Anda di halaman 1dari 8

KULIAH LAPANGAN BUDIDAYA LAUT (OS3009)

BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN AIR PAYAU DAN LAUT

CIBALONG, GARUT SELATAN 9 NOVEMBER 2019

Tim Asisten :

Rosalita Elstefani 12915014

Dosen :

Dr. Susanna Nurdjaman, M.T.

Dayu Wiyati Purnaningtyas, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
BAB I
MODUL WAWANCARA
1.1 Tujuan
Tujuan dari praktik lapangan ini adalah sebagai berikut :
 Mengetahui proses kegiatan budidaya udang.

 Mengetahui proses monitoring budidaya udang.

1.2 Daftar Pertanyaan


Wawancara dilakukan di lokasi Balai Cibalong Garut. Berikut adalah daftar pertanyaan
yang harus didapatkan informasinya oleh peserta kuliah lapangan.
1. Cari tahu bagaimana prosedur kegiatan budidaya (komoditas ikan)? Perhatikan juga
aspek kebersihan, catat fasilitas yang tersedia.
2. Apakah ada musim untuk melakukan budidaya dalam setahun? Berapa kali siklus
budidaya (komuditas ikan) dalam setahun?
3. Bagaimana proses pemantauan budidaya (komoditas ikan)?
4. Bagaimana standar baku mutu untuk kondisi air budidaya (komuditas ikan)?
5. Bagaimana penanganan ketika kondisinya tidak sesuai dengan baku mutu?
6. Bagaimana pengelolaan air pra budidaya dan pasca budidaya? (perlakuan air dalam
kegiatan budidaya)
7. Target apa yang diharapkan dari budidaya (komuditas ikan)? Siapa saja target
utama hasil budidaya?
8. Apakah ada kendala yang sering dihadapi saat proses budidaya (komoditas ikan)
dari persiapan hingga panen? (seperti cuaca, kondisi air, penyakit dll.

1.3 Logsheet

Tabel 1.1 Logsheet Modul Wawancara

No Narasumber. Kelompok
Nama
Pekerjaan
1.
Pewawancara
Waktu
Tempat
Hasil
Nama
Pekerjaan
Pewawancara
2.
Waktu
Tempat
Hasil
Nama
Pekerjaan
Pewawancara
3.
Waktu
Tempat
Hasil
Nama
Pekerjaan
Pewawancara
4.
Waktu
Tempat
Hasil
Nama
Pekerjaan
Pewawancara
5.
Waktu
Tempat
Hasil
BAB II
MODUL KUALITAS AIR LAUT

2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari modul ini adalah:
1. Menentukan parameter-parameter kualitas air laut (temperatur, salinitas, DO, pH,
kecerahan, dan turbiditas)
2. Peserta mampu mengetahui kondisi kualitas air laut dan dapat menentukan status
kelayakan tambak sesuai baku mutu yang telah ditetapkan.

2.2 Teori Dasar


Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol (PP nomor 28
tahun 2017). Dalam kegiatan budidaya salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah
kualitas air. Dalam budidaya agar komodidas budidaya dapat berkembang secara optimal
kualitas air harus sesuai dengan baku mutu yang sesuai untuk setiap jenis komoditasnya.
Parameter - paramater yang diukur untuk mengetahui kondisi mutu air, yaitu oksigen terlarut
(DO), suhu air, derajat keasaman (pH), salinitas dan kekeruhan air.
Nilai pH adalah derajat keasaman yang diukur dari banyaknya ion H+ atau ion OH-
yang terlarut dalam air. pH tidak memiliki dimensi dan memiliki skala nilai dari 0 – 14.
Sesuatu dikatakan asam apabila pH bernilai kurang dari 7 dan bersifat basa ketika nilainya
lebih dari 7, sementara nilai 7 menunjukkan sifat netral.
DO atau dissolved oxygen adalah oksigen (O2) terlarut dalam air. DO merupakan salah
satu parameter untuk mengukur tingkat pencemaran air. Satuan DO dinyatakan dalam satuan
konsentrasi milligram per liter (mg/l).
Salinitas merupakan jumlah (gram) zat-zat terlarut dalam 1 kg air laut, dengan
anggapan bahwa semua karbonat-karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan iodida
diganti dengan khlor dan semua bahan-bahan organik telah dioksida secara sempurna.
Salinitas memiliki satuan permil (‰) atau psu (per salinity unit). Salinitas diukur berdasarkan
jumlah garam (dalam gram) yang terkandung dalam 1 kilogram air.
Temperatur adalah ukuran yang dipakai untuk menyatakan panas dan dinginnya suatu
benda. Terdapat beberapa satuan temperatur, yaitu Kelvin, Celcius, Reamur, dan Fahrenheit.
Konduktivitas merupakan kemampuan untuk menghantarkan listrik. Pada air laut,
konduktivitas berkaitan dengan kadar garam yang terkandung
2.3 Metodologi
 Alat untuk Pengukuran
Gambar Nama Alat Keterangan
Botol sampel Tempat penyimpanan
sampel air yang terbuat
dari plasik. Digunakan
untuk mengambil
sampel air permukaan.

Water Quality Meter Alat untuk mengukur


multiparameter kualitas
air ( temperatur,
salinitas, DO, dan lain-
lain)

Refraktormeter Alat pengukur kadar


garam (salinitas)

Pipet Alat untuk mengambil


sampel air dalam
volume kecil

Turbiditymeter Alat untuk mengukur


tingkat kekeruhan
Aquades Larutan H2O distilasi
untuk kalibrasi dan
untuk membersihkan
alat

Tisu Bahan untuk


membersihkan alat agar
pengukuran alat selalu
akurat

 Metode Pengukuran

1. Mengambil sampel air tambak ke dalam ember kecil.
2. Melakukan pengukuran dengan menggunakan Water Quality Meter,
Refraktometer, dan Turbiditymeter (Hanna).
3. Mencatat hasil pengukuran rata-rata pada Logsheet
 Penggunaan Alat
a. Water Quality Meter
1. Memasang sensor yang sesuai untuk mengukur parameter yang diinginkan
2. Masukkan sensor ke sampel air
3. Tunggu sampai pengukuran stabil
4. Catat nilai yang stabil
b. Refraktometer
1. Mengambil sampel air laut sebanyak 2-3 tetes dengan pipet, diteteskan pada
sensor dari refraktometer. Lalu tutup sensornya, kemudian arahkan
refraktometer ke arah cahaya.
2. Data dari refraktometer dibaca dengan cara mengintip refraktometer. Setelah
dibaca, sensor refraktometer dibersihkan kembali dengan aquades dan tissue.
3. Dengan menggunakan atau memanfaatkan indeks bias antara udara dengan
larutan refraktometer dapat mengukur kadar garam/salinitas air.
c. Turbiditymeter (Hanna)
1. Hidupkan alat dengan menakan tombol “ON/OFF”
2. Isi kuvet dengan sampel air yang ingin diketahui nilai Turbiditasnya (dalam NTU)
sampai pada garis 10 mL
3. Masukkan kuvet ke slot yang tersedia, lalu pasang penutup pada alat.
4. Tekan tombol “READ” dan tunggu beberapa detik
5. Nilai Turbiditas akan keluar
6. Catat nilai Turbiditas tersebut

2.4 Logsheet Pengukuran

Spesies Budidaya :

No Waktu Temperatur Salinitas Oksigen Terlarut Kekeruhan


DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kanisius.

Halide, H., A. Stigebrandt, M. Rehbein, and A.D. McKinnon. 2009. Deve-loping a decision
support system for sustainable cage aquaculture. J.Environmental Modelling & Soft-
ware, 24 (06):694-702.

Nonji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Philadelphia: W.B Sounders Company Ltd.

Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2017 tentang Pembudidayaan Ikan.

Putra, K. G. D. 2009. PetunjukTeknis Pemantauan Kualitas Air. Udayana University Press.


Bali.

Soedibjo, B.S. 2008. Analisis komponen utama dalam kajian ekologi. Oseana, 33(2):43-53.

Susanna. 2016. Slide Kualitas Air Laut. Program Studi Oseanografi Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai