Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian
Indonesia

Industrialisasi

Modul Standar untuk


digunakan dalam
Perkuliahan di Universitas
Mercu Buana

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


F041700013
10
FEB S1.Akuntansi Giawan Nur Fitria,SE.,M.Ak

Abstract Kompetensi

Mampu mengenal Perekonomian Mampu menjelaskan mengenai segala


Indonesia. potensi dan permasalahan
Industrialisasi di Indonesia
PENDAHULUAN

Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang


mantap penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh
pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik,
kimiawi, mesin, dan organisasi serta intelektual dalam produksi.

Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas sumber-


sumber tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun
definisi ini terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik
atau manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian tidak bisa lepas
dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian pula halnya
dengan transportasi dan komunikasi.

Industrialisasi merupakan proses peralihan dari satu bentuk masyarakat tertentu,


menuju masyarakat industrial modern. Wield (1983:80) mengemukakan tiga jenis
definisi untuk memahami industrialisasi antara lain:
1. Residual, industri berarti semua hal yang bukan pertanian.
2. Sektoral, yang mengatakan bahwa industri adalah energi, pertambangan, dan
usaha manufaktur.
3. Bersifat mikro dan makro, yaitu sebagai proses produksi, dan yang lebih luas
lagi sebagai proses sosial industrialisasi

Proses industrialisasi bisa dipahami melalui konsep pembangunan, karena arti


pembangunan dan industrialisasi seringkali dianggap sama. Konsep pembangunan
bersifat dinamik, karena konsep itu bisa berubah menurut lingkupnya. Apabila
pembangunan itu dihubungkan pada setiap usaha pembangunan dunia, maka
pembangunan akan merupakan usaha pembangunan dunia. Industrialisasi sebagai

‘13 Perekonomian Indonesia


2 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
proses dan pembangunan industri berada pada satu jalur kegiatan, yaitu pada
hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat.
Industrialisasi tidaklah terlepas dari upaya peningkatan mutu sumber daya manusia,
dan pemanfaatan sumber daya alam.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka
panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor
industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4. Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5. Meningkatkan kemampuan teknologi.
6. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7. Meningkatkan penyebaran industry

1. Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi


a. Kemampuan teknologi dan inovasi
b. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya
memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri
tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih
cepat.
d. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah
penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan
kegiatan ekonomi.
e. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat
dalam industrialisasi
g. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi
industri orientasi ekspor.
2. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di
sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat

‘13 Perekonomian Indonesia


3 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu.
Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya
maupun kinerja industri secara keseluruhan.

Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi
perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan
industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot
ketimbang grafik peningkatannya.

Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga
internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara
memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi
obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah
bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya
saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada
posisi yang sangat rendah.

Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya


saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia
(comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk
serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau
daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia
(competitive advantage).

3. Permasalahan Industrialisasi.
Industri manufaktur di LDCs / Least Developed Countries lebih terbelakang
dibandingkan di DCs / Develop Countries, hal ini karena :
1. Keterbatasan teknologi.
2. Kualitas Sumber daya Manusia.
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta.
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian
masih rendah.

‘13 Perekonomian Indonesia


4 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Alasan Industrialisasi
a. Warisan masa lalu
b. Pembagian buruh dan perdagangan
c. perusahaan multinasional
d. bantuan ekonomi
e. kekuatan kartel
f. pembayaran hutang perang

5. Strategi Pembangunan Sektor Industri


Startegi pelaksanaan industrialisasi :
 Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat
menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah
Korea & Taiwan.
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
- Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia.
- Potensi permintaan dalam negeri memadai
- Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
- Kesempatan kerja menjadi luas
- Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang’
 Strategi promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri
dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
- Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan
kelangkaan barang yang bisa baik pasar input maupun output.
- Tingkat proteksi impor harus rendah.
- Nilai tukar harus realistis.
- Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
6. Unsur-Unsur Industrialisasi
a. Masyarakat yang melakukan proses produksi dengan menggunakan
mesin;

‘13 Perekonomian Indonesia


5 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Berskala besar;
c. Pembagian kerja teknis yang relatif kompleks; dan
d. Menggunakan tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam.
Industrialisasi pada suatu masyarakat berarti pergantian teknik produksi dari
cara yang masih tradisional ke cara modern, yang terkandung dalam revolusi
industri. Dalam hal ini terjadi proses transformasi, yaitu suatu perubahan
masyarakat dalam segala segi kehidupannya (Dharmawan).

