Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN DEMOKRASI PANCASILA DI ZAMAN

REFORMASI

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah Pancasila


Yang dibina oleh Ibu Lenni Saragih., SKM., M.Kes.

Oleh
Shervin Anggraeni (P17211191002)
Maharani Ersa Fadhilah (P17211191007)
Indah Dwi Kusuma Wardani (P17211191008)
Nurul Azizah (P17211191011)
Fenti Nur Cahyani (P17211191012)
Prisma Alika Fikrian (P17211191019)
Prahita Ayu Wulandari (P17211191021)
Alimatul Izza Syahida (P17211193027)
Fitria Yusnia Aanda (P17211193057)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D4 KEPERAWATAN MALANG
September 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tanpa bantuan tuhan kami bukanlah siapa-siapa.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Penerapan
Demokrasi Pancasila di Zaman Reformasi”. Zaman reformasi , tidak sedikit kaum
millenials dalam menegakkan ideologi pancasila. Sebagai generasi millenials
kaum remaja setidaknya tau dan mengerti betul sistem demokrasi NKRI.
Sehingga disini akan diulas tentang penerapan sistem demokrasi di zaman
reformasi ini.
Mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada salah kata. Tidak ada manusia
yang sempurna kecuali Tuhan YME. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah pancasila khususnya ibu Lenni
Saragih.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang , 28 September 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.................................................................................................................................
Error! Bookmark not defined.i
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II
2.1 Pengertian Demokrasi ............................................................................... 4
2.2 Macam-Macam Bentuk Demokrasi .......................................................... 5
2.3 Perkembangan Demokrasi di Indonesia .................................................... 7
2.4 Mengapa Indonesia menerapkan demokrasi Pancasila sebagai system
demokrasinya ......................................................................................... 10
2.5 Demokrasi Era Reformasi di Indonesia .................................................. 11
BAB III
3.1 Kasus...................................................................................................... 15
3.2 Analisa Kasus ........................................................................................ 16
BAB IV
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
4.2 Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, dan (3)
tujuan. Berikut diuraikan penjelasannya.
1.1 Latar belakang
Demokrasi merupakan sistem pemerintahan dalam suatu Negara yang
mengatur penyelenggaraan pemerintahan di Negara tersebut. Demokrasi
merupakan suatu sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat (Lincoln & Boritt, 1990). Dari pengertian ini kekuasaan
tertinggi berada ditangan rakyat, dalam artian rakyat memiliki hak dalam
memperoleh kesempatan serta hak bersuara yang sama dalam upaya mengatur
kebijakan pemerintahan. Demokrasi mengizinkan atau membebaskan warga
negaranya untuk berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Kebebasan berpendapat dalam memilih pemimpin ini direalisasikan dalam
Pemilihan Umum (Pemilu) yang dilaksanakan secara konstiten dengan
mengangkat azas “LUBERJURDIL”. Hal ini menjadi salah satu wujud demokrasi
yang bermakna pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya,
rakyat diberi kebebasan dalam memilih, termasuk memilih wakilnya. Diawali dari
otonomi daerah yang memberikan hak untuk mengirimkan wakil dalam Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
lembaga inilah yang akan menampung aspirasi dari rakyat di daerah yang bisa
dilakukan dengan melakukan blusukan oleh anggota dewan daerah (konstituen).
Aspirasi yang sudah didapat itulah yang akan dibahas dalam Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) yang menjadi lembaga perwakilah rakyat di tingkat pusat.
Sehingga dari uraian di atas dapat ditarik makna demokrasi sendiri yakni
segala aspirasi yang ditampung dan akan dibahas dan ditindak lanjuti oleh
pemerintah termasuk DPR berasal dari rakyat. Kemudian disusun dan
dirundingkan pula oleh rakyat yang dalam hal ini dilakukan oleh DPR sebagai
lembaga perwakilan rakyat. Setelah hasil diperoleh dari perundingan kemudian
akan dikembalikan lagi ke rakyat sebagai wujud penindak lanjutan dari aspirasi
yang telah disampaikan.

1
Di Indonesia sendiri telah menganut banyak sistem pemerintahan pada
awalnya. Namun, yang tetap bertahan dari era reformasi 1998 hingga saat ini
adalah sistem pemerintahan demokrasi. Dimana sistem demokrasi ini
berlandaskan pada pancasila dan UUD 1945. Demokrasi di negara Indonesia telah
mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan masyarakat dalam
berkeyakinan, berbicara, berkumpul, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan
mengawasi jalannya pemerintahan.
Demokrasi Indonesia memiliki kedudukan penting dalam Negara Indonesia.
Karena demokrasi ini dianggap perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia
.Hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman yang ada di Indonesia, mulai dari
banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu banyaknya
suku, budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut di
syukuri.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Dengan
demikian,Demokrasi bagi bangsa Indonesia merupakan konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Budaya demokrasi di Indonesia perlu dikembangkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta seharusnya mengacu pada budaya
nasionalisme yang memiliki nilai gotong royong dan mementingkan kepentingan
umum. Namun, budaya individualisme dan budaya liberal yang masuk melanda
masyarakat dengan melalui arus globalisasi tidak mungkin bisa dibendung karena
kemajuan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Apa saja macam-macam bentuk demokrasi?
3. Bagaimana perkembangan demokrasi di indonesia?
4. Mengapa sekarang indonesia menerapkan demokrasi pancasila
sebagai sistem demokrasinya ?
5. Bagaimana implementasi demokrasi pancasila di era reformasi?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi
2. Untuk mengetahui macam-macam demokrasi
3. Untuk mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia
4. Untuk mengetahui penerapan demokrasi pancasila sebagai sistem
demokrasi
5. Untuk mengetahui implementasi demokrasi pancasila di era reformasi

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas pancasila yang diberikan dan sebagai
sarana media pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.

3
BAB ll
KAJIAN TEORI
Bab ini akan menguraikan tentang pengertian demokrasi, macam-macam
demokrasi, dan demokrasi setelah kemerdekaan NKRI
2.1 Pengertian Demokrasi
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan
istilah (terminologis). Secara epistemologis istilah demokrasi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “demos” berarti rakyat dan “kratos” berarti pemerintahan. Jadi
demokrasi berarti pemerintahan rakyat. Dimana rakyat diikutsertakan dalam
demokrasi tersebut dan rakyat juga sebagai pemegang kekuasaan serta mengontrol
jalannya suatu pemerintahan.
Banyak dari para cendekia di masa lampau / para ahli yang mencoba untuk
menjabarkan apa dan bagaimana arti dari demokrasi dalam suatu penyelenggaraan
negara.
1. Aristoteles
Berpendapat bahwa konsep demokrasi yang dulu hanya diterapkan
dalam satu wilayah kecil kemudian menyebar dan menggerakan manusia
seantero dunia untuk bersama sama menerapkan demokrasi sebagai dasar
dari penyelenggaraan negara itu sendiri. Demokrasi sebagai dasar hidup
bernegara pada umumnya yang memberikan pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang
mengenai kehidupannya termasuk dalam menilai kebijaksanaan pemerintah
negara oleh karena kebijaksanaannya tersebut menentukan kehidupan
rakyat.
2. Sedney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan
pada kesempatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat biasa.
3. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai tanggung jawab atas tindakan—tindakan mereka diwilayah publik

4
oleh warganegara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi
dan kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.
4. Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan polituk dimana individu- individu memperoleh
kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
5. Abraham Lincoln
Dalam Gettysburg Address yaitu pidato politikus yang paling sering
digunakan sebagai wujud demokrasi menyatakan bahwa demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakkyat dan untuk rakyat atau dalam bunyi
pidatonya yaitu “government of the people, by the people, [and] for the
people”. Konsep demokrasi menurut Abraham Lincoln merupakan konsep
dengan tujuan yang sangat mulia dimana semua urusan penyelengaraan
negara semuanya dikembalikan kepada rakyat.
a. Dari rakyat, artinya bahwa suatu negara terbentuk karena adanya
kekuasaan pemerintahan yang diberikan dari rakyat. Unsur dalam
negara yang paling pokok adalah rakyat, karena kekuasaan, kebijakan,
dan hasil pemikirannya adalah dari rakyat sehingga dapat menciptakan
suatu kesejahteraan.
b. Oleh rakyat, artinya bahwa dalam penyelenggaraan negara, rakyat
harus diikutsertakan. Karena rakyat mendapatkan kekuasaan terbesar
di posisi negaranya, maka harus bertanggungjawab atas fasilitas yang
disediakan pemerintah dan menjaga ketertiban dan ketenteraman.
Dengan hal ini akan terciptanya kenyamanan bagi masyarakat
sehingga timbulnya konflik akan terkurangi.
c. Untuk rakyat, artinya bahwa segala ketertiban dan ketenteraman yang
dipelopori oleh masyarakat itu pada akhirnya akan menjadi hadiah
bagi rakyat itu sendiri.. Kebijakan maupun hal yang dilakukan oleh
pemerintah akan kembali lagi kepada masyarakat sehingga dampak
positif akan kembali lagi kepada rakyat.
2.2 Macam-Macam Bentuk Demokrasi
1. Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat

5
Secara umum, demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Demokrasi langsung (direct democracy), pada sistem demokrasi
ini setiap warga negara terlibat langsung dan aktif dalam
pengambilan keputusan pemerintahan.
2) Demokrasi tidak langsung/ perwakilan (indirect democracy),
meskipun kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, pada sistem
demokrasi ini kekuasaan politik warga negara dilaksanakan secara
tidak langsung yaitu melalui perwakilan rakyat.
2. Demokrasi Berdasarkan Hubungan antar Kelengkapan Negara
Sistem demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara
dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1) Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Referendum, yaitu
sistem demokrasi dimana semua warga negara dilibatkan dalam
memilih para wakil mereka di parlemen. Tetapi rakyat memiliki
kendali terhadap parlemen tersebut melalui sistem referendum.
Sistem referndum adalah pemungutan suara yang dilakukan untuk
mengetahui kehendak rakyat secara langsung dan menyeluruh.
2) Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Parlementer, yaitu
sistem demokrasi dimana pemerintah (badan eksekutif) memiliki
hubungan erat dengan badan perwakilan rakyat (badan legislatif).
Pemerintah menjalankan program yang telah disetujui oleh badan
perwakilan rakyat.
3) Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Pemisahan Kekuasaan,
yaitu sistem demokrasi dimana kedudukan antara badan eksekutif
dan badan legislatif berada pada tempat yang terpisah. Artinya,
keduanya tidak berkaitan secara langsung seperti halnya pada
sistem demokrasi parlementer.
4) Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Refrendum dan Inisiatif
Rakyat, yaitu sistem demokrasi yang menggabungkan sistem
demokrasi perwakilan dengan sistem demokrasi secara langsung.
Pada sistem demokrasi ini masih terdapat badan perwakilan namun

6
dikendalikan oleh rakyat melelui referendum dimana sifatnya
obligator dan fakultatif.
3. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi
Sistem demokrasi berdasarkan prinsip ideologi dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
1) Demokrasi Liberal, yaitu sistem demokrasi yang menjunjung
tinggi hak individu setiap warga negara dan memberikan kebebasan
setiap orang dalam menyampaikan pendapatnya. Sistem
demokrasi liberal disebut juga dengan demokrasi konstitusional
dimana pemerintah wajib melindungi hak-hak individu warganya
sesuai yang tercantum dalam konstitusi.
2) Demokrasi Rakyat, yaitu sistem demokrasi yang dijalankan
berdasarkan paham sosialis atau komunisme, dimana kepentingan
negara dan kepentingan umum adalah yang terpenting di atas
kepentingan individu.
3) Demokrasi Pancasila, yaitu sistem demokrasi yang dijalankan
berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sistem
demokrasi Pancasila berasaskan musyawarah mufakat yang
mengutamakan kepentingan umum.
2.3 Perkembangan Demokrasi di Indonesia
1. Demokrasi Pada Revolusi Kemerdekaan pada tahun 1945 – 1950
Perkembangan demokrasi di Indonesia mulai berkembang pada saat
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada kala itu, demokrasi sudah
diterapkan di Indonesia, namun arti dari demokrasi itu sendiri baru
diterapkan untuk dua hal, yakni politik, dan pers. Tidak banyak mengenai
perkembangan demokrasi pada era ini, karena bentuknya masih sangat
sederhana yaitu hanya memuat basis-basis penting dari sebuah demokrasi.
Hal-hal tersebut adalah adanya hak untuk berpolitik, bermunculan partai
politik sebagai opsi dalam melakukan pemilihan dan dasar dari sistem
kepartaian di Indonesia.
2. Demokrasi Parlementer (liberal) pada tahun 1950-1959

7
Demokrasi ini dipraktikan pada masa berlakunya UUD 1945 periode
pertama (1945-1949) kemudian dilanjutkan pada berlakunya Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (UUD RIS) 1949 dan UUDS 1950. Demokrasi
ini secara yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 bersamaan dengan
pemberlakuan kembali UUD 1945. Era ini dapat dikatakan sebagai puncak
dari perkembangan demokrasi di Indonesia, karena pada masa ini banyak di
temukan elemen yang terwujud.
Pada masa berlakunya demokrasi parlementer (1945-1959),
Demokrasi parlementer ini bisa dibilang gagal karena beberapa sebab
kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program dari
suatu pemerintahan tidak dapat dijalankan dengan baik. Timbulnya
perbedaan pendapat yang sangat mendasar diantara partai politik yang ada
pada saat itu. Kekuasaan parlemen diperlihatkan dengan mosi tidak percaya
kepada pemerintah yang menyebabkan kabinet harus meletakkan
jabatannya.
3. Demokrasi Terpimpin pada tahun 1959-1965
Karena gagalnya demokrasi parlementer tadi, Indonesia kembali
memertimbangkan untuk membuat sistem demokrasi yang baru. Akhirnya,
terciptalah demokrasi terpimpin. Pada era ini, arti dari demokrasi itu sendiri
sudah bisa dibilang menurun karena adanya kekuatan-kekuatan politik yang
manjunjung ideologi masing-masing dan tidak memikirkan tentang politik
nasional.Secara konsepsional, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan
yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal itu
dapat dilihat dan diungkapan Presiden Soekarno ketika memberikan amanat
kepada konstituante tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok demokrasi
terpimpin, antara lain;
a. Demokrasi terpimpin bukanlah diktator.
b. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan
kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia.
c. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal kenegaraan dan
kemasyarakatan yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan social.

8
d. Inti daripada pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah
permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
e. Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang
membangun diharuskan dalam demokrasi terpimpin.
Namun dalam praktiknya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan
dan seringkali menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan
budaya bangsa. Penyebabnya karena kelemahan legislatif sebagai patner dan
pengontrol eksekutif serta situasi sosial poltik yang tidak menentu saat itu.
4. Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Baru pada tahun 1965-1998
Berkembangnya Indonesia, memaksa Indonesia untuk bisa keluar dari
masa demokrasi terpimpin. Presiden Soerkarno digantikan oleh Presiden
Soeharto. Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam
menggunakan hak-hak demokrasi haruslah disertai rasa tanggung jawab
terhadap nilai - nilai Pancasila. Demokrasi Pancasila berpangkal dari
kekeluargaan dan gotong royong.
Sayangnya, perkembangan menampilkan banyak penyimpangan yang
tidak pernah disangka oleh rakyat Indonesia. Pemerintah seolah-olah
merupakan penguasa dominan, sementara rakyat tidak boleh ikut campur
untuk masuk ke dalamnya. Hal itu menimbulkan tanda tanya besar pada
pemerintahan ini. Berbagai penyimpangan yang tidak sejalan dengan ciri
dan prinsip demokrasi pancasila, diantaranya:
a. Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan adil.
b. Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri
c. Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat.
d. Sistem parpol dibatasi sehingga yang tidak otonom dan berat sebelah.
e. Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme.
f. Menteri-menteri dan Gubernur di angkat menjadi anggota MPR.
g. Dominannya peran ABRI,
5. Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Reformasi pada tahun 1998
sampai sekarang
Kegagalan Demokrasi Pancasila era orde baru dikeranakan
pelaksanaan pemerintah yang mengingkari keberadaan Demokrasi

9
Pancasila.Demokrasi era reformasi (1998- sekarang). demokrasi Pancasila
yang disempurnakan dan mirip -mirip demokrasi parlementer. Demokrasi
yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap demokrasi pancasila.
Namun perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaannya. Terdapat
beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pancasila dari masa orde baru
terhadap pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini,
yaitu :
a. Pemilihan umum lebih demokratis.
b. Partai politik lebih mandiri .
c. Lembaga demokrasi lebih berfungsi.
d. Konsep trias politika (3 Pilar Kekuasaan Negara) masing-masing
bersifat otonom penuh.
Dari reformasi tersebut, akhirnya beberapa tuntutan mahasiswa
dipenuhi yaitu runtuhnya rezim Soeharto. Dari sana, demokrasi perlahan
berubah menjadi sistem demokrasi Pancasila yang saat ini kita rasakan.
Demokrasi pancasila hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat dipahami dan dihayati sebagai
nilai-nilai budaya politik yang mempengaruhi sikap hidup politik
pendukungnya.
2.4 Mengapa Indonesia menerapkan demokrasi Pancasila sebagai system
demokrasinya
Setiap negara mempunyai system politik masing – masing, salah satunya
adalah sistem politik demokrasi. Kata demokrasi berasal dari kata (demos berarti
rakyat, dan kratos berarti kekuasaan) atau memiliki makna kekuasaan rakyat.
Negara memiliki sistem demokrasi berdasarkan ideologi yang dianut negara
tersebut. Diantaranya adalah demokrasi liberal, konstitusional, komunis,
Pancasila, dan sebagainya. Negara Amerika merupakan negara yang menganut
system demokrasi liberal, yaitu peran pemerintah terbatas dalam ikut campur
kehidupan masyarakatnya. Sedangkan Indonesia sendiri menganut sistem
demokrasi pamcasila, yaitu demokrasi yang berdasarkan pada asas - asas
Pancasila.

10
Di Amerika sendiri, demokrasinya berlangsung bebas tanpa ada pihak dari
pemerintah. Bahkan di negara Amerika sendiri telah dibuat UU mengenai LGBT.
Hal tersebut sah – sah saja, karena pemerintah tidak berhak ikut campur dalam
masyarakat. Selain itu, negara tersebut juga sangat menjunjung tinggi HAM. Tapi
jika Indonesia membuat UU mengenai pengesahan LGBT, hal tersebut akan
menimbulkan kontroversial. Karena hal tersebut melanggar sila pertama dari
Pancasila.
Negara Indonesia tidak bisa sewenangnya memberikan kebebasan suatu
masyarakat tanpa ada batasan. Karena dapat menimbulkan banyak konflik yang
bertentangan dengan asas – asas Pancasila. Jika negara Indonesia menganut
sistem demokrasi liberal, maka hal yang akan terjadi adalah kemungkinan besar
masyarakat Indonesia akan mulai meniru kehidupan orang barat. Seperti
memperbolehkan hubungan bibir di depan umum. Hal tersebut menyebabkan
kerusakan mral bangsa Indonesia.
Jadi, disimpulkan bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila
karena asas – asas Pancasila sangat berperan penting dalam aspek kehidupan
masyarakat Negara Indonesia. yang mana menjunjung tinggi nilai – nilai agama,
rasa kemanusian, persatuan, musyawarah, dan keadilan. Hal tersebut diyakini bisa
menjadi suatu fondasi untuk mencapai kemakmuran suatu negara.

2.5 Demokrasi Era Reformasi di Indonesia


Sistem demokrasi di Indonesia yang telah dijalankan selama ini telah
menghasilkan banyak kemjuan yang sangat berarti bagi kehidupan masayrakat
secara prosedural. Pemilu legislatif, pemilu presiden, hingga pilkada dapat
berlangsung secara bebas transparan demokratis dan yang terpenting aman dan
tertib. Kebebasan dalam berpendapat dan berserkat jauh meningkat dari jaman
orde baru dimana kebebasan sangat dibatasi oleh penguasa. Menurut As’ad Said
Ali (2009:99) hal yang paling mendasar dalam demokrasi reformasi ialah
dibenahinya beberapa kelemahan dalam Batang tubuh UUD 1945 yang membuat
konstitusi berwajah beda dari Batang tubuh yang asli.
Perubahan penting dan mendasar tersebut membawa sejumlah harapan baru
ditengah masyarakat seperti yang diungkapkan As’ad Said Ali dalam bukunya

11
Negara Pancasila :Jalan Kemaslahatan Bangsa(2009). Masyarakat menghendaki
adanya perubahan dan peningkatan kualitas demokrasi seiring dengan kemajuan
prosedur demokrasi. Berikut adalah penjelasan mengenai demokrasi era
reformasi.

Demokari masa Reformasi (1998)


Setelah berakhirnya masa pemerintahan orde baru yang ditandai dengan
lengsernya kepemimpinan presiden Soekarnoa pada 1998, bangsa Indonesia
kemudian memasuiki masa orde reformasi (mulai 1988 hingga saat ini). Cerminn
mengenai pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi dapat diketahui dari
naskah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025. Dalam naskah
tersebut diuraikan mengenai keadaan pembangunan demokrasi, sebagaimana
berikut yg merupakan demokrasi era reformasi :
1. Perkembangan demokrasi sejak 1998 hingga proses diselenggarakannya
Pemilu 2004 telah memberikan sebuah kesempatan untuk mengakhiri
sebuah masa transisi demokrasi menuju proses konsolidasi demokrasi.
2. Adanya pemilihan umum secara langsung, yakni pemilihan presiden dan
wakilnya, pemilihan anggota DPR, PDP, DPRD, dan juga pemilihan kepala
daerah. Hal tersebut merupakan modal awal yang teramat penting dalam
meningkatkan proses perkembangan demokrsi dimasa mendatang.
3. Dengan terciptanya sebuah hubungan baru antara pemerintah pusat dan
daerah melalui program Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia.
4. Perkembangan demokrasi juga terlihat dari hubungan antara sipil-militer,
yang menjunjung tinggi supremasi sipil dan hubungan TNI sebagai militer
dengan Kepolisian NKRI (POLRI) terkait dengan hubungan dalam sebuah
kewenangan dalam melaksanakan fungsi pertahanan dan juga kemanan
kedulatan bangsa.
5. Demokrasi pada masa reformasi terlihat dari telah berkembangnya
kesadaran masyarakat mengenai partisipasinya dalam kehidupan
perpolitikan nasionl. Yang juga menjadi jalan untuk terbukanya kesempatan
untuk ikut dalam meningkatkan keehidupan politik dimasyarakat.

12
Tahapan Demokrasi
Sebagaimana seperti yang tercermin dari naskah RPJP 2005-2025, bahwa
proses demokrasi dalam era reformasi berada dalam tahapan ketiga yakni tahap
konsolidasi reformasi. Seperti berikut penjelasannya mengenai tahapan
demokratisasi:
1. Tahap pertama, yakni peralihan dari kepemimpinan dari penguasa non-
demokratis ke penguasa demokratis,
2. Tahap kedua, yakni pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik
demokrasi, (baca juga: Stuktur Lembaga negara sebelum dan sesudah
amandemen)
3. Tahap ketiga, yakni Konsolidasi demokrasi
4. Tahap keempat, yakni praktik demokrasi sebagai budaya politik berbangsa
dan bernegara.
Pelaksanaan demokrasi di masa reformasi memiliki beberapa karakteristik
yang memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Berikut ciri-ciri demokrasi
secara umum pada masa Orde Reformasi, diantaranya:
1. Dalam pengamblan sebuh keputusan mengutamakan adanya musyawarah
demi mencapi mufakat.
2. Terlebih dahulu mengutamakan segala kepentingan masyarakat, bangsa dan
negara
3. Tidak melakukan pemaksaan kehendak atau keputusan terhadap orang lain.
4. Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan.
5. Memiliki rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan sebuah keputusan yang
dihasilkan dalam sebuah musyawarah.
6. Dalam melaksanakan demokrasi berdasarkan nilai nilai luhur Pancasila.
Secara teori disebutkan bahwa semakin banyak prinsip-prinsip Demokrasi
dijalankan, maka sebuah negara akan semakin demokratis. Juga sebaliknya bila
prinsip-prisip demokrasi ditinggalkan maka demokrasi di dalam sebuah negara
akan semakin hilang. Berikut beberapa hasil penelitian mengenai pelaksanaan
demokrasi di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga regional maupun nasional.

13
Sistem Pemerintahan pada Masa Reformasi (1998 – sekarang), Sistem
pemerintahan dapat terlihat dari aktivitas kenegaraan yang terjadi dalam sebuah
pemerintahan, sebagaimana berikut :
1. Kebijakan pemerintah yang memberikan kebebasan dalam mengeluarkan
pendapat dan pikiran baik lisan dan juga tulisan sesuai pasal 28 UUD 1945
yang terwujud dengan dikeluarkannya UU No 2 / 1999 tentang partai politik
yang memungkinkan adanya multi partai. (baca juga: Fungsi Lembaga
Politik di Indonesia)
2. Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
bertanggung jawab dibuktikan dengan dikeluarkan ketetapan MPR No IX /
MPR / 1998 yang ditindaklanjuti dengan UU No 30/2002 tentang KOMISI
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Demokrasi pada masa reformasi merupakan sebuah demokrasi yang
membawa sebuah perubahan, dengan tetap berpegang pada Pancasila di Era
Reformasi. Yang diharapkan membawa bangsa dn negara kesebuah perubahan
dan kemajuan seperti yang telah lama dicita-citakan oleh sebagian besar
masyarakat.
Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi.
Di masa Reformasi ini juga terdapat peningkatan prinsip-prinsip demokrasi
yang terpenting,yaitu jaminan penegakan hak asasi manusia dengan di
keluarkannya Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-
Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak asasi manusia.Pelaksanaan
demokrasi yang sangat penting pada masa reformasi ini adalah adanya
amandemen terhadap UUD 1945.,Amandemen UUD 1945 dimaksudkan untuk
mengubah dan memperbaharui konstitusi Negara agar sesuai dengan prinsip-
prinsip Negara demokrasi.Proses amandemen terhadap UUD 1945 adalah:
1. Amandemen pertama tahun 1999
2. Amandemen kedua tahun 2000
3. Amandemen ketiga tahun 2001
4. Amandemen keempat tahun 2002

14
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Bab ini akan menguraikan kasus serta analisa kasus.

4.1 KASUS
Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja mengatakan aksi anarkistis di
Wamena dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kara
rasis di sekolah. "Wamena minggu lalu ada isu, ada guru yang mengeluarkan kata-
kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas mereka melakukan aksi," ujar
Rudolf di Jayapura, Senin (23/9/2019). Rudolf mengklaim kepolisian sudah
mengonfirmasi isu tersebut dan memastikannya tidak benar. "Guru tersebut sudah
kita tanyakan dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kita pastikan. Jadi kami
berharap masyarakat di Wamena dan di seluruh Papua tidak mudah terprovokasi
oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya," tuturnya.
Dilansir dari Tribunnews.com, aksi anarkistik berawal ketika siswa SMA
PGRI dan masyarakat yang berjumlah sekitar 200 orang menuju salah satu
sekolah di Kota Wamena, Kabupaten Jayapura, Senin (23/9/2019). Jumlah massa
yang begabung bertambah dan pergerakan massa pun terpecah di beberapa titik,
yakni kantor bupati, perempatan Homhom, dan sepanjang Jalan Raya Sudirman.
Kantor Bupati Jayawijaya di Jln Yos Sudarso dilempari batu oleh massa.
Sementara itu, seluruh aktivitas pertokoan dan sekolah termasuk kantor
pemerintah dan swasta lumpuh dan masyarakat memilih mengungsi ke kantor
Polres , Kodim dan Koramil.
Kantor Otonom di Jalan Yos Sudarso Wamena juga dibakar massa. "Bupati
juga sudah mendekati massa karena itu hanya isu. Kita juga sudah tanyakan dan
kita pastikan tidak ada kata-kata rasis. Kami harap masyarakat di Wamena dan di
tamah Papua tidak mudah untuk terprovokasi isu yang belum tentu
kebenarannya," pungkasnya.
Kontributor Kompas.com di Kota Wamena, John Roy Purba, melaporkan,
kantor bupati Jayawijaya yang berada di Jalan Yos Sudarso itu dibakar oleh massa
demonstran yang bertindak anarkistis. "Dalam pantauan kami, seluruh bangunan
kantor bupati Jayawijaya hangus dibakar massa," kata John. Selain itu, massa juga

15
membakar rumah-rumah di jalan Homhom, Kota Wamena. Sebagian massa juga
terlibat bentrok dengan aparat kepolisian dan TNI. Diberitakan Kompas.com,
kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) menyebabkan rumah dan
supermarket di sepanjang jalan di ibu kota Jayawijaya itu dibakar massa.
4.2 ANALISA KASUS
Pada kasus Wamena ini, pemerintah Negara Indonesia mengerahkan 6.000
gabungan TNI Polri untuk mengatasi tindak anarkis yang terjadi di Papua dan
Papua Barat. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi objek-objek vital negara,
bukan untuk menakut-nakuti atau memerangi Rakyat Papua. Penambahan
pasukan ini juga didasari oleh banyaknya aksi anarkis dan demonstrasi yang telah
dilakukan pada beberapa titik di Papua seperti membakar gedung dan demonstrasi
yang tidak damai.
Pak Wiranto Menko Polhumkam pada saat jumpa persnya tidak berkenan
untuk mengatakan jumlah korban pada media. Hal tersebut disebabkan karena
memang pada saat itu informasi masih simpang siur karena internet dilemahkan
dan Pak Wiranto sendiri belum mendapatkan kabar oleh Kapolri dan Panglima
TNI yang menangani kasus ini secara langsung. Sehingga Beliau tidak dapat
menyebutkan jumlah korban secara pasti.
Ternyata, jumlah korban atas kasus Wamena ini tidak sebanyak yang telah
disebarluaskan oleh pihak tid]ak bertanggung jawab. Jumlah korban menurut
Kapolri dan Panglima TNI adalah 1 anggota TNI meninggal, 2 anggota TNI luka-
luka, 3 anggota Polri luka-luka, dan 1 masyarakat meninggal. Sedangkan yang di
Papua Barat tidak ada korban jiwa, tetapi terdapat korban luka-luka saja.
Pembatasan akses internet ini bukanlah sebuah senjata negara untuk
menangani kasus tetapi hal ini adalah salah satu pencegahan agar tidak
tersebarluasnya berita hoax yang dapat meresahkan masyarakat dan memperumit
masalah yang ada. Pelambatan akses internet ini adalah reaksi untuk membendung
tindak anarkis masyarakat yang mengganggu stabilitas nasional. Jika kondisi di
lapangan sudah kondusif, maka pelambatan akses internet ini akan dibuka
kembali. Buktinya, memang cara ini efektif untuk menangani kasus seperti ini.
Gubernur Papua, Lukas Enembe meminta adanya perjanjian antara
pemerintah Negara Indonesia dengan Rakyat Papua. Karena ia merasa bahwa

16
Undang-Undang tidak berpengaruh dalam penangan kasus Papua. Dibuatnya
Undang-Undang pada kasus seperti ini tidak disertai dengan pelimpahan
wewenang. Hal ini ditolak oleh Wiranto karena sebagai wilayah dari NKRI
dimana kita menjunjung persatuan dan kesatuan haruslah tunduk pada UU yang
telah dibuat oleh lembaga legislatif. Karena hal tersebut pasti sudah
diperhitungkan manfaatnya terhadap daerah yang dimaksud dengan tujuan
menstabilkan kondisi dan melindungi rakyat Indonesia dari berbagai
permasalahan.

17
BAB IV
PENUTUP
Bab ini akan menguraikan saran dan kesimpulan.

4.1 Kesimpulan
Demokrasi berarti pemerintahan rakyat. Dimana rakyat diikutsertakan
dalam demokrasi tersebut dan rakyat juga sebagai pemegang kekuasaan serta
mengontrol jalannya suatu pemerintahan. Terdapat berbagai bentuk dari
demokrasi, tetapi Indonesia telah menggunakan tiga bentuk sistem
demokrasi,yaitu demokrasi parlemen(1950-1959), demokrasi terpimpin(1959-
1965), dan demokrasi pancasila (1965-sekarang).
Dalam memberikan kebijakan, negara Indonesia tidak bisa sewenangnya
memberikan kebebasan suatu masyarakat tanpa ada batasan. Karena dapat
menimbulkan banyak konflik yang bertentangan dengan asas – asas Pancasila.
Bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila karena asas – asas
Pancasila sangat berperan penting dalam aspek kehidupan masyarakat Negara
Indonesia, yang mana menjunjung tinggi nilai – nilai agama, rasa kemanusian,
persatuan, musyawarah, dan keadilan. Pelaksanaan demokrasi yang sangat
penting pada masa reformasi ini adalah adanya amandemen terhadap UUD 1945.
Amandemen UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaharui
konstitusi Negara agar sesuai dengan prinsip-prinsip Negara demokrasi.
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://guruppkn.com/demokrasi-era-reformasi
https://regional.kompas.com/read/2019/09/23/13330021/ini-penyebab-kerusuhan-
di-wamena-papua-berawal-dari-kabar-hoaks-di-sekolah?page=all.
https://www.kompasiana.com/tezar_bilyam123/57e4de0fe9afbd5514180222/kena
pa-indonesia-menganut-sistem-demokrasi-pancasila
maxmanroe.com
Saputri, S. & Bagus E. (2018). Tantangan Demokrasi di Era Globalisasi Demi
Mewujudkan Pencegahan Politik Uang dalam Pemilu. Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang.
Tri, S., Wahyuningsih, & Baegaqi A. Demokrasi,
(http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf), diakses pada25
September 2019

19

Anda mungkin juga menyukai