TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
percabangan yang dilengkapi dengan daun tunggal. Memiliki helaian daun bentuk
bulat telur sampai elips dengan pangkal daun meruncing dan ujung daun runcing
serta tepi pada helaian daun gundul (Steenis, 1987). Pada ketiak daun muncul
bunga tunggal bentuk bintang berwarna putih. Buah cabai tergolong buah buni
berwarna hijau dan berwarna merah ketika tua dengan biji putih kekuningan, pipih
6
Uji Aktivitas Senyawa..., Afifah Sutrisni, FKIP, UMP, 2016
7
Buah cabai mengandung zat- zat gizi yang sangat diperlukan untuk
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Cabai Merah Per 100 Gram Bahan
Kandungan gizi Cabai merah segar Cabai merah kering
Kadar air (%) 90,9 10,0
Kalori (kal) 31,0 311
Proterin (g) 1,0 15,9
Lemak (g) 0,3 6,2
Karbohidrat (g) 7,3 61,8
Kalsium (mg) 29,0 160
Fosfor (mg) 24,0 370
Vitamin A (SI) 470 576
Vitamin C (mg) 18,0 50
Sumber: Setiadi (1993)
Capsaicin merupakan zat yang menimbulkan rasa pedas pada cabai yang
terdapat pada biji cabai dan plasenta pada buah cabai. Rasa pedas tersebut
bermanfaat untuk mengatur peredaran darah, memperkuat jantung, nadi, dan saraf
gosok antireumatik dalam bentuk krim maupun dalam bentuk koyo cabai. Selain
capsicin cabai juga mengandung zat mucokinetik, yaitu zat yang mampu
mengatur, mengurangi, atau mengeluarkan lendir dari paru-paru. Oleh karena itu,
maupun metabolisme sekunder. Metabolisme primer terdiri dari dua proses yaitu
tersebut. Secara umum metabolit sekunder pada fungi terjadi pada fase akhir
prekursor tersebut adalah asam shikimat, asam amino, dan asetil-CoA. Senyawa-
senyawa aromatik seperti senyawa amino aromatik, asam sinamat, dan berbagai
(Listiandiani, 2011).
1. Flavonoid
tumbuhan. Kerangka flavon yang umumnya dimiliki C6-C3-C6 dengan tiga atom
karbon yang menjadi penghubung antara gugus fenil yang biasanya terdapat atom
yang ditemukan di alam sebagai zat warna merah, ungu, biru, dan kuning yang
organik dan transport nutrisi yang menimbulkan efek toksik pada jamur.
2. Saponin
haemolisis sel darah. Saponin berguna dalam pengobatan karena saponin bersifat
denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis
molekul yang dimiliki saponin dapat bersifat menarik air atau hidrofilik dan dapat
3. Alkaloid
senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen yang biasanya dalam cincin heterosiklik. Sebagian besar alkaloid
tidak larut di air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti kloform, eter, dan
benzena.
hanya sedikit yang dijumpai dalam bentuk cair. Hampir semua alkaloid bersifat
racun tetapi ada pula alkaloid yang berguna dalam pengobatan. Alkaloid
tergolong zat aktif yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi sel imun
yang mampu menghancurkan sel bakteri, virus, jamur, dan sel kanker (Olivia et
al., 2007). Mekanisme kerja alkaloid sebagai antifungi dilakukan dengan merusak
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Teberculariaceae
Genus : Fusarium
dijumpai pada makanan maupun pada bahan makanan. Menurut Saragih &
menyerang tanaman lain seperti pada tanaman tomat, ketimun, vanili, pisang, dan
adanya inang dalam bentuk klamidiospora atau sebagai hifa pada sisa tanaman
dan bahan organik lainnya (Saragih & Silalahi, 2006). Umumnya infeksi terjadi di
1. Makrokonidia
kumparan, tidak berwarna, dan pada kedua ujungnya sempit menyerupai bulan
sabit (Gambar 2.5.A) yang terdiri dari 3-5 sekat dengan ukuran 25-33 × 3,5-5,5
µm (Semangun,1996).
2. Mikrokonidia
Mikrokonidia merupakan spora bersel satu atau dua yang tidak berwarna,
berbentuk lonjong atau bulat telur (Gambar 2.5.B) dengan ukuran 6-15 ×2,5-4
µm (Semangun, 1996).
3. Klamidiospora
hifa atau di ujung hifa. Klamidiospora dapat terbentuk jika kondisi lingkungan
1996).
A B
pucat, terutama pada daun yang terletak di sebelah atas, yang selanjutnya diikuti
dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman yang terinfeksi menjadi layu
kerdil dan tumbuhnya merana. Jika pada tanaman yang sakit, batangnya dikelupas
atau dipotong maka akan terlihat cincin berwarna cokelat pada berkas pembuluh
tanaman.
bertahan sampai berbuah tetapi hasil yang diperoleh sangat sedikit dan kecil-kecil
(Semangun, 1996).
mampu bertahan hingga 10 tahun di dalam tanah tanpa adanya inang. Tanah yang
sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari kapang tersebut. Infeksi dapat
terjadi pada akar yang mengalami luka atau melalui luka pada akar yang
infeksi, misalnya luka karena pemindahan bibit, pembumbunan, dan luka karena
oxysporum f.sp. capsici terbawa oleh biji. Spora kapang tersebut dapat tersebar
karena spora yang terdapat pada bibit, tanah, air, dan alat-alat pertanian dapat
suhu tanah antara 210C - 330C, dengan suhu optimumnya 28˚C. Kematian dapat
terjadi jika kapang tersebut berada di dalam tanah pada kisaran suhu 57,50C -
capsici mampu bertahan hidup pada kisaran pH tanah yang luas yaitu 3,8-8,4 dan
pH optimum untuk pertumbuhan berada pada pH 7,7. Sumber karbon (C) sangat
Pembentukan spora terjadi pada kisaran suhu antara 20-250C (Soesanto, 2008).
Fusarium oxysporum f.sp. capsici akan berkembang sangat cepat bila tanah
sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastigomycota
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Hypocreales
Familia : Hypocreaceae
Genus : Gliocladium
hayati yang diketahui dapat mengendalikan pneyakit tular tanah. Sebagai agens
hayati, Gliocladium sp. mampu bertahan hidup meskipun ketika tidak ada
mencapai 4-6 cm dalam waktu 3-4 hari inkubasi pada media PDA cawan. Tekstur
koloni Gliocladium sp. berbulu halus, koloni mula-mula berwarna putih dan pucat
hingga hijau tua dengan sporulasi. Konidium berbentuk bulat telur pendek,
berdinding halus, agak besar dan pada umumnya konidium kapang Gliocladium
(Gambar 2.7). Hifa yang dimiliki berupa hifa bersepta dan hialin (jelas). Pada
cabang terakhir akan muncul fialid yang bentuknya menyerupai botol. Konidia
bersel satu berbentuk oval atau silinder. Kapang Gliocladium sp. memiliki
2000).
Hifa Gliocladium sp. yang sudah berinteraksi dengan tanah akan tersebar
di sekitar perakaran tanaman, dengan laju pertumbuhan yang cepat dan dalam
waktu yang singkat yaitu sekitar 7 hari. Kapang Gliocladium sp. bersifat
Gliocladium sp. akan tumbuh dengan baik pada perakaran tanaman yang sehat,
yang dilindunginnya.
Pengujian aktivitas anti jamur secara invitro dapat dilakuakan melalui dua
1. Metode Dilusi
Metode dilusi yaitu suatu metode untuk menekan kadar hambat minimum
dan kadar bunuh minimum dari suatu bahan antimikroba. Prinsip dari cara kerja
metode dilusi yaitu menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi medium cair
dan sejumlah sel mikroba tertentu yang diuji. Selanjutnya masing-masing dari
tabung diisi suatu antimikrobial yang telah dilakukan pengenceran pada serial
tertentu, kemudian seri tabung tersebut diinkkubasi pada suhu 370C selama 16-20
pada tabung dengan adanya hasil biakan yang mulai tanpak jernih (tidak ada
pertumbuhan jamur merupakan zona hambat). Biakan dari semua tabung yang
jernih selanjutnya ditumbuhkan pada medium PDA miring dan diinkubasi selama
16-20 jam. Mengamati ada tidaknya koloni jamur yang tumbuh. Konsentrasi
terendah obat pada biakan pada medium padat yaitu dengan tidak adanya
Perinsip dalam metode difusi cakram (uji Kirby Baurer) yaitu dengan
PDA cawan yang telah ditambahkan dengan jamur yang akan diuji. Medium
tersebut diinkubasi pada suhu 370C selama 16-20 jam. Mengamati zona hambat
jernih yang terdapat disekitar kertas cakram. Zona jernih tersebut menunjukkan
tidak adanya pertumbuhan mikroba. Jamur yang sensitif terhadap suatu bahan
diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Kromatografi merupakan
teknik pemisahan yang paling umum dan sering digunakan dalam bidang kimia
analisis dan dapat digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif, kualitatif atau
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk proses pemisahan senyawa
adalah kromatografi lapis tipis (KLT) atau thin layer chromatography (TCL).
suatu senyawa yang larut dalam lipid. Plat silika digunakan sebegai fase diam,
sedangkan fase gerak dalam kromatografi lapis tipis berupa pelarut maupun
campuran pelarut yang disebut larutan pengembang. Pelarut atau eluen sebagai
fase gerak sangat berperan dalam keberhasilan kromatografi lapis tipis. Kelarutan