Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Surya kini harus dituntun saat berjalan. Matanya tidak bisa melihat lagi. Didampingi
ayahnya, Supardi (57), Surya melakukan pemeriksaan mata di Rumah Sakit Khusus
Mata, Sumatera Eye Centre (Smec), Jalan Iskandar Muda, Medan, Selasa (10/9/2019).
Dikatakan Surya, kebutaan yang dialaminya berlangsung sejak akhir Mei 2019. Surya
menyatakan, awal mula matanya mendadak merah, dan sehari berikutnya
pandangannya mulai mengabur, dan hari berikutnya berangsur tak bisa melihat sama
sekali.
Kondisi matanya sudah beberapa kali diperiksakan ke dokter. Sejauh ini Surya baru diberi
obat tetes mata, namun belum sampai tahap operasi.
Glaukoma Primer
"Kami lakukan dengan menegakkan diagnosa di sini, dengan scanning. Jadi scanning
saraf penglihatannya, kita dapatkan foto scanningnya, bahwa sarafnya sudah mengalami
atrofi, atau kematian saraf," kata Pulungan.
"Untuk pasien Surya ini dia memang murni glaukoma, tapi datang dengan sudah
terlambat. Mungkin dia tidak ada keluhan selama ini. Sebenarnya penyakit ini bukannya
datang tanpa keluhan, dan tiba-tiba buta, melainkan pasien yang tidak menyadarinya,"
kata Pulungan.
Terhadap kasus seperti ini, kata dia, penanganan medis yang dilakukan dengan cara
diberikan obat-obat tetes mata atau obat makan sebagai upaya untuk menurunkan
tekanan ke angka normal. Bila tidak tercapai angka normal, bisa dilakukan operasi.
"Bisa lakukan tindakan dengan sinar laser, operasi, yang sesuai kebutuhan untuk
mencapai angka normal tadi. Makin normal dia, kebutaannya makin lama. Karena dia
kan tidak akan mungkin sembuh. Kita lakukan penurunan tekanan untuk memperpanjang
penglihatan dia," kata Pulungan.
Sumber https://news.detik.com/berita/d-4700461/remaja-asal-asahan-alami-kebutaan-ngaku-
keseringan-main-game-online/2