METODE PENELITIAN
yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui
pengisian kuesioner, pill count dan data sekunder yang diperoleh dari rekam
medis pasien.
3.3.1 Populasi
3.3.2Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dapat mewakili seluruh
19
Universitas Sumatera Utara
b. Pasien yang sedang menjalani pengobatan tuberkulosis paru lebih dari 2
minggu.
Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer
berupa kuesioner yang telah diisi oleh pasien dan pill count dengan cara
sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan
cara menghitung sisa jumlah obat yang dibawa pasien dan membagikan kuesioner
a. Data demografi pasien berupa biodata pasien yang terdiri dari 4 poin, yaitu
20
Universitas Sumatera Utara
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu data
yang diambil dari data yang sudah ada di tempat penelitian dengan menggunakan
kategori baik dan tidak baik terlebih dahulu menentukan kriteria tolak ukur yang
dijadikan penentuan skor pada setiap jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi
nilai 2 dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0. Kuesioner pengetahuan dapat
Peneliti menggunakan nilai mean sebagai cut off point dalam menentukan
hasil ukur yang artinya jika nilai pasien lebih rendah dari nilai mean maka
dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan tidak baik, dan jika nilai pasien lebih
Metode pill count ini dilakukan dengan cara menghitung sisa obat yang
didapatkan pasien selama terapi dalam jangka waktu tertentu. Menghitung jumlah
21
Universitas Sumatera Utara
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif.
Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif akan
Awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan. Uji
statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah chi-square (p<0.05) untuk
tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan serta uji spearman (p<0.05) untuk
minum obat, dengan kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel
b. Meminta surat permohonan izin Dekan Fakultas Farmasi USU kepada Dinas
22
Universitas Sumatera Utara
c. Meminta surat izin Dinas Kesehatan Medan untuk melakukan penelitian
penelitian.
Definisi operasional yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1
23
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 (Lanjutan)
24
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data demografi pasien terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan
pengetahuan.
25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 (Lanjutan)
Demografi Pasien Jumlah Pasien Persentase (%)
Penggunaan obat :
a. RHZE 5 13,16
b. RH 33 86,84
Total 38 100
berdasarkan jenis kelamin adalah lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu
tuberkulosis paru pada perempuan sebanyak 12 atau (31,6%). Hal ini dikarenakan
sebagian besar laki-laki merokok pada setiap harinya, sehingga laki-laki banyak
RI,2011).
kelompok umur yang paling tinggi menderita tuberkulosis paru adalah kelompok
pada kelompok umur tersebut lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah
baik maka dapat menjadi faktor pendukung untuk seseorang terpapar penyakit
Teladan Medan adalah SLTA sebanyak 20 orang dan terendah adalah tidak
26
Universitas Sumatera Utara
sekolah sebanyak 1 orang. Berdasarkan pekerjaan maka diperoleh kesimpulan
bahwa bila dilihat dari karakteristik responden maka, penderita tuberkulosis paru
sebanyak 14 orang (36,8%). Berdasarkan obat yang digunakan, maka obat yang
(86,84%) yang merupakan tahap lanjutan dari pengobatan tuberkulosis paru dan
Kota Medan.
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa nilai mean (rata-rata)
27
Universitas Sumatera Utara
sebesar 20,68. Peneliti menggunakan nilai mean sebagai cut off point dalam
responden tentang tuberkulosis yang mendapat skor lebih tinggi dari nilai mean
yang mendapat skor kurang dari nilai mean (20,68) sebanyak 16 orang (42,10%)
pengetahuan pasien tentang tuberkulosis paru adalah 57,82% baik, hal ini
tingkat pengetahuan 70,22% tergolong baik dan 29,78% tergolong tidak baik.
Penelitian yang dilakukan Junita (2012), diperoleh hasil pengetahuan pasien yang
tergolong baik 77,5% dan 22,5% kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh
Tuturop dan Yufuai (2016), diperoleh hasil pengetahuan pasien yang tergolong
baik sebanyak 52% dan 48% tergolong tidak baik dari hasil penelitian tersebut
tergolong baik lebih dominan dari pasien dengan tingkat pengetahuan tidak baik.
Hal ini juga sesuai dengan hasil yang di peroleh peneliti dalam penelitian.
28
Universitas Sumatera Utara
Sumber pengetahuan penderita selain didapat dari petugas Puskesmas,
juga didapat melalui baik sumber informasi yang berasal dari pemerintah maupun
bahwa hampir semua responden mempunyai tingkat kepatuhan minum obat patuh
masih ada yang belum patuh minum obat yaitu sebanyak 4 pasien dari
obat yaitu obat TB paru harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang,
penyakit setelah menjalani terapi 1-2 bulan atau lebih sehingga penderita malas
29
Universitas Sumatera Utara
untuk meneruskan pengobatan kembali, serta efek samping yang ditimbulkan oleh
obat tuberkulosis paru tersebut.Menurut Ali, dkk (2015), berbagai faktor yang
terganggu, jarak tempat tinggal yang jauh dari layanan kesehatan, salah persepsi
tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat adalah 80,9% tergolong tinggi,
minum obat 67,6% tergolong patuh dan 32,4% tergolong tidak patuh. Penelitian
yang dilakukan oleh Tuturop dan Yufuai (2016), didapatkan hasil bahwa tingkat
kepatuhan pasien dalam minum obat sebanyak 76% tergolong patuh dan sebanyak
24% tergolong tidak patuh. Penelitian yang dilakukan oleh Pameswari, dkk
(2016)diperoleh hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat adalah
55,6% tergolong patuh, 33,33% tergolong cukup patuh dan 11,11% tergolong
tidak patuh dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien
dengan tingkat kepatuhandalam minum obat yang tergolong tinggi lebih dominan
dari pasien tidak patuh dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat yang
tergolong rendah. Hal ini sesuai juga dengan hasil yang diperoleh peneliti dalam
penelitian.
30
Universitas Sumatera Utara
karakteristik pasien tuberkulosis paru dengan tingkat pengetahuan mengenai
tuberkulosis. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji
chi-square.
31
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan
a. Pelajar 6 4
(60%) (40%)
b. Wiraswasta 8 6
(57,1%) (42,9%)
0,986
c. Ibu rumah tangga 2 2
(50%) (50%)
Dll (dan lain-lain 6 4
(60%) (40%)
signifikansi adalah 0,970; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi 0,624;
0,503 dan 0,986. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
dari nilai persentase terdapat perbedaan pada setiap kategori dengan perbedaan
nilai persentase yang cukup jauh, yaitu pada kategori umur semakin besar umur
maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya, tetapi terjadi penurunan pada umur
56 - 65. Hal tersebut dapat dikarenakan faktor penuaan, begitu juga pada kategori
pendidikan, semakin tinggi pendidikan pasien maka semakin tinggi pula tingkat
tuberkulosis. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji
32
Universitas Sumatera Utara
chi-square. Pada uji chi-square dilihat nilai signifikansinya, jika nilai
signifikansinya < 0,5 maka nilai tersebut adanya hubungan namun jika nilai
33
Universitas Sumatera Utara
b. Wiraswasta 13 1
(92,9%) (7,1%)
c. Ibu rumah tangga 4 0
(100%) (0%)
d. Dll (dan lain-lain) 8 2
(80%) (20%)
signifikansi adalah 0,625; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah
antara karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya Diana, dkk (2014), diperoleh untuk kategori jenis kelamin,
diperoleh nilai signifikansi adalah 0,214; untuk kategori umur, diperoleh nilai
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan uji Spearman didapat hasil
koefisien korelasi 0,386, dengan nilai koefisien korelasi antara 0,21 sampai 0,40,
minum obat pasien tuberkulosis paru dan pada penelitian yang dilakukan Junita
34
Universitas Sumatera Utara
pasien dengan tingkat kepatuhan pasien minum obat anti tuberkulosis paru . Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa terdapat hubungan
tuberkulosis paru dengan kata lain semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien
mengenai tuberkulosis maka semakin patuh pasien dalam mengkonsumsi obat anti
tuberkulosis.
35
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
disimpulkan :
obat namun, nilai koefisien kolerasinya rendah yaitu 0,386 maka semakin
tinggi tingkat pengetahuan pasien tentang TB Paru maka semakin baik pula
5.2 Saran
36
Universitas Sumatera Utara