Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

I. KONSEP TUBERKULOSIS
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis. (Smeltzer & Bare,2008)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.(Price &
Wilson,2010)

B. ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan
digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, et al 2008)

C. PATOFISIOLOGI & PATHWAYS


1. PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga
dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian
tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan
normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan
menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang
sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah
menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon.
Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena
infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah,
melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara,
mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2009)

2. PATHWAYS
Udara tercemar dihirup individu rentan kurang informasi
Mycobacterium
tuberculosis masuk paru
Kurang pengetahuan

menempel alveoli

reaksi inflamasi/peradangan Hipertermia

penumpukkan eksudat dalam alveoli

tuberkel produksi secret berlebih

meluas mengalami perkejuan secret sukar dikeluarkan dibatukkan/bersin

penyebaran kalsifikasi Tidak efektif terhirup orang lain


hematogen pembersihan jalan nafas

limfogen mengganggu perfusi


Resti penyebaran infeksi
& difusi O2 pada orang lain
peritoneum
Kerusakan
pertukaran gas
asam lambung ↑

Resti penyebaran infeksi


mual, anoreksia pada diri sendiri

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan
klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberculosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain
positif)
b. TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain
meragukan)
(Suyono, et al 2008)

E. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin
tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.bila timbul infeksi aktif klien
biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif disertai nyeri dada, demam
(biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang
nafsu makan dan penurunan berat badan. (Corwin,2006)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah : lekosit sedikit meninggi, LED meningkat
2. Sputum : BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa TB aktif dan memperkirakan
tingkat infeksinya, ini dilakukan selama dalam 3 hari berturut-turut. Pada BTA positif
ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain
5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
3. Tes tuberculin : tes ini dikatakan positif jika indurasi lebih dari 10 – 15 mm.
4. Rontgent : Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi tampak bercak padat
dengan densitas tinggi.
5. Broncografi : pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus dan paru.
6. Pemeriksaan serologi : ELISA, Mycodot, untuk mendeteksi antibody IgG specific
terhadap basil TB.
7. Pemeriksaan PA : pemeriksaan biopsy pada kelenjar getah bening superficial leher,
yang biasanya didapatkan hasil limfadenitis pada klien TB.

G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi cepat M.
tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
a. Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping
yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi
ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus
membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal.
Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek
samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia.
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah atau jingga pada air seni dan
keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak
menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan
tidak berbahaya.
c. Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan
kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.
e. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan
berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau,
maupun optic neuritis.
2. Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat jaringan paru
yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk
mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang
rusak.
3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu yang
telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga
dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
4. Prioritas keperawatan TB
Mempertahankan oksigenasi adekuat, mencegah penyebaran infeksi, mendukung
perilaku mempertahankan kesehatan, meningkatkan strategi koping efektif, memberi
informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.

II. ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS


A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat
Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, sulit tidur atau demam pada malam
hari, menggigil, berkeringat.
Takikardia, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri, sesak(tahap lanjut).
2. Integritas ego
Stress lama, perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan.
Menyangkal (pada tahap dini), ansietas, ketakutan.
3. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan.
Turgor kulit buruk, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada karena batuk berulang.
Perilaku distraksi, berhati-hati pada area sakit, gelisah.

5. Pernafasan
Batuk (produktif/tidak produktif), nafas pendek.
Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan paru tidak simetri, perkusi paru
pekak dan penurunan fremitus, deviasi tracheal.
6. Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun, demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Perasaan isolasi/penolakan, perubahan peran.
(Doengoes, 2006)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d virulensi
kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan pathogen.
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk buruk.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit b.d
kurang/tidak lengkap informasi yang ada.

C. INTERVENSI
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d virulensi
kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan pathogen.
Tujuan : klien dapat mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
Kriteria hasil : klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman.
Intervensi :
a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi melalui droplet
b. Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)
c. Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari meludah
d. Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
e. Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
f. Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
g. Identifikasi adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
h. Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang tuntas
i. Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk buruk.
Tujuan : mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria hasil : klien dapat mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukkan perilaku
memperbaiki bersihan jalan nafas
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman, penggunaan
otot aksesori
b. Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk efektif
c. Berikan posissi semi atau fowler tinggi
d. Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
e. Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan penghisapan jika perlu
f. Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
g. Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan : klien tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Kriteria hasil : rentang AGD dalam batas normal, tidak ada dispnea
Intervensi :
a. Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas, terbatasnya ekspansi dada
dan kelemahan
b. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, perubahan warna kulit
c. Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
d. Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : klien bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil : BB naik,
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa oral, berat badan dan
kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat mual, muntah, diare
b. Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai klien
c. Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi kecil tetapi sering
d. Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara periodik
e. Berikan perawatan mulut setiap hari
f. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan klien, kecuali
kontraindikasi
g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal
Intervensi :
a. Pantau suhu tubuh klien, perhatikan menggigil/diaforesis
b. Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
c. Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
d. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
e. Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk mencegah
dehidrasi
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit b.d
kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
Tujuan : klien memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil : klien melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien untuk belajar, tingkat partisipasi
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan klien ke perawat (hemoptisis, nyeri
dada, demam, sulit bernafas)
c. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus untuk klien (jadwal obat)
d. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, efek samping dan alasan pengobatan
lama
e. Anjurkan klien untuk tidak merokok dan minum alcohol
f. Berikan inforamasi mengenai proses penyakit, prognosis, cara pencegahan dan
penularan
DAFTAR PUSTAKA

1. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Alih
bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 2007 (Buku asli diterbitkan tahun
1989)
2. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–surgical nursing.
8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2009 (Buku asli diterbitkan tahun
1996)
3. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2008
4. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2006
5. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 2007
6. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 2008
7. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2009

Anda mungkin juga menyukai