MASALAH KETERBELAKANGAN INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

Dari jumlah penduduk Indonesia termasuk negara sedang berkembang terbesar


ketiga setelah India dan Cina. Namun diluar dari segi industrialisasi Indonesia dapat
dikatakan baru mulai. Salah satu indikator dari tingkat industrialisasi adalah
sumbangan sektor industri dalam GDP (Gross Domestic Product). Dari ukuran ini
sektor industri di Indonesia sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara
utama di Asia. Dua ukuran lain adalah besarnya nilai tambah yang dihasilkan sektor
industri dan nilai tambah perkapita.

Dari segi ukuran mutlak sektor industri di Indonesia masih sangat kecil, bahkan
kalah dengan negara-negara kecil seperti Singapura, Hongkong dan Taiwan. Secara
perkapita nilai tambah sektor industri di Indonesia termasuk yang paling rendah di
Asia. Indikator lain tingkat industrialisasi adalah produksi listrik perkapita dan
prosentase produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri. Di Indonesia
produksi listrik perkapita sangat rendah, dan dari tingkat yang rendah ini hanya
sebagian kecil yang digunakan oleh konsumen industri.

Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada umumnya tidak
menggembirakan karena iklim politik pada waktu itu yang tidak menentu. Kebijakan
perindustrian selama awal tahun 1960-an mencerminkan filsafat proteksionalisme
dan etatisme yang ekstrim, dengan akibat kemacetan poduksi. Sehingga sektor
industri praktis tidak berkembang (stagnasi). Selain itu juga disebabkan karena
kelangkaan modal dan tenaga kerja ahli yang memadahi.

Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan


pada masa PJP I, hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang
diserap, nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi

‘13 Perekonomian Indonesia


6 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pembentukan PDB, serta pertumbuhannya sampai terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia.

KEBIJAKAN INDUSTRIALISASI

Pemerintah Orde Baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam


kebijakan perindustrian. Keadaan semakin baik dengan berhasilnya kebijakan
stabilitas di tingkat makro dan dilaksanakannya kebijakan di berbagai bidang, Ada
tiga aspek kebijakan ekonomi Orde Baru yang menumbuhkan iklim lebih baik bagi
pertumbuhan sektor industri ketiga aspek tersebut adalah:

1. Dirombaknya sistem devisa. Sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih bebas
dan lebih sederhana.
2. Dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan
negara, dan kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor
swasta bersama-sama dengan sektor BUMN.
3. Diberlakukannya Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA).

Sebagai akibat kebijakan ini, Indonesia membuka kemungkinan pertumbuhan


industri dengan landasan yang luas. Sehingga pada tahun 1970 industri-industri
utama sektor modern meningkat dengan pesat. Akibatnya sektor industri dalam GDP
meningkat dari 9% menjadi 12% pada tahun 1977, yang dibarengi dengan
menurunnya sektor pertanian dalam GDP.

FAKTOR-FAKTOR PEMBANGKIT DAN PENGHAMBAT INDUSTRI


DIINDONESIA
Pembangkit.
Ada beberapa faktor yang dapat membangkitkan perindustrian diindonesi, diantaranya
adalah:
1. Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor.
Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.

‘13 Perekonomian Indonesia


7 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah
menganut tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.

3. Kepemimpinan
Pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal
ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Penghambat

Faktor-Faktor yang dapat menghambat perkembangan perindustrian adalah :


1. Keterbatasan teknologi

Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas dan
kemampuan produksi.

2. Kualitas sumber daya manusia

Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan


mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.

3. Keterbatasan dana pemerintah

Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan


infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi

Dalam implementasinya ada empat argumentasi basis teori yang melandasi


suatu kebijakan industrialisasi, yaitu:

a. Keunggulan kompraratif
Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komparatif (comparative
advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-jenis industri yang
memiliki keunggulan komparatif baginya.

b. Keterkaitan industrial

‘13 Perekonomian Indonesia


8 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial (industrial linkage) akan
lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri yang paling luas
mengait perkembangan bidang-bidang kegiatan atau sektor-sektor ekonomi lain.

c. Penciptaan kesempatan kerja


Negara yang industrialisasinya dilandasi argumentasi penciptaan lapangan kerja
(employment creator) niscaya akan lebih memprioritaskan pengembangan
industri-industri yang paling banyak tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukan
bertumpu pada industri-industri padat karya dan industri-industri kecil.

d. Loncatan teknologi
Negara-negara yang menganut argumentasi loncatan tekhnologi (tekhnologi
jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan tekhnologi tinggi
(hitech) akan memberikan nilai tambah yang sangat best, diiringi dengan
kemajuan bagi tekbologi bagi industri-industri dan sektor lain.

