Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Halusinasi Pendengaran
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus. (Varcarolis, 2006).
Halusinasi dengar adalah pencerapan tanpa adanya rangsangapapun pada panca indra
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun. Biasanya ditandai dengan
mendengar suara – suara kebisingan yang tidak jelas sampai kata – kata yang jelas seperti
suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan musik (Tawsend 1998).
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa
adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984).

2. Tanda dan Gejala


a. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau
kepada benda mati seperti mebel, tembok dll.
c. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
d. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.

Menurut Stuart and laraia, (2001) bahwa halusinasi dapat berkembang dalam 4 fase :

1) Fase pertama: Comforting (anxietas sedang), halusinasi menyenangkan.


Karakteristik: Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian rasa
bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas.
2) Fase kedua: (Condeming)
Karakteristik: Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan, klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan
menarik diri dari orang lain, psikotik ringan.
3) Fase ketiga: Controlling (ansietas berat), pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik: Pengalaman klien berhenti melakukan perlawanan terhadap halusinasi
dan mengarah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien mungkin
mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasinya berhenti. Klien mengalami
psikotik.
4) Fase keempat: Conquering (panik), umumnya menjadi lebur dalam halusinasinya.
Karakteristik: Pengalaman sensori jadi mengancam jika klien mengikuti halusinasi.
Halusinasi berhenti beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Klien
mengalami psikotik berat.

3. Rentang Respon
Menurut Achir Yani S. Hamid dkk, 2005 bahwa perilaku klien dapat diidentifikasi
sepanjang rentang respons neurobiologis dari yang adaptif ke maladaktif (Stuart and
Sundeen, 1998)
Respons adaptif Respons maladaptif

- Pikiran logis - Kadang proses - Gangguan proses

pikir terganggu pikir; waham

- Persepsi akurat - Illusi - Halusinasi

- Perilaku Sesuai - Emosi berlebihan - Kesukaran proses

/ kurang emosi

- Hubungan sosial - Perilaku tidak - Perilaku tidak

harmonis sesuai/tidak terorganisir

biasanya

- Menarik diri - Isolasi sosial

a. Pikiran logis, yaitu ide yang berjalan secara logis dan koherent.
b. Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melaui panca indra yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam
maupun diluar dirinya.
c. Emosi konsisten: Yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau efek keluar disertai
banyak komponen fiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
d. Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang berlaku.
e. Hubungan sosial harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar
individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu misinterpretasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di
otak kemudian diinterprestasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu manifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan
atau kurang.
h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: Yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku.
i. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.

4. Penyebab
a) Faktor Predisposisi
Yang mungkin mengakibatkan ganggun oreintasi realitas adalah aspek biologis, psikologis
dan sosial yaitu:
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan halusinasi. Gejala yang mungkin timbul adalah gangguan belajar, berbicara,
daya ingat dan mungkin muncul perilaku menarik diri atau kekerasan.
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan sangat mempengaruhi respon psikologis dari
klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah
penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien. Penolakan dapat dirasakan dari ibu,
pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitif atau bahkan terlalu
melindungi.
3) Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi terjadinya halusinasi dimana
terdapat konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) kemiskinan,
kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk.
b) Faktor presipitasi:
Sosial – budaya: teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respons neurologis yang maladaftif, misalnya: lingkungan yang penuh dengan
kritik (rasa bermusuhan): kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga
diri: kerusakan dalam hubungan interpersonal dan gangguan dalam hubungan
interpersonal; kesepian; tekanan dalam pekerjaan; dan kemiskinan. Teori ini mengatakan
bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap terjadinya gangguan psikotik
tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.

5. Sumber Koping
Sumber koping yaitu suatu evaluasi terhadap pilihan cara yang digunakan dan strategi
seseorang untuk menyelesaikan suatu masalah. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi
koping yang berhasil.

6. Mekanisme Koping
Menurut Stuart and Sundeen (1998), Mekanisme koping halusinasi yaitu :
a) Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari –
hari.
b) Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c) Menarik diri.

C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar

Isolasi sosial : menarik diri

D. Masalah Keperawatan

1. Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain


2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
3. Isolasi Sosial : Menarik Diri

E. Data yang Perlu dikaji


Data Obyektif
Apakah klien terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini
1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau
kepada benda mati seperti mebel,tembok dll
3. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara
4. Tidur kurang / terganggu
5. Penampilan diri kurang
6. Keberanian kurang
7. Bicara tidak jelas
8. Merasa malu
9. Mudah panik
10. Duduk menyendiri.
11. Tampak melamun.
12. Tidak peduli lingkungan.
13. Menghindar dari orang lain.
14. Adanya peningkatan aktifitas motorik.
15. Perilaku aktif ataupun destruktif.

Data Subyektif

Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak.

F. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan persepsi
sensori: Halusinasi dengar.
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan adanya isolasi sosial :
menarik diri.

G. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Diagnosa I . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan
sensori : Halusinasi dengar .
1) TUM : Klien tidak menciderai orang lain .
2) TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1. dengan kriteria hasil :
a. Ekspresi wajah bersahabat.
b. Menunjukkan rasa senang.
c. Ada kontak mata atau mau jabat tangan.
d. Mau menyebutkan nama.
e. Mau menyebut dan menjawab salam.
f. Mau duduk dan berdampingan dengan perawat.
g. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2. Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.

Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk


kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
3) TUK : 2. Klien dapat mengenal halusinasi
1. dengan kriteria hasil:
a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi.
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.
2. Intervensi :
a. Bantu klien mengenal halusinasinya.
1) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa
yang sedang terdengar.
2) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu
namun perawat sendiri tidak melihatnya.
3) Katakan bahwa klien lain juga tidak mendengar yang seperti
klien dengar.
4) Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
b. Diskusikan dengan klien
1) Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.
c. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.
4) TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
1. dengan kriteria hasil :
a. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya.
b. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengendalikan halusinasi
c. Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasi.
d. Klin dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.
2. Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi.
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
1) Katakan “ saya tidak mau dengar kamu”
2) Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
3) Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak
sempat muncul.
4) Meminta perawat / teman / keluarga untuk menyapa jika klien
melamun.
Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien

d. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap.


Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk
mencoba memilih salah satu cara pengendalian halusinasi.
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil
f. Anjurkan klien untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok, orientasi
realita.
Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan
interpretasi realita klien.
5) TUK : 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
1. dengan kriteria hasil:
a. Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat
b. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi
2. Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi.
Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol
halusinasi.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang
1) Gejala halusinasi yang dialami klien.
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah,
beri kegiatan jangan biarkan sendiri.
4) Beri informasi tentang kapan pasien memerlukan bantuan.

Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi.

6) TUK: 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik.


1. Dengan kriteria hasil :
a. Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek
samping obat
b. Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat
c. Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi
d. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat.
2. Intervensi:
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat.
b. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek
samping obat yang dirasakan.

Rasional : dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang
harus dilakukan setelah minum obat.

3. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.


Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
4. Bantu klien menggunakan prinsip lima benar.
Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang
pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

Nama : Khaerida Annisa


Nim : PO.71.3.201.13.1.075
Institusi : Poltekkes Makassar
DAFTAR PUSTAKA

Kapuk, Kang. 2011. Askep Jiwa Halusinasi Dengar.


http://www.kapukonline.com/2011/09/askepjiwahalusinasidengar.html. Diakses tanggal 19
Maret 2016.

Ilham. 2008. Kondas Halusinasi (Jiwa).


http://healthreferenceilham.blogspot.co.id/2008/07/kondas-halusinasi-jiwa.html. Diakses
tanggal 19 Maret 2016.

Aprilyani, Seli. 2013. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI PENDENGARAN. http://seliaprilyani.blogspot.co.id/2013/11/askep-
halusinasi-pendengaran.html. Diakses tanggal 19 Maret 2016.

Berti, Pradana. 2014. Laporan Pendahuluan Halusinasi Pendengaran.


http://diaryforberti.blogspot.co.id/2014/12/laporan-pendahuluan-halusinasi_9.html. Diakses
tanggal 19 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai