Anda di halaman 1dari 43

[Type text]

LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH


TAHUN 2012

BUKU III:
Pembangunan Berdimensi Kewilayahan

DIPERBANYAK OLEH :
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
[Type text]
LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA KERJA PEMERINTAH
TAHUN 2012

BUKU III :
Pembangunan Berdimensi Kewilayahan
DAFTAR ISI

BAB I
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
TAHUN 2010-2014
1.1 Pendahuluan ----------------------------------------------------------------------------- III.1-1
1.2 Gambaran Kesenjangan Wilayah ----------------------------------------------------- III.1-2
1.2.1 Perekonomian Wilayah ------------------------------------------------------- III.1-2
1.2.2 Kesejahteraan Sosial dan Kependudukan --------------------------------- III.1-3
1.2.3 Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ------------------------------- III.1-3
1.2.4 Sarana dan Prasarana --------------------------------------------------------- III.1-5
1.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Tahun 2010-2014 ---- III.1-6
1.4 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Tahun 2012 --------------------------- III.1-8
1.4.1 Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Besar ------------------------------ III.1-9
1.4.2 Pengembangan Wilayah Laut------------------------------------------------ III.1-16
1.4.3. Pengembangan Kawasan ----------------------------------------------------- III.1-19
1.5 Percepatan Pembangunan Wilayah -------------------------------------------------- III.1-23
1.6 Sasaran Pembangunan Tahun 2012 ------------------------------------------------- III.1-24
1.6.1 Sasaran Pembangunan Nasional -------------------------------------------- III.1-24
1.6.2 Sasaran Pembangunan Provinsi -------------------------------------------- III.1-24
1.7 Keterkaitan Antarwilayah ------------------------------------------------------------- III.1-25

BAB II
PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA
TAHUN 2012
2.1 Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini -------------------------------------------------- III.2-1
2.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sumatera ------------------------- III.2-5
2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sumatera --------------- III.2-7
Lampiran
 Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Sumatera
 Peta Koridor Ekonomi Sumatera
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

i
BAB III
PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI
TAHUN 2012
3.1 Kondisi Wilayah Jawa-Bali Saat Ini--------------------------------------------------- III.3-1
3.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Jawa-Bali ------------------------- III.3-4
3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali --------------- III.3-6
Lampiran
 Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Jawa Bali
 Peta Koridor Ekonomi Jawa
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
 Peta Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

BAB IV
PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN
TAHUN 2012
4.1 Kondisi Wilayah Kalimantan Saat Ini ------------------------------------------------ III.4-1
4.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Kalimantan ----------------------- III.4-4
4.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kalimantan ------------ III.4-7
Lampiran
 Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Kalimantan
 Peta Koridor Ekonomi Kalimantan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

BAB V
PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI
TAHUN 2012
5.1 Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini --------------------------------------------------- III.5-1
5.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sulawesi -------------------------- III.5-4
5.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sulawesi ---------------- III.5-6
Lampiran
 Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Sulawesi
 Peta Koridor Ekonomi Sulawesi
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

ii
BAB VI
PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA
TAHUN 2012
6.1 Kondisi Wilayah Nusa Tenggara Saat Ini-------------------------------------------- III.6-1
6.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara ------------------ III.6-3
6.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara -------- III.6-6
Lampiran
 Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Nusa Tenggara
 Peta Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

BAB VII
PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU
TAHUN 2012
7.1 Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini ----------------------------------------------------- III.7-1
7.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Maluku ---------------------------- III.7-4
7.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Maluku ----------------- III.7-6
Lampiran
 Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Maluku
 Peta Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

BAB VIII
PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA
TAHUN 2012
8.1 Kondisi Wilayah Papua Saat Ini------------------------------------------------------- III.8-1
8.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua ----------------------------- III.8-4
8.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua ------------------- III.8-6
Lampiran
 Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Papua
 Peta Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

iii
BAB IX
KAIDAH PELAKSANAAN
9.1 Sinergi antara Pusat-Daerah dan Antar Daerah ----------------------------------- III.9-1
9.1.1 Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan ------------------------ III.9-1
9.1.2 Sinergi dalam Kerangka Regulasi ------------------------------------------- III.9-1
9.1.3 Sinergi dalam Kerangka Anggaran ----------------------------------------- III.9-2
9.1.4 Sinergi dalam Kerangka Kelembangaan dan Aparatur Daerah-------- III.9-3
9.1.5 Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah ----------------------- III.9-3
9.2 Penguatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat ------------------ III.9-3
9.2.1 Urgensi Penguatan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
----------- ----------------------------------------------------------------------------------- III.9-4
9.2.2 Pelaksanaan -------------------------------------------------------------------- III.9-5
9.3 Kaidah Sinergi Antarsektoral, AntarPusat-Daerah dan AntarDaerah --------- III.9-10

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Target Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan


Wilayah (Dalam Persen) -----------------------------------------------------------------III.1-26
Tabel 2.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Sumatera ----------------------------------III.2-4
Tabel 2.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran
Di Wilayah Sumatera Tahun 2012 -----------------------------------------------------III.2-6
Tabel 2.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama
Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Sumatera Tahun 2012 --------III.2-7
Tabel 2.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sumatera
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------------III.2-9
Tabel 3.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Jawa-Bali-----------------------------------III.3-2
Tabel 3.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran
Di Wilayah Jawa-Bali Tahun 2012 ------------------------------------------------------III.3-6
Tabel 3.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama
Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Jawa-Bali Tahun 2012------ --III.3-6
Tabel 3.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------------III.3-9
Tabel 4.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Kalimantan --------------------------------III.4-2
Tabel 4.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran
Di Wilayah Kalimantan Tahun 2012 ---------------------------------------------------III.4-6
Tabel 4.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama
Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Kalimantan Tahun 2012----- III.4-6
Tabel 4.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kalimantan
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------------III.4-9
Tabel 5.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Sulawesi -----------------------------------III.5-2
Tabel 5.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran
Di Wilayah Sulawesi Tahun 2012 ------------------------------------------------------III.5-6
Tabel 5.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama
Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Sulawesi Tahun 2012------- --III.5-6
Tabel 5.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sulawesi
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------------III.5-9
Tabel 6.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara----------------------------III.6-2
Tabel 6.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran
Di Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2012 -----------------------------------------------III.6-5
Tabel 6.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama
Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Nusa Tenggara
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------------III.6-5
Tabel 6.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------------III.6-9
v
Tabel 7.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Maluku -------------------------------------III.7-4
Tabel 7.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran
Di Wilayah Maluku Tahun 2012 --------------------------------------------------------III.7-5
Tabel 7.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama
Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Maluku Tahun 2012 ----------III.7-5
Tabel 7.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Maluku Tahun 2012----III.7-8
Tabel 8.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Papua ---------------------------------------III.8-2
Tabel 8.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran
Di Wilayah Papua Tahun 2012 ----------------------------------------------------------III.8-6
Tabel 8.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama
Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Jawa-Bali Tahun 2012------ --III.8-6
Tabel 8.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------------III.8-9

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gambaran Kesenjangan Perekonomian Antarwilayah------------------------- - - III.1-2


Gambar 1.2 Gambaran Kesenjangan Sosial dan Kependudukan
Antarwilayah------ --------------------------------------------------------------------- - III.1-3
Gambar 1.3 Gambaran Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Antarwilayah--- ------------------------------------------------------------------------ - III.1-4
Gambar 1.4 Gambaran Kesenjangan Sarana dan Prasarana
Antarwilayah--------- ------------------------------------------------------------------ - III.1-5
Gambar 1.5 Pengembangan Enam Koridor Ekonomi -------------------------------------------- III.1-7
Gambar 1-6 Penjabaran Tema RKP 2012 Dalam Rencana Pembangunan
Berdimensi Kewilayahan -------------------------- ----------------------------------- - III.1-9
Gambar 1-7 Sinkronisasi Rencana Pembangunan Wilayah dengan Pembangunan
Sektor-------------------------------------------------------------------------------------- - III.1-29

vii
BAB I
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
TAHUN 2010-2014
BAB I
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
TAHUN 2012

1.1. Pendahuluan
Berbagai keberhasilan pembangunan selama ini telah membuahkan hasil bagi
kemajuan setiap wilayah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, dengan latar
belakang struktur demografi, geografis, infrastruktur dan ekonomi yang tidak sama, serta
kapasitas sumber daya manusia yang berbeda, menyebabkan masih adanya kesenjangan
kinerja pembangunan antarwilayah yang selanjutnya perbaikan kesejahteraan masyarakat
tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah. Isu-isu terkini yang berkembang serta
menjadi bahan pertimbangan didalam proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2012 diantaranya adalah: (1) Perlunya upaya penguatan ketahanan pangan (dalam
upaya menjaga ketersediaan bahan pokok) dan energi; (2) Percepatan pengurangan
kemiskinan; (3) Perlunya upaya untuk meningkatkan keterlibatan semua pemangku
kepentingan didalam proses pembangunan; (4) Perlunya meningkatkan nilai tambah
pemanfaatan potensi dan peluang sumberdaya alam, bonus demografi, relokasi industri,
dan pasar domestik yang besar; serta (5) Implementasi upaya-upaya pembangunan
berkelanjutan. Dengan memperhatikan berbagai isu yang berkembang tersebut serta
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 maka telah
ditentukan tema RKP 2012 yaitu “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi
yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”.
Prioritas pembangunan nasional yang akan mendukung pelaksanaan RKP Tahun
2012 masih akan bertumpu pada 11 Prioritas Nasional yaitu: (1) Reformasi Birokrasi dan
Tata Kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan Kemiskinan; (5)
Ketahanan Pangan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim Investasi dan Usaha; (8) Energi; (9)
Lingkungan Hidup dan Bencana; (10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluas, dan Pasca
Konflik; (11) Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, serta 3 Prioritas Lainnya
yaitu: (1) Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; (2) Bidang Perekonomian dan; (3) Bidang
Kesejahteraan Rakyat, sebagaimana telah tertuang didalam RPJMN 2010-2014. Pencapaian
prioritas nasional tersebut akan diselaraskan dengan program Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (P3EI) yang dilaksanakan melalui four track strategy
yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment dan pengembangan program-
program percepatan pengurangan kemiskinan yaitu: Klaster 1 (pertama) Program Bantuan
Sosial Berbasis Keluarga, Klaster 2 (kedua) Program Pemberdayaan Masyarakat, Klaster 3
(ketiga) Program Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro, serta Klaster 4 (keempat)
Program Pro Rakyat.
Buku III Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012 Pembangunan Berdimensi
Kewilayahan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan prioritas yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah di setiap
wilayah yang untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional tahun 2012.
Pengembangan wilayah didasarkan pada pembagian 7 (tujuh) wilayah, yaitu: Sumatera,
RKP 2012 III.1-1
Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Penyusunan program
dan kegiatan prioritas didalam RKP Buku III Tahun 2012 menitikberatkan kepada sinergi
pusat-daerah dengan mempertimbangkan berbagai hal, yaitu: (1) keterkaitan antarwilayah
dari segi sosial, ekonomi, budaya dan politik sebagai perwujudan wawasan nusantara
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, (2) potensi dan isu strategis di
setiap wilayah, (3) tujuan dan sasaran pembangunan setiap wilayah sesuai dengan tujuan
dan sasaran RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014, (4) strategi dan arah kebijakan
dengan memperhatikan rencana tata ruang pulau dan pola pemanfaatan ruang yang
optimal, serta (5) memperhatikan keterkaitan lintas sektor dan lintas wilayah secara lebih
efektif dan efisien.

1.2. Gambaran Kesenjangan Wilayah

1.2.1. Perekonomian Wilayah


Wilayah Jawa Bali menjadi pusat kegiatan ekonomi dengan sumbangan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 59 persen dan wilayah Sumatera sekitar 23,2
persen, sementara sumbangan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua hanya sekitar 17 persen. Tingginya PDRB Wilayah Jawa-Bali, dan Sumatera
disebabkan oleh perkembangan aktivitasnya yang cukup pesat dan dukungan ketersediaan
sarana dan prasarana penunjang aktivitas yang cukup memadai dibandingkan wilayah
lainnya yang masih mengandalkan ketersediaan sumberdaya alam, sedangkan sektor
sekunder dan tersier perkembangannya relatif lambat.

GAMBAR 1.1
GAMBARAN KESENJANGAN PEREKONOMIAN ANTARWILAYAH

Sumber : Badan Pusat Statistik

III.1-2 RKP 2012


1.2.2. Kesejahteraan Sosial dan Kependudukan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, penyebaran penduduk terkonsentrasi di
wilayah Jawa dan Bali yaitu sebesar 59,1 persen, diikuti wilayah Sumatera sebesar 21,3
persen, sementara konsentrasi penduduk terendah di wilayah Maluku sebesar 1 persen.
Sementara itu, distribusi tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan antarwilayah pada
tahun 2010 menunjukkan konsentrasi tingkat pengangguran dan kemiskinan di wilayah
Sumatera dan Jawa-Bali. Oleh karena itu, pengentasan kemiskinan dan pengangguran perlu
difokuskan pada kantong-kantong pengangguran dan kemiskinan di tiap wilayah.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan peningkatan yang
cukup pesat dan sebagian besar berada di Bagian Timur Indonesia. Meskipun demikian,
perkembangan IPM di wilayah timur Indonesia masih reatif tertingal dibandingkan wilayah
barat Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan peningkatan kualitas manusia perlu
diprioritaskan di wilayah timur Indonesia.

GAMBAR 1.2
GAMBARAN KESENJANGAN SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN ANTARWILAYAH

Sumber : Badan Pusat Statistik

1.2.3. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup


Sebaran lahan kritis paling besar berada di wilayah Kalimantan sebesar 35,88
persen dan wilayah Sumatera sebesar 33,29 persen. Sedangkan sebaran luas lahan kritis
paling rendah berada di wilayah Maluku dan Jawa Bali sebesar 3,09 persen dan 4,49
persen. Potensi sumber energi untuk tiap wilayah di Indonesia sangat beragam baik yang

RKP 2012 III.1-3


berasal dari energi fosil maupun energi non-fosil (energi terbarukan). Wilayah Nusa
Tenggara adalah satu-satunya wilayah yang relatif tidak memiliki energi fosil sehingga
memiliki potensi untuk menjadi daerah yang menerapkan konsep pembangunan
berwawasan lingkungan. Selain itu untuk wilayah Indonesia Timur (terutama Papua dan
Maluku) memerlukan perhatian dan perlakuan yang khusus mengingat kondisi topografi
yang cukup sulit untuk melaksanaan pembangunan serta kecenderungan pusat beban yang
jauh dari sumber energi

GAMBAR 1.3
GAMBARAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP ANTARWILAYAH

Persentase
LahanKritis
Sumatera (2007)
33,29%

PersentaseLahan
Kritis Kalimantan PersentaseLahan
(2007): 35,88% Kritis Sulawesi
PersentaseLahan
(2007) : 7,99%
Kritis Maluku
(2007) : 3,09%

Persentase
LahanKritis Persentase
Jawa Bali LahanKritis
(2007): 4,49% Nusa Tenggara PersentaseLahan
(2007): 6,74% Kritis Papua
(2007): 5,88%

Sumber : 1. Statistik Kehutanan, Kementerian Kehutanan


2. Rencana Umum Kelistrikan Nasional (RUKN) 2008-2027
Keterangan : *) tidak termasuk potensi di Jawa Barat,

III.1-4 RKP 2012


1.2.4. Sarana dan Prasarana
Panjang jalan nasional dengan kondisi mantap secara persentase lebih besar berada
di wilayah Sumatera, Jawa-Bali dan Sulawesi. Sementara, wilayah lainnya, kondisi jalan
mantap masih berada dibawah 75 persen. Meskipun demikian, kondisi jalan mantap di
wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Sedangkan berdasarkan rasio elektrifikasi, wilayah Sumatera, Jawa-Bali,
Kalimantan dan Maluku sudah mencapai di atas 60 persen. Wilayah Sulawesi mencapai 59
persen. Sedangkan wilayah Nusa Tenggara dan Papua masih sangat rendah yaitu sekitar 33
dan 30 persen. Jaringan irigasi terluas masih terdapat di wilayah Jawa Bali (44 persen),
yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara daerah irigasi terluas
di luar wilayah Jawa berada di Provinsi Sulawesi Selatan Lampung, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat, Sumatera Utara dan NAD. Dari total 7,47 juta daerah irigasi diseluruh
Indonesia, hanya sekitar 11 persen yang ketersediaan airnya dijamin melalui waduk,
sedangkan selebihnya masih mengandalkan debit sungai baik melalui bending ataupun free
intake.

GAMBAR 1.4
GAMBARAN KESENJANGAN SARANA DAN PRASARANA ANTARWILAYAH

Sumber : Subdit Data dan Informasi, Direktorat Bina Program, Bina Marga, Kem. PUStatistik Ditjen
Ketenagalistrikan KESDM

RKP 2012 III.1-5


1.3. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Tahun 2010-2014
Berdasarkan arahan umum pembangunan wilayah RPJPN 2005-2025, dan prioritas
dalam RPJMN 2010-2014, maka arah pengembangan wilayah ditujukan untuk (1)
mendorong terwujudnya kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan secara adil dan
merata di seluruh wilayah; (2) mendorong pengembangan dan pemerataan pembangunan
wilayah secara terpadu sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan
memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya; (3) menciptakan
keseimbangan pemanfaatan ruang di dalam kawasan berfungsi lindung dan budidaya
dalam satu ekosistem pulau dan perairannya; (4) menciptakan keseimbangan pemanfaatan
ruang wilayah darat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil dalam satu kesatuan wilayah
kepulauan; (5) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas
sektor dan lintas wilayah yang konsisten dengan kebijakan nasional; (6) memulihkan daya
dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar dan menjamin
keberlanjutan pembangunan; (7) menciptakan kesatuan dan keutuhan wilayah darat, laut
dan udara sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia; (8) mengurangi
gangguan keamanan; dan (9) menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya
Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Selain itu, pengembangan wilayah juga ditujukan
untuk mewujudkan seluruh wilayah nusantara sebagai satu kesatuan sosial, budaya,
ekonomi, politik dan pertahanan dan keamanan yang semakin maju, produktif dan
berkembang sebagai landasan utama dalam menyambut terwujudnya Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Berdasarkan arah pengembangan wilayah tersebut diatas, maka strategi
pengembangan wilayah 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa-Bali dan Sumatera
dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera;
2. Meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui peningkatan perdagangan antar pulau
untuk mendukung perekonomian domestik;
3. Meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap
wilayah;
4. Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis dan cepat
tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan
bencana; serta
5. Mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan.
Arah dan strategi kebijakan pengembangan di setiap wilayah juga mengacu pada arah
dan strategi kebijakan yang berbasiskan perencanaan wilayah darat dan perencaan
wilayah laut melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) .
Sesuai dengan strategi pengembangan wilayah tahun 2010-2014 terutama
pada butir (1), (2), dan (3) seperti tersebut diatas, Pemerintah telah menyusun
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Tujuan dari pelaksanaan MP3EI adalah untuk mempercepat dan memperluas
pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang meliputi:
sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata,
telekomunikasi, energi dan pengembangan kawasan strategis nasional.

III.1-6 RKP 2012


Fokus dari 8 (delapan) program utama tersebut meliputi 22 (dua puluh dua) aktivitas
utama yaitu: industri besi-baja, makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi,
perkapalan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet, kakao, perikanan, pariwisata,
telematika, batubara, minyak dan gas, serta pengembangan Metropolitan Jabodetabek dan
pembangunan Kawasan Selat Sunda.
Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen
utama yaitu:
a. Mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi indonesia, yaitu: Koridor Sumatera,
Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali – Nusa
Tenggara, dan Koridor Papua – Kepulauan Maluku. Pembangunan 6 (enam) koridor
ekonomi dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor
dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang
berbasis sumber daya unggulan di setiap koridor ekonomi, sebagaimana tertuang dalam
Gambar 1.5.

GAMBAR 1.5 PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA

Sumber : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.

b. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung


secara internasional (locally integrated, internationally connected). Penguatan
konektivitas nasional ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan
mengurangi biaya transaksi (transaction cost) logistik, Hal ini akan dilakukan melalui:
 Penguatan konektivitas intra dan antar pusat-pusat pertumbuhan dalam
koridor ekonomi untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan
berkeadilan,

RKP 2012 III.1-7


 Penguatan konektivitas antar koridor (pulau) untuk memperlancar koleksi
dan distribusi bahan baku, bahan setengah jadi dan produk akhir dari dan keluar
koridor (pulau), dan;
 Penguatan konektivitas internasional sebagai pintu keluar dan masuk
perdagangan dan pariwisata antar negara;

c. Mempercepat peningkatan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) dan ilmu


pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk mendukung pengembangan program utama
di setiap koridor ekonomi. Elemen utama untuk percepatan kemampuan SDM dan
IPTEK meliputi:
 Meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan tinggi, kejuruan, dan
pelatihan terutama untuk yang terkait dengan pengembangan program utama.
 Meningkatkan kompetensi teknologi dan ketrampilan/ keahlian tenaga kerja.
 Meningkatkan kegiatan dan membangun pusat-pusat pengembangan R & D
(Center of Excellence) di pusat-pusat pertumbuhan (KEK dan Klaster Industri) di
setiap koridor ekonomi melalui kolaborasi antar Pemerintah, Dunia Usaha dan
Perguruan Tinggi.
 Mengembangkan institusi sistem inovasi nasional yang berkelanjutan.

1.4. Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Tahun 2012


Sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012 yaitu “Percepatan dan
Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat”, maka arah kebijakan dan strategi pembangunan wilayah akan
dilaksanakan dalam kerangka memperluas basis pertumbuhan dan mempercepat
pencapaian sasaran pembangunan, baik secara sektor maupun secara wilayah melalui
pemantapan sinergi antarsektor, antara pusat dan daerah dan antardaerah dalam
sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dengan mengoptimalkan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada yang ditujukan untuk menciptakan
pembangunan yang merata dan berkeadilan serta meningkatkan kesejahteraan.

III.1-8 RKP 2012


GAMBAR 1.6
PENJABARAN TEMA RKP 2012 DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN
Tema RKP 2012:
Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi
yang Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat

Sinkronisasi antara arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dengan arah
kebijakan dan strategi pengembangan sektoral dilakukan melalui penjabaran ke dalam 11
+ 3 prioritas RKP 2011 dan diselaraskan dengan program Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (P3EI) yang dilaksanakan melalui four track strategy
yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment.

1.4.1. Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Besar


Kebijakan pengembangan wilayah diarahkan untuk mendorong percepatan
pembangunan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan
tetap mempertahankan momentum pembangunan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.
Percepatan pembangunan wilayah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengurangi kesenjangan.
(1) Pengembangan Wilayah Sumatera
Kebijakan pengembangan wilayah Sumatera dalam tahun 2012 diarahkan untuk
menjadikan wilayah Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan dengan
meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan perkebunan, khususnya tanaman
pangan, hortikulutura, sawit dan karet, serta sebagai sentra produksi perikanan dan hasil
laut yang dilakukan dengan meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan rumput laut.
Wilayah Sumatera juga diarahkan untuk mengembangkan (cluster) industri unggulan
yang dilakukan dengan strategi mengembangkan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Medan,
Batam, Pekanbaru, dan Palembang sebagai pusat industri pengolahan yang melayani
kawasan sentra produksi, sehingga wilayah Sumatera dapat diperhitungkan sebagai salah

RKP 2012 III.1-9


satu wilayah utama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebagai sentra produksi dan
industri unggulan, wilayah Sumatera perlu didukung oleh iklim investasi yang kondusif
sehingga dapat meningkatkan investasi di wilayah Sumatera.
Kebijakan pengembangan wilayah Sumatera juga perlu diarahkan untuk
meningkatkan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola yang dilakukan dengan
meningkatkan kualitas legislasi, meningkatkan penegakan hukum, Hak Azazi Manusia
(HAM), dan pemberantasan korupsi, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik yang
terukur dan akuntabel.
Pembangunan wilayah Sumatera perlu dilakukan secara sinergis di berbagai sektor
dengan tetap mengupayakan pengembangan Sumatera sebagai sentra industri migas dan
lumbung energi nasional, pengembangan industri pariwisata alam dan budaya,
pengembangan sistem jaringan listrik terintegrasi, penguatan keterkaitan domestik
wilayah Sumatera, pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan
berdaya saing regional ASEAN, peningkatan program penanggulangan kemiskinan,
pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan wilayah nasional, dan
pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Selain itu,
perlu dilakukan upaya-upaya percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di
wilayah Sumatera serta diikuti upaya pengurangan risiko bencana sebagai prioritas
pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana.
Sesuai RTRWN, pusat-pusat pengembangan di wilayah Sumatera yang merupakan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) mendorong pengembangan kota
Lhokseumawe, Dumai dan Batam di wilayah Timur dan kota Padang di wilayah Barat
sebagai pusat pelayanan primer; (2) mengendalikan pengembangan kawasan perkotaan
Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), Bandar Lampung dan sekitarnya (dsk), dan
Palembang dsk, sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung
lingkungannya; dan (3) mendorong pengembangan kota Pekanbaru dan Jambi sebagai
pusat pelayanan sekunder.
Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Sumatera akan dilakukan upaya
percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: kelapa
sawit, karet, batubara dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor
Ekonomi Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung
energi nasional sebagaimana dimaksud diatas.

(2) Pengembangan Wilayah Jawa-Bali


Arah kebijakan pembangunan Wilayah Jawa-Bali di tahun 2012 ditujukan untuk tetap
mempertahankan fungsi Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional yang akan dilakukan
melalui berbagai upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan,
serta menekankan juga pada pengembangan industri unggulan potensial diberbagai
wilayah potensial di Jawa-Bali. Sementara itu dalam upaya percepatan transformasi
ekonomi di Wilayah Jawa-Bali akan dilakukan dengan strategi memantapkan PKN
Jabodetabek sebagai pusat jasa dan perdagangan berkelas internasional; serta
mengembangkan PKN Gerbangkertosusila, Bandung dan Semarang sebagai pusat
pertumbuhan wilayah nasional berbasis jasa perdagangan dan industri.

III.1-10 RKP 2012


Pengembangan Wilayah Jawa-Bali tetap diarahkan untuk mendorong pembangunan
Wilayah Selatan Jawa melalui percepatan transformasi struktur ekonomi serta penguatan
produktivitas ekonomi dan investasi. Sementara itu, kepadatan penduduk yang
terkonsentrasi di Wilayah Jawa-Bali perlu dikembangkan dengan pola distribusi penduduk
yang lebih seimbang serta diikuti dengan fokus pada kebijakan pengurangan tingkat
pengangguran di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi serta pengurangan tingkat
kemiskinan perdesaan dan perkotaan. Sementara itu, pengembangan kapasitas
sumberdaya manusia diarahkan sejalan dengan transformasi ekonomi kearah sektor
sekunder (industri pengolahan) dan tersier (jasa). Untuk mendorong perekonomian,
wilayah Jawa-Bali diarahkan untuk mengembangkan jasa pariwisata dan meningkatkan
nilai surplus perdagangan internasional serta meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
untuk memperlancar arus barang dan jasa dengan mengutamakan pemeliharaan dan
pemulihan fungsi kawasan lindung dan sumber daya air dan lahan.
Pembangunan Wilayah Jawa-Bali tidak akan terlepas dari dukungan pelaksanaan tata
kelola yang baik, oleh karena itu penekanan upaya pemantapan tata kelola di Wilayah
Jawa-Bali pada tahun 2012 dilakukan melalui reformasi birokrasi sehingga pelayanan
menjadi lebih efektif dan efisien; mengembangkan sistem pengurusan perizinan yang
transparan dan akuntabel serta meningkatkan kredibilitas lembaga hukum. Selain itu,
diperlukan upaya-upaya percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana di
beberapa wilayah di Jawa-Bali, khususnya bencana banjir, longsor dan gunung berapi serta
diikuti upaya pengurangan risiko bencana sebagai prioritas pembangunan melalui
penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian
akibat kejadian bencana alam.
Sesuai arahan RTRWN pengembangan Wilayah Jawa-Bali, pusat-pusat pengembangan
di wilayah Jawa-Bali yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1)
mengendalikan pengembangan secara fisik kawasan Perkotaan Jabodetabek, Bandung,
Gerbangkertosusila, dan Denpasar sebagai pusat pelayanan primer dengan memperhatikan
daya dukung lingkungannya; (2) mendorong pengembangan kawasan perkotaan
Yogyakarta dan sekitarnya dan Semarang sebagai pusat pelayanan primer; dan (3)
mendorong pengembangan kawasan perkotaan Serang dan sekitarnya, Cilacap dan
sekitarnya, Cirebon dan sekitarnya, dan Surakarta dan sekitarnya sebagai pusat pelayanan
sekunder.
Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Jawa dan Koridor Ekonomi Bali-Nusa
Tenggara akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa
sektor unggulan, yaitu: industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, perkapalan,
alutsista, telematika, dan pariwisata dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan
Koridor Ekonomi Jawa dan Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara sebagai pendorong
industri dan jasa nasional serta pintu gerbang pariwisata nasional sebagaimana dimaksud
diatas.

(3) Pengembangan Wilayah Kalimantan


Pada tahun 2012, pembangunan wilayah Kalimantan diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah perkebunan, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil
hutan; serta meningkatkan nilai tambah hasil pertambangan dan berfungsi sebagai
lumbung energi nasional dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan

RKP 2012 III.1-11


kaidah pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan Kalimantan sebagai sentra
produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan dilaksanakan dengan strategi
pengembangan yaitu meningkatkan produktivitas budidaya tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, dan perikanan. Sementara itu, pengembangan Kalimantan sebagai lumbung
energi nasional dilaksanakan dengan strategi pengembangan mengoptimalkan industri
migas dan pertambangan, serta mengembangkan industri energi alternatif terbarukan.
Selain itu, pengembangan Wilayah Kalimantan juga tetap diarahkan untuk
melanjutkan upaya pengembangan gugus (cluster) industri pengolahan berbasis sumber
daya alam dan pengembangan industri pariwisata alam dan budaya. Untuk memperkuat
keterkaitan domestik antarwilayah, diarahkan pengembangan sistem jaringan
infrastruktur perhubungan multimoda yang terintegrasi dengan memperhatikan daya
dukung lingkungan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan mempertahankan
fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia.
Pengembangan kawasan perbatasan di Wilayah Kalimantan sebagai beranda depan
wilayah nasional ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan
perbatasan dengan pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan infrastruktur,
khususnya pembangunan transportasi. Selain itu, pengembangan wilayah Kalimantan juga
ditujukan untuk pengamanan pulau-pulau terluar serta pencegahan dini adanya abrasi
pantai.
Terkait dengan upaya pemantapan tata kelola, pengembangan wilayah Kalimantan
diarahkan untuk mengembangkan daerah otonom yang transparan, akuntabel, dan
berorientasi pada pelayanan publik, yaitu dengan upaya meningkatkan kualitas legislasi
dan regulasi, meningkatkan penegakan hukum, hak asasi manusia (HAM), dan
pemberantasan korupsi, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sesuai RTRWN, pengembangan Wilayah Kalimantan, pusat-pusat pengembangan di
Pulau Kalimantan yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1)
mendorong pengembangan kota Balikpapan, Banjarmasin, dan Pontianak sebagai pusat
pelayanan primer; dan (2) mendorong pengembangan kota Palangkaraya, Samarinda,
Bontang, dan Tarakan, sebagai pusat pelayanan sekunder. Selanjutnya, pengembangan
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Pulau Kalimantan terutama kawasan
perbatasan negara diarahkan untuk mendorong pengembangan Kota Aruk, Jagoibabang,
Nangabadau, Entikong, Jasa, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan Long Pahangai.
Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Kalimantan akan dilakukan upaya
percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: kelapa
sawit, batubara, alumina/bauksit, migas, perkayuan dan besi baja dalam rangka
mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Kalimantan sebagai pusat
produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional sebagaimana
dimaksud diatas.

(4) Pengembangan Wilayah Sulawesi


Pembangunan wilayah Sulawesi pada tahun 2012 diarahkan untuk menjadi salah
satu lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah
pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan; mengembangkan bioenergi; serta
meningkatkan dan memperluas perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf internasional.

III.1-12 RKP 2012


Pengembangan wilayah Sulawesi sebagai sentra produksi pertanian dan perikanan dan
lumbung pangan nasional dilaksanakan dengan strategi meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman pangan dan perkebunan, serta meningkatkan produksi dan efisiensi
usaha perikanan tangkap.
Dalam upaya mengembangkan wilayah Sulawesi sebagai lumbung pangan nasional,
kebijakan pengembangan wilayah Sulawesi juga perlu tetap memperhatikan
pengembangan gugus industri unggulan wilayah, pengembangan wilayah Sulawesi sebagai
satu kesatuan ekonomi domestik melalui pengembangan integrasi sistem jaringan
transportasi serta pengembangan Sulawesi sebagai hub Kawasan Timur Indonesia melalui
peningkatan kapasitas pelayanan pelabuhan.
Untuk mendorong perekonomian Wilayah Sulawesi, pembangunan diarahkan untuk
pengembangan jalur wisata alam dan budaya dengan memperkuat jalur wisata di wilayah
Sulawesi serta jalur wisata dengan wilayah lainnya. Sementara itu, peningkatan kualitas
sumber daya manusia didorong dengan kebijakan pengurangan tingkat pengangguran dan
pengurangan kemiskinan serta peningkatan akses kesehatan dan pendidikan di beberapa
wilayah di Sulawesi untuk mengurangi kesenjangan pembangunan manusia.
Dalam bidang sarana dan prasarana, pengembangan diarahkan pada kebijakan di
sektor energi yaitu meningkatkan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik, yang
dilaksanakan dengan strategi meningkatkan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik
serta diversifikasi sumber energi primer. Pengembangan kawasan perbatasan di wilayah
Sulawesi sebagai beranda depan wilayah nasional ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan dengan pengembangan ekonomi lokal
serta pengamanan pulau-pulau terluar serta pencegahan dini adanya abrasi pantai.
Dalam upaya pemantapan tata kelola di wilayah Sulawesi, arah kebijakan yang
diambil yaitu penguatan daerah otonom dan kualitas pelayanan publik, yang dilaksanakan
melalui peningkatan kualitas legislasi dan regulasi; penegakan hukum, HAM, dan
pemberantasan korupsi; serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Sementara itu,
upaya-upaya pengurangan risiko bencana diarahkan sebagai prioritas pembangunan
melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak
kerugian akibat kejadian bencana alam.
Sesuai RTRWN pengembangan wilayah Sulawesi, pusat-pusat pengembangan di
Pulau Sulawesi yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1)
Mendorong optimalisasi pengembangan kawasan perkotaan Maminasata (Makassar–
Maros–Sungguminasa–Takalar) dan Manado - Bitung sebagai pusat pelayanan primer yang
sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan (2) Mendorong pengembangan kota-kota
Gorontalo, Palu, Kendari dan Mamuju sebagai pusat pelayanan sekunder.
Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Sulawesi akan dilakukan upaya
percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: pertanian
pangan, kakao, perikanan, nikel, dan migas dalam rangka mempercepat realisasi
pengembangan Koridor Ekonomi Sulawesi sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil
pertanian, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nasional sebagaimana
dimaksud diatas.

RKP 2012 III.1-13


(5) Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara di tahun 2012 diarahkan untuk
mengoptimalisasikan pengembangan sentra produksi komoditas unggulan, yang dilakukan
dengan strategi mengembangkan sentra produksi rumput laut, jagung, kakao, peternakan,
dan perikanan tangkap. Selain itu, untuk mendukung keberlanjutan dari pengembangan
komoditas unggulan tersebut, maka Wilayah Nusa Tenggara diarahkan untuk
mengembangkan PKN Mataram dan Kupang sebagai pusat industri pengolahan komoditas
unggulan dan pariwisata dengan memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan
lingkungan. Untuk mendorong perekonomian wilayah Nusa Tenggara, pembangunan
diarahkan melalui pengembangan sektor unggulan yaitu pariwisata bahari yang didorong
oleh peningkatan sarana dan prasarana yang memadai serta diarahkan untuk mendorong
percepatan pembangunan wilayah Nusa Tenggara. Sedangkan kebijakan peningkatan
kualitas sumber daya manusia diarahkan untuk mendukung ketersediaan angkatan kerja
berketerampilan dan berpendidikan tinggi serta peningkatan akses fasilitas kesehatan dan
pendidikan.
Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara tahun 2012 juga dijalankan melalui
percepatan pembangunan Nusa Tenggara Timur. Adapun fokus kebijakan terutama
diprioritaskan pada kebijakan pengembangan perkebunan kakao dan peternakan sapi,
pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan sumberdaya air, pengembangan industri
rumput laut dan program usaha garam rakyat serta pengembangan pariwisata.
Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara di tahun 2012 tidak terlepas dari upaya-upaya
pelaksanaan tata kelola yang baik, yang diharapkan dapat meningkatkan pembangunan
Wilayah Nusa Tenggara itu sendiri. Dalam upaya mendukung pemantapan tata kelola,
kebijakan diarahkan untuk peningkatan kualitas reformasi birokrasi dan tata kelola,
dengan meningkatkan kualitas regulasi dan peraturan daerah; meningkatkan penegakan
hukum dan hak asasi manusia (HAM) termasuk penanganan kasus korupsi dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sementara itu, upaya-upaya pengurangan risiko
bencana diarahkan sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas
penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana
alam.
Sesuai RTRWN pengembangaan Wilayah Nusa Tenggara, pusat pengembangan di
wilayah Nusa Tenggara yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk
mendorong pengembangan kota Mataram dan Kupang sebagai pusat pelayanan primer
yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara akan dilakukan
upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu:
pariwisata, peternakan dan perikanan dalam rangka mempercepat realisasi
pengembangan Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata
nasional dan pendukung pangan nasional sebagaimana dimaksud diatas.

(6) Pengembangan Wilayah Maluku


Pengembangan Wilayah Maluku tahun 2012 diarahkan untuk pengembangan sentra
produksi komoditas unggulan dengan meningkatkan produktivitas usaha perikanan
tangkap dan budidaya serta diversifikasi produk untuk pasar dalam dan luar negeri,

III.1-14 RKP 2012


mengembangkan klaster industri perikanan dengan Ambon sebagai pusat industri
pengolahan penganekaragaman produk olahan kelapa dan mengembangkan kluster
industri kelapa dengan Sofifi sebagai pusat industri pengolahan.
Untuk mendorong perekonomian Wilayah Maluku, pembangunan diarahkan melalui
pengembangan sektor unggulan yaitu pariwisata bahari. Sedangkan untuk peningkatan
ketahanan pangan dan untuk mendukung aktivitas perekonomian, pembangunan
diarahkan untuk peningkatan pengembangan infrastruktur yang dapat menghubungkan
antarkota, pulau-pulau, wilayah tertinggal dan wilayah terpencil serta diarahkan untuk
mendorong percepatan pembangunan Wilayah Maluku dengan memperhatikan daya
dukung dan keberlanjutan lingkungan. Sementara itu, kebijakan peningkatan kualitas
sumber daya manusia diarahkan untuk mendukung ketersediaan angkatan kerja
berketerampilan dan berpendidikan tinggi serta peningkatan akses fasilitas kesehatan dan
pendidikan.
Dalam mendukung upaya pemantapan tata kelola, Wilayah Maluku diarahkan pada
peningkatan reformasi birokrasi dan tata kelola yang akan dilakukan dengan strategi:
meningkatkan kualitas regulasi dan peraturan daerah; meningkatkan penegakan hukum
dan HAM termasuk penanganan kasus korupsi; serta meningkatkan kualitas pelayanan
publik.
Disamping itu, pembangunan Wilayah Maluku juga tetap diarahkan untuk penguatan
kedaulatan wilayah nasional melalui pendekatan kesejahteraan dan keamanan dan
peningkatan harmoni kehidupan masyarakat dengan kemajemukan agama dan golongan
serta percepatan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sementara itu, upaya-
upaya pengurangan risiko bencana diarahkan sebagai prioritas pembangunan melalui
penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian
akibat kejadian bencana alam.
Sesuai RTRWN pengembangan Wilayah Maluku, pengembangan PKN di Kepulauan
Maluku diarahkan untuk mengendalikan pengembangan kota Ambon dan Ternate - Sofifi,
sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku akan
dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan,
yaitu: perikanan dan nikel dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor
Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku sebagai pengembangan energi, pangan, perikanan dan
tambang nasional sebagaimana dimaksud diatas.

(7) Pengembangan Wilayah Papua


Pembangunan Wilayah Papua tahun 2012 dijalankan melalui percepatan
pembangunan Papua dan Papua Barat dengan pendekatan kewilayahan yaitu 4 kawasan
spesifik berdasarkan aksesibilitas meliputi kawasan terisolir, kawasan perdesaan, kawasan
perkotaan, dan kawasan strategis. Adapun fokus kebijakan terutama diprioritaskan pada 8
kebijakan pokok yaitu: ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan
ekonomi rakyat, pengembangan pendidikan, pengambangan kesehatan, infrastruktur
dasar, pemihakan terhadap putra putri asli Papua, pengembangan wilayah dan kawasan
strategis, serta 4 kebijakan pendukung meliputi peraturan perundang-undangan, aparatur
pemerintah daerah, kelembagaan dan good governance, dan penataan ruang dan

RKP 2012 III.1-15


pertanahan. Khusunya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia akan dilakukan
melalui peningkatan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja, serta
meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan. Selain itu, dalam upaya
mengoptimalisasikan sumber daya yang dimiliki oleh Wilayah Papua, maka pembangunan
Wilayah Papua tahun 2012 diarahkan untuk pengembangan sektor dan komoditas
unggulan yang dilakukan dengan mengembangkan sentra produksi pertanian, perikanan
laut, mengembangkan industri pengolahan perikanan laut, serta mengembangkan potensi
wisata bahari Raja Ampat dan wisata budaya.
Untuk mendorong perekonomian Wilayah Papua serta untuk peningkatan ketahanan
pangan, pembangunan diarahkan untuk peningkatan pengembangan infrastruktur yang
dapat menghubungkan antarkota, wilayah tertinggal dan wilayah terpencil dengan
memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan lingkungan. Sementara itu, didalam upaya
mendukung pemantapan tata kelola di Wilayah Papua, maka pembangunan Wilayah Papua
diarahkan untuk peningkatan kesadaran dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
yang dilakukan dengan memperkuat kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal,
menghormati dan memperkuat lembaga adat, pengendalian HIV/AIDS serta meningkatkan
kerja sama antara kepolisian dan pemuka adat dalam penanganan konflik. Disamping itu,
pembangunan Wilayah Papua juga tetap diarahkan untuk pengembangan wilayah
perbatasan dengan memadukan peningkatan kesejahteraan dan keamanan serta
penguatan ekonomi daerah. Sementara itu, upaya-upaya pengurangan risiko bencana
diarahkan sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan
bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam.
Sesuai RTRWN pengembangaan Wilayah Papua, pusat-pusat pengembangan di
Papua yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) mendorong
pengembangan kota Sorong dan Jayapura sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan; dan (2) mendorong pengembangan kota,
Manokwari dan Timika sebagai pusat pelayanan sekunder yang sesuai dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Papua akan dilakukan upaya
percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: food estate
(MIFEE), perikanan, tembaga, peternakan, migas, dan nikel dalam rangka mempercepat
realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Papua sebagai pengembangan energi, pangan,
perikanan dan tambang nasional sebagaimana dimaksud diatas.

1.4.2. Pengembangan Wilayah Laut


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-2025, salah
satu misi pembangunan adalah “mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional”. Pelaksanaan pembangunan
diarahkan untuk menempatkan wilayah laut sebagai sarana untuk mendorong keterkaitan
antarwilayah dengan mengembangkan dan memperkuat rantai produksi dan distribusi
komoditas unggulan wilayah, khususnya industri berbasis kelautan. Pengembangan
wilayah laut juga akan dilakukan melalui pendekatan wilayah terpadu dengan
memperhatikan potensi mineral dan energi, potensi perikanan, potensi wisata bahari,
potensi industri maritim, potensi transportasi, dan teknologi dengan tetap
mempertahankan keragaman hayati dan menjaga kelestarian ekosistem laut.

III.1-16 RKP 2012


Pengembangan wilayah laut Indonesia diprioritaskan untuk pengembangan sumber
daya kelautan, yang meliputi pengelolaan sumberdaya perikanan, pengelolaan kawasan
konservasi laut, pengelolaan pulau-pulau kecil dan pendayagunaan jalur perhubungan
internasional melalui alur laut kepulauan Indonesia (ALKI). Dalam pengelolaan sumber
daya perikanan, wilayah perairan Indonesia dibagi dalam 11 (sebelas) wilayah pengelolaan
perikanan (WPP). Prioritas pengembangan wilayah laut untuk meningkatkan potensi
pengelolaan sumber daya ikan terutama ditujukan untuk wilayah yang telah mengalami
fully exploited dan overfishing yaitudi WPP-1 (selat Malaka dan laut Andaman), WPP-2
(Samudera Hindia barat Sumatera dan selat Sunda); WPP-3 (Samudera Hindia selatan Jawa
s/d. laut Timor bagian barat); WPP-4 (Selat karimata, laut Natuna dan laut Cina selatan);
WPP-5 (laut Jawa);dan WPP-6 (selat Makasar teluk Bone dan laut Bali, laut Flores).
Dalam rangka meningkatkan potensi sumber daya ikan di 11 WPP, pengelolaan
diarahkan untuk: (a) pembatasan usaha penangkapan, dan pengalihan daerah
penangkapan ke wilayah ZEEI untuk WPP yang telah mengalami penangkapan berlebih; (b)
pelaksanaan pengkayaan stok ikan (restocking) di beberapa wilayah laut; (c) peningkatan
pemantauan/pengawasan usaha penangkapan ikan yang melanggar dan merusak terutama
pada wilayah-wilayah laut perbatasan; (c) menindaklanjuti kesepakatan forum-forum
regional dan kesepakatan antardaerah; (d) pengembangan sistem informasi dan statistik
yang lebih baik; serta (e) pengembangan kualitas dan kuantitas SDM kelautan dan
perikanan.
Pembangunan wilayah laut menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan
wilayah yang meliputi tujuh gugus pulau/kepulauan utama Sumatera, Jawa-Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Dengan memperhatikan fungsi
strategisnya dalam penguatan keterkaitan antarwilayah maka dipilih lima wilayah
prioritas pengembangan untuk periode 2010-2014 yaitu Wilayah Pengembangan Kelautan
Sumatera, Malaka, Jawa, Makassar-Buton, dan Banda-Maluku.

(1) Wilayah Pengembangan Kelautan Sumatera


Arah kebijakan pengembangan Wilayah Kelautan Sumatera adalah pengembangan
industri berbasis kelautan, khususnya pengolahan hasil laut, dengan memperkuat
keterkaitan dengan Wilayah Jawa. Industri pengolahan hasil laut memiliki dampak
pengganda yang besar bagi perekonomian Wilayah Sumatera Bagian Barat. Strategi yang
ditempuh adalah: (1) penyiapan sumber daya manusia terampil di bidang kelautan; (2)
pembangunan transportasi laut dan wilayah pesisir; (3) peningkatan kapasitas energi
listrik; (4) pengembangan skema pembiayaan perbankan yang mudah diakses nelayan dan
pelaku usaha kecil menengah di kawasan pesisir; dan (5) pengembangan sistem jaminan
atau perlindungan risiko. Arah kebijakan dan strategi wilayah ini dipadukan dengan arah
kebijakan dan strategi pengembangan Wilayah Sumatera.

(2) Wilayah Pengembangan Kelautan Malaka


Pengembangan Wilayah Kelautan Malaka diarahkan pada peningkatan keamanan dan
ketertiban serta keberlanjutan ekosistem laut sehingga pemanfaatan sumber daya alam
bisa dilakukan secara optimal. Untuk itu strategi yang diperlukan adalah: (1) penegasan
batas-batas teritorial dan yuridiksi wilayah dengan negara tetangga; (2) peningkatan
pengawasan kawasan perbatasan untuk menghindari penyelundupan, perompakan,

RKP 2012 III.1-17


pencurian ikan, dan perdagangan pasir ilegal; (3) penegakan peraturan terkait dengan
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan laut; dan (4) pemanfaatan pulau-pulau terdepan
sebagai kawasan wisata atau pusat konservasi satwa laut. Arah kebijakan dan strategi
wilayah ini dipadukan dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
Sumatera.

(3) Wilayah Pengembangan Kelautan Jawa


Pengembangan wilayah perairan kelautan Jawa diarahkan pada penguatan fungsi
wilayah kelautan sebagai perekat keterkaitan ekonomi antarwilayah dengan tetap menjaga
kelestarian ekosistem laut. Strategi yang akan dilaksanakan adalah: (1) peningkatan
sistem transportasi laut untuk mempermudah arus barang antar pulau khususnya ke
wilayah timur Indonesia; (2) penegakan peraturan terkait dengan pemeliharaan dan
pelestarian lingkungan laut; (3) pengendalian pembuangan limbah industri dan rumah
tangga melalui sungai-sungai yang bermuara di perairan Jawa; (4) pengendalian erosi di
wilayah daerah aliran sungai (DAS) untuk menghindari pendangkalan pelabuhan ikan dan
pelabuhan laut; (5) pengembangan perikanan budidaya; dan (6) pengurangan risiko
pencemaran perusakan habitat laut oleh kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas lepas
pantai. Arah kebijakan dan strategi wilayah kelautan ini dipadukan dengan arah kebijakan
dan strategi wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan.

(4) Wilayah Pengembangan Kelautan Makassar-Buton


Kebijakan pengembangan Wilayah Makasar-Buton diarahkan pada optimalisasi peran
strategis kelautan dalam meningkatkan interaksi perdagangan intrapulau (antarprovinsi di
Sulawesi) maupun dalam mendukung peran wilayah Sulawesi sebagai pusat pertumbuhan
dan penggerak kawasan timur Indonesia. Strategi yang akan dilakukan adalah: (1)
peningkatan sistem transportasi laut yang menghubungkan provinsi-provinsi di Pulau
Sulawesi; (2) pemantapan sistem transportasi laut untuk memperkuat fungsi intermediasi
Sulawesi bagi KBI dan KTI; (3) pembangunan pelabuhan-pelabuhan ikan dalam klaster-
klaster industri pengolahan hasil laut; (4) pengembangan pelabuhan hub ekspor komoditas
unggulan; (5) peningkatan pengawasan jalur pelayaran internasional untuk mencegah
aktivitas penyelundupan; (6) pengembangan lembaga pendidikan dan kurikulum berbasis
kelautan (perikanan, pariwisata, perkapalan); (7) pengembangan industri angkutan laut
(perkapalan); dan (8) pengembangan wisata alam bahari. Arah kebijakan dan strategi
wilayah kelautan ini dipadukan dengan arah kebijakan dan strategi wilayah Kalimantan,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

(5) Wilayah Pengembangan Kelautan Banda-Maluku


Arah kebijakan pengembangan Wilayah Kelautan Banda-Maluku adalah perintisan
pengembangan industri berbasis sumber daya kelautan dan wisata alam. Sejalan dengan
arah ini, strategi yang akan dilakukan adalah: (1) pengembangan sumber daya manusia
berketrampilan tinggi di bidang kelautan (pendidikan dan pelatihan); (2) pengembangan
komoditas unggulan bernilai tinggi berbasis kelautan seperti kerang mutiara dan ikan hias;
(3) pengembangan industri angkutan laut (perkapalan); (4) pemberdayaan dan
pengorganisasian masyarakat khususnya wilayah pesisir untuk memperkuat modal sosial;
(5) peningkatan akses permodalan bagi nelayan; dan (6) pengembangan wisata bahari.

III.1-18 RKP 2012


1.4.3. Pengembangan Kawasan
Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan wilayah, kebijakan
pembangunan wilayah diarahkan untuk: (1) pengembangan kawasan strategis dan cepat
tumbuh, (2) pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan rawan bencana,
(3) pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan, dan (4) penataan ruang dan
pengelolaan pertanahan.

(1) Pengembangan Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh


Pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh pada tahun 2012 dilakukan
melalui strategi sebagai berikut :
1. Penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan KAPET, KPBPB, dan
KEK, dan kawasan strategis lainnya;
2. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan energi yang diperlukan bagi
pengembangan kawasan strategis;
3. Penguatan kelembagaan pengelola KAPET, KPBPB, KEK, dan kawasan strategis
lainnya;
4. Meningkatkan peran dunia usaha dalam pengelolaan dan pengembangan produk
unggulan KAPET, KPBPB, KEK, dan kawasan strategis lainnya;
5. Integrasi pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan koridor
ekonomi melalui penguatan peran KEK sebagai sentra ekonomi yang terkoneksi
dengan koridor ekonomi sebagai jalur transportasi dan logistik nasional, dan KAPET
sebagai kawasan hinterland yang memiliki aktivitas ekonomi produktif, serta KPBPB
sebagai outlet ekspor yang memiliki layanan kepelabuhan yang bertaraf
internasional.

(2) Pengembangan Daerah Tertinggal


Pembangunan daerah tertinggal pada tahun 2012 dilakukan melalui strategi sebagai
berikut :
1. Pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal;
2. Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan
sumberdaya lokal di daerah tertinggal;
3. Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di daerah
tertinggal;
4. Peningkatan pelayanan pendidikan yang berkualitas di daerah tertinggal;
5. Peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur daerah tertinggal serta peningkatan
aksesibilitas daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan.

RKP 2012 III.1-19


(3) Pengembangan Kawasan Perbatasan
Pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2012 dilakukan melalui strategi
sebagai berikut :
1. Penyelesaian penetapan dan penegasan batas wilayah Negara;
2. Peningkatan upaya pertahanan, keamanan, serta penegakan hukum;
3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan melalui penyediaan sarana
dan prasarana dasar dan ekonomi wilayah, serta jaringan transportasi yang memadai
dan memutus keterisolasian wilayah dari pusat-pusat pertumbuhan terdekat;
4. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan sosial dasar (pendidikan dan
kesehatan;
5. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara
terintegrasi.

(4) Pengembangan Kawasan Rawan Bencana


Pembangunan kawasan rawan bencana pada tahun 2012 dilakukan melalui strategi
sebagai berikut :
1. Pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional dan daerah serta penguatan
kelembagaan penanggulangan bencana, dengan fokus prioritas untuk pengurangan
risiko bencana sebagai prioritas nasional dan daerah, serta penguatan kelembagaan
penanggulangan bencana.
2. Peningkatan kapasitas penanganan kedaruratan dan penanganan korban yang
terkena dampak bencana, melalui fokus prioritas untuk pelaksanaan tanggap darurat
dan penanganan korban bencana alam dan kerusuhan sosial yang terkoordinasi,
efektif dan terpadu melalui pembentukan satuan reaksi cepat, yang merupakan unit
khusus penanganan bencana dengan dukungan moda transportasi udara yang
memadai, dengan basis 2 (dua) lokasi strategis di Jakarta dan Malang, guna dapat
segera menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
3. Percepatan pemulihan wilayah terkena bencana dengan fokus prioritas untuk
pelaksanaan rehabiltasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana, khususnya di
Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sumatera Barat, serta wilayah pascabencana
lainnya.

(5) Pengembangan Kawasan Perkotaan


Dalam RPJMN 2010-2014 kebijakan pembangunan kota-kota tersebut lebih
diarahkan untuk mengembangkan kota tidak saja sebagai pendorong pertumbuhan
nasional dan regional, namun juga kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada
kebutuhan penduduk kota untuk hidup secara nyaman dan berkelanjutan.
Pembangunan kota besar dan metropolitan tahun 2012 dilakukan melalui strategi :
1. Menguatkan kelembagaan dan kerjasama antarkota terutama antar kabupaten/kota
dalam kawasan metropolitan, khususnya dalam rangka optimasi dan pengendalian

III.1-20 RKP 2012


pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti,
penyelarasan dan peningkatan kualitas jalan antarkota dan lingkungan permukiman
di kawasan pinggiran kota;
2. Menyediakan pelayanan publik sesuai dengan Standar Pelayanan Perkotaan,
khususnya penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), ruang publik, dan pengembangan
infrastruktur yang mendukung kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan serta
mampu mengadaptasi perubahan iklim dan mitigasi bencana, serta
3. Meningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya, termasuk revitalisasi kawasan
kota, dan peningkatan penyediaan moda transportasi untuk meningkatkan
konektivitas jalur dan moda logistik antarkota dan antarwilayah, termasuk
pengembangan Transit Oriented Development (TOD).
Pembangunan kota-kota menengah dan kecil tahun 2012 dilakukan melalui strategi :
1. Meningkatkan investasi dan pembangunan ekonomi di kota-kota menengah,
terutama melalui pengembangan potensi ekonomi lokal dan penyediaan pelayanan
perizinan terpadu untuk memudahkan proses investasi di kota; serta
2. Menyediakan pelayanan publik di kota menengah dan kecil sesuai dengan Standar
Pelayanan Perkotaan untuk meningkatkan daya tarik penduduk untuk tinggal di kota
menengah dan kecil.
Pembangunan keterkaitan antara kota-desa tahun 2012 dilakukan dengan strategi :
1. Meningkatkan tata kelola ekonomi daerah;
2. Meningkatkan kapasitas SDM pengelola ekonomi daerah;
3. Meningkatkan fasilitasi/pendampingan dalam pengembangan ekonomi lokal dan
daerah;
4. Meningkatkan kerjasama dalam pengembangan ekonomi lokal dan daerah; serta
5. Meningkatkan akses terhadap sarana dan prasarana fisik pendukung kegiatan
ekonomi lokal dan daerah.

(6) Pengembangan Kawasan Perdesaan


Pembangunan Desa yang masih memenuhi minimum basic service (desa yang masih
berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sarana dan prasarana dasar untuk
kesehatan, pendidikan, dan sosial ekonomi), maka strategi yang harus dikedepankan pada
tahun 2012 adalah:
1. Menguatkan kapasitas, peran, dan tata kelola kepemerintahan desa dan kelurahan,
2. Meningkatkan kualitas dasar sumber daya manusia perdesaan, termasuk peningkatan
pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan dasar dan kesehatan dasar,
3. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan,
4. Meningkatkan ekonomi perdesaan,
5. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar perdesaan, termasuk
peningkatan aksesibilitas daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan

RKP 2012 III.1-21


6. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perdesaan, dan
7. Meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana.
Desa-desa tersebut diutamakan untuk daerah transmigrasi, daerah tertinggal, daerah
perbatasan, daerah pesisir, pulau-pulau kecil terluar, dan daerah hutan/konservasi.
Pembangunan desa yang mandiri menuju daya saing desa(desa yang sudah mampu
memenuhi minimum basic services, di mana adat istiadat masyarakat sudah tidak mengikat,
mata pencarian penduduk sudah beragam dan bergerak ke sektor tertier, serta teknologi
baru sudah benar-benar dimanfaatkan di bidang pertanian sehingga produktivitasnya
tinggi yang diimbangi dengan prasarana desa yang cukup)maka strategi yang harus
dikedepankan pada tahun 2012 adalah :
1. Menguatkan kapasitas, peran, dan tata kelola kepemerintahan desa dan kelurahan,
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perdesaan, termasuk aparat
pemerintah desa,
3. Meningkatkan ekonomi perdesaan, termasuk membangun kerjasama antar desa,
4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perdesaan, khususnya prasarana
pendukung kegiatan ekonomi desa,
5. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perdesaan, dan
6. Meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana.
Desa-desa tersebut umumnya berlokasi disekitar pusat ibukota
kecamatan/kabupaten/kota (pusat-pusat pertumbuhan wilayah) dan sudah berinteraksi
dengan daerah perkotaan dan sekitarnya secara intensif.

(7) Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan


Arah kebijakan Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang Tahun 2012
difokuskan pada:
1. Penyelesaian materi teknis peraturan perundangan amanat UU 26/2007 antara lain
Revisi PP 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah, RPP Penatagunaan Air dan RPP
Penatagunaan Udara, penetapan RTR Pulau Papua, Kepulauan Nusa Tenggara dan
Maluku, penetapan KSN Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Kawasan
PerkotaanKendal-Demak-Ungaran-Salatiga-Semarang-Purwodadi (Kedungsepur),
Kawasan PerkotaanGresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo-Lamongan
(Gerbangkertosusila), Kawasan Borobudur dan sekitarnya serta Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat dan Kawasan Timika;
2. Penyerasiannya peraturan pelaksanaan UU 26/2007 dengan peraturan pelaksanaan
UU sektoral terkait;
3. Persetujuan substansi teknis RTR untuk 5 provinsi, 184 kabupaten dan 52 kota;
4. Penguatan kelembagaan penataan ruang, salah satunya melalui pelatihan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS); dan

III.1-22 RKP 2012


5. Penyerasian sasaran dan indikator rencana pembangunan (RKP, RPJMD dan RKPD)
dengan indikasi program lima tahunan dalam RTRWN, RTR Pulau, RTRWP dan
RTRWK.
Arah kebijakan Prioritas Bidang Pertanahan adalah meningkatkan efektivitas
pengelolaanpertanahan melalui strategi:
1. Peningkatan penyediaan peta pertanahan.
2. Percepatan legalisasi aset tanah.
3. Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar.

1.5. Percepatan Pembangunan Wilayah


Percepatan pembangunan wilayah ditujukan untuk mendorong pembangunan
wilayah-wilayah yang belum memperoleh hasil pembangunan yang signifikan dari
berbagai upaya kebijakan pembangunan sampai dengan saat ini. Selain itu, wilayah
tersebut juga memiliki berbagai permasalahan pembangunan yang harus segera
diselesaikan. Percepatan pembangunan akan diarahkan untuk mendorong wilayah-wilayah
lainnya yang memiliki ketertinggalan di bidang ekonomi, sosial dan sarana prasarana
dibandingkan dengan wilayah lainnya, khususnya di luar wilayah Jawa-Bali.
Beberapa kebijakan pokok percepatan pembangunan wilayah akan difokuskan
melalui beberapa kebijakan antara lain melalui :
1. Kebijakan pengembangan wilayah (kawasan terisolir, kawasan perdesaan, kawasan
perkotaan, dan kawasan strategis);
2. Kebijakan pengembangan infrastruktur dasar;
3. Kebijakan pengembangan sentraindustri, sektor dan komoditas unggulan;
4. Kebijakan peningkatan pelayanan dasar masyarakat.
Upaya percepatan pembangunan wilayah memerlukan sinergi antara pemerintah
pusat dan daerah. Daerah akan berperan dalam penentuan regulasi dan alokasi investasi di
daerah (pemerintah dan swasta). Oleh karena itu, daerah perlu melakukan sinergi alokasi
sumber daya, pengembangan sektor unggulan, sarana prasarana, dan rencana tata ruang
dengan konsep koridor ekonomi Indonesia.
Sinergi tersebut dituangkan dengan dukungan regulasi, lokasi, sumberdaya, dan
pelaksanaan melalui kerangka penyelenggaraan pembangunan dan penentuan target
pembangunan di daerah yang tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah tahunan
(Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2012). Dengan adanya sinergi diharapkan upaya
percepatan pembangunan wilayah akan cepat terealisasi dan terintegrasi baik dalam
perencanaan pembangunan dan pelaksanaan baik di pusat maupun daerah. Oleh karena
itu, diharapkan prioritas perencanaan pembangunan daerah juga akan mendukung upaya
percepatan pembangunan wilayah yang telah diupayakan.
Dalam kaitan ini, peran daerah memang menjadi sangat penting dalam upaya
percepatan pembangunan daerah. Oleh karena itu, provinsi yang menjadi fokus percepatan
pembangunan harus berperan aktif dalam implementasi percepatan pembangunan
tersebut. Dalam hal ini provinsi memiliki peran kuat dalam pengendalian dan pengawasan
di daerah, yaitu melakukan koordinasi, monitoring, dan evaluasi pembangunan, sampai ke

RKP 2012 III.1-23


level kabupaten/kota. Keberhasilan percepatan pembangunan memerlukan koordinasi
pembangunan pusat dan daerah. Maka, provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
(gubernur) dapat berperan penting dalam memastikan sinergi pembangunan sampai level
Kabupaten/Kota. Pengendalian dan pengawasan pembangunan di daerah yang kuat akan
menjaga kualitas hasil dan pencapaian target percepatan pembangunan. Termasuk di
dalamnya memastikan integrasi dengan rencana pembangunan wilayah sesuai dengan
RPJMN 2010-2014, RKP 2012, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan RKPD 2012. Sinergi berbagai konsep perencanaan
pembangunan akan berdampak pada pencapaian target pembangunan yang diinginkan
baik di daerah maupun di tingkat nasional.

1.6. Sasaran Pembangunan Tahun 2012


1.6.1 Sasaran Pembangunan Nasional
Berdasarkan arah kebijakan ekonomi nasional tersebut serta memperhatikan kondisi
eksternal dan internal, sasaran pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 ditetapkan
sebesar 6,7 persen dan laju inflasi diperkirakan sebesar 5,0—6,0 persen. Pertumbuhan
ekonomi diarahkan pada pertumbuhan yang lebih berkualitas, menciptakan lebih banyak
lapangan kerja dan lebih merata. Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7
persen pada tahun 2012 dibutuhkan investasi sebesar Rp 2.874,5 triliun. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas ekonomi yang terjaga, serta
berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
jumlah penduduk miskin, pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin
diperkirakan akan turun menjadi 6,4—6,6 persen dan 10,5—11,5 persen pada tahun 2012.
Guna mendukung tercapainya sasaran pembangunan ekonomi nasional tahun 2012,
dibutuhkan peran serta daerah dalam percepatan pertumbuhan ekonomi, pengendalian
inflasi dan pengurangan pengangguran dan kemiskinan yang dapat diejawantahkan ke
dalam sasaran-sasaran pembangunan bagi masing-masing wilayah berpatokan pada
sasaran pembangunan nasional. Dorongan fiskal ke daerah serta keselarasan program-
program pembangunan di daerah dengan program prioritas nasional perlu terus
ditingkatkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.

1.6.2 Sasaran Pembangunan Provinsi


Upaya mempertahankan kinerja perekonomian nasional dan sekaligus mengurangi
kesenjangan antarwilayah dapat ditempuh dengan menjaga kesinambungan berbagai
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Jawa-Bali; serta meningkatkan produksi,
investasi, dan perdagangan dengan mempercepat pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan baru di Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua. Kebijakan ini akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja dan
pengurangan kemiskinan di luar Jawa-Bali. Kebijakan ini juga diperkirakan akan
berdampak bagi pemerataan antarwilayah. Salah satu implikasi dari percepatan
pengembangan wilayah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
papua adalah pergeseran alokasi investasi pemerintah ke wilayah tersebut. Sementara,
pembangunan wilayah Jawa-Bali didukung oleh kerjasama investasi pemerintah dan
swasta dan juga investasi swasta penuh.

III.1-24 RKP 2012


Perkembangan terakhir pembangunan wilayah menunjukkan adanya percepatan
penurunan tingkat pengangguran di beberapa Provinsi. Bahkan, beberapa provinsi telah
mampu mencapai sasaran pengangguran tahun 2014 yang tertuang dalam RPJMN Tahun
2010-2014. Meskipun tingkat kemiskinan cenderung mengalami penurunan di seluruh
wilayah, namun diperlukan percepatan untuk dapat mencapai sasaran tingkat kemiskinan
Tahun 2014 yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2010-2014 yaitu sebesar 8-10 persen.
Sedangkan perkembangan pertumbuhan ekonomi di tiap provinsi secara umum
menunjukkan pertumbuhan yang relatif meningkat. Namun, pertumbuhan ekonomi di
beberapa Provinsi cenderung fluktuatif bahkan tumbuh negatif. Untuk mendorong
pemerataan pembangunan antarwilayah serta mendorong upaya untuk mencapai sasaran
pembangunan nasional melalui pembangunan daerah, maka pada ditetapkan berbagai
sasaran pembangunan perwilayah.

1.7. Keterkaitan Antarwilayah


Sebagai negara maritim, keterkaitan antarwilayah yang efisien, kokoh dan terpadu
menjadi dasar dari percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah.
Keterkaitan antarwilayah akan mendorong perpindahan arus barang dan jasa, modal, dan
informasi secara lebih cepat dan produktif. Keterkaitan antarwilayah juga akan mendorong
terjaganya kesatuan wilayah sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan
yang solid, serta terbangunnya wawasan kebangsaan yang kuat.
Keterkaitan antarwilayah saat ini masih belum optimal. Perdagangan antarwilayah di
Sumatera, Jawa Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara masih
sangat terbatas. Arus perdagangan antarwilayah sebagian besar terjadi antara Jawa-Bali
dan Sumatera. Sementara itu, perdagangan Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua
dan Nusa Tenggara sebagian besar hanya terjadi dengan Wilayah Jawa Bali. Kondisi ini
menyiratkan bahwa keterkaitan ekonomi di kawasan barat Indonesia lebih berkembang
dibanding kawasan timur Indonesia.

RKP 2012 III.1-25


TABEL 1.1.
TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN WILAYAH
(DALAM PERSEN)
Pertumbuhan
Ekonomi Pengangguran Kemiskinan
2012 2012 2012
Wilayah Sumatera
1. Aceh 5,00 – 5,55 7,25 – 6,55 18,89
2. Sumatera Utara 6,65 – 7,35 7,92 – 6,65 10,02
3. Sumatera Barat 5,20 – 5,65 6,50 – 5,50 8,84
4. Riau 5,55 – 6,10 6,30 – 5,70 7,60
5. Jambi 5,85 – 6,45 4,10 – 3,65 6,50
6. Sumatera Selatan 5,85 – 6,45 5,95 – 5,15 13,83
7. Bengkulu 5,35 – 6,20 2,40 – 2,10 15,47
8. Lampung 5,85 – 6,50 5,60 – 5,05 16,70
9. Bangka Belitung 5,50 – 6,10 3,40 – 3,05 5,40
10. Kepulauan Riau 7,25 – 7,80 3,05 – 2,40 7,31
Wilayah Jawa-Bali
11. DKI Jakarta 6,70 – 7,40 10,30 – 9,30 2,59
12. Jawa Barat 5,60 – 6,20 10,23 – 9,20 10,01
13. Jawa Tengah 6,65 – 7,25 6,00 – 5,40 14,33
14. DI Yogyakarta 5,50 – 6,10 5,40 – 4,90 15,67
15. Jawa Timur 6,45 – 7,10 4,10 – 3,23 13,17
16. Banten 6,20 – 6,80 12,65–11,75 5,86
17. Bali 6,30 – 6,70 2,95 – 2,50 4,49
Wilayah Nusa Tenggara
18. NTB 3,30 – 3,75 3,15 – 2,90 20,17
19. NTT 5,60 – 6,15 1,65 – 1,45 21,10
Wilayah Kalimantan
20. Kalimantan Barat 4,75 – 5,30 4,20 – 3,70 7,72
21. Kalimantan Tengah 5,55 – 6,15 3,80 – 3,40 5,53
22. Kalimantan Selatan 5,90 – 6,40 4,95 – 4,50 4,22
23. Kalimantan Timur 3,30 – 3,80 7,60 – 6,85 5,97

III.1-26 RKP 2012


Pertumbuhan
Ekonomi Pengangguran Kemiskinan
2012 2012 2012
Wilayah Sulawesi
24. Sulawesi Utara 6,85 – 7,75 9,00 – 8,20 8,65
25. Sulawesi Tengah 8,75 – 9,55 4,63 – 3,65 16,62
26. Sulawesi Selatan 6,85 – 7,75 6,40 – 5,75 9,95
27. Sulawesi Tengggara 7,75 – 8,20 3,20 – 2,90 15,78
28. Gorontalo 6,90 – 7,90 4,10 – 3,75 21,67
29. Sulawesi Barat 6,00 – 6,75 3,00 – 2,70 10,72
Wilayah Maluku
30. Maluku 5,15 – 5,70 7,15 – 6,45 25,15
31. Maluku Utara 5,75 – 6,55 4,20 – 3,85 8,33
Wilayah Papua
32. Papua Barat 6,60 – 7,20 6,75 – 6,15 32,37
33. Papua 5,75 – 6,25 3,50 – 2,70 34,26
Nasional 6,70 6,40-6,60 11,69

*) Proyeksi target diolah dari data BPS

RKP 2012 III.1-27


Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Wilayah Jawa-Bali menjadi pusat perdagangan
bahan baku dan hasil produksi nasional. Dengan pola perdagangan seperti itu, kegiatan
investasi baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali akan memberikan nilai tambah lebih
besar bagi wilayah Jawa-Bali baik berupa meningkatnya permintaan bahan baku maupun
meningkatnya permintaan konsumsi hasil produksi. Kenaikan investasi di luar Jawa-Bali
akan diikuti oleh meningkatnya bahan baku yang berasal dari wilayah Jawa Bali.
Peningkatan pendapatan wilayah luar Jawa-Bali sebagai hasil kegiatan investasi akan
diikuti oleh meningkatnya permintaan berbagi hasil produksi dari Jawa-Bali. Kondisi ini
akan menyebabkan pemusatan kegiatan ekonomi di wilayah Jawa-Bali dan menyebabkan
ketimpangan antarwilayah sulit teratasi.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka tantangan pembangunan yang harus
segera diatasi untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah dalam pembangunan
mendatang adalah:
1. Mendorong pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan baru di
wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua;
2. Pengembangan pusat-pusat ekonomi dan kawasan; serta
3. Membuka jalur dan dan memperluas jaringan perdagangan antardaerah dengan
dukungan infrastruktur (pengembangan jaringan transportasi dan komunikasi)
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012, tantangan tersebut diatas akan
diatasi melalui arah kebijakan pengembangan intrawilayah yang dibagi dalam 7 (tujuh)
wilayah yaitu Wilayah Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua dengan strategi pengembangan sektor-sektor unggulan wilayah serta
percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis dan cepat tumbuh, kawasan
perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan bencana. Selain itu,
tantangan di atas juga diatasi melalui arah kebijakan pengembangan antarwilayah melalui
strategi penguatan konektivitas nasional (pengembangan koridor ekonomi) melalui
pembangunan jaringan transportasi, perdagangan dan komunikasi yang menghubungkan
intrawilayah dan antarwilayah; serta pengembangan kelautan. Arah kebijakan dan strategi
pengembangan perwilayah yang ditujukan untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah
guna memperluas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan
bagi kesejahteraan rakyat secara rinci dapat dilihat pada Bab 2 sampai dengan Bab 8 dalam
Buku III Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012.

III.1-28 RKP 2012


GAMBAR 1.7
SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH DENGAN PEMBANGUNAN
SEKTOR
Tema RKP 2012:
PercepatandanPerluasanPertumbuhanEkonomi yang
InklusifdanBerkeadilanBagiPeningkatanKesejahteraan Rakyat

RKP 2012 III.1-29

Anda mungkin juga menyukai