Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-
Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis Imatur”
dengan baik. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian
Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu Penyakit Mata RS Islam Jakarta Cempaka Putih.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan,
pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak
yang berkepentingan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:

1. Dr. A.Iskandar, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah memberikan


bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini
2. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun dari para
penelaah sangat diharapkan demi proses penyempurnaan laporan kasus ini.

Jakarta, Juni 2014

Penulis

1
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Alamat :Jl. Kemuning II No.21 RT 010 RW 002 Kelurahan
Pulogadung Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
No. RM : xxxxx

1.2 Anamnesa
- Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur
- Keluhan Tambahan : Pusing
- Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata dengan
keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 1 bulan yang lalu. Mata
kanan pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata kirinya. Kabur
dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga
mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-
benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga
mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata serta seperti melihat
kabut atau asap.
- Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah mengalami hal ini
sebelumnya. Riwayat alergi, trauma, penggunaan kaca mata dan penyakit
sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.

2
- Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami
keluhan serupa.
- Riwayat Sosial : Pasien sehari-harinya merupakan seorang ibu rumah
tangga. Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Pertama.
- Riwayat Kebiasaan : Pasien mengaku sering mengkonsumsi jamu dua
kali sehari sejak usia muda.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg

1.4 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi


Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra

Kedudukan bola mata Ortho Ortho


Gerak bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Supra cilia
Madarosis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Palpebra superior
Edema Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada

Palpebra inferior
Edema Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva palpebra superior


Sekret mata Tidak ada Tidak ada

3
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior


Sekret mata Tidak ada Tidak ada
Hipermi Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva bulbi
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Hiperemi
- Konjungtiva Tidak ada Tidak ada
- Silier Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Perdarahan di bawah
konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pingueculae

Kornea
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Keratik presifitat Tidak ada Tidak ada

Bilik Mata Depan


Kedalaman Dangkal Dangkal
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada

Iris – Pupil
Bentuk Bulat, reguler Bulat, reguler
Letak Ditengah Ditengah
Warna Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman
Refleks cahaya langsung + +
RAPD - -

Lensa Keruh Keruh

4
Subluksasi Tidak ada Tidak ada
Dislokasi Tidak ada Tidak ada
Tes bayangan iris + +

Vitreus humor Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Funduskopi Refleks fundus + Refleks fundus +

Visus 3/60 6/60

1.5 Resume
Pasien perempuan 55 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan
penglihatan kedua mata kabur sejak 1 bulan lalu. Pasien merasa lebih sulit melihat
benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga
mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata seperti melihat kabut atau asap.
Pasien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu sejak usia muda. Riwayat
alergi, trauma, diabetes mellitus dan hipertensi disangkal oleh pasien. Keluarga
pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
OD OS
3/60 Visus 6/60
Normal Palpebra Normal
Tenang Konjungtiva Tenang
Tenang Sklera Tenang
Normal Kornea Normal
Dangkal BMD Dangkal
Bulat, reguler, Iris Bulat, reguler, bayangan
bayangan iris positif iris positif
Rp (+) Pupil Rp (+)
Keruh Lensa Keruh
(+) Reflek fundus (+)
21,9 TIO 21,9

1.6 Diagnosis Banding

5
- Kekeruhan badan kaca
- Endopthalmitis
- Glaukoma kronis

1.7 Diagnosis Kerja


ODS Katarak senilis imatur

1.8 Usulan Pemeriksaan


- Funduskopi
- Slit lamp

1.9 Usulan Terapi


ODS Ekstraksi Lensa
1.10 Prognosis
Dubia ad bonam

6
BAB II
PEMBAHASAN

Pasien perempuan berumur 55 tahun dengan keluhan utama pasien adalah


penglihatan kedua mata kabur secara perlahan-lahan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan semakin memberat hingga mengganggu aktivitasnya. Pasien merasa lebih
sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya.
Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata seperti melihat kabut
atau asap. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang
menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien
bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan
semakin cembung akibat proses hidrasi korteks, sehingga indeks refraksi berubah
karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia. Usia pasien yang lebih
dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai
adalah katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat
kekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada
kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

7
menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat
masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya
sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan
dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang
sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi
pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex
fundus yang (+),. Adanya bayangan iris mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari
hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah
katarak senilis imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa
dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien.
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga
pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa
mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat
dilakukan dengan metode ECCE + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana
pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita
harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-
masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan
berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar.
Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih
kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan ECCE.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan suatu
kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien
setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana
pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan
pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa.
Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan
dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,2

3.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti
dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa
- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

9
- Gangguan metabolisme umum

3.3 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara
daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru
dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini
dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada
lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-
molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya
menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa
juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa
menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan
penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi
sodium dan calcium.2
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga
densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel
fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan
serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,
proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa
terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki
peran penting pada proses pembentukan katarak.6

3.4 Gejala Klinis


Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2

10
- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan
pasien dengan katarak senilis.
- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran
terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi
langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang
tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
- Noda, berkabut pada lapangan pandang.
- Ukuran kaca mata sering berubah

3.5 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang
dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur
biasanya datang dengan keluhan pandangan mata kabur serta silau. Sementara
pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp
dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada
katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa

11
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang
dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat mencapai
1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
Pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam
mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior
lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan
lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai
reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow
test (+).

3.6 Diagnosis Banding


Diagnosis Banding Katarak Senillis Imatur :
 Kekeruhan badan kaca
 Endopthalmitis
 Glaukoma kronis

3.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal. Sejauh
ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun,
aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa

12
menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.


Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik
yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.7
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang
lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder
dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan
ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,

13
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

- Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat.

- Small Incision Cataract Surgery SICS


Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan proses
penyembuhannya lebih cepat.

3.8 Komplikasi
- Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.1,6,7

- Komplikasi dini pasca operatif

14
 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean
syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering)
 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
 Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
- Komplikasi lambat pasca operatif
 Ablasio retina
 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
 Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

3.9 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak
resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3 rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi
Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.
5. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
6. Zulkifli, MS. 2009. Katarak Senilis. Available from : www.blogsehat.com
7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology,
Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston, Singapore,
International Edition 2004.

16

Anda mungkin juga menyukai