Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Topik : Tanda Bahaya Kehamilan


Sub topic : Hemiperesis Gravidarum
Penyaji :
Waktu : 15 menit
Hari : Salasa
Tempat: PKD Selanegara
Sasaran : Klien dan keluarga

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan (Penkes), Peserta (Klien) dan
keluarga mengetahui tentang Tanda bahaya kehamilan (hemiperesis
Gravidarum)
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 15 menit, sasaran akan
mampu:
a. Mengetahui pengertian Hemiperesis Gravidarum?
b. Mengetahui penyebab Hemiperesis Gravidarum?
c. Mengetahui tanda dan gejala Hemiperesis Gravidarum?
d. Mengetahui penanganan Hemiperesis Gravidarum?

B. Metode Penyampaian
1. Ceramah dan Tanya jawab
2. Demonstrasi

C. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
D. Materi
1. Pengertian Hemiperesis Gravidarum
2. Penyebab Hemiperesis Gravidarum
3. Tanda dan gejala Hemiperesis Gravidarum
4. Penanganan Hemiperesis Gravidarum

E. Kegiatan Belajar Mengajar atau Pendidikan Kesehatan


Tahap Kegiatan Pengajaran Kegiatan Sasaran
Pra-interaksi 1. Memperkenalkan diri  Menjawab salam
(3 menit) 2. Menjelaskan maksud dan  Mendengarkan
tujuan
Interaksi 3. Menjelaskan
(10 menit) a. Pengertian Hemiperesis Gra  Mendengarkan
vidarum  Memperhatikan
b. Penyebab Hemiperesis Gra  Berdiskusi dengan
vidarum mahasiswa (penyuluh)
c. Tanda dan gejala Hemi  Memperhatikan
peresis Gravidarum
d. Penanganan Hemiperesis  Memperhatikan
Gravidarum  Memperhatikan
4. Menanyakan tentang materi-  Memberi tanggapan.
materi yang belum jelas.
5. Memberi pertanyaan-pertayaan  Menjawab pertanyaan
yang sudah dijelaskan dari mahasiswa
(penyuluh)
Post- 6. Menyimpulkan hasil  Memperhatikan
Interaksi penyuluhan
(2 menit) 7. Salam Penutup  Menjawab salam
penutup
F. Evaluasi
1. Pertanyaan :
a. Apakah pengertian Hemiperesis Gravidarum
b. Sebutkan penyebab Hemiperesis Gravidarum
c. Sebutkan tanda dan gejala Hemiperesis Gravidarum
d. Bagaimana penanganan Hemiperesis Gravidarum
2. Jawaban
a. Pengertian Hemiperesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil
b. Penyebab diare pada anak
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti,
Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang yang dikemukakan :
1) Faktor organik,
yaitu karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat kehamilan serta resustensi yang
menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
2) Faktor psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3) Faktor endokrin
Hopertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
c. Tanda dan gejala diare pada anak
Tingkat 1
1) Mual/muntah
2) Tekanan darah turun,.
3) Nyeri epigastrium (iritasi asam lambung)
Tingkat II
1) Dehidrasi bertambah
2) Peredaran darah (nadi cepat)
3) Metabolisme (terjadi ikterus)
Tingkat III
1) Dehidrasi makin berat
2) Mual dan muntah berhenti
3) Terjadi perubahan dari esofagus,
4) Gangguan fungsi hati
5) Gangguan kesadaran (somnolen sampai koma)
6) Gangguan saraf

d. Penanganan hemiperesis Gravidarum


Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan
peredaran darah baik..
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,
normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.
3) Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak
2-3 liter sehari

4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk..

G. Referensi
Manuaba, Ida Bagus , 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita,
Jakarta, Penerbit: Arcan
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4; Jakarta, EGC - See more at:
Prawirohardjo, Sarwono, 2005 , Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
Palisuri, dr. H. M. M., Sp. OG & Hafied, dr. H. B. 2007. Hiperemesis
Gravidarum. http://www.geocities.com/klinikobgin/kelainan-kehamilan/hipere
mesis-gravidarum.htm. Diakses 20 April 2015.
Sarwono, Prawirohadjo. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Setiawan, Yasin. 2007. Telaah penanganan Hiperesmesis Gravidarum.
http://siaksoft.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=2430&Itemid=101&limit=1&limitstart=
6. Diakses 20 April 2015.
Lampiran
DIARE

A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif 2000).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari
(WHO, 1980).
Diare adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair, atau feses tidak
berbentuk. (Carpenito, LJ 2001).

B. Etiologi
Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor,
antara lain :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi :
infeksi bakteri (vibrio, e.coli, salmonella, shigella, campylobacter,
yersinia, aeromonas), infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo
coxsackie, adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
b. Infeksi parenteral
adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.
5. Makan tanpa mencuci tangan

C. Tanda dan Gejala


Menurut Suryanah (2000), tanda dan gejala diare pada anak, yaitu :
1. Anak buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair
atau encer.
2. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran
menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Muntah
9. Badan lemah dan lesu
D. Penanganan Dini Diare pada Anak
Menurut Biz, CL (2002) penanganan dini pada pasien diare meliputi :
1. Berikan cairan (Oralit) atau larutan gula dan garam, larutan air tajin, kuah
sayur dan air yang sudah masak.
a. Anak kurang dari 1 tahun setiap kali diare diberikan ½ gelas air (100 cc)
b. Anak usia 1-5 tahun setiap kali diare diberikan 1 gelas air (200 cc)
c. Anak sampai dewasa setiap kali diare diberikan 2 gelas air (400 cc)
2. Berikan makanan yang bergizi dan mudah dicerna, seperti bubur, nasi tim
atau juga bubur tempe.
3. ASI atau PASI tetap diberikan.
4. Bawa ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat bila :
a. Diare terus berlanjut
b. Anak terlihat lemas
c. Anak memuntahkan semua yang dimakan
5. Jangan berikan obat apapun kecuali dari dokter atau petugas kesehatan

E. Pencegahan
Menurut Mansjoer, Arif (2000), untuk mencegah penyakit dapat dilakukan
dengan cara berikut :
1. Mencuci tangan sebelum makan atau setiap habis bermain
2. Membiasakan BAB di jamban/WC dan jamban/WC harus selalu bersih
3. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat
4. Makanan harus selalu ditutup
5. Anak dilarang untuk jajan sembarangan
6. Air minum selalu dimasak hingga mendidih
7. Bila anak menderita muntaber, secepatnya diberi banyak minum atau oralit.

F. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, Arif (2000), penatalaksanaan diare antara lain sebagai
berikut :
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare
akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada
anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan
gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak
mengandung NaCl dan sukrosa.
1) Cara membuat larutan gula garam (LGG)
 Gula 1 sendok teh penuh
 Garam ¼ sendok teh
 Air masak 1 gelas (atau air teh 1 gelas)
 Campuran bahan-bahan tersebut diaduk sampai larut benar
2) Cara membuat larutan oralit
 Bubuk oralit 1 bungkus dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (atau
1 gelas air teh)
 Aduk sampai semua bubuk larut
 Baca petunjuk lebih lanjut pada bungkus oralit
b. Cairan parenteral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut :
1) Untuk anak umur 1 bulan sampai 2 tahun berat badan 3-10 kg
2) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
3) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
4) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
5) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
6) 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
8) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
9) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
10) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
11) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
12) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
13) Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit
(1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
14) Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai
sedang atau tak jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

Anda mungkin juga menyukai