Masing-masing teori diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Teori keunggulan


komparatif kelebihannya dalam hal efisien alokasi sumber daya demean
mengembangkan industri-industri yang secara komparatif unggul. Sumber daya
ekonomi akan teralokasi ke penggunaan yang paling mens.’.untungkan
kelebihannya terletak pada pendekatannya yang menyadarkan pada sisi produk
yang memiliki keunggulan komparatif boleh jadi barang yang kurang diminati
konsumen, sehingga meskipun efisien diproduksi. Mungkin sulit dipasarkan.

Teori keterkaitan industrial sangat peduli akan kemungkinan-kemungkinan


berkembangnya sektor lain, yaitu terletak pada keterkaitannya kedepan (forward
linkage). Maupun keterkaitan kebelakang (backward linkage). Sektor industrial
diharapkan bisa berperan sebagai motor penggerak perkembangan sektor lain.
Kelemahan teori ini kurang memperlihatkan pertimbangan efisiensi. Industri yang
dikembangkan memiliki kaitan luas. Sehingga diprioritaskan, dan boleh jadi
merupakan industri-industri yang memerlukan modal besar atau menyerap banyak
devisa, atau industri yang tidak memiliki keunggulan komparatif.

‘13 Perekonomian Indonesia


9 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori penciptaan kesempatan kerja unggul karena titik tolaknya yang sangat
manusiawi. Dengan menempatkan manusia sebagai subyek (bukan objek)
pembangunan. Teori ini sangat populis dan cocok bagi negara-negara berkembang
yang memiliki jumlah penduduk dalam jumlah besar. Namun industri-industri yang
dikembangkan berdasarkan penciptaan kesempatan kerja, mungkin saja industri-
industri yang tidak memiliki kaitan luas dengan sektor-sektor lain. Sehingga tidak
dapat berperan sebagai sektor yang memimpin (leading sektor).

Teori loncatan tekhnologi merupakan pandangan bare dalam jajaran teori


industrialisasi. Kekuatan teori ini terletak pada optimisme tekhnologi, bahwa
pengembangan industri berteknologi tinggi akan memacu kemajuan teknologi di
sektor-sektor lain. Kelemahannya teori ini ”tidak perlu biaya”, tidak menghiraukan
masalah ketersediaan modal, sehingga potensial boros devisa. Selain itu, teori ini
juga kurang peduli akan kesiapan kultur masyarakat dalam menghadapi loncatan
teknologi yang dikembangkan.

distribusi produk domestic bruto atas dasar harga berlaku

No
Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1 Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan 12.97 13.72 14.48 15.29 15.29 14.71 14.50 14.43
Perikanan.
2 Pertambangan dan
10.98 11.15 10.94 10.56 11.16 11.82 11.80 11.24
Penggalian
3 Industri Pengolahan 27.54 27.05 27.81 26.36 24.80 24.34 23.97 23.70
4 Listrik, Gas, dan Air
0.91 0.88 0.83 0.83 0.76 0.75 0.76 0.77
Bersih.
5 Bangunan 7.52 7.72 8.48 9.90 10.25 10.16 10.26 9.99
6 Perdagangan, Hotel, dan
15.02 14.99 13.97 13.28 13.69 13.80 13.96 14.33
Restoran.
7 Pengangkutan dan
6.93 6.69 6.31 6.31 6.56 6.62 6.67 7.01
Komunikasi
8 Keuangan, Persewaan &
8.06 7.73 7.44 7.23 7.24 7.21 7.27 7.52
Jasa Perusahaan.
9 Jasa-jasa 10.07 10.08 9.74 10.24 10.24 10.58 10.81 11.02
PRODUK DOMESTIK 100.0
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
BRUTO 0
PRODUK DOMESTIK
88.85 89.46 89.47 91.71 92.17 91.60 92.21 92.65
BRUTO TANPA MIGAS
Catatan:
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS 2013

‘13 Perekonomian Indonesia


10 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Santosa, Iwan.(2013). Perekonomian Indonesia: Masalah, Potensi, dan Alternatif
Solusi. Graha Ilmu.
2. Tambunan, Tulus.(2012). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan analisis
empiris. Ghalia Indonesia.
3. Basri, Faisal.(2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Indonesia.
4. Boediono, Dr. (1994). Ekonomi Internasional, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
5. www.bps.co.id
6. “Structural Transformation in Developed and Developing Countries”
oleh El-hadj Bah (W.P. Carey School of Business, Arizona State University, October
2007)

‘13 Perekonomian Indonesia


11 Giawan Nur Fitria, SE,M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai