Anda di halaman 1dari 3

Rangka & Dinding Bangunan

17.06 / Admin / Artikel Arsitektur, Struktur Dan Konstruksi,

Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama pendukung berat bangunan dan
beban luar yang bekerja padanya. Untuk bangunan sederhana, rangka bangunan dapat dibuat dari tiang-tiang kayu
(kolom) yang saling dihubungkan oleh batang-batang datar (balok). Pada bangunan rumah tinggal yang permanen,
rangka bangunan dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan dinding dari pasangan batu bata atau batako. Untuk
bangunan bertingkat sederhana/rendah, umumnya berupa struktur rangka portal (frame structure) yaitu kerangka yang
terdiri dari kolom dan balok.

Pada sistem rangka, dinding penyekat tidak diperhitungkan ikut mendukung beban. Dinding berfungsi hanya sebagai
pembatas ruang. Dinding sebaiknya dibuat jangan terlalu tebal agar berat dinding dapat seringan mungkin, sehingga
ukuran rangka portal dan pondasi dapat dibuat menjadi lebih kecil pula.

Rangka bangunan harus dibuat dengan beberapa syarat, antara lain :

 Mempunyai kekuatan dan kestabilan yang mantap untuk memberikan bentuk yang permanen dan mampu
mendukung konstruksi atap
 Dapat memberikan keindahan
 Dibuat dengan bentuk sedemikian, sehingga dapat memberikan kenyamanan tinggal bagi penghuni

Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap beban-beban seperti :

 Beban mati : berat dari semua beban bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan,
pekerjaan pelengkap (finishing), alat atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka
bangunannya.
 Beban hidup : berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah
 Beban angin : beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya selisih tekanan udara
(hembusan angin kencang)
 Beban gempa : besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat adanya gerakan
tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik
 Beban khusus : beban kerja yang antara lain berasal dari adanya selisih suhu, penurunan pondasi,susut
bahan.

Untuk bangunan tidak bertingkat yang dinding-dinding penyekatnya dari pasangan batu bata, harus diberi perkuatan
konstruksi beton bertulang praktis yaitu balok sloof, kolom praktis dan balok atas (ringbalk). Konstruksi beton bertulang
praktis tidak diharuskan dilakukan hitungan mekanik untuk perencanaan dimensi beton dan jumlah penulangannya.
Pemakaian konstruksi beton bertulang praktis pada bangunan tidak bertingkat selain sebagai perkuatan pasangan
batu bata juga sebagai syarat untuk bangunan tahan gempa.

Balok sloof dipasang di atas seluruh panjang pondasi, untuk mendukung dan meratakan beban tembok di atasnya dan
meneruskannya ke pondasi di bawahnya. Balok sloof ini juga berfungsi sebagai trasraam yang dapat mencegah
naiknya air dari bawah ke atas tembok.
Ukuran balok sloof :

 Untuk dinding ½ batu : 15/15 atau 15/20 atau 20/20


 Untuk dinding 1 batu : 25/25 atau 25/30 atau 30/30

Agar balok sloof nantinya tidak mengganggu pemasangan bahan penutup lantai (tegel, keramik ) lantai, maka tinggi
pemasangannya harus berada 10 cm di bawah permukaan lantai rencana. Tapi juga jangan terlalu jauh di bawah
lantai, karena akan menyebabkan tinggi pasangan bata trasraam menjadi besar dan urugan pasir di bawah lantai
menjadi sangat tebal.

Kolom praktis sebagai perkuatan dipasang pada :

 Setiap jarak 3 m pada pasangan tembok lurus


 Pertemuan-pertemuan tembok (pertemuan sudut, persilangan, dan sebagainya)
 Kanan – kiri lubang pintu dan jendela untuk pegangan dan jepitan kusen

Kolom praktis dapat berfungsi sebagai tiang pendukung yang berdiri bebas. Ukuran tampang beton untuk kolom praktis
ini dibuat sama dengan tebal temboknya, agar dapat diperoleh permukaan dinding yang rata dan rapi, Untuk dinding
½ batu dapat digunakan ukuran 15/15 atau 15/20. Untuk dinding 1 batu dapat digunakan ukuran 25/25 atau 25/30.
Kolom praktis ini dibagian bawah bertumpu dan dijepit pada balok sloof, sedang bagian atas dirangkai menjadi satu
oleh balok atas.

Supaya antara kolom praktis dan tembok batanya menjadi satu dan mempunyai hubungan yang kuat, maka pada
kolom praktis diberi angker yang mengait pasangan bata di bagian kanan – kiri kolom. Adukan betonnya di cor sesudah
pasangan bata selesai dikerjakan lebih dahulu. Pada bagian atas pasangan bata diberi suatu balok penjepit yang
disebut balok atas, Fungsinya untuk meratakan beban kuda-kuda dan rangka plafon ke dinding atau kolom di
bawahnya. Bila pasangan bata lebih dari 4 m, maka balok atas harus dipasang di 2 (dua) tempat yaitu di tengah (di
atas kusen pintu dan jendela) dan di atas pasangan bata tersebut. Ukuran beton dan isi tulangan untuk balok atas
dibuat sama dengan ukuran balok sloof.
Dinding pasangan bata di atas balok sloof harus dibuat kedap air/ trasraam dengan campuran 1 semen : 2 pasir. Hal
ini untuk mencegah naiknya air secara kapiler ke atas. Tinggi pasangan trasraam dibuat 20 cm di bawah dan di atas
lantai +/- 0,00. Apabila sudah dipakai balok sloof, tinggi trasraam mulai balok sloof sampai 20 cm di atas lantai +/- 0,00.
Pasangan trasraam ini juga dibuat pada bagian-bagian lain yang selalu basah atau selalu terkena air seperti dinding
kamar mandi, tempat cucian dan dinding di luar yang tidak terlindung atap. Untuk dinding kamar mandi pasangan
trasraam dapat dibuat dengan ketinggian sampai dengan 1,50 m dari atas lantai.

Untuk merekatkan bata-bata sebagai pasangan tembok, dipakai adukan perekat 1 kapur : 1 semen merah : 2 pasir
atau 1 semen : 5 pasir. Bahan-bahan ini dicampur dalam keadaan kering dan disaring halus. Bagian yang berbutir
besar dibuang, yang dipakai hanya bahan yang dapat melewati saringan. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur
air sampai diperoleh adonan yang lekat. Untuk adukan dari semen dan pasir, yang disaring cukup pasirnya saja dan
butiran yang dapat lewat saringan yang dipakai sebagai campurannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan dinding dari batu bata :

 Bata harus dibasahi sampai gelembung udara dalam bata ke luar semua
 Tidak boleh ada perekat tegak yang merupakan satu garis lurus dari bawah sampai ke atas. Untuk pasangan
½ batu selisih perekat tegak ½ batu dan untuk pasangan 1 batu selisih perekat tegak ¼ batu.
 Bata potongan yang kurang dari ½ batu sebaiknya tidak dipergunakan lagi
 Ketinggian pemasangan bata setiap harinya tidak lebih dari 1 m
 Untuk memperoleh pasangan bata yang tegak dan lurus, dipakai bantuan batang kayu yang dipasang berdiri
tegak lurus pada kedua tepinya.

Untuk membuat dinding pasangan bata menjadi halus, rapi dan bersih dapat ditutup dengan lapis penutup yang disebut
plesteran. Bahan campuran untuk plesteran dibuat sama dengan bahan untuk pasangan batanya. Pada plesteran tepi
atau sponneng harus dibuat dengan campuran 1 semen : 2 pasir agar kuat dan tidak mudah rusak. Tebal plesteran
antara 1,5 – 2 cm. Pasangan bata yang akan diplester harus dibasahi, dibersihkan dari kotoran dan lumut yang melekat.
Untuk memberi warna pada plesteran dapat dipakai kapur atau cat tembok. Pada dinding luar harus digunakan cat
tembok yang tahan terhadap pengaruh cuaca luar agar tidak mudah mengelupas dan luntur.

Anda mungkin juga menyukai