................................................ 44
4.1.1 Jumlah Penduduk ...................................................................... 45
4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Air yang Berasal dari
Perairan Teluk Nibung dengan Metode ICP (Inductively Coupled
Plasma) ................................................................................................ 46
4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Air yang Berasal dari
Perairan Teluk Nibung dengan Metode ICP (Inductively Coupled
Plasma) ................................................................................................ 47

BAB V PEMBAHASAN. ............................................................................ 52


5.1 Kandungan Logam Berat Arsen (As) Pada Air
Laut Teluk Nibung Tanjung Balai ...................................................... 52
5.2 Kandungan Logam Berat Arsen (As) Pada Kerang ............................ 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 60
6.1 Kesimpulan ..........................................................................................
60 6.2 Saran .....................................................................................................
60

DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................. 62


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis - jenis Senyawa Arsen Yang Terdapat di Lingkungan
Kerja ........................................................................................... 11

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Arsen (As) Pada Air Laut Teluk
Nibung Tanjung Balai Tahun 2018 ............................................. 46
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Perairan
Teluk Nibung Tanjung Balai Tahun 2018 .................................. 47

Tabel 4.3 Acceptable Daily Intake (ADI) Untuk Arsen (As) Pada Kerang
Darah (Anadara granosa), Kerang Bulu (Anadara antiquata),
Kerang Hijau ............................................................................... 51

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR .................................. vii
Gambar 2.8 Kerangka Konsep ............................................................................. 28

Gambar 4.1 Peta Provinsi Sumatera Utara .......................................................... 40

Gambar 4.2 Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 40

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Cindy Afrialdi Sari yang dilahirkan pada tanggal 14 April

1995 di Lubuk Pakam. Beragama Islam, tinggal di Jl. Tengku Raja Muda nomor

31, Lubuk Pakam. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Ayahanda bernama Syafrialdi dan Ibunda bernama Leni Sari.

Pendidikan formal penulis dimulai sejak Taman Kanak-Kanak Aisyiyah

Bustanul Athfal Lubuk Pakam pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2001,

kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Muhammadiyah Lubuk Pakam pada tahun

2001 sampai dengan tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lubuk Pakam pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Lubuk Pakam pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Pada

tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Sumatera

Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat di

Departemen Kesehatan Lingkungan yang diselesaikan pada tahun 2018.

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lautan merupakan tempat pembuangan benda - benda asing dan pengendapan

barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga menerima bahan - bahan

yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfir,

sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker dan

pengeboran minyak lepas pantai, dan masih banyak lagi bahan yang terbuang di

lautan. Lautan dapat melarutkan dan menyebarkan bahan - bahan tersebut sehingga

konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam. Kehidupan laut

dalam juga terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut dangkal. Daerah pantai,

terutama daerah muara sungai, sering mengalami pencemaran berat, yang

disebabkan karena proses pencemaran yang sangat lambat (Darmono, 2001).

Menurut Soemarwoto (1989) pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia

dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut

dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainya, tempat

tinggal dan peninggalan - peninggalan, atau dapat merusak sumber bahan mentah.

Pencemaran terjadi apabila terdapat gangguan dalam daur materi yaitu apabila laju

produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat

tersebut.

Berbagai usaha penggalian sumber daya alam dan pembangunan industri -

industri untuk memproduksi barang - barang konsumsi tanpa adanya usaha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

perlindungan terhadap pencemaran lingkungan oleh buangan merupakan racun bagi

lingkungan di sekitarnya, baik untuk kehidupan masa kini maupun kehidupan yang

akan datang dan tidak mustahil dapat membawa kematian (Supardi, 2003).

Unsur percemar yang paling berbahaya baik bagi manusia maupun bagi

organisme lain adalah logam berat. Dampak pencemaran akibat logam - logam berat

dikarenakan sifatnya yang tak dapat terurai dan mudah diabsorpsi oleh biota laut

sehingga terakumulasi dalam tubuh. Unsur logam berat dapat masuk ke dalam tubuh

biota laut melalui 3 cara yaitu melalui permukaan tubuh, terserap insang, dan rantai

makanan. Selain mengganggu ekosistem, unsur logam berat secara tidak langsung

juga merusak perikanan dan kesehatan manusia (Supriharyono, 2000).

Absorbsi logam berat secara tidak langsung biasanya terjadi melalui rantai

makanan. Mikroorganisme dan mikroflora mempunyai kemampuan untuk

mengakumulasi logam berat kedalam sel - sel hidup. Logam berat tersebut

cenderung terakumulasi di dalam jaringan tertentu pada organisme, seperti di dalam

hati, ginjal, limpa, dan sebagainya. Unsur logam berat tersebut masuk ke

lingkungan laut melalui sungai dan udara; umumnya sebagian besar masuk melalui

aliran sungai, hanya unsur - unsur yang menguap saja yang banyak dibawa oleh

udara seperti merkuri dan selenium (Supriharyono, 2000).

Pada pertengahan Juli 2008 dalam Journal Nature Geoscience, seorang peneliti

dari Swiss mengungkap bahwa kawasan pantai Timur Sumatera ternyata tergolong

sebagai titik panas berbahaya: “hotspots” daerah dengan kualitas sumber air

tanahnya rawan tercemar arsen. Jika arsen telah mencemari perairan di Pantai Timur

Sumatera, maka akan berdampak pada kelangsungan biota laut yang ada (Arifin,

2008).

Contoh kasus terbaru yaitu 2 orang tewas sesudah memakan kerang hijau pada

Tahun 2016. Daging kerang hijau yang menyebabkan 63 orang keracunan, 2 di

antaranya tewas, di Desa Mallasoro, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Sulawesi Selatan, pada 30 Agustus 2016 lalu. Hasil uji laboratorium terhadap

sampel daging kerang yang menyebabkan keracunan massal di Mallasoro oleh Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Makassar diketahui daging kerang

hijau tersebut mengandung sianida dan arsenik. Kedua zat itu seharusnya tidak

dikonsumsi manusia karena membahayakan tubuh yang dalam kadar tertentu dapat

menyebabkan kematian. Gejala yang ditunjukkan korban keracunan di Jeneponto,

yakni pusing dan mual, juga sama dengan ciri-ciri keracunan arsenik dan sianida.

Berdasarkan hasil penelitian Nur Hayati di Laut Belawan pada Tahun 2009

mengenai hasil penelitian hasil arsen pada kerang kerang darah (Anadara granosa)

adalah 0,05382 ppm, kerang bulu (Anadara antiquata) adalah 0,04259 ppm, kerang

hijau (Mytilus viridis) adalah 0,04522 ppm.

Kerang (Bivalvia) adalah hewan yang termasuk Phylum Molusca Klass

palecypoda. Kerang darah (Anadara Granosa), kerang bulu (Anadara antiquata),

dan kerang hijau (Mytilus viridis) merupakan jenis kerang yang sering dikonsumsi

oleh masyarakat. Tanjung Balai memang dikenal sebagai penghasil kerang utama

di Sumatera Utara, sehingga dikenal sebagai sebutan kota kerang. Penangkapan

kerang dilakukan secara tradisional maupun dengan peralatan modern. Hasilnya

dijual ke berbagai kota di Sumatera Utara, seperti Medan, Binjai, Tanah Karo,

Pematang Siantar, Kisaran, Rantau Prapat, dan Padang Sidempuan.

Di pinggir Sungai Asahan terdapat Pelabuhan Teluk Nibung, yakni pelabuhan

ekspor impor barang dan penumpang tujuan dalam dan luar negeri. Kemudian, di

muara Sungai Asahan terdapat pelabuhan Bagan Asahan. Muara Sungai asahan

mendapat pengaruh langsung dari aliran massa air dari sungai Asahan yang berasal

dari Danau Toba dan perairan laut Selat malaka. Perairan Teluk Nibung sudah sejak

lama dijadikan sebagai daerah sentra pelabuhan dan industri, alasannya karena di

Kecamatan ini terdapat pelabuhan dan kilang-kilang industri serta pergudangan

ikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Di sekeliling Teluk Nibung Tanjung Balai memiliki beberapa perusahaan

industri yang menghasilkan limbah berupa logam berat Arsen (As), antara lain yaitu

industri pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa sawit, industri kayu lapis

(plywood), industri kilang kayu, industri besi, dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar

(SPBB).

Industri kayu lapis dan industri kilang kayu memakai senyawa arsenik (As)

sebagai metode pengawetan pada kayu produksinya. Industri pengolahan hasil

perkebunan karet dan kelapa sawit memakai senyawa arsenik (As) sebagai pestisida

untuk membasmi hama pengganggu tanaman perkebunan. Industri peleburan besi

memakai senyawa arsen(As) dalam proses pembuatan besi (Sembel, 2015).

Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) sering terjadi pembocoran bahan bakar,

dimana secara alami arsen terdapat dalam bahan bakar minyak. Industriindustri

tersebut membuang limbah akhir mereka ke perairan Teluk Nibung Tanjung Balai,

dimana limbah tersebut dapat mempengaruhi kehidupan biota laut yang terdapat di

perairan Teluk Nibung Tanjung Balai, khususnya dalam hal ini adalah kerang.

Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar dari pada hewan air lainnya

karena sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari

pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam

tertentu. Karena itu jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk

memonitor suatu pencemaran linkungan (Darmono, 2001).

Secara umum, kerang bersifat filter feeder non selective (menyaring

makanannya) dan menetap, maka kandungan logam berat yang relatif cukup tinggi

ditemukan dalam tubuhnya karena adanya akumulasi logam berat tersebut

(Buwono, 2005).

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan serta banyaknya industri yang

berpotensi mencemari air laut dengan limbah yang mengandung arsen (As) di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

sekitaran Teluk Nibung, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar

arsen (As) pada air laut dan kerang yang berasal dari Teluk Nibung Tanjung

Balai. Hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut, batas

maksimum cemaran Arsen (As) pada air laut yaitu 0,025 mg/l, dan berdasarkan

lampiran SNI-7387-2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam

Pangan, batas maksimum cemaran arsen (As) pada kerang yaitu 1,0 mg/kg.

1.2 Perumusan Masalah

Banyaknya industri disekitar Teluk Nibung, dimana industri-industri tersebut

membuang limbah akhir mereka ke perairan Teluk Nibung Tanjung Balai, limbah

tersebut yang berpotensi mengandung senyawa logam berat arsen (As), dan belum

diketahui pengaruh arsen (As) yang terdapat di perairan Teluk Nibung Tanjung

Balai, khususnya dalam hal ini adalah kerang, maka perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui kandungan logam berat arsen (As) yang ada pada kerang hasil

tangkapan para nelayan dari perairan Teluk Nibung Tanjung Balai.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar arsen pada air laut Perairan Teluk Nibung Tanjung

Balai dan kerang yang berasal dari Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai tahun

2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan meliputi jumlah industri yang ada di

sekitar Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai, limbah dibuang ke air laut dan

limbah tersebut mengandung kadar arsen (As).

2. Untuk mengetahui kadar arsen pada air laut yang berasal dari perairan Teluk

Nibung, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

51 tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut, batas maksimum cemaran Arsen

(As) pada air laut yaitu 0,025 mg/l.

3. Untuk mengetahui kadar arsen pada kerang yang berasal dari perairan Teluk

Nibung, antara lain: kerang darah, kerang bulu dan kerang hijau yang telah

ditentukan berdasarkan Lampiran SNI-7387-2009 tentang Batas Maksimum

Cemaran Logam Berat Dalam Pangan, batas maksimum cemaran Arsen (As)

pada kerang yaitu 1,0 mg/kg.

4. Untuk mengetahui Acceptable Daily Intake (ADI) kerang yang mengandung

logam berat Arsen (As) yang ada di Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai yang

di sesuaikan dengan ketetapan dari FAO dan WHO tentang batas kandungan

logam berat arsen (As) dari asupan makanan yang ditoleransi untuk dikonsumsi

yaitu 32 µg/minggu.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai Informasi bagi konsumen untuk mengetahui keamanan mengonsumsi

kerang yang berasal dari perairan Teluk Nibung Tanjung Balai.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai dampak pencemaran perairan

Teluk Nibung dengan mengunakan kerang sebagai bioindikator pencemaran.

3. Memberi informasi dan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, Badan POM

tentang pencemaran logam berat pada makanan hasil laut.

4. Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Laut

Menurut hasil yang dicapai dalam seminar laut nasional menyebutkan fungsi

laut bagi bangsa Indonesia antara lain (Wibisono, 2005) :

1. Sebagai media komunikasi dan transportasi

2. Sebagai sumber mineral dan hasil - hasil tambangnya

3. Sebagai sumberdaya hayati laut yang dapat menghasilkan sumber protein

konsumtif di samping protein hewani yang berasal dari ternak potong dan

protein nabati

4. Sebagai media pertahanan dan keamanan nasional

5. Sebagai media olahraga dan sarana pariwisata yang mampu menghasilkan

devisa negara.

6. Sebagai sumber ilmu pengetahuan

Adanya fungsi tersebut menjadikan kehidupan manusia di bumi ini sangat

bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan

kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian, laut seakan –

akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia di muka bumi ini. Di lain

pihak, lautan merupakan tempat pembuangan benda - benda asing dan pengendapan

barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga menerima bahan - bahan

yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfir,

sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker dan

pengeboran minyak lepas pantai, dan masih banyak lagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

bahan yang terbuang di lautan. Lautan dapat melarutkan dan menyebarkan bahan -

bahan tersebut sehingga konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut

dalam. Kehidupan laut dalam juga terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut

dangkal. Daerah pantai, terutama daerah muara sungai, sering mengalami

pencemaran berat, yang disebabkan karena proses pencemaran yang sangat lambat

(Darmono, 2001).

Hal inilah yang menyebabkan laut menjadi tercemar, terutama oleh bahan -

bahan kimia. Pencemaran laut dapat didefenisikan sebagai dampak negatif

(pengaruh yang membahayakan) terhadap kehidupan biota, sumber daya, dan

kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia yang nilai guna lainnya dari

ekosistem laut yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh

pembuangan bahan - bahan atau limbah (termasuk energi) ke dalam laut yang

berasal dari kegiatan manusia (Dahuri, 2004).

2.1.1 Laut Sebagai Tempat Pembuangan Limbah

Masalah pencemaran lingkungan pesisir dan lautan telah banyak terjadi dimana

- mana, terutama di negara yang sedang berkembang. Pencemaran tersebut

disebabkan karena masuknya zat - zat asing ke dalam lingkungan.

Laut yang luas diperkirakan akan mampu menghancurkan atau melarutkan

setiap bahan - bahan yang dibuang keperairan laut. Namun, laut sebagai sistem tentu

mempunyai kemampuan daya urai yang terbatas. Akibatnya terjadi penumpukan

sampah dan tercemarnya organisme - organisme laut.

Limbah industri termasuk sumber bahan pencemar, walaupun sudah diproses di

IPAL namun jika tidak melalui prosedur yang benar maka kualitas limbah yang

dihasilkan masih jelek. Sehingga permasalahan lingkungan masih sering muncul di

daerah industri (Supriharyono, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.1.2 Sumber - Sumber Arsen (As) di Laut

Arsen (As) merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih

logam non - besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun dengan

dampak merusak lingkungan. Arsen (As) digunakan untuk campuran logam lain

(Pb) dalam pembuatan shot (partikel bundar berukuran pasir) dan insektisida

berbentuk arsenat – Ca dan Pb.

Arsen putih (As2O3) biasanya digunakan untuk membasmi rumput liar;

sementara senyawa arsenik tertentu dimanfaatkan dalam peleburan gelas, pengawet

kayu dan kulit, bahan pencelup, pigmen, petasan/ kembang api, dan bahan kimia.

Penambangan logam mengandung As dan pembuangan tailing dengan keterlibatan

atmosfir akan mempercepat mobilisasi unsur tersebut dan selanjutnya memasuki

sistem air permukaan atau merembes ke dalam akifer - akifer air tanah setempat.

Akibat merugikan dari arsen bagi kesehatan manusia adalah apabila terkandung

lebih dari 100 ppm dalam air minum; dengan gejala keracunan kronis berupa iritasi

usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus. Ini

terjadi di negara - negara yang memproduksi emas dan logam dasar di antaranya

Afrika Selatan, Zimbabwe, India, Thailand,

Cina, Filipina, dan Meksiko.

2.2 Karakteristik Arsen

Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang

memiliki simbol As dan nomor atom 33. Arsen (As) adalah metal yang mudah

patah, berwarna keperakan dan sangat toksik. Arsen ( As) elemental didapat di alam

dalam jumlah yang sangat terbatas, terdapat bersama - sama Cu (Slamet, 1994).

Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan

sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga

beracun. Arsen memiliki titik didih 614°C dan titik lebur 817°C. Ketika dipanaskan,

arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung

tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu.

Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan

metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73. Jika dilihat dari sifat kelarutannya,

terdapat perbedaan diantara beberapa persenyawaan arsen. Hal ini dapat dilihat dari

tabel berikut:

Tabel 2.1: Jenis - jenis senyawa arsen yang terdapat di lingkungan kerja
Nama Rumus Kimia Sifat fisik – kimia
Arsen trioksida As2O3 atau As4O6 Larut dalam air dingin,
hangat, basa dan HCL.
Arsen Pentoksida As2O5 Sanagat mudah larut
dalam air, basa dan asam.
Arsen trisulfida As2S3 Sulit larut dalam air,
mudah larut dalam asam
dan basa.
Gallium arsenida GaAs Sedeikit larut dalam air,
larut dalam buffer fosfat
Ph7.
Arsine atau hidrogen AsH3 Gas yang tidak berwarna,
arsenida tidak flamable, berbau
seperti bawang putih
(garlic odour).
Arsenium selenida As2Se
Sumber : Slamet, 1994
2.3 Sumber dan Kegunaan Arsen

2.3.1 Sumber Arsen

Seperti kebanyakan zat kimia lain, pemaparan manusia terhadap arsenik terjadi

dari sumber alami, sumber industri, dan sumber pertanian. Arsenik juga dapat

ditemukan dalam bijih tambang berbagai logam seperti emas, timbal, tembaga,

timah, dan zink. Arsenik dilepas ke atmosfer sebagai produk samping dari

peleburan bijih tambang nonfero, dari proses pembuatan pestisida, dan dari

pembakaran kaca yang digunakan untuk pembuatan gelas. Karena senyawa arsenik

terkadang dipakai sebagai pestisida, maka debu dan gas yang dilepaskan dari mesin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

pemisah biji kapas dan dari mesin pemotong tembakau mengandung arsenik (WHO,

2002).

Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata – rata 2 - 5 ppm.

Pembakaran bahan bakar fosil terutama batubara, mengeluarkan sejumlah As₂ O₃

ke lingkungan dan sebagian besar akan masuk ke dalam perairan. Arsen terdapat di

alam bersama - sama dengan mineral fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama

dengan senyawa fosfor (Achmad, 2004).

Meskipun arsen merupakan logam yang terdapat dimana - mana, kadarnya

dalam air dan udara sehari - hari biasanya rendah. Sumber utama pajanan manusia

adalah makanan, dan pada makanan hasil laut kadar arsen dapat mencapai 5 ppm.

Sumber alami arsenik dalam air segar terjadi karena erosi permukaan dan erosi

batu - batuan vulkanis. Air dimusim semi yang panas ternyata dapat mengandung

arsenik sampai 14 ppm. Organisme laut terpapar arsenik dalam konsentrasi 0.01200

ppm, merupakan konsentrasi yang paling tinggi dari semua binatang yang ada

(WHO, 2002).

2.3.2 Kegunaan Arsen

Karena arsen dapat berikatan dengan Cu membentuk CuAs sehingga didapat

sebagai produk sampingan pabrik peleburan Cu. Arsen sering digunakan untuk

racun tikus, pestisida, herbisida, insektisida; dan keracunan arsen pada manusia

sudah sangat dikenal baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Senyawa arsen

terutama digunakan di dalam pertanian dan kehutanan. Sejumlah kecil digunakan

dalam industri keramik, gelas, dan sebagai aditif. Contoh penggunaan arsen

trioksida pada tahun 1975 - 1978 adalah sebagai berikut: pembuatan zat kimia untuk

pertanian (pestisida) 82%, gelas dan peralatan dari gelas (pecah belah) 8%, industri

kimia seperti amalgam dari tembaga, timah hitam, dan farmasi 10%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium

arsenit, kalsium arsenat, dan senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida.

Sejumlah kecil methylarsenik acid dan dimethyl arsenik acid secara selektif

digunakan sebagai herbisida. Herbisida ini terutama penting untuk pembasmian

sorghum halepense dalam perkebunan kapas. Bahan - bahan tersebut juga

digunakan untuk pembasmian terhadap rerumputan sebagaimana "sandbur"

(cenchrus sp), cocklebur (xanthium sp), dan rumput ketam dalam petak rumput.

Dimethylarsinic acid digunakan sebagai silvisida dalam perlindungan hutan. Oleh

karena itu pekerjanya akan terpapar senyawa ini, yang merupakan penguapan saat

pemakaian.

Sedangkan dimethyl arsenik acid telah digunakan sebagai Agent Blue di perang

Vietnam. Tembaga arsenat, natrium arsenat, dan seng arsenat bila ditambahkan

senyawa kromat dapat digunakan untuk pengawetan kayu, yang mana senyawa ini

digunakan di bawah tekanan dan bereaksi dengan kayu dan menghasilkan senyawa

tidak larut dalam air. Pengawetan gelondong kayu ini tahan pada serangan jamur

dan insektisida. Penggunaan arsen dalam bidang pengawetan kayu ini dari tahun ke

tahun semakin bertambah. Beberapa senyawa phenyl-arsenik sebagaimana arsenik

acid digunakan sebagai aditif pada peternakan ayam untuk melawan serangan

penyakit. Penggunaan lain dari arsen ditemukan dalam bidang peleburan baja, di

mana digunakan sebagai doping germanium dan silikon atau dalam produksi

gallium arsenida dan indium arsenide

(Sukar, 2003).

2.4 Absorbsi, Distribusi, dan Ekskresi Arsen (As)

Absorbsi dapat terjadi melalui kulit, saluran cerna, dan saluran nafas. Selain itu

sifat dan hebatnya zat kimia terhadap organisme tergantung dari kadarnya di organ

sasaran. Kadar ini tidak hanya tergantung pada konsentrasi dosis yang diterima,

tetapi juga pada faktor lain misalnya derajat absorbsi, distribusi, dan ekskresi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna

di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuh.

Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek toksik

ganda, yaitu :

1. Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara mengikat gugus sulfhidril (SH)

pada dihidrolipoat sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan

transfer energi, terutama pada piruvate dan succinate oxidative pathway,

sehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakan

reversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3,

dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti- Lewisite atau BAL) yang akan

berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus sulfhidril (2,3). Selain itu

sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan

oksidasi fosforilasi dalam tubuh.

2. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah,

khususnya di daerah splanknik dan menyebabkan paralisis kapiler, dilatasi dan

peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang

terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial

yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler

menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta trombosis

sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan.

3. Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam

waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi

tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru - paru serta

saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus sulfhidril dalam barrier.

Didalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat

dideteksi didalam tulang setelah bertahun - tahun kemudian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenik dan

sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting,

karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit,

kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan

arsen, adanya peracunan kronis dan berulang dapat dilacak dengan melakukan

pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari

pangkal sampai ke ujungnya. Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam

tubuh mempengaruhi efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen

dalam bentuk larutan lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen

dalam bentuk padat. Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih

cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejala klinis yang terjadipun lebih

berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantung dari sifat fisik dan

kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi, serta kecepatan dan

jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun

buatan, misalnya akibat pengobatan.

Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus

pembuluh darah plasenta dan masuk ke tubuh janin. Pada keadaan ini pemberian

obat BAL tampaknya aman, tetapi D-penicillamin tidak boleh diberikan karena

bersifat teratogen pada janin (Atmadja, 2008).

Untuk eliminasi satu dosis terapeutik arsen dari semua jaringan (kecuali rambut

dan kuku) diperlukan waktu 2 minggu. Setelah itu sejumlah kecil arsen tetap akan

dijumpai dalam urin dan feses selama berbulan - bulan kemudian setelah paparan

arsen jangka panjang dihentikan. Ekskresi arsen lewat urin mencapai puncaknya

dalam beberapa hari setelah intake oral dosis tunggal atau setelah penghentian

paparan kronis. Eliminasi melalui urin ini tidak berlangsung seragam, sehingga

kadarnya dalam urin bervariasi dari hari ke hari. Dengan demikian untuk

mendapatkan data akurat mengenai keadaan pasien dan respons terhadap terapi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

maka pemeriksaan urin harus dilakukan pemeriksaan serial pada beberapa sampel

urin 24 jam ( Atmadja, 2008).

2.5 Dampak Paparan Arsen (As) Terhadap Kesehatan

Intoksikasi tubuh manusia terhadap arsen (As) dapat berakibat buruk terhadap

mata, kulit, darah, dan liver. Efek arsen terhadap mata adalah gangguan penglihatan

dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual

fields) mata.Pada kulit menyebabkan berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan

kulit (hiperkeratosis) timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan

mempunyai efek pencetus kanker (karcinogenik). Pada darah, menyebabkan

kegagalan fungsi sumsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya

jumlah sel darah perifer). Pada liver, mempunyai efek yang signifikan pada paparan

yang cukup lama (paparan kronis), berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver

(enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosisis

(jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam

ruang perut).

SGOT dan SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan

terutama oleh sel - sel hati. Bila sel - sel hati rusak, biasanya kadar kedua enzim ini

meningkat sedangkan Gamma GT adalah enzim yang berhubungan dengan penanda

adanya sumbatan pada kantung empedu.

Pada ginjal akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi

ischemia dan kerusakan jaringan). Pada saluran pernafasan,akan menyebabkan

timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula

menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam berat arsen (As) dapat

menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit

arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh

karena faktor pembuluh darah portal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah

perifer (varises).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Pada sistem reproduksi, efek arsen (As) terhadap fungsi reproduksi biasanya

fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan. Pada sistem immuno logi,

terjadi penurunan daya tahan tubuh /penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap

bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada sistem sel, efek

terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam inti sel menyebabkan

turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada gastrointestinal (saluran pencernaan),

arsen (As) akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual

(nausea) dan muntah (vomiting) (Sudarmaji, 2006).

2.5.1 Secara Akut

Pada konsentrasi 0,05 mg/l telah menimbulkan bahaya pada lingkungan laut.

Apabila arsen termakan dalam jumlah yang sedikit, tanda dan gejalanya mungkin

tidak akan terlihat, akibatnya diagnosis pasti tidak dapat diketahui. Tetapi bila

termakan dalam jumlah besar, kematian dapat terjadi dengan mendadak dan

biasanya tanpa memperlihatkan gejala klinis. Bau nafas yang khas seperti bau

bawang putih tercium pada nafas korban keracunan dan hal ini dapat dipakai

sebagai petunjuk yang kuat dari keracunan arsen akut.

Pertama terjadi dilatasi pembuluh darah kapiler, kemudian terjadi kerusakan

arteriola (arteri paru) dan myocardial (arteri otot jantung). Bila penderita dapat

bertahan pada toksisitas akut ini gambaran ECG (Electro Cardiografi) terlihat

abnormal dan mungkin akan terjadi selama beberapa bulan. Pada umumnya reaksi

toksis pada peristiwa keracunan akut ini terjadi 30 menit sampai 1 jam setelah

menelan arsen dalam dosis yang tinggi.

Gejala yang terlihat menunjukkan adanya tanda - tanda radang lambung dan

usus (gastroenteritis) yang parah, dimulai dengan rasa terbakarnya tenggorokan,

sulit untuk menelan, dan sakit perut yang sangat. Gejala ini diikuti dengan rasa mual

dan diare. Diare profus dengan feces bercampur air dan lendir. Gejala ini mirip

dengan penyakit kolera, tetapi segera diikuti dengan diare bercampur darah. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

disebabkan karena terjadinya iritasi dan pembengkakan dinding mukosa lambung

yang terisi transudat (cairan dari kapiler darah).

Bila vesicula pecah dan cairan masuk ke dalam saluran gastro intestinal jaringan

mengelupas, plasma darah masuk dalam rongga usus dan terjadi koagulasi. Volume

cairan yang meningkat dalam usus, akan menyebabkan diare campur darah.

Perdarahan saluran pencernaan dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan

darah dengan cepat sehingga sisitem sirkulasi darah menjadi kolaps.

Kerusakan ginjal terjadi pada pembuluh darah kapiler dalam tubulus dan

glomeroulus. Glomeroulus ginjal rusak dan terisi dengan plasma protein di dalam

kapiler yang dilatasi. Tubulus ginjal menjadi nekrosis sehingga penurunan volume

urine yang keluar menyebabkan annuria (tidak dapat kencing).

Hasil pemeriksaan darah memperlihatkan adanya perubahan bentuk sel darah,

dan jumlah sel darah merah dan putih sangat menurun. Hati menunjukkan adanya

degenerasi lemak, diikuti dengan nekrosis centralis disertai dengan sirosis hepatis.

Tanda - tanda toksitas arsen yang akut juga terlihat jelas dengan ditemukannya

gejala rambut rontok (kebotakan), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai

dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan

lumpuh, dan daya refleks menurun.

2.5.2 Secara Kronis

Toksisitas kronis terjadi bila preparat arsen (As) sebagai obat, yang paling

populer ialah obat penyakit kulit tertentu. Bila kulit diolesi obat yang mengandung

arsen (As) dosis rendah, akan terlihat warna kemerahan pada kulit tersebut, hal ini

disebabkan oleh adanya pelebaran pembuluh darah kapiler kulit (fase dilator). Bila

pemberian dilakukan terus menerus akan terjadi hyperkeratosis, keratosis telapak

tangan dan kaki serta dermatitis, terutama di daerah yang mengeluarkan keringat

seperti ketiak dan persendian. Dermatitis disebabkan oleh pengaruh iritasi dan

sensitifitas terhadap arsen (As).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Keracunan kronis juga terjadi dari dalam tubuh (per oral dosis rendah) yang

terlihat dari gejala kelemahan, kelelahan, kurang nafsu makan, berat badan menurun

dan iritabilitas. Gejala tersebut merupakan gejala umum yang tidak menimbulkan

gejala khas keracunan arsen. Gejala yang khas dari keracunan arsen ini ialah warna

coklat gelap pada kulit dan perubahan kulit. Kuku menebal, terciri dengan garis

putih diatas persambungan kuku.

Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki akan

lebih parah daripada saraf tangan, menyebabkan kelumpuhan pada saraf motorik

dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran

pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.

Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pancytopenia (sel darah

berkurang), terutama neutropenia (sel darah putih menurun). Produksi sel darah

merah terhenti dan adanya gambaran basofilik stippling. Anemia yang ada

hubungannya dengan defesiensi asam folat juga terlihat.

Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungannya antara toksisitas kronis dari

arsentrivalen dan arsenpentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru, kanker

limfa dan kanker kulit (Darmono, 2001).

2.5.3 Pengobatan

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk keracunan arsen adalah mengeluarkan

arsen yang dikonsumsi dengan cara emisi diikuti dengan obat pencuci perut dan

menggunakan antidot dengan memberikan Dimercaprol (BAL) dengan dosis

5mg/kg sampai 300 mg setiap 4 jam untuk hari pertama dan sesudah itu setiap jam

6 pada hari kedua dan akhirnya 8 jam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.6. Kerang

2.6.1 Pengertian Kerang

Kerang adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau

Pelecypoda. Mereka biasanya simetri bilateral, mempunyai cangkang setangkup

dan sebuah mantel yang berupa daun telinga atau cuping.

Kerang tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki

mata. Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat

bergerak dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari

cangkang sewaktu-waktu atau dengan membuka - tutup cangkang secara mengejut.

Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan

oksigen berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang

menyelubungi organ-organnya.

Habitat hidup kerang yang berada dalam laut dengan arus yang kuat membuat

kerang harus menempel pada suatu benda agar tak hanyut, zat yang menyerupai lem

pada kerang ini dinamakan byssus. Zat ini yang diperkirakan mampu membuat

binatang tersebut kuat menempel pada berbagai jenis benda di laut. Keunikan

byssus ini lah yang diteliti oleh para ilmuwan dan menghasilkan penemuan bahwa

byssus termasuk jenis protein dapat dimanfaatkan untuk merekonstruksi jaringan

tubuh manusia yang rusak.

Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri

merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu. Semua kerang adalah jantan ketika

muda. Beberapa akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan.

Kerang memiliki gonad, kelenjar genital yang memproduksi sperma atau sel

telur tergantung pada jenis kelamin kerang. Fertilisasi telur terjadi secara eksternal

di mana sperma dan sel telur akan bertemu di dalam air. Telur yang terbuahi

berkembang menjadi larva yang disebut trochophore, yang nantinya akan berenang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

mengikuti arus dan menempel di suatu tempat sebelum mulai membentuk

cangkang.

Cangkang kerang terdiri atas tiga lapis yaitu urutan dari luar ke dalam sebagai

berikut :

1. Periostrakum merupakan lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas zat tanduk

yang dihasilkan oleh tepi mantel sehingga sering disebut lapisan tanduk

fungsinya untuk melindungi lapisan yang ada di sebelah dalamnya dan lapisan

ini berguna untuk melindungi cangkang dari asam karbonat dalam air serta

memberi warna cangkang.

2. Prismatic lapisan tengah yang tebal dan terdiri atas kristal-kristal kalsium

karbonat yang berbentuk prisma yang berasal dari materi organik yang

dihasilkan oleh tepi mantel.

3. Nakreas merupakan lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal halus

kalsium karbonat merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh

permukaan mantel. Di lapisan ini materi organik yang ada lebih banyak dari

pada di lapisan prismatic. Lapisan ini tampak berkilauan dan banyak terdapat

pada tiram/kerang mutiara jika terkena sinar mampu mamancarkan keragaman

warna. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan mutiara.

Mantel dilekatkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas

melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah

mensekresi zat organik cangkang dan menimbun kristal - kristal kalsit atau kapur.

Mulut kerang terdiri dari palpus - palpus atau cuping - cuping bibir yang

merupakan dua daun daun telinga terlipat dua, akar insang melekat pada tempat

yang terletak diantara dua daun telinga tersebut.

Dalam mengalirkan makanan ke mulut, silia memegang peranan penting.

Sebagai filter feeder, sebagian besar kerang menyaring makanannya menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

insang yang berlubang - lubang. Makanan utamanya adalah plankton terutama

fitoplankton (Suwignyo, 2005).

Plankton yang dibawa oleh arus insang (pernafasan) mengalami seleksi lagi.

Beberapa jasad yang tidak dikehendaki, misal karena mereka berduri, diarahkan

keakhir cuping. Di tempat ini mereka jatuh ke dalam rongga mantel dan secara

berkala dikeluarkan sebagai kumpulan benda kecil, atau benda seperti feces, ke

dalam air laut. Zat hara yang diterima diteruskan ke mulut dan ke kerongkongan

berbulu getar yang berakhir ke perut. Partikel -partikel yang besar diteruskan ke

usus, sedangkan zat hara lainnya dikirim ke kantung atau tabung pencernaan yang

mengelilingi perut. Usus memanjang membentuk lingkaran di dalam kelenjar

genital, melewati atas jantung, melilit sekeliling otot pengikat, dan berlanjut sebagai

rektum. Anus berbentuk corong, yang membuang feses ke luar dari mantel

(Romimohtarto, 2001).

Peredaran darah bivalvia adalah peredaran darah terbuka yaitu darah dari

jantung ke sinus organ, ginjal, insang dan kembali ke jantung. Darah bivalvia

biasanya tidak berwarna, namun kerang jenis Anadara, famili Arcidae mempunyai

sel darah yang mengandung hemoglobin.

Hasil ekskresi bivalvia dibuang ke rongga suprabranchia melalui nephrostome

dalam rongga perikardium. Hasil buangan utama adalah amonia, dan urea, keluar

dari tubuh melalui sifon ekshalant.

Pembuahan bivalvia umumnya eksternal, gamet dikeluarkan melalui sifon

ekshalant. Faktor yang mempengaruhi pemijahan adalah suhu air, pasang surut dan

zat yang dihasilkan oleh gamet dari lawan jenisnya. Pembuahan eksternal

merupakan kekhasan bivalvia, mengahasilkan larva trochopore, kemudian menjadi

veliger yang berenang bebas sebagai meroplankton. Veliger mempunyai dua keping

cangkang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Masa hidup larva veliger sebagai plankton bervariasi dari beberapa hari sampai

beberapa bulan, sebelum akhirnya turun ke substrat. Metamorfosa dicirikan oleh

lepasnya velum dengan tiba - tiba, untuk kemudian tumbuh menjadi kerang muda

(Suwignyo, 2005).

2.6.2 Jenis - Jenis Kerang

Jenis kerang yang sering menjadi konsumsi masyarakat, yaitu kerang darah

(Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau (Mytilus

viridis ) (Suwignyo, 2005).

Kerang darah (Anadara granosa) dan kerang Bulu (Anadara antiquata) adalah

family arcidae dan genus Anadara. Secara umum kedua kerang ini memiliki ciri

morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu

sama lain pada batas cangkang. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari, untuk tumbuh

sepanjang 4 sampai 5 mm memerlukan waktu sekitar 6 bulan (Sudradjat, 2008).

Kerang hijau hidup di laut tropis seperti Indonesia, terutama di perairan pantai

dan melekatkan diri secara tetap pada benda - benda keras yang ada disekelilingnya.

Kerang ini tidak mati walaupun tidak terendam selama air laut surut. Kerang hijau

termasuk binatang lunak, mempunyai dua cangkang yang simetris, kakinya

berbentuk kapak, insangnya berlapis - lapis satu dengan lainnya dihubungkan

dengan cilia. Habitat kerang hijau belum diketahui secara merata di perairan

Indonesia, namun dapat dicatat karakteristik perairan yang sesuai bagi budidaya

kerang hijau antara lain suhu perairan berkisar antara 27ºC – 37°C, pH air antara 3

– 4, arus air dan angin tidak terlalu kuat dan umumnya pada kedalaman air antara

10m - 20m.

Kerang hijau ini merupakan hewan yang makan dengan cara filter feeder, yaitu

memakan suspense terutama plankton yang ada di perairan. Umumnya hidup

diperairan dengan substrat lumpur berpasir atau menempel pada substrat yang

keras, batu - batuan atau kayu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu

(Anadara antiquata) memiliki cangkang yang ditutupi oleh rambut - rambut serta

cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang darah (Anadara granosa). Kerang

darah memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat, dan bergerigi

dibagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut - rambut. Kerang Anadara

biasanya hidup di pantai laut pada substrat lumpur berpasir yang kaya organik

dengan kedalaman 10 m sampai 30 m (Suwignyo, 2005).

Adapun klasifikasi kerang - kerang tersebut adalah (Ramadhan, 2008) :

1. Kerang Darah

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Ordo : Arcioda

Family : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara granosa

Kerang darah (Anadara granosa) adalah sejenis kerang yang biasa dimakan

oleh warga Asia Timur dan Asia Tenggara. Anggota suku Arcidae ini disebut

kerang darah karena ia menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang

dihasilkannya. Kerang ini menghuni kawasan Indo-Pasifik dan tersebar dari pantai

Afrika timur sampai ke Polinesia. Hewan ini gemar memendam dirinya ke dalam

pasir atau lumpur. Dewasanya berukuran 5 sampai 6 cm panjang dan 4 sampai 5 cm

lebar. Usia kerang darah yang siap ditangkap oleh para nelayan adalah sekitar 4-5

bulan.

Kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup pada dasar perairan dan

mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang

merupakan penghubung kedua valve tersebut. Kerang darah mempunyai dua buah

cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor

dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis.

2. Kerang Bulu
Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Ordo : Arcioda

Family : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara antiquata


Secara umum kerang ini memiliki ciri morfologi yang hampir sama dengan

kerang darah. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada

batas cangkang.

Cangkang kerang ini ditutupi oleh rambut - rambut serta cangkang tersebut lebih

tipis daripada kerang darah (Anadara granosa). Kerang darah memiliki cangkang

yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat, dan bergerigi dibagian puncaknya serta

tidak ditumbuhi oleh rambut -rambut. Kerang bulu pada umumnya hidup di perairan

berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Usia kerang bulu yang siap ditangkap

oleh para nelayan adalah sekitar 4-5 bulan.

3. Kerang Hijau
Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Ordo : Mytilioda

Family : Mytilidae
Genus : Mytilus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Spesies : Mytilus viridis

Kerang hijau memiliki sebaran yang luas yaitu mulai dari laut India bagian barat

hingga Pasifik Barat, dari Teluk Persia hingga Filipina, bagian utara dan timur Laut

China, hingga Taiwan. Kerang ini jg tersebar luas di perairan Indonesia dan

ditemukan melimpah pada perairan pesisir, daerah mangrove dan muara sungai. Di

Indonesia jenis ini ditemukan melimpah pada bulan Maret hingga Juli pada areal

pasang surut dan subtidal, hidup bergerombol dan menempel kuat dengan

menggunakan benang byssusnya pada benda-benda keras seperti kayu, bambu, batu

ataupun substrat yang keras.

Kerang hijau memiliki anatomi dengan panjang tubuh antara 6,5 – 8,5 cm dan

diameter sekitar 1,5 cm. Ciri khas kerang hijau terletak pada warna cangkangnya

yang menimbulkan gradasi warna gelap ke gradasi warna cerah kehijauan. Kerang

ini tidak memiliki kepala (termasuk otak), organ yang terdapat dalam kerang adalah

ginjal, jantung, mulut, dan anus. Jika dibuat sayatan memanjang dan melintang,

tubuh kerang akan tampak bagian-bagiannya. Paling luar adalah cangkang yang

berjumlah sepasang, fungsinya untuk melindungi seluruh tubuh kerang. Mantel,

jaringan khusus, tipis dan kuat sebagai pembungkus seluruh tubuh yang lunak. Pada

bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut sifon. Sifon atas berfungsi

untuk keluarnya air, sedangkan sifon bawah sebagai tempat masuknya air. Insang,

berlapis-lapis dan berjumlah dua pasang. Dalam insang ini banyak mengandung

pembuluh darah. Kaki pipih, bila akan berjalan kaki dijulurkan ke anterior. Di

dalam rongga tubuhnya terdapat berbagai alat dalam seperti saluran pencernaan

yang menembus jantung, alat peredaran, dan alat ekskresi (ginjal). Usia kerang hijau

yang siap ditangkap oleh para nelayan adalah sekitar 5-6 bulan.

Kerang hijau tergolong dalam organisme/hewan sesil yang hidup bergantung

pada ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan material yang kaya akan

kandungan organik. Dilihat dari cara makan, maka kerang hijau termasuk dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

kelompok suspension feeder, artinya untuk mendapatkan makanan, yaitu

fitoplankton, detritus, diatom dan bahan organik lainnya yang tersuspensi dalam air

adalah dengan cara menyaring air tersebut.

Kandungan gizi yang terdapat pada kerang hijau, yaitu terdiri dari 40,8 % air,

21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga

menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam.

Meskipun daging kerang hijau hanya sekitar 30% dari bobot keseluruhan (daging

dan cangkang), tetapi dalam 100 gr daging kerang hijau mengandung 100 kalori

yang tentunya sangat bermanfaat untuk ketahanan tubuh manusia.

2.6.3 Toksisitas Logam Pada Jenis Kerang

Hewan air jenis kerang - kerangan (Bivalvia) atau jenis binatang lunak

(Molusca), baik jenis Clam (kerang besar) atau Oister (kerang kecil), pergerakannya

sangat lambat di dalam air. Mereka biasanya hidup menetap disuatu lokasi tertentu

di dasar air. Hal inilah yang mengakibatkan kerang mampu mengakumulasi logam

lebih besar daripada hewan air lainnya.

Jenis kerang baik yang hidup di air tawar maupun di air laut banyak digunakan

sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena habitat hidupnya

yang menetap atau sifat bioakumulatifnya terhadap logam berat. Karena kerang

banyak dikonsumsi oleh manusia maka sifat bioakumulatif inilah yang

menyebabkan kerang harus diwaspadai bila dikonsumsi terus menerus ( Darmono,

2001 ).

2.7 Proses Masuknya Arsen Ke Dalam Kerang

Jenis biota laut yang sangat potensial terkontaminasi logam berat adalah kerang

mengingat cara makannya dengan menyaring air. Di samping itu, sifat kerang ini

lebih banyak menetap (sessile) dan bukan termasuk migratory, sehingga biota ini

sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam

berat pada organisme laut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Kebanyakan logam berat secara biologis terkumpul dalam tubuh organisme,

menetap untuk waktu yang lama dan berfungsi sebagai racun kumulatif (Darmono,

2001). Keberadaan logam berat dalam perairan akan berpengaruh negatif terhadap

kehidupan biota. Logam berat yang terikat dalam tubuh organisme yaitu pada ikan

akan mempengaruhi aktivitas organisme tersebut.

Menurut Darmono (2001), logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk

hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan, pencernaan, dan penetrasi

melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi darah, berikatan dengan

protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi

logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi

(ginjal).

Hewan ini tergolong filter feeder yaitu jenis hewan yang mendapatkan makanan

dengan jalan menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya. Volume air yang dapat

disaring oleh kerang adalah 2,5 liter per individu dewasa per jam. Makanan yang

masuk bersama air tadi digerakkan, diperas, lalu dicerna dengan bantuan cilia

(rambut getar) pada tubuhnya. Cilia mampu bergerak 2-20 kali per detik. Makanan

kerang dapat berupa zooplankton, fitoplankton, bakteri, flagellata, protozoa,

detritus, alga, dan berbagai zat yang tersuspensi dalam perairan tempat tinggalnya.

Alat pencernaannya berturut-turut terdiri dari mulut yang tidak berahang atau

bergigi, sepasang labial palps yang bercilia, oesofagus, lambung, usus, rektum, dan

anus. Selain alat pencernaan, di dalam tubuh kerang terdapat pula hati yang

menyelubungi dinding lambung, ginjal, pembuluh darah, dan pembuluh urat saraf.

Oleh karena kerang bersifat filter feeder non selective maka kandungan logam

berat yang relatif cukup tinggi ditemukan dalam tubuhnya karena adanya akumulasi

logam berat tersebut. Kerang genus Mytilus sering disebut highly spesialized filter

feeder dan digunakan sebagai bioindikator pencemaran perairan karena biota ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

bersifat menetap, penyebarannya luas, masih mampu hidup pada daerah tercemar,

dapat mengakumulasi logam berat dengan faktor konsentrasi.

2.8 Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Kandungan Logam
Berat Arsen (As)
pada air laut teluk
Nibung Tanjung
Balai

Pemeriksaan
laboratorium
Kandungan Logam
Berat Arsen (As)
pada kerang yang
berasal dari Teluk
Nibung Tanjung
Balai
1. Kerang darah
(anadara granosa)
2. Kerang bulu
(anadara antiquata)
3. Kerang hijau
(mytilus viridus)

Memenuhi syarat,
Keputusan Menteri < 1,0 mg/kg.
Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 tahun Tidak memenuhi
2004 Tentang Baku Mutu syarat >1,0
Air Laut mg/kg.

Memenuhi
SNI-7387-2009 tentang syarat < 0,025
Batas Maksimum mg/l.
Cemaran Logam Berat
Tidak
memenuhi
syarat > 0,025
mg/l.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif yaitu mengetahui gambaran kadar

kandungan arsen (As) pada kerang (bivalvia) yang berasal dari perairan

Teluk Nibung Tanjung Balai tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Perairan Teluk Nibung. Tempat melakukan

pemeriksaan laboratorium di Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan

Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL - PPM).

Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena berdasarkan pengamatan

peneliti, Perairan Pelabuhan Teluk Nibung telah tercemar arsen berdasarkan dari

limbah – limbah industri yang mengandung arsen.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada September 2017 sampai dengan April 2018

3.3 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kerang yang berasal dari

perairan Teluk Nibung. Diambil tiga kerang dengan jenis kerang yang berbeda yaitu

kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang

hijau (Mitylus viridis).

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data dilakukan secara observasi langsung ke perairan Teluk

Nibung, kemudian sampel dipreparasi dan dilakukan pemeriksaan di Balai

Teknologi Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-

PPM).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari beberapa referensi seperti buku ilmiah, jurnal, dan

hasil penelitian yang berkaitan, serta data yang bersumber dari Dinas Kesehatan

yang mengatur tentang batasan logam berat yang dibolehkan terdapat pada kerang.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium disajikan dalam

bentuk tabel distribusi menurut jenis kerang dan pembahasan dilakukan secara

deskriptif dan akan dibandingkan berdasarkan Lampiran SNI-7387-2009 tentang

Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan, batas maksimum cemaran

Arsen (As) pada ikan dan hasil olahannya (termasuk kerang) yaitu 1,0 mg/kg. Serta

berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

51 tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut, batas maksimum cemaran Arsen

(As) pada air laut yaitu 0,025 mg/l.

3.6 Metode Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode pengambilan

sampel secara purposive, yaitu pemilihan objek penelitian berdasarkan pada

pertimbangan objektif dan praktis (Sastroasmoro, 2013). Yaitu pengambilan sampel

dilakukan atas dasar pertimbangan penelitinya yang menganggap unsur yang

dikehendaki sudah ada di dalam sampel yang diambil,

yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

1. Air yang diambil berasal dari Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai

2. Kerang yang diambil berasal dari Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai

3. Air dan kerang yang diambil berasal dari perairan Teluk Nibung, dimana Teluk

Nibung dikelilingi Industri yang membuang limbah produksi yang mengandung

logam berat arsen (As) ke perairan Teluk Nibung.

4. Nelayan yang menangkap kerang di Perairan Teluk Nibung menjual langsung

hasil tangkapan mereka di sekitar pinggiran perairan Teluk Nibung Tanjung

Balai.

Dalam penelitian ini, peneliti menganggap kandungan arsen (As) terdapat dalam

daging kerang yang berasal dari perairan Teluk Nibung. Adapun bagian dari kerang

yang akan diambil sebagai sampel untuk dilakukan pemeriksaan adalah kerang

tersebut.

3.7 Pelaksanaan Penelitian

3.7.1 Pelaksanaan Penelitian Sampel Air Laut

Pengambilan sampel air laut di lakukan pada tanggal 30 Desember 2017.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat yang terbuat dari bahan

yang tidak mempengaruhi sifat sampel, yaitu menggunakan botol yang di beri

pemberat kemudian diikatkan dengan tali yang panjangnya 1,5 m untuk mengambil

sampel air di kedalaman ±1 m dan di lakukan pada tiga titik yaitu dari jarak 50

meter dari darat, jarak 100 meter dari darat, dan jarak 150 meter dari darat. Adapun

caranya yaitu terlebih dahulu membilas alat pengambilan sampel dengan air suling,

kemudian membilasnya lagi dengan sampel yang akan di ambil sebanyak 3 kali.

Setelah itu mengambil sampel sesuai dengan titik yang telah ditentukan dan

memasukkannya kedalam wadah yang telah di bilas dengan air suling dan terbuat

dari plastik PE (polyetilen), dan telah di beri label, selanjutnya sampel air

dimasukkan ke dalam ice box dan di tambahkan es batu untuk menjaga suhunya

sebelum di bawa ke laboratorium untuk di analisis. Sampel air yang di ambil akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

di preparasi dan di periksa kandungan arsennya di Balai Teknologi Llingkungan-

Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) dengan

menggunakan Metode ICP (Inductively Coupled Plasma).

3.7.2 Pelaksanaan Penelitian Sampel Kerang

Pengambilan sampel kerang dilakukan pada tanggal 30 Desember 2017.

Pengambilan sampel kerang dilakukan di Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai,

sehabis nelayan pulang dari menangkap kerang. Sampel yang di dapat kemudian

dimasukkan ke dalam kantongan plastik yang telah di beri tanda berdasarkan jenis

kerang kemudian di masukkan ke dalam ice box dan di tambahkan es batu untuk

pengawetan dan menjaga kesegaran kerang agar pada saat dilakukan pengambilan

sampel kerang, kondisinya tidak berbeda dengan keadaan pada saat di ambil dari

Perairan Teluk Nibung. Kemudian sampel kerang dibawa menuju Balai Teknologi

Llingkungan-Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Medan untuk di

preparasi dan di periksa kandungan logam berat arsen (As) dengan menggunakan

metode ICP (Inductively Coupled Plasma ).

3.8 Alat dan Bahan Pemeriksaan Sampel


3.8.1 Alat dan Bahan Pemeriksaan Sampel Kerang

3.8.1.1 Alat Pemeriksaan Sampel Kerang

1. Kjehdal Aparatus

2. ICP ( Inductively Coupled Plasma )

3. Neraca analitik kapasitas 200 g, ketelitian 0,1

4. Beaker glass

5. Gelas ukur

6. Labu kjehdal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

7. Labu ukur 50 ml

8. Pipet tetes

9. Spatula

3.8.1.2 Bahan Pemeriksaan Sampel Kerang

1. Asam sulfat (H₂ SO₄ ) p.a

2. Asam nitrat (HNO₃ ) p.a

3. Asam perklorat (HClO₄ ) p.a

4. Air suling

3.8.2 Alat dan Bahan Pemeriksaan Sampel Air

3.8.2.1 Alat Pemeriksaan Sampel Air

1. ICP ( Inductively Coupled Plasma

2. Pemanas listrik

3. Pipet volume3, 5, 10, 25 mL


4. Labu ukur 1000 mL 5. Corong

6. Erlenmeyer 250 mL

3.8.2.2 Bahan Pemeriksaan Sampel Air

1. Asam nitrat (HNO₃ ) p.a

3.9 Cara Kerja

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu destruksi kerang dengan

menggunakan Kjehdal aparatus, preparasi sampel air dan dengan menggunakan ICP

(Inductively Coupled Plasma) untuk dapat menganalisa kadar arsen pada kerang

dan air.

3.9.1 Preparasi sampel Kerang

Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar arsen pada kerang maka kerang harus

dipreparasi terlebih dahulu dengan proses destruksi yang dilakukan oleh peneliti

dibantu laboran. Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu:

1. Timbang 10 gr kerang dalam labu kjehdal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

2. Tambah 20 mL H₂ SO p.a. dan 15 mL HNO₃ p.a

3. Setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan lagi HNO₃ p. a sedikit demi

sedikit, panaskan lagi hingga sampel berwarna coklat atau kehitaman

4. Tambah 10 mL HclO sedikit demi sedikit, panaskan lagi hingga larutan menjadi

jernih atau berwarna kuning (Jika terjadi pengarangan setelah penambahan

HClO₄ , tambahkan lagi sedikit HNO₃ p.a).

5. Masukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan himpitkan dengan air suling.


6. Setelah dingin masukkan larutan destruksi ke dalam labu ukur 50 ml dan

himpitkan dengan air suling.

3.9.2 Preparasi sampel Air

1. Masukkan 50 mL sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL.

2. Tambahkan 5 mL HNO pekat dan panaskan perlahan-lahan sampai sisa

volumenya 15-20 mL.

3. Tambahkan lagi 5 mL HNO pekat, tutup erlenmeyer dengan kaca arloji dan

panaskan lagi.

4. Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai semua logam larut, yang

terlihat dari warna endapan dalam sampel menjadi agak putih atau sampel

menjadi jernih.

5. Tambahkan lagi 2 mL HNO pekat dan panaskan kira-kira 10 menit

6. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam erlenmeyer

3.9.3 Analisa Kadar Arsen Pada Kerang dengan Metode ICP


(Inductively Coupled Plasma)

ICP adalah alat untuk pengujian/deteksi parameter logam. Metode ini berprinsip

pada penentuan elemen adalah pengatomisasian elemen sehingga memancarkan

cahaya panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. ICP (Inductively

Coupled Plasma ) merupakan instrumen yang digunakan untuk menganalisis kadar

unsur-unsur logam dari suatu sampel dengan menggunakan metode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

spektorfotometer emisi. Spektrofotometer emisi adalah metode analisis yang

didasarkan pada pengukuran intensitas emisi pada panjang gelombang yang khas

untuk setiap unsur. Bahan yang akan dianalisis untuk alat ICP ini harus berwujud

larutan yang hornogen. (Khopkar, 1990).

Adapun prosedur kerja penggunaan ICP adalah:

1. Hidupkan komputer

2. Alirkan gas argon, tunggu 5 menit

3. Hidupkan instrumen ICP, tunggu 10 menit

4. Hidupkan water chiller, tunggu 5 menit sampai temperatur stabil (19 - 20 ).

5. Buka ICP software, klik instrumen icon

6. Klik W/L Calib, tunggu ICP selesai wavelength calibration

7. Masukkan blank (=aquadest)

8. Hidupkan plasma, tunggu 5 menit sampai stabil

9. Setting parameter yang diperlukan. Setiap ada perubahan angka setting, klik

read spectrum

10. Klik standard dan masukkan jumlah standar, nilai standar (0,01 mg/L; 0,03

mg/L; 0,05 mg/L; 0,1 mg/L; 0,25 mg/L; 0,5 mg/L)

11. Masukkan sample number dan calibration solution

12. Setelah klik OK, Klik manual sample source

13. Klik analysis page

14. Pilih standar dan sampel yang akan dianalisa, aktifkan dengan cara diblok, klik

kanan, dan pilihlah select for analysis, kemudian klik start icon arsen, maka

kadar arsen yang terkandung pada larutan destruksi kerang akan terbaca pada

layar komputer

15. Setelah selesai mengukur standar dan sampel, celupkan blanko selama 3 menit
16. Matikan plasma, tutup worksheet, tutup ICP software

17. Matikan water chiller

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

18. Matikan ICP instrument

19. Matikan komputer

20. Matikan exhaust sistem, tutup gas

3.9.4 Analisa Kadar Arsen Pada Air dengan Metode ICP


(Inductively Coupled Plasma)

1. Atur alat ICP dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk

pengujian kadar arsen.

2. Isapkan larutan baku dan larutan sampel satu persatu ke dalam alat ICP melalui

pipa injeksi alat.

3. Catat konsentrasi masing-masing sampel yang terbaca di layar komputer.

3.10 Definisi Operasional

1. Kerang adalah binatang laut yang merupakan salah satu jenis Mollusca dengan

ciri - ciri mempunyai tubuh yang pipih, mempunyai cangkang, adanya mantel

yang melekat di bawah cangkang.

2. Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya

seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan

partikelpartikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5%

air murni.

3. Kadar arsen (As) dalam air laut adalah banyaknya arsen yang ditemukan dalam

sampel air laut melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan mg/l yang

ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51

tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut :

- Memenuhi syarat adalah jika kadar Arsen (As) dalam air tidak melebihi Nilai

Ambang Batas Maksimum cemaran Arsen (As) pada air laut yaitu 0,025 mg/l.

- Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar Arsen (As) dalam air melebihi Nilai

Ambang Batas Maksimum cemaran Arsen (As) pada air laut yaitu 0,025 mg/l.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

4. Kadar arsen (As) dalam kerang adalah banyaknya arsen yang ditemukan dalam

sample melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan mg/kg, yang ditetapkan

oleh SNI-7387-2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam

Pangan, batas maksimum cemaran arsen (As) pada kerang: - Memenuhi syarat

adalah jika kadar arsen (As) dalam kerang belum melebihi Nilai Ambang Batas

yang ditetapkan yaitu 1,0 mg/kg.

- Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar Arsen (As) dalam kerang melebihi

Nilai Ambang Batas yang yaitu 1,0 mg/kg.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai

Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai terletak di Kecamatan Teluk Nibung

Kelurahan Desa Perjuangan yang terletak pada 02°59’- 03°01’ Lintang Utara dan

99°48’- 99°49’ Bujur Timur yang seluruh wilayahnya berada pada hamparan

dataran rendah dengan kelerengan kurang dari 15% (landai) serta ketinggian elevasi

berkisar antara 0-1 meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai yang melintasi

wilayah kecamatan Teluk Nibung adalah Sungai Kapias dan Sungai Asahan.

Kecamatan Teluk Nibung merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada

di Kota Tanjungbalai, dengan luas 12,55 Km² yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan.

Ibukota kecamatan terletak di Kelurahan Pematang Pasir (BPS Kecamatan Teluk

Nibung, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Gambar 4.1 Peta Provinsi Sumatera Utara

44

Gambar 4.2 Peta Lokasi Penelitian

Batas-batas wilayah Teluk Nibung:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Tanjungbalai

b. Sebelah Timur : Kecamatan Sei Kepayang

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sei Tualang Raso

d. Sebelah Barat : Kecamatan Air Joman

Letak Kecamatan Teluk Nibung berdekatan langsung dengan pelabuhan tempat

pengangkutan barang dan penumpang ke Malaysia serta gudang-gudang tempat

penyimpanan ikan, sehingga menjadi akses yang potensial bagi pertumbuhan

ekonomi masyarakat. Hal ini juga menjadi penyebab banyaknya masyarakat yang

tinggal di kecamatan ini bermata pencaharian sebagai nelayan.

4.1.1. Jumlah Penduduk

Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kecamatan Teluk Nibung menurut proyeksi

penduduk sampai dengan Juni 2015 adalah sebanyak 38.714 jiwa. Jumlah

penduduk terbesar berada di Kelurahan Beting Kuala Kapias yaitu sebanyak 9.542

jiwa dan yang paling sedikit ada di Kelurahan Sei Merbau sebanyak 6.347 jiwa

(BPS Kecamatan Teluk Nibung, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

4.2. Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Air yang Berasal dari

Perairan Teluk Nibung dengan Metode ICP (Inductively Coupled

Plasma)

Hasil pemeriksaan sampel air laut Teluk Nibung Tanjung Balai dapat di lihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Arsen (As) Pada Air Laut Perairan Teluk

NibungTanjung Balai Tahun 2018


NO SAMPEL Kadar As (mg/l) Baku Mutu MS/TMS‫٭‬
KEMENLH No.
51 Tahun 2004
(mg/l)

1. Air Laut 50 0,02642 mg/l 0,025 mg/l TMS


M dari darat
2. 0,01745 mg/l 0,025 mg/l MS
Air Laut 100 M
dari darat
3. Air Laut 150 M 0,00911 mg/l 0,025 mg/l MS
dari darat

Hasil Laboratorium Balai Teknologi Lingkungan-Pemberantasan Penyakit


Menular (BTKL-PPM) ‫٭‬MS : Memenuhi Syarat ‫٭‬TMS : Tidak Memenuhi
Syarat Keputusan Kementerian Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004
Tentang Batas Maksimum Pencemaran Logam Berat Pada Air untuk arsen
dalam air

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan Arsen (As) pada air laut

Teluk Nibung Tanjung Balai yang di ambil dari tiga titik yaitu pada air laut yang

berjarak 50 meter, 100 meter, dan 150 meter dari darat. Masing-masing titik

pengambilan sampel air dilakukan pada kedalaman ±1 m. Pada air laut yang

berjarak 50 meter dari darat terdapat kandungan arsen (As) sebesar 0,02642 mg/l,

yang berjarak 100 meter dari darat terdapat kandungan arsen (As) sebesar 0,01745

mg/l, dan yang berjarak 150 meter dari darat terdapat kandungan arsen (As) sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

0,00911 mg/l. Dengan berdasarkan Keputusan Kementerian Negara Lingkungan

Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Batas Maksimum Pencemaran Logam Berat

Pada Air, kadar arsen (As) yang di perbolehkan berada pada badan air yaitu 0,025

mg/l . Artinya kadar arsen (As) yang berada pada jarak 50 meter dari darat sudah

melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan, sedangkan yang berjarak 100

meter dan 150 meter belum melebihi nilai ambang batas dan laut Teluk Nibung

Tanjung Balai telah tercemar oleh logam berat arsen (As).

4.3. Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang yang Berasal dari

Perairan Teluk Nibung dengan Metode Inductively Coupled Plasma

(ICP)

Hasil pemeriksaan logam berat arsen (As) pada Kerang Darah (Anadara

granosa), Kerang Bulu (Anadara antiquata), Kerang Hijau (Mytilus viridis), dapat

dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Perairan

Teluk Nibung Tanjung Balai Tahun 2018

NO SAMPEL Kadar As Kadar As Baku Mutu MS/


(mg/l) (mg/kg) SNI 7387-2009 TMS ‫٭‬
(mg/kg)

1. Kerang
Darah
(Anadara 0,06577 mg/l 0,328 1,0 mg/l MS

granosa) mg/kg

2. Kerang Bulu
(Anadara
antiquata) 0,05321 mg/l 0,26 1,0 mg/l MS
mg/kg

3. Kerang
Hijau
(Mytilus 0,025 mg/l 0,125 1,0 mg/l MS viridis) mg/kg

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Hasil Laboratorium Balai Teknologi Lingkungan-Pemberantasan Penyakit


Menular (BTKL-PPM) ‫٭‬MS : Memenuhi Syarat ‫٭‬TMS : Tidak Memenuhi
Syarat SNI 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam
pangan untuk arsen dalam kerang dan hasil olahannya

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan Arsen (As) pada ketiga

jenis kerang yang berasal dari Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai yaitu pada

kerang darah (Anadara granosa) diperoleh hasil kandungan arsen (As) sebesar

0,06577 mg/l, pada kerang bulu (Anadara antiquata) diperoleh hasil kandungan

arsen (As) sebesar 0,05321 mg/l, pada kerang hijau (Mytilus viridis) diperoleh hasil

kandungan arsen (As) dengan nilai 0,025 mg/l. Artinya, kandungan arsen (As) pada

ketiga jenis kerang tidak melebihi baku mutu yang telah di tetapkan oleh SNI 7387-

2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan untuk arsen (As)

dalam kerang dan hasil olahannya yaitu 1,0 mg/l.

Logam berat yang terakumulasi dalam kerang di ukur untuk mengetahui

konsentrasi logam yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga dapat ditentukan

batas aman untuk konsumsi manusia. WHO telah merumuskan aturan untuk

mengonsumsi kerang yang terakumulasi logam berat sehingga aman di konsumsi

manusia setiap minggunya atau yang dinamakan Acceptable Daily Intake (ADI).

Kerang Darah (Anadara granosa), Kerang Bulu (Anadara antiquata), Kerang

Hijau (Mytilus viridis), yang mengandung logam berat arsen (As) yang berada di

bawah baku mutu tadi dapat dihitung batas aman konsumsi perminggu dengan

perhitungan seperti di bawah ini:

Perhitungan Acceptable Daily Intake (ADI) Untuk Arsen (As) Pada Kerang
Darah (Anadara granosa), Kerang Bulu (Anadara antiquata), Kerang Hijau
(Mytilus viridis)
Konsumsi per orang = Intake As
konsentrasi total As dalam daging
Keterangan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Intake As = berdasarkan FAO/WHO (32μg/minggu)

Konsentrasi total As dalam daging = konsentrasi As dalam Kerang Darah (Anadara

granosa), Kerang Bulu (Anadara antiquata), Kerang Hijau (Mytilus

viridis), (μg/kg).

ADI Pada Kerang Darah (Anadara granosa)

As = 0,06577 mg/kg = 65,77 μg/kg

W = 10 gr = 0,01 kg

Intake As = 32 μg/minggu untuk seseorang dengan berat badan 60 kg

Konsumsi per orang = 32 μg/minggu


657μg/kg x 7 hari

Konsumsi per orang = 32


4.599

Konsumsi per orang = 0,0069 kg/hari = 69,5 gram/hari


Kerang Darah (Anadara granosa) yang mengandung arsen (As) 0,06577 mg/kg

dapat di konsumsi dagingnya sebesar 6,95 gram/hari. Artinya kerang yang diambil

dari Perairan Teluk Nibung dengan berat 10 gram telah melebihi batas konsumsi

harian yang di perbolehkan yaitu 0,0045714 gram/hari atau 4,5714 μg/hari.

ADI Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata)

As= 0,05321 mg/kg = 53,21 μg/kg

W = 10 gr = 0,01 kg

Intake As = 32 μg/minggu untuk seseorang dengan berat badan 60 kg

Konsumsi per orang = 32 μg/minggu


53,21μg/kg x7 hari

Konsumsi per orang = 32


372,47

Konsumsi per orang = 0,0859 kg/hari = 85,9 gram/hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Kerang Bulu (Anadara antiquata) yang mengandung arsen 0,05321 mg/kg

dapat di konsumsi dagingnya sebesar 85,9 gram/hari. Artinya kerang yang diambil

dari Perairan Teluk Nibung dengan berat 10 gram telah melebihi batas konsumsi

harian yang di perbolehkan yaitu 0,0045714 gram/hari atau 4,5714 μg/hari.

ADI Pada Kerang Hijau (Mytilus viridis)

As = 0,025 mg/kg = 25 μg/kg

W = 10 gr = 0,01 kg

Intake As = 32 μg/minggu untuk seseorang dengan berat badan 60 kg

Konsumsi per orang = 32μg/minggu

25 μg/kg x 7 hari
Konsumsi per orang = 32
175

Konsumsi per orang = 0,1828 kg/hari = 182,8 gram/hari

Kerang Hijau (Mytilus viridis) yang mengandung arsen (As) 0,025 mg/kg dapat

di konsumsi dagingnya sebesar 182,8 gram/hari. Artinya ikan yang diambil dari

Perairan Teluk Nibung dengan berat 10 gram telah melebihi batas konsumsi harian

yang di perbolehkan yaitu 0,0045714 gram/hari atau 4,5714 μg/hari.

Kerang Darah (Anadara granosa), Kerang Bulu (Anadara antiquata), Kerang

Hijau (Mytilus viridis) yang terdapat di Perairan Teluk Nibung sudah melebihi batas

Acceptable Daily Intake (ADI) yang telah di tetapkan oleh WHO/FAO yaitu

32 μg/kg berat badan per minggu atau 4,5714 μg/kg berat badan per hari.

Tabel 4.3 Acceptable Daily Intake (ADI) Untuk Arsen (As) Pada Kerang

Darah (Anadara granosa), Kerang Bulu (Anadara antiquata), Kerang Hijau


No Sampel Berat (Kg) Kadar Arsen Acceptable Daily
Kerang (As) Intake (ADI)

1. Kerang Darah 10gr = 0,01 kg 0,06577 0,0069 kg/hari =


(Anadara mg/kg = 69,5 gram/hari
granosa) 65,77 μg/kg

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

2. Bulu 10 gr = 0,01 kg 0,05321 0,0859 kg/hari =


Kerang
(Anadara mg/kg = 85,9 gram/hari
antiquata) 53,21 μg/kg
3. Kerang Hijau 10 gr = 0,01 kg 0,025 mg/kg 0,1828 kg/hari =
(Mytilus viridis) = 25 μg/kg 182,8 gram/hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kandungan Logam Berat Arsen (As) Pada Air Laut Teluk Nibung Tanjung

Balai

Berdasarkan hasil pemeriksaan logam berat arsen (As) pada air laut Teluk

Nibung, diperoleh hasil bahwa terdapat kandungan logam berat arsen (As) yang

telah melebihi nilai baku mutu yang telah ditetapkan oleh Kementerian Negara

Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Batas Maksimum Pencemaran

Logam Berat Pada Air, batas maksimum pencemaran arsen (As) pada air laut adalah

0,025 mg/l. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa dari tiga titik

pengambilan sampel air laut, diperoleh hasil kandungan arsen terbanyak terdapat

pada sampel air laut jarak 50 meter dari darat, yaitu 0,02642 mg/l. Dari hasil

diketahui bahwa sampel yang terdekat dengan darat lah yang telah melebihi Nilai

Ambang Batas (NAB). Ini dikarenakan jarak tersebut yang dekat dengan

pembuangan limbah yang mengandung arsen dan air laut yang dekat dengan daratan

tersebut belum terakumulasi dengan benda ataupun unsur logam lainnya.

Dari data hasil pemeriksaan logam berat arsen (As) yaitu sebesar 0,02642 mg/l

pada air laut yang berjarak 50 meter dari darat, 0,05321 mg/l pada air laut yang

berjarak 100 meter dari darat, dan 0,013 mg/l pada air laut yang berjarak 150 meter

dari darat. Adanya kandungan logam berat pada perairan yang dibuktikan dari hasil

pemeriksaan laboratorium tersebut dapat menyebabkan akumulasi pada tubuh biota

laut.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Air laut yang telah mengandung arsen (As) yang berasal dari sisa-sisa buangan

limbah industri akan terserap oleh plankton algae, selanjutnya plankton algae ini

merupakan makanan dari kerang dan binatang laut lainnya. Akibatnya tersebut

dimakan oleh manusia, akan terjadi penumpukan arsen (As) dalam tubuh manusia

dan hal ini akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Di sekeliling Teluk Nibung Tanjung Balai memiliki beberapa perusahaan

industri yang menghasilkan limbah berupa logam berat Arsen (As), antara lain yaitu

industri pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa sawit, industri kayu lapis

(plywood), industri kilang kayu, industri besi, dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar

(SPBB).

Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai merupakan salah satu lokasi perairan

yang menjadi habitat hidup dari Kerang Darah (Anadara granosa), Kerang Bulu

(Anadara antiquata), Kerang Hijau (Mytilus viridis) yang merupakan jenis kerang

yang cukup banyak dikonsumsi oleh manusia. Berdasarkan hasil penelitian, air laut

Teluk Nibung sudah tercemar oleh logam berat arsen (As). Sehingga

memungkinkan terjadi pencemaran terhadap kerang yang hidup di perairan

tersebut.

Logam-logam berat dalam perairan dapat bersumber dari sumber alamiah dan

aktivitas manusia. Secara alamiah masuk ke dalam perairan bisa dari pengikisan

batuan mineral yang kemudian terbawa oleh air laut menuju sungai. Partikel logam

yang ada di udara karena adanya hujan dapat menjadi sumber logam dalam perairan

(Palar, 2008).

Arsen (As) yang berasal dari aktifitas manusia dapat bersumber dari air

buangan (limbah) industri yang berkaitan dengan Arsen (As) seperti industri

pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa sawit, industri kayu lapis, industri

kilang kayu, industri ndustri besi serta campuran bahan bakar bensin dan asap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

pabrik. Limbah-limbah tersebut dibuang ke laut dan masuk ke dalam laut (Sembel,

2015).

Pencemaran arsen (As) yang ada di laut Teluk Nibung dapat bersumber secara

alamiah maupun dari berbagai aktifitas manusia baik itu industri, maupun rumah

tangga yang berada disekitar aliran. Air laut yang mengandung Arsen (As) yang

berasal dari limbah pembuangan industri seperti industri pengolahan hasil

perkebunan karet dan kelapa sawit, industri kayu lapis, industri kilang kayu, industri

besi dan stasiun pengisian bahan bakar (SPBB).

Didalam air biasanya logam berikatan dalam senyawa kimia atau dalam bentuk

logam ion, bergantung pada tempat logam tersebut berada. Tingkat kandungan

logam pada setiap tempat sangat bervariasi, bergantung pada lokasi, dan tingkat

pencemarannya (Darmono, 2001) .

Keberadaan logam berat dalam perairan dipengaruhi oleh pola arus. Arus

perairan dapat menebarkan logam berat yang terlarut dalam air laut permukaan ke

segala arah. Tinggi atau rendahnya kadar logam berat dalam suatu perairan bukan

saja dipengaruhi oleh letaknya yang jauh dari pantai, tetapi juga sangat tergantung

pada kondisi perairan setempat.

5.2. Kandungan Logam Berat Arsen (As) Pada Kerang

Penelitian ini dilakukan karena arsen sebagai logam berat merupakan salah

satu zat kimia yang tidak diinginkan terdapat dalam makanan. Namun kandungan

arsen (As) pada bahan makanan masih memiliki batas maksimum.

Berdasarkan pemeriksaan logam berat arsen (As) yang terdapat pada yang

berasal dari perairan Teluk Nibung Tanjung Balai, diperoleh hasil bahwa kerang

yang berasal dari perairan Teluk Teluk Nibung Tanjung Balai mengandung kadar

arsen (As) akan tetapi tidak melebihi baku mutu yang telah di tetapkan oleh SNI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan untuk

arsen (As) dalam kerang dan hasil olahannya yaitu 1,0 mg/kg.

Hasil yang di peroleh dari pemeriksaan kerang terlihat Kerang Darah (Anadara

granosa) diperoleh hasil kandungan arsen (As) dengan nilai 0,06577 mg/l, Kerang

Bulu (Anadara antiquata) diperoleh hasil kandungan arsen (As) dengan nilai

0,05321 mg/l, Kerang Hijau (Mytilus viridis) diperoleh hasil kandungan arsen (As)

dengan nilai 0,025 mg/l. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa kandungan arsen

terbanyak pada kerang darah (Anadara granosa) dikarenakan kerang darah hidup

di dasar perairan yang memungkinkan dekat dengan pencemaran logam berat arsen

(As) dan nilai arsen pada ketiga kerang belum melewati nilai baku mutu yang

ditetapkan oleh oleh SNI 7387-2009.

Kandungan arsen (As) yang di temukan pada 3 jenis kerang tidak lebih besar

dari kandungan logam berat arsen (As) yang berada pada air laut. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh faktor bahwa kandungan logam secara alamiah akan lebih tinggi

pada daerah laut (Darmono, 2001). Oleh karena itu, organisme air akan

menyesuaikan kondisi dalam lingkungan tersebut.

Kerang darah hidup di dasar perairan dengan kedalaman 10 m sampai 30 m

atau berada pada jarak 50 meter dari darat, kerang bulu hidup di daerah zona literal

(pasang surut ) atau berada pada jarak 100 meter dari darat, kerang hijau hidup di

areal pasang surut atau berada pada jarak 150 meter dari darat.

Kerang (Bivalvia) adalah hewan yang termasuk Phylum Molusca Klass

palecypoda. Kerang darah (Anadara Granosa), kerang bulu (Anadara antiquata),

dan kerang hijau (Mytilus viridis) merupakan jenis kerang yang sering dikonsumsi

oleh masyarakat. Tanjung Balai memang dikenal sebagai penghasil kerang utama

di Sumatera Utara, sehingga dikenal sebagai sebutan kota kerang. Penangkapan

kerang dilakukan secara tradisional maupun dengan peralatan modern. Hasilnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

dijual ke berbagai kota di Sumatera Utara, seperti Medan, Binjai, Tanah Karo,

Pematang Siantar, Kisaran, Rantau Prapat, dan Padang Sidempuan.

Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar dari pada hewan air lainnya

karena sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari

pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam

tertentu. Karena itu jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk

memonitor suatu pencemaran linkungan (Darmono, 2001).

Walaupun laju pertambahan kandungan logam berat erat hubungannya dengan

konsentrasi logam dalam air, hal ini tidak menjamin bahwa konsentrasi dalam

jaringan hewan mencerminkan kandungan logam dalam air. Beberapa spesies

organisme mampu mengeluarkan logam dalam jumlah yang relatif besar dari

tubuhnya (Darmono, 2001).

Industri kayu lapis dan industri kilang kayu memakai senyawa arsenik (As)

sebagai metode pengawetan pada kayu produksinya. Industri pengolahan hasil

perkebunan karet dan kelapa sawit memakai senyawa arsenik (As) sebagai pestisida

untuk membasmi hama pengganggu tanaman perkebunan. Industri peleburan besi

memakai senyawa arsen(As) dalam proses pembuatan besi (Sembel, 2015).

Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) sering terjadi pembocoran bahan bakar,

dimana secara alami arsen terdapat dalam bahan bakar minyak. Industriindustri

tersebut membuang limbah akhir mereka ke perairan Teluk Nibung Tanjung Balai,

dimana limbah tersebut dapat mempengaruhi kehidupan biota laut yang terdapat di

perairan Teluk Nibung Tanjung Balai, khususnya dalam hal ini adalah kerang.

Menurut Darmono (2001), logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh

makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan, pencernaan, dan

penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi darah, berikatan

dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi

(ginjal).

Oleh karena kerang bersifat filter feeder non selective, maka kandungan logam

berat yang relatif cukup tinggi ditemukan dalam tubuhnya karena adanya akumulasi

logam berat tersebut. Kerang genus Mytilus sering disebut highly spesialized filter

feeder dan digunakan sebagai bioindikator pencemaran perairan karena biota ini

bersifat menetap, penyebarannya luas, masih mampu hidup pada daerah tercemar,

dapat mengakumulasi logam berat dengan faktor konsentrasi.

Kandungan arsen (As) pada kerang yang telah di periksa tidak melebihi nilai

ambang batas yang telah di tetapkan, akan tetapi yang mengandung arsen (As) yang

berasal dari Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai telah melebihi anjuran konsumsi

harian atau Acceptable Daily Intake (ADI) yang telah di tetapkan oleh

WHO/FAO yaitu 32 μg/kg berat badan per minggu atau 0,0045714 gram/hari atau

4,5714 μg/hari. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam mengonsumsi kerang tersebut tetap

di perhatikan nilai konsumsi hariannya serta frekuensi konsumsi, karena kerang ini

dapat mengakumulasi logam berat yang dapat berdampak bagi kesehatan manusia.

Keracunan arsen secara akut adalah menunjukkan adanya tanda - tanda radang

lambung dan usus (gastroenteritis) yang parah, dimulai dengan rasa terbakarnya

tenggorokan, sulit untuk menelan, dan sakit perut yang sangat. Gejala ini diikuti

dengan rasa mual dan diare. Diare profus dengan feces bercampur air dan lendir.

Gejala ini mirip dengan penyakit kolera, tetapi segera diikuti dengan diare

bercampur darah. Hal ini disebabkan karena terjadinya iritasi dan pembengkakan

dinding mukosa lambung yang terisi transudat (cairan dari kapiler darah).

Hasil pemeriksaan darah memperlihatkan adanya perubahan bentuk sel darah,

dan jumlah sel darah merah dan putih sangat menurun. Hati menunjukkan adanya

degenerasi lemak, diikuti dengan nekrosis centralis disertai dengan sirosis hepatis.

Tanda - tanda toksitas arsen yang akut juga terlihat jelas dengan ditemukannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

gejala rambut rontok (kebotakan), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai

dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan

lumpuh, dan daya refleks menurun.

Keracunan arsen secara kronis juga terjadi dari dalam tubuh (per oral dosis

rendah) yang terlihat dari gejala kelemahan, kelelahan, kurang nafsu makan, berat

badan menurun dan iritabilitas. Gejala tersebut merupakan gejala umum yang tidak

menimbulkan gejala khas keracunan arsen. Gejala yang khas dari keracunan arsen

ini ialah warna coklat gelap pada kulit dan perubahan kulit. Kuku menebal, terciri

dengan garis putih diatas persambungan kuku.

Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki akan

lebih parah daripada saraf tangan, menyebabkan kelumpuhan pada saraf motorik

dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran

pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.

Hasil pemeriksaan darah memperlihatkan adanya perubahan bentuk sel darah,

dan jumlah sel darah merah dan putih sangat menurun. Hati menunjukkan adanya

degenerasi lemak, diikuti dengan nekrosis centralis disertai dengan sirosis hepatis.

Tanda - tanda toksitas arsen yang akut juga terlihat jelas dengan ditemukannya

gejala rambut rontok (kebotakan), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai

dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan

lumpuh, dan daya refleks menurun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

1. Kandungan arsen (As) pada air laut yang berjarak 50 meter dari darat sebesar

0,02642 mg/l, yang berjarak 100 meter dari darat sebesar 0,01745 mg/l, dan

yang berjarak 150 meter dari darat 0,00911 mg/l. Artinya kadar arsen (As) yang

berada pada jarak 50 meter dari darat sudah melebihi nilai ambang batas yang

telah ditetapkan, sedangkan yang berjarak 100 meter dan 150 meter belum

melebihi nilai ambang batas berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004

Tentang Batas Maksimum Pencemaran Logam Berat Pada Air.

2. Kandungan arsen (As) pada kerang darah (Anadara granosa) sebesar 0,06577

mg/l, pada kerang bulu (Anadara antiquata) sebesar 0,05321 mg/l, pada kerang

hijau (Mytilus viridis) sebesar 0,025 mg/l. Artinya, kandungan arsen (As) pada

ketiga jenis kerang tidak melebihi baku mutu yang telah di tetapkan oleh SNI

7387-2009.

3. Acceptable Daily Intake (ADI) untuk Kerang Darah (Anadara granosa)

sebanyak 69,5 gram/hari atau 486,5 gram/minggu, untuk Kerang Bulu

(Anadara antiquata) sebanyak 85,9 gram/hari atau 601,3 gram/minggu, untuk

Kerang Hijau (Mytilus viridis) 182,8 gram/hari atau 1.279,6 gram/minggu.

6.2 Saran

1. Aplikator bagi masyarakat untuk mengkonsumsi kerang darah kurang dari 10

buah, kerang bulu kurang dari 10 buah dan kerang hijau kurang dari 13 buah

dengan ukuran yang berbeda setiap kerang dan tanpa cangkang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

60

2. Bagi masyarakat atau konsumen agar memperhatikan asupan makan kerang

yang telah mengandung logam berat arsen (As) yang berasal dari Perairan

Teluk Nibung dengan mengkonsumsinya tidak lebih dari 0,032 gram per

minggu atau 0,0045714 gram per harinya.

3. Balai Pengawas Obat dan Makanan perlu menginformasikan kepada

masyarakat bahwa kerang yang berasal dari Perairan Teluk Nibung Tanjung

Balai mengandung arsen dan kandungan arsen masih berada di bawah ambang

batas yang telah ditetapkan.

4. Masukan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian logam

berat lain yang terdapat pada kerang, maupun biota air lainnya yang berasal

dari Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai.

DAFTAR PUSTAKA

Acmad, Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi

Anonimous, 2008. Budi Daya Kerang Hijau.


“http:///www.Filepesisir_Budidaya_Kerang_Hijau.pdf”. Diakses tanggal
10 Juli 2017.

Atmadja, Djaja Surya, 2008. Deteksi Dini dan Tatalaksana Intoksikasi Arsen.
“http://www.freeweb.com/arsenpapdi/distribusarsen.html”. Diakses
Tanggal 17 Juni 2017.

Jurnal Sains Kimia. Vol 9 No 2.Universitas Sumatera Utara. Arifin, Syamsul, 2008.
Racun Arsenik Cemari Air Tanah di Pantai Timur Sumut.
“http://www.SumutCyber.com. Diakses Tanggal 14 Juli 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Buwono, Ibnu Dwi, dkk, 2005. Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg (Merkuri)
Dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis) Dengan Konsentrasi dan
waktu perendaman Na2CaEDTA yang berbeda. Jurnal Bionatura, Vol 7 No
3.

Dahuri, Rokhmin, dkk, 2004. Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI Press.

Departemen Kesehatan RI. 1992. Protap Juklak dan Juknis Pengamanan Makanan
KTT Non Blok ke 10. Jakarta.

Dir Jen POM. 1989. Keputusan Dir Jen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang
Batas Maksimum Cemaran Logam Pada Makanan. Jakarta

Dir Jen POM. 1989. Keputusan Dir Jen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang
Batas Maksimum Cemaran Logam Pada Makanan. Jakarta

Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri.


Penerbit: Yama Widya

Herman, Danny Zulkifli, 2006. Tinjauan terhadap tailing mengandung unsur


pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari
sisa pengolahan bijih logam.

Inswiasri, dkk, 1995. Kandungan Logam Cadmium Dalam Biota Laut Jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerang - Kerang Dari Teluk Jakarta.
http://cdk_103_makanan_dan_kesehatan.pdf. Diakses tanggal 5 Juli 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Konversi Mg/L Dalam Bentuk Mg/Kg
1. Kerang Darah

= konsentrasi arsen terukur (mg/L) x volume sampel (L)

Berat Kerang (Kg)

= 0, 06577 x 0,05
0,01

= 0,00328
0,01

= 0,328 mg/kg

= 328 μg/kg

Acceptable Daily Intake

As = 0,328 mg/kg = 328 μg /kg

W = 10 gr = 001 kg

Intake As = 32 mg/minggu

= 32
328 μg /kg x 7

= 32

2.296

= 0,01393 kg/hari

= 13,93 gram /hari

2. Kerang Bulu

= konsentrasi arsen terukur (mg/L) x volume sampel (L)

Berat Kerang (Kg)

= 0,05321 x 0,05
0,01
= 0,0026
0,01

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= 0,26 mg/kg

= 260 μg /kg

Acceptable Daily Intake

As = 0,26 mg/kg = 260 μg /kg

W = 10 gr = 001 kg

Intake As = 32 mg/minggu

= 32
260 μg /kg x 7

= 32

1.820

= 0,01758 kg/hari

= 17,58 gram /hari

3. Kerang Hijau

= konsentrasi arsen terukur (mg/L) x volume sampel (L)

Berat Kerang (Kg)

= 0,025 x 0,05
0,01

= 0,00125
0,01

= 0,125 mg/kg

= 125 μg /kg

Acceptable Daily Intake

As = 0,125 mg/kg = 125 μg /kg

W = 10 gr = 001 kg
Intake As = 32 μg /minggu

= 32
125 μg /kg x 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= 32

875

= 0,03657 kg/hari

= 36,67 gram /hari

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerang Bulu (Anadara antiquata)

Kerang Darah (Anadara granosa)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerang Hijau (Mytilus viridis)

Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perairan Teluk Nibung Tanjung Balai

Ketiga jenis kerang diletakkan pada beaker glass

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerang ditimbang dengan neraca analitik

Kerang yang akan di destruksi kan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerang yang sudah selesai didestruksikan

Kerang dianalisa menggunakan ICP

Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Arsen (As)


Pada Kerang yang Berasal dari Perairan Teluk Nibung
Tanjung Balai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Kandungan Arsen (As)
Pada Air Laut yang Berasal dari Perairan Teluk Nibung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tanjung Balai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai