Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan kuliah lapangan Taksonomi Hewan Invertebrata. Sebagaimana kita
ketahui, Taksonomi adalah suatu bidang studi yang luas yang mencakup keanekaragaman,
identifikasi, penamaan, klasifikasi, dan evolusi hewan.
Di dalam laporan ini akan dibahas identifikasi, klasifikasi dan penamaan suatu spesies
yang berada pada pantai Air Manis Padang. Dalam kegiatan ini kami dibimbing oleh dosen,
asisten dan pihak lainnya. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih banyak atas bimbingan
dan bantuan yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
mendapatkan kesempurnaan hasil laporan di masa yang akan datang. Kami juga
mengharapkan hasil laporan kami dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.

Padang, Desember 2016

Praktikan Kelompok 3B

JENIS JENIS HEWAN INVERTEBRATA DI PANTAI AIR MANIS KOTA PADANG,


SUMATERA BARAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hewan Invertebrata merupakan jenis hewan yang memiliki spesies paling banyak terdapat di
muka bumi. Dengan jumlah kira – kira mencapai 1 juta spesies atau 95 % dari jenis hewan
merupakan kelompok invertebrata, tentunya membutuhkan pengklasifikasian jenis hewan
tersebut untuk memudahkan mempelajarinya. Klasifikasi juga bertujuan mengetahui
kekerabatan satu organisme dengan organisme lainnya. Sehingga dapat menunjukkan tentang
evolusi kekerabatannya. Pengorganisasian sejumlah spesies menjadi kelompok-kelompok
yang dapat dimengerti disebut hierari taksonomi. Ilmu taksonomi menjadi penemuan penting
di dalam pengelompokan jenis hewan berdasarkan tingkat atau hierarki dan pemberian nama
(nomenklatur).
Taksonomi hewan invertebrata merupakan ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi
organisme dengan memberikan deskripsi serta penamaan organisme pada hewan invertebrata.
Dengan mempelajari Ilmu taksonomi hewan invertebrata, kita dapat mengenal jenis hewan
invertebrata berdasarkan klasifikasinya, mengetahui bentuk morfologi dan terminologinya,
mengetahui bentuk sistem dan organ penyusun hewan tersebut beserta fungsinya, serta
mengetahui manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur
morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang
punggung belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana
dibandingkan hewan invertebrata, dimensi tubuhnya kecil, sistem saraf dibawah saluran
pencernaan, hidup bebas, herbivora, carnivora, parasit, predator, dan ada yang bersifat
sebagai plankton, nekton, benthos diperairan. Hewan ini mulai dari bersel satu (protozoa)
sampai bersel banyak (metazoa).
Hewan invertebrata ini dibagi dalam beberapa filum yang sering kita temui dalam
kehidupan kita sehari-hari, diantaranya yaitu Filum Protozoa yang merupakan hewan bersel
satu yang hidup di dalam air, protozoa memakan tumbuhan dan hewan, protozoa berkembang
biak secara reproduksi vegetatif dengan cara membelah diri dan dengan cara generatif
konjugasi. Filum protozoa terbagi menjadi beberapa kelas, yaitu kelas hewan berambut getar
(Ciliata), kelas hewan berkaki semu (Rhizopoda), kelas hewan berspora (Sporozoa), kelas
hewan berbulu cambuk (Flagellata).
Pantai Air Manis, terletak di Kota Padang Sumatera Barat. Pantai Air Manis ini dijadikan
sebagai tempat objek wisata karena keindahan dan kekayaan akan hewan lautnya. Banyak
jenis hewan laut yang terdapat di Pantai Air Manis. Pantai Air Manis juga menjadi tempat
yang representative untuk kegiatan kuliah lapangan invertebrate dalam memenuhi tugas mata
kuliah sistematika hewan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kuliah lapangan sistematika hewan invertebrate adalah untuk
menginventarisasi seluruh jenis jenis hewan invertebrate yang terdapat di Pantai Air Manis,
kota Padang, Sumatera Barat dan untuk mengetahui cara pengoleksian di lapangan, cara
pensortiran, pengawetan dan identifikasi hewan invertebrate di laboratorium, mengenal cara
pembuatan laporan dan dapat mengenal morfologi, anatomi, serta klasifikasi beberapa kelas
dari hewan invertebrate.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zoologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang khusus membahas tentang hewan
dan kadang-kadang disebut juga ilmu biologi hewan, sedangkan biologi yang membahas
tentang tumbuhan disebut botani dan kadang-kadang disebut juga ilmu biologi tumbuhan.
Zoologi sebagai cabang ilmu biologi dan biologi merupakan salah satu ekspresi sains. Maka
dalam pengembangan zoologi atau pemecahan masalah zoologi menggunakan metode ilmiah.
Dalam membahas metoda ilmiah tidak dapat terlepas dari filsafat sains (Barnes, 1986).
Pengelompokan hewan menjadi invertebrata dan vertebrata merupakan
pengelompokan yang bersifat artifisial dan sebagai refleksi sejarah kekeliruan manusia secara
relatif. Suatu ciri dari kelompok hewan dahulu sering dipakai sebagai dasar untuk
memisahkan hewan dalam lingkup yang lebih luas. Berdasarkan logika yang sempit itu,
hewan invertebrata pernah dibagi menjadi kelompok Molusca dan non Molusca atau
Arthropoda dan non arthropoda. Pengelompokan yang terakhir nyaris tampak benar, karena
kebetulan hampir 85 % hewan invertebrata adalah arthropoda (Johnson, 1992).
Semua hewan yang ada di muka bumi ini berasal dari hewan-hewan pada zaman
Archeozoicum yang terdapat dalam air. Hal ini dapat dilihat dari fosil-fosil yang dijumpai,
sebagian dari hewan tersebut dalam perkembangannya pindah ke darat, tetapi sebagian tetap
dalam air, misalnya beberapa kelompok Coelenterata dan hampir semua filum Echinodermata
masih didalam air laut (Jenkins, 2002).
Arthropoda adalah kelompok hewan yang memiliki kaki yang beruas-ruas (Arthros =
berbuku-buku, poda =kaki). Tubuhnya terdiri dari kepala (caput), dada (toraks) dan perut
(abdomen). Pada tiap-tiap somit terdapat ganglion. Sifat kelamin dioseus, dan kebanyakan
metamorfosis. Sistem peredaran darah terbuka, darah tidak berfungsi mengangkut oksigen
dan hanya berfungsi untuk mengangkut zat makanan. Susunan saraf terdiri dari otak
sederhana dan tali saraf perut rangkap (Barnes, 1986).
Arthropoda dibagi menjadi empat kelas salah satu kelasnya adalah insecta. Tubuh
dapat dibedakan atas kepala, dada, dan perut. Pada kepala terdapat sepasang antena, mata
sederhana, mata majemuk, tipe mulut mengigit, mengunyah, menusuk, dan menghisap. Pada
dada umumnya terdapat 2 pasang sayap dan 3 kaki. Sudah mempunyai jantung, dan bernafas
dengan sistem trakea yang langsung berhubungan dengan jaringan tubuh.
Kelas insekta terdiri dari dua subfilum yaitu : Apterygota dan Pterygota. Sistem
ekskresi melalui saluran malpighi, lubang kelamin umumnya tunggal dan bermuara di ujung
perut. Umumnya ovipar dan pada stadium pradewasa terjadi metamorfosis yang dibedakan
atas ametabola, hemimetabola, dan holometabola. Habitatnya luas meliputi di darat, air tawar
dan hanya beberapa yang hidup di laut. Subfilum apterygota merupakan kelompok serangga
yang tidak bersayap dan tidak mengalami metamorfosis (Ametabola), pada ventral abdomen
terdapat appendage. Sedangkan pada subfilum pterygota merupakan serangga bersayap dan
mampu metamorfosis terdiri dari divisi exopterogyta dan endopterogyta. Berikut merupakan
ordo yang ada pada divisi exopterygota yang mempunyai ciri sayap berkembang di luar,
stadium pradewasa disebut larva dan nimpha. Terdiri dari : Ordo Orthoptera ( Sayap lurus ),
mempunyai dua pasang sayap lurus, sayap depan menutup sayap belakang. Tipe mulut
mengigit dan mengunyah, contohnya Valanga, Periplaneta, Blatta. Ordo Odonata ( capung –
capung kecil ). Mempunyai 2 pasang sayap, mata fecet besar, tipa mulut menggigit dan
mengunyah. Contohnya: Orthoterum, dan Pantala. Ordo Ephemeroyera ( Lalat), tubuh lunak,
tipe mulut dengan antena yang pendek. Mempunyai 2 pasang sayap yang membentuk
membran. Sayap depan lebih besar daripada sayap belakang, larva hidup di air. Contoh
Ephemera. Ordo Isoptera merupakan serangga sosial, mempunyai dua pasang sayap dengan
bentuk dan ukuran yang sama. Tipe mulut menggigit, contohnya Macotermes dan
Nasutitermes.
Ordo Hemiptera mempunyai dua pasang sayap, sayap depan sebagian tebal dan
sebagian lagi tipis seperti selaput. Ordo Homoptera, mempunyai 2 pasang sayap yang
tebalnya sama, tipe mulut menghisap dan menusuk. Contohnya: Nilaparvata lugen,
Nepothetix, Aphis fabae. Divisi endopterogyta (Holometabola), merupakan sayap
berkembang di dalam. Pada stadia pradewasa disebut larva atu pupa. Terdiri dari ordo yaitu :
Ordo Neuroptera, Mempunyai dua pasang sayap yang sama besar, pada sayap terdapat jalinan
sepert saraf, antena panjang. Ordo Coleoptera, mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan tebal
disebut elitra. Contohnya Oryctes ribocerous (kumbang kelapa). Ordo Diptera, mempunyai
sepasang sayap, sayap belakang berubah menjadi halter contoh : Drosophila melanogaster,
Anopheles sp. Ordo Hymenoptera merupakan bangsa semut lebah dan penyengat, contoh :
Apis cerana (lebah madu). Ordo Lepidoptera, sayap ditutupi oleh sisik yang halus, memiliki
probosis contoh : Eurema hecabe, Bombyx mori (ulat sutera).
Echinodermata dalam ekosistem berkedudukan sebagai hewan pemakan bangkai.
Semua jenisnya hidup di lautan, dewasa simetri radial, larva simetri bilateral, pergerakan
dilakukan dengan sistem pembuluh air kaki ambulakral (sistem ambulakral). Sistem saraf
terdiri dari cincin saraf, organ pernafasan dan ekskresi papula. Dibagi menjadi lima kelas
yaitu Asteroidea (bintang laut), Echinoidea (landak laut), Ophiuroidea (bintang ular laut),
Crinoidea (lilia laut) dan Holothuroidea (tripang/timun laut). Asteroidea (bintang laut),
mempunyai lengan sebanyak lima atau kelipatan lima. Pada lengannya terdapat duri-duri
tumpul dan juga duri-duri berbentuk catut yang disebut pediselaria misalnya Asyterias foberi
dan Linckia sp. Echinoidea (landak laut), berduri panjang dan tajam, misalnya Diadema
saxatile (landak laut). Ophiuroidea (bintang ular laut) tidak memiliki anus dan gerakannya
sangat cepat, misalnya Ophiolepsis sp. Crinoidea (lilia laut) sepintas lalu tampak seperti
tumbuhan. Pemukaan oral hewan ini menghadap ke atas (berbeda dengan echinodermata
lainnya), misalnya Ptilocrinus pinnatus. Holothuroidea (tripang/timun laut) memiliki daya
regenerasi sangat besar, merupakan echinodermata yang memiliki nilai ekonomi lezat
dimakan, misalnya Holothuria atra. Semua anggota filum ini hidup di air laut, mempunyai
kulit berduri dan simetri radial dan bergerak lamban dengan bantuan kaki tabung. Perluasan
dan penciutan dilakukan oleh gerakan air laut ke dalam dan ke luar dari sistem pembuluh air
(Jenkins, 2002).
Arachnida dapat dibagi menjadi tiga ordo yaitu Arachnoidea, Scorpionida dan
Acarina. Arachnoidea (kelompok laba-laba) misalnya Heteropoda venatoria (laba-laba
pemburu), Nephila maculata (kemlandingan), Latrodectus mactans (laba-laba janda hitam
beracun dan sengatannya dapat mematikan) dan Argiope aurantina (laba-laba kebun).
Scorpionida (kelompok kalajengking) dimana segmen terakhir abdomen merupakan kelenjar
racun telson. Pada mulut terdapat alat pencapit seperti catut pedipalpus dan semacam gigi
kelisera. Misalnya Thelyphonus condutus (kalajengking), Chelifer cancroides (kala yang
hidup di tumpukan buku-buku) dan Mastigoproctus giganteus (kalajengking raksasa).
Acarina (kelompok tungau dan caplak) memilki abdomen yang bersatu dengan sefalotoraks,
sebagian besar jenisnya hidup sebagai parasit. Misalnya Sarcoptes scabiei (caplak kudis,
penyebab penyakit kulit kudis (scabies = kudis)), Dermacentor andersoni (caplak pembawa
ricketsia penyebab demam (typus)), Dermacentor variabilis (caplak anjing) dan Psoroptes
ovis (tungau biri-biri)(Hikman, 1997).
Molusca disebut pula sebagai hewan bertubuh lunak. Dibagi menjadi lima kelas yaitu
Lamellibranchiata atau Pelecypoda atau Bivalvia. Hewan berkaki pipih, cangkok berjumlah
dua (sepasang) ada di bagian anterior dan umbo (bagian yang membesar/menonjol) terdapat
dibagian posterior (punggung). Cangkok tersusun dari zat kapur dan terdiri dari tiga lapisan,
yaitu periostrakum (luar), prismatik (tengah, tebal), nakreas (dalam, disebut pula sebagai
lapisan mutiara). Contoh jenis dari kelas tersebut adalah kerang-kerangan, misalnya Mytilus
viridis (kerang hijau), Anadara granosa (kerang darah), Asaphis derlorata (remis) dan ada
pula jenis yang lain yaitu Meleagrina margaritivera (kerang mutiara) (Hikman, 1997).
Cephalopoda mempunyai kaki yang terletak di kepala (Cephalus = kepala, poda =
kaki) contoh jenis dari kelas ini adalah Loligo indica (cumi-cumi). Mempunyai kantong tinta,
cangkang di dalam tubuh terbuat dari kitin. Mempunyai delapan tangan dan dua tentakel.
Sepia sp. (sotong) mempunyai kantong tinta, cangkang di dalam tubuh terbuat dari kapur.
Memiliki delapan tangan dan dua tentakel. Nautilus pampilus tidak memiliki kantung tinta,
cangkang terdapat di luar terbuat dari kapur. Octopus vulgaris mempunyai kantong tinta,
tidak memiliki cangkang dan mempunyai delapan tangan (Kekurt, 1961).
Protozoa adalah hewan bersel tunggal, tipe eukariot dengan berbagai tipe simetri
tubuh. Struktur tubuh sederhana sampai kompleks, umumnya mikroskopis. Berdasarkan alat
gerak protozoa dibagi menjadi empat kelas yaitu Rhizopoda (alat geraknya berupa kaki
semu), Flagellata(alat geraknya berupa kaki semu), Cilliata (alat geraknya bulu getar),
Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak yang khusus) dan Suctoria (waktu muda bergerak
dengan silia, setelah dewasa dengan pseudopodia atau tentakel). (Johnson, 1992)
Porifera adalah hewan multiseluler yang dikenal dengan nama spon. Tubuhnya
berpori mempunyai sistem saluran air, sistem saluran air bervariasi dan mempunyai 3 tipe
pencernaan yaitu ascon, sycon, rhagon. Anggota filum ini melakukan reproduksi secara
aseksual (pertunasan dengan gemmulae dan pembelahan) dan secara seksual (gametogami).
Berdasarkan spikulanya, hewan ini dikelompokkan menjadi 3 kelas :
1. Kelas Calcarea, bahan dasar spikulanya dari kapur. Contohnya Sycon
2. Kelas Hyalosongiae, vahan dasar spikulanya berasal dari garam silikat. Contohnya
Euplektella.
3. Kelas Demospongia, spikulanya terdiri dari serat sponging. Contohnya Plakina.
Spikula adalah duri-duri yang membentuk bagian penguat tubuhnya. (Barnes, 1986)
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kuliah lapangan Sistematika Hewan Invertebrata dilaksanakan pada hari Sabtu


tanggal 03 Desember 2016 di Pantai Air Manis Padang, Sumatera Barat.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kuliah lapangan ini adalah insect net,
pinset, kuas halus, pipet tetes, gunting, kapas, kotak dan kertas segitiga, botol koleksi, botol
pembunuh (killing bottle), aspirator, plastik ukuran ½ kg, label tempel, label gantung, ember
besar, saringan, eter/kloroform, alkohol 70%, dan formalin 4%. Sedangkan alat dan bahan
yang digunakan untuk perlakuan lebih lanjut terhadap sampel di laboratorium adalah papan
perentang, jarum pentul, kotak plastik, kertas minyak, lem kertas/lem fox, alkohol 70%, dan
oven/inkubator.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Cara kerja di Lapangan
3.3.1.1 Hewan Invertebrata Darat
Pengoleksian dilakukan dengan metode tangkap langsung menggunakan tangan dan
pinset, insect net. Hewan-hewan yang telah ditangkap dimasukkan ke dalam botol pembunuh
(killing bottle). Untuk jenis kupu-kupu (Lepidoptera) yang tertangkap, ditekan thoraksnya
kemudian diletakkan pada kertas segitiga dengan posisi sayap tegak dan posisi tubuh
terlentang lalu disimpan di dalam kotak segitiga. Untuk jenis capung atau Odonata yang
tertangkap, ditekan thoraksnya kemudian dimasukan ke dalam kertas segitiga. Untuk jenis
hewan invertebrata darat yang tidak terbang seperti belalang dapat dikoleksi dengan
menggunakan tangan dan pinset. Kemudian botol film yang telah diisi dengan alkohol 70%.
Pencatatan dilakukan pada setiap hewan yang telah dikoleksi. Semua sampel hewan
invertebrata yang didapatkan dibawa ke Laboratorium untuk diawetkan dan diidentifikasi.
3.3.1.2 Hewan Ivertebrata Laut
Pencarian terlebih dahulu dilakukan pada hewan invertebrata laut, pencariannya
dilakukan di sekitar pantai. Pengoleksian dilakukan dengan metode tangkap langsung
menggunakan tangan, pinset, dan saringan. Hewan yang ditangkap dimasukkan ke dalam
botol koleksi atau plastik, kemudian dilakukan pencatatan, antara lain nomor koleksi, waktu
dan tempat koleksi serta deskripsi morfologinya.
3.3.2 Cara kerja di Laboratorium

Pengolahan sampel yang dikoleksi dengan kertas segitiga yaitu Lepidoptera dan Odonata
diawetkan dengan menggunakan papan perentang dan pengovenan. Spesimen tersebut,
diletakkan pada papan perentang, rentangkan sayapnya dengan sempurna dan mengembang,
kemudian tusuk pada bagian dada dengan menggunakan jarum, pada bagian sayapnya ditutup
dengan kertas minyak lalu ditusuk dengan menggunakan jarum pada sisinya. Setelah itu,
spesimen kupu-kupu dimasukkan ke dalam oven. Untuk pengovenan dilakukan selama
beberapa hari. Selanjutnya, spesimen diberi label.

Pada belalang ditusuk bagian dada dengan menggunakan jarum, letakkan pada papan
perentang. Kemudian spesimen dimasukkan kedalam oven. Setelah itu spesimen tersebut
diberi label.

Spesimen laut selain kerang menggunakan larutan alkohol 70% untuk pengawetan
sementara kemudian diganti dengan larutan formalin 4%. Kemudian diberi label. Pada jenis
kerang, formalin dan alkohol tidak dibutuhkan lagi tetapi kerang tersebut hanya dibersihkan
atau digosok dengan menggunakan sikat agar bersih, lalu dikeringkan

Setelah semua spesimen diawetkan, langkah selanjutnya adalah pengidentifikasian


terhadap jenis spesimen yang diperoleh. Jika proses identifikasi telah selesai, maka semua
jenis spesimen disimpan. Spesimen yang ada di dalam botol koleksi diberi label.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
4.1.1 Hewan Darat
Tabel 1. Jenis Hewan Invertebrata darat

No
Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Coll

Arthropoda Insecta Orthopera Archididae Valanga Valanga sp

Arthropoda Insecta Hymenoptera

Arthropoda Insecta Odonata Libellulidae Pantalla Pantalla sp

Arthropoda Insecta Odonata Libellulidae Orthotetrum Orthotetrum sabina

Arthropoda Insecta Odonata Libellulidae Neurothermes Neurothermes sp

Arthropoda Insecta Lepidoptera Pieridae Applas Applas sp

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa jenis hewan invertebrata yang didapatkan pada
lokasi Pantai Air Manis, kota Padang, Sumatera Barat sebanyak 6 individu yang terdiri dari
Valanga sp, Pantalla sp, Orthotetrum sabina, Neurothermes sp, Applas sp dan satu spesies
dari ordo Hymenoptera

Ordo Lepidoptera mempunyai ukuran tubuh bermacam-macam berkisar antara 3-250


mm, alat mulut larva termasuk tipe penggigit, sedang pada hewan dewasa termasuk tipe
pengisap, biasanya tidak mempunyai mandibulla, maxillae bersatu membentuk proboscis
(pipa) yang berguna untuk mengisap cairan, mempunyai antena yang panjang, tubuh bersisik
atau berbulu (Otsuka, 1982).

Ordo Hymenoptera mempunyai ciri-ciri berupa alat mulut bertipe menggigit, menjilat,
bersayap 4 buah, ukurannya tubuh kecil, mengandung sedikit pembuluh darah dan terkunci
pada waktu terbang, hewan betinanya dapat menyengat, larva serupa dengan ulat atau tidak
mempunyai kaki, pupa umumnya terdapat di dalam coccon, melakukan metamorfosis
sempurna, sebahagian besar ordo ini hidup secara soliter, tapi ada beberapa yang hidup secara
sosial dan berkoloni, dan ordo ini beranggotakan 103.000 spesies yang salah satunya adalah
semut (Lowrence, 1991).
Menurut Speight et al. (1999), Ordo Hymenoptera tersebar di semua vegetasi
pertanian, hutan atau tempat-tempat lain yang terdapat sumber makanan bagi serangga ini
seperti vegetasi tanaman berbunga dan kebun sayuran. Kebanyakan dari ordo ini aktif pada
hari yang cerah untuk mencari serangga inang, serbuk sari dan nektar, atau mengumpulkan
bahan-bahan untuk membuat sarang. Beberapa spesies seperti parasitoid dapat aktif malam
hari, jika serangga inang mereka aktif pada malam hari.

Ordo Orthoptera mempunyai ciri-ciri yaitu ukuran tubuhnya cukup besar, alat
mulutnya menggigit, sayap depan agak sempit dan berasal dari bahan perkamen dan bervena,
sebagian besar pemakan tanam-tanaman, ordo ini mempunyai anggota 23.000 spesies misalya
belalang atau jengkerik (Arthur, 1992).

Ordo odonata. Odonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai
besar dan seringkali berwarna menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar hidupnya
untuk terbang. Capung juga memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap, dan
memiliki pembuluh darah jala. Selain itu capung juga memiliki antenna pendek yang
berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk
yang besar, abdomen panjang dan langsing (Borror et al., 1992).

Capung terdapat didataran rendah dan dataran tinggi sampai 2.800mdpl.


Penyebarannya luas dari Birma sampai Irian dan Papua Nugini. Mungkin juga di seluruh
bagian tropika. Sebelum menjadi dewasa, capung hidup sebagai kini-kini di lingkungan air
tergenang atau yang mengalir lamban, yang ditumbuhi rerumputan, misalnya daun, kolam,
genangan sawah yang belum ditanami dan tepi sungai yang mengalir lamban (Anonymous,
2007). Pada kuliah lapangan, capung ini kamitemukan di tepi-tepi jalan, hinggap di dedaunan
ataupun ranting tanaman.
Capung dewasa sangat mudah dikenal, sayapnya ramping, bentuk selaput dengan
venanya yang banyak. Mata majemuk besar dengan ommatidia yang banyak dan hampir
menutupi sebagian besar kepalanya. Antenenya sangat kecil seperti bulu. Abdomen panjang
bentuk selinder/langsing. Sersi terdiri dari satu ruas dan berfungsi sebagai organ
clasping/jepitan pada capung jantan. Tipe mulut mengunyah (chewing type)
(Campbell,2003).

Tabel 2. Jenis hewan invertebrata Laut


No
Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Coll

Coelenterata Pocillopora
ch Anthozoa Sceleractina Acroporidae Pocilllopora
damicornis

Coelenterata Anthozoa Sceleractina Acroporidae Pocilllopora Pocillopora sp.

Coelenterata Anthozoa Sceleractina Acroporidae Acropora Acropora sp.

Coelenterata Anthozoa Sceleractina Acroporidae Acropora Acropora sp.

Coelenterata Anthozoa Sceleractina Acroporidae Mantipora Mantipora sp.

Coelenterata Anthozoa Sceleractina Faviidae Favites Favites sp.

Molusca Gastropoda Neotaenioglossa Cypranidea Cypraea Cypraea sp.

Molusca Gastropoda Archaegastropoda Turbinidae Turbo Turbo sp.

Coledoniella
Molusca Gastropoda Naticidae Coledoniella
montrouziere

Anadonta
Molusca Pelecypoda Eulamellibranchia Unionidae Anadonta
woodina

Molusca Gastropoda Acridae Anadara Anadara pilula

Arthopoda Crustacea Decapoda Cransidae Cancer Cancer sp.

Arthopoda Crustacea Decapoda Cransidae Cancer Cancer sp.

Echinodermata Holothuroidea Aspidochirota Holothuriidae Holothuria Holothuria sp.

Echinodermata Ophiuroidea Ophiurae Opiothridae Opiothrix Opiothrix sp.

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis hewan invertebrata laut yang didapatkan pada
lokasi Pantai Air Manis, kota Padang, Sumatera Barat sebanyak

Ordo Scelerechtina mempunyai ciri-ciri yaitu mampu mensekresikan CaCO3 dan


hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang
batu merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu.
Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut
polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas (Juana,
2001).

Ordo Madreporaria mempunyai ciri-ciri yaitu susunan tubuh pada prinsipnya sama
dengan anemone / metridium. Bagian entorderm mensekresikan zat kapur yang berfungsi
sebagai kerangka. Kerangka ini disebut Calcareous Skeleton atau Coral yang berwarna : putih
(pada umumnya) dan merah. Pembentukan kerangka : Mula-mula pada pangkal dimana
hewan itu melekat, dengan membentuk kuncup, kemudian kuncup tumbuh lagi sehingga
akhirnya membentuk koloni yang bercabang-cabang. Contoh : Acropora yang berbentuk
koloni bercabang-cabang seperti pohon, stylopora yang berbentuk melekuk-lekuk dan fungia
yang berbentuk seperti janin (Beckett, 1996).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari kuliah lapangan yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:

1. Dari kuliah lapangan invertebrata ini, spesimen darat yang didapatkan adalah Valanga
sp, Pantalla sp, Orthotetrum sabina, Neurothermes sp, Applas sp dan satu spesies dari
ordo Hymenoptera

2. Spesimen laut yang paling banyak didapatkan adalah dari filum colenterata kelas
arthozoa
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan dalam kuliah lapangan sistematika Hewan
Invertebrata adalah Diharapkan kepada praktikan selanjutnya,agar mengikuti kuliah
lapangan dengan sungguh-sungguh sehingga didapatkan hasil yang diharapkanSampel
sebaiknya diidentifikasi 2 atau 3 hari setelah kuliah lapangan sehingga sampel yang
akan identifikasi belum terlalu rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, Alex. 1992. Arthropoda : Seri Eyewitness. Jakarta : PT Saksama.


Beckett, B. 1996. Coordinated Science Biology 2nd. Oxford University Press.
Campbell, N.A. 2005. Biologi Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga.
David and Jennifer George. 1979. Marine Life : an illustrated Encyclopedia of Invertebrata
in the Sea. Melbourne : Lionel Leventhal.
Habe, T. 1968. Shells of The Western Pasific in Color Volume II. Hoikusha Publishing. CO.
LTD.
Harris, C.L. 1992. Concept in Zoology. New York : Harper Collin Publisher, Inc.
Jasin, M. 1984. Zoologi Invertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Sinar Wijaya.
Juana, Sri. 2001. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Kastawi, Yusuf, dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Jica: Malang.
Kastoro, W. 1977. Mollusca. Pawarta Oceana. LONLIPI : Jakarta.
Kimball, John, W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Kira, T. 1965. Shells of the Western Pasific in Color Volume I. Hoikusha Publishing. CO.
LTD.
Lowrence and Britton. 1991. The Insect of Australia Second Edition II. Australia :
Melbourne University Press.
Marshall, A. J and W. D. Williams. 1972. Text Book of Zoology Invertebrata. English
Language Book Society and Mc. Millan.
Oliver, A.PH. 1975. Shells of the World. London : Hamlyn.
Otsuka, K. 1982. Buterflyes of Borneo Vol. I. Tokyo : Tobishima Cooporation.
Purchon, R. D. 1977. The Biology of Mollusca. Pergamon Press Oxford. New York.
Ross, H, H. A. Ross and J. R. P. Ross. 1982. A Text Book of Entomology. Fourth Edition. John
Willey and Sons. Singapura.
Sianipar, Prowel. 2010. Mudah dan Cepat Menghafal Biologi. Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher
Smart, T. 1991. The Illustrated Encyclopedia of the Buterfly Wold. Tiger Book International
PLC. London.
Suhardi. 1983. Ekologi Avertebrata. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Yasin, Maskoeri. 1987. Sistematik Hewan. Surabaya : Sinar Wijaya.

Anda mungkin juga menyukai