Kutu Putih
Kutu Putih
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pepaya merupakan salah satu tanaman yang digemari oleh seluruh lapisan
tahun terakhir pepaya termasuk dalam kelompok lima besar produksi buah-
Pada beberapa daerah di Indonesia telah ditemukan ada serangan kutu putih
Hortikultura, 2008).
oleh petani dan petugas pengamat hama pada tahun 2008. Serangan
P. marginatus ditemukan pada tanaman pepaya dan beberapa jenis tanaman
Barat, Banten, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Bali.
Hortikultura, 2008).
2009, banyak tanaman pepaya yang terserang baik secara ringan maupun
Bandar Lampung terserang hama kutu putih ini. Berdasarkan hasil observasi
Panjang, Rajabasa, Tanjung Senang, dan Tanjung Karang Barat (Susilo dkk,
2009).
dkk, 2009).
secara rutin sebagai upaya preventif dan kontrol terhadap hama. Untuk
alaminya, namun musuh alami kutu ini belum ditemukan di Indonesia (Sobir,
dan Rizal, 2002). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai
Tukimin dan Rizal (2002) ekstrak air tanaman ini yang dicampurkan dengan
detergen dan minyak tanah dapat menekan hama kutu daun kapas setelah 24
jam penyemprotan dan mampu membunuh hama kutu daun sebesar 70%
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Homoptera
Famili : Pseudococcidae
Genus : Pseudococcus
Telur menetas setelah 6-20 hari. Peletakan telur berlangsung selama 1 atau
2 minggu kemudian kutu betina mati. Nimfa muda menghisap cairan dari daun
atau buah. Kutu putih bergerak lambat (Metcalf dan Flint, 1992).
memerlukan waktu 1-4 bulan. Bentuk kutu elips, berwarna coklat kekuningan,
panjang ±3 mm, tertutup dengan massa putih seperti lilin yang bertepung.
mdpl. Hidup secara koloni di bawah tanah dan kadang ditemukan di permukaan
buah. Siklus hidup kutu ini sekitar 20-40 hari. Induk betina menghasilkan telur
Gejala Serangan
orang, maupun terbawa serangga lain dan terbawa burung. Keberadaan kutu yang
cukup tinggi dan bersifat polipag mempunyai potensi menyebar yang sangat
cepat. Disamping itu, dari sifat biologisnya yang merusak tanaman dengan cara
khlorosis, kerdil, malformasi daun, daun muda dan buah rontok, banyak
tanaman. Dengan demikian kutu putih ini memiliki potensi dapat merugikan
Hama ini merusak dengan cara mengisap cairan tanaman. Kuncup bunga
dan buah muda yang diserang menjadi kering karena kehabisan cairan. Buah yang
menghisap cairan kelopak bunga, tunas atau buah muda. Kutu dewasa
(Kuntarsih, 2005).
dapat menarik semut hitam dan menyebabkan timbulnya jelaga pada buah.
Walaupun rasa buah kurang terpengaruh, kulit buah yang kotor menyebabkan
- Mengurangi kepadatan tajuk agar tidak terlalu rapat dan saling menutupi;
Cara kimiawi
- Menyemprot dengan insektisida dan fungisida yang efektif dan terdaftar (bila
tanaman. Insektisida jenis ini termasuk insektisida yang paling tua dan banyak
sulit untuk menentukan jenis komponen yang paling berperan sebagai pestisida.
Kematian hama akibat dari penggunaan nimba terjadi pada pergantian instar-instar
berikutnya atau pada proses metamorfosis. Nimba tidak membunuh hama secara
cepat, tetapi berpengaruh terhadap hama pada daya makan, pertumbuhan, daya
Biji dan daun nimba mengandung beberapa jenis metabolit sekunder yang
serangga, penolak makan (antifeedant), dan repelen bagi serangga. Metabolit lain
serangga dapat terjadi dalam beberapa hari, tergantung dari stadia dan siklus
hidup serangga target. Akan tetapi, apabila termakan dalam jumlah kecil saja
insektisida dari azadirachtin ini umumnya terjadi antara 7-10 hari atau lebih lama
serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan
simpan mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang dikandung
azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin, dan nimbidin. Semua zat aktif tersebut
aman dikonsumsi oleh manusia dan mampu membunuh bakteri serta mikroba
biji mahoni dengan konsentrasi 3% sangat efektif untuk mengendalikan kutu daun
(Macrosiphoniella sanborni) pada tanaman krisan. Larutan ini dibuat dengan cara
mencampurkan 3 gram biji mahoni dalam 100 ml air, kemudian dihaluskan
dengan blender. Cairan kemudian disaring dan dapat disemprotkan pada daun
krisan yang terserang. Tingkat mortalitas yang dihasilkan bisa mencapai 90%
Flavonoid dapat menimbulkan kelayuan pada saraf serta kerusakan pada spirakel
yang mengakibatkan serangga tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Saponin
menunjukkan aksi sebagai racun dan antifeedant pada kutu Lepidoptera, kumbang
(Rosyidah, 2007).
dan direbus selama 5 menit memiliki aktifitas insektisida terhadap hama pengisap
(Rachmawati, 2010).
nimba, jarak kepyar pada pertanaman lada di Bangka dapat mengurangi populasi
kutu putih. Penggunaan ekstrak air tembakau (10 g/l), mimba (50 g/l),
makhluk tersebut tidak mati. Lewat batas tersebut akan menimbulkan kematian
pada makhluk hidup yang diuji. Proses kematian akan semakin cepat dengan
Kapur (Kitosan)
Perkembangan kesehatan akibat residu pestisida pada buah dan sayur telah
pengendalian secara biologi. Salah satu bahan alami yang telah direkomendasikan
adalah kitosan yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin cangkang kepiting atau
kimiawi, kitosan bersifat merangsang respon resistensi pasca panen pada jaringan
senyawa turunan kitin mempunyai lebih banyak keunggulan bila ditinjau dari segi
(Subadiyasa, 1997).
Kitosan merupakan produk hasil turunan kitin dengan rumus Nasetil- D-
sekitar 2000-3000 monomer dan tidak toksik Kitosan umumnya dibuat dari
limbah hasil industri perikanan, seperti udang, kepiting dan rajungan, yaitu dari
bagian kepala, kulit ataupun karapas. Larutan kitosan berfungsi sebagai edible
masa simpan dengan cara menahan laju respirasi, transmisi, dan pertumbuhan
pencernaan hama dan secara perlahan akan mematikan hama. Kitosan selain
rajungan juga mudah didapatkan sehingga sumber daya lokal yang selama ini
dimiliki dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan kimia (Zakiah, et al., 2007)
buah, tetapi juga dilaporkan mampu berfungsi sebagai biofungisida. Karena peran
gandanya ini, dan diklaim 100% aman bagi kesehatan, perannya di bidang
penggunaannya sebagai pelapis buah (fruit coating) pada buah-buah tropis sulit
Dalam industri pangan, kitin dan kitosan bermanfaat sebagai pengawet dan
penstabil warna produk. Secara kimia kitin adalah molekul besar (polimer).
Senyawa ini tidak dapat disintesis secara kimia dan tersusun oleh satuan molekul
memperoleh kitosan. Struktur ini memiliki fungsi yang lebih bervariasi beberapa
contoh aplikasi kitin dan kitosan dalam bidang nutrisi (suplemen dan sumber
minuman), medis (mengobati luka, contact lens, membran untuk dialisis darah,
antitumor), kesehatan kulit dan rambut (krim pelembab, hair care product),
fungisida) lain-lain (proses finishing kertas dan menyerap warna pada produk cat)
(Suhartono, 2006).