Badan Karantina
Pertanian
Tahun 2015-2019
Banun Harpini
Pada RPJMN tahap-3 (2015-2019), sektor pertanian masih menjadi sektor penting
dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut
digambarkan dalam kontribusi nyata pada penyediaan bahan pangan dan bahan
baku industri kecil dan menengah, penyumbang nyata Produk Domestik
Bruto(PDB), penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama
pendapatan rumah tangga perdesaan, penyediaan bahan pakan dan bioenergi, serta
berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
•Kesesuaian dengan
RPJMN 2015-2019
Penting
•Kesesuaian dengan 9 •Visi Misi Presiden
Agenda Prioritas •Dinamika lingkungan
•Peningkatan strategis organisasi,
Pembangunan ketahanan pangan
•UU Karantina Hewan, baik eksternal
nasional maupun internal
Ikan, & Tumbuhan •Peningkatan daya
saing produk
pertanian
Mendasar Kekinian
Pada 7 misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, terdapat 2 misi
yang memiliki relevansi secara langsung dengan Badan Karantina Pertanian
Salah satu fungsi utama Kementerian Pertanian yang diperankan oleh Badan
Karantina Pertanian adalah berkaitan dengan penyediaan sumberdaya pertanian
yang berkelanjutan guna menjamin keamanan pangan. Pelaksanaan fungsi tersebut
dilakukan melalui kegiatan pengawasan dan sertifikasi impor dan ekspor, verifikasi
dan audit kesesuaian persyaratan teknis, serta penetapan kawasan/area dan
sertifikasi karantina antar area dalam rangka mewujudkan daya saing pasar
internasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki luas wilayah laut
dan garis pantai yang sangat panjang, sehingga sangat besar kemungkinan
masuknya berbagai hama dan penyakit hewan dan tumbuhan melalui aktivitas lalu
lintas keluar masuknya produk pertanian, baik dari luar negeri maupun antar area
di dalam wilayah RI. Berkaitan dengan hal tersebut maka keberadaan Badan
Karantina Pertanian (BARANTAN) menjadi sangat penting sebagai garda terdepan
dalam mencegah masuknya/ keluarhama penyakit hewan karantina (HPHK) dan
organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) ke dalam/dari wilayah Negara
Republik Indonesia dan penyebarannya dari suatu area ke area lain.
Pada saat ini ancaman yang dapat mengganggu kelestarian sumberdaya alam,
ketentraman dan kesehatan masyarakat, kesehatan pangan, gangguan terhadap
produksi sektor pertanian, serta lingkungan telah didefinisikan sebagai ancaman
yang perlu untuk dicegah masuk dan penyebarannya. Ancaman yang secara global
telah diidentifikasi dapat dikendalikan secara efektif melalui penyelenggaraan
perkarantinaan antara lain: 1) ancaman terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan;
2) jenis asing invasif (invasive species); 3) penyakit Zoonosis; 4) Bioterorism; 5)
pangan yang tidak sehat termasuk Genetic Modified Organism (GMO) yang belum
dapat diidentifikasi keamanannya; 6) kelestarian plasma nutfah/keanekaragaman
hayati; 7) hambatan teknis perdagangan; dan 8) ancaman terhadap kestabilan
perekonomian Nasional.
Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terbangun pasar tunggal dan basis
produksi, dimana terdapat aliran barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil
yang lebih bebas, kawasan berdaya saing tinggi, pembangunan ekonomi merata,
pengembangan UKM ASEAN, serta integrasi ASEAN ke dalam ekonomi global. Wujud
kinerja MEA 2015 dari sisi karantina adalah fasilitasi kelancaran arus
barang/produk pertanian yang diperdagangkan. Dengan demikian, salah satu fokus
yang perlu mendapatkan perhatian serius menyangkut kesetaraan sistem
manajemen risiko antar negara anggota MEA.
Perubahan iklim (Dewan Nasional Perubahan Iklim, 2012)1, merupakan isu utama di
dunia saat ini karena berdampak pada keberlanjutan dan eksistensi kehidupan
manusia di bumi. Perubahan iklim ditandai dengan peningkatan temperatur global
dan peningkatan muka air laut. Perubahan temperatur global berimplikasi pada
perubahan pola temperatur permukaan bumi sehingga mempengaruhi perubahan
pola cuaca yang ada di permukaan bumi. Sektor pertanian, terutama sub sektor
tanaman pangan, mengalami dampak perubahan iklim yang cukup besar.
1
Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim Indonesia. 2012. Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI).
Dokumen ini sebagai masukan dalam penyusunan RAN (Rencana Aksi Nasional) Adaptasi yang dilakukan oleh
Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup, dan DNPI.
2.1 Visi
Visi dalam Renstra Kementerian Pertanian di atas, selanjutnya menjadi acuan dalam
penyusunan Visi Badan Karantina Pertanian (BARANTAN), yaitu: “Menjadi Instansi
yang Tangguh dan Terpercaya Dalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya
Alam Hayati Hewan dan Tumbuhan, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati
serta Keamanan Pangan”.
2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi di atas, terdapat 7 misi pemerintahan Presiden Joko Widodo,
yaitu:
Dalam kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi BARANTAN, maka Misi BARANTAN,
yaitu:
2.3 Tujuan
1. Terjaganya sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan HPHK
dan OPTK
2. Terjaminnya keamanan produk pertanian yang berasal dari hewan dan
tumbuhan
3. Pengendalian importasi dan percepatan eksportasi melalui pencegahan masuk
dan keluarnya media HPHK dan OPTK
4. Memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan perkarantinaan
5. Mewujudkan pelayanan prima
Sasaran Program (SP) adalah kondisi yang ingin dicapai secara nyata oleh BARANTAN
dalam pembangunan lima tahun mendatang sebagai dampak/hasil (outcome) dari
program/kegiatan yang mengacu pada sasaran strategis Kementerian Pertanian.
Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala
Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelahaan Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga, kedudukan Sasaran Strategis berada pada level
kementerian. Sedangkan pada level eselon I, dalam hal ini BARANTAN, maka istilah
yang dipergunakan adalah Sasaran Program (SP), untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut:
Peningkatan efektivitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan
OPTK diperlukan dalam rangka memaksimalkan tugas dan fungsi BARANTAN,
mengingat besarnya ancaman dan risiko berbagai jenis HPHK dan OPTK yang dapat
masuk dan tersebar ke wilayah RI karena sangat luasnya wilayah yang harus diawasi
dan dijaga. Besarnya risiko dan ancaman tersebut berdampak terhadap kesiapsiagaan
seluruh jajaran BARANTAN dalam menjaga wilayah RI sehingga diperlukan
implementasi yang konsisten dalam pelaksanaan dan efektivitas tindakan karantina
mulai dari tingkat pre border, at border dan post border.
Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 (ayat 3) menyatakan bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kekayaan tanah air dan wilayah negara
Indonesia yang kaya akan sumberdaya alam hayati perlu dijaga, dilindungi dan
dipelihara kelestariannya dari ancaman dan gangguan HPHK dan OPTK. Ancaman
terhadap kelestarian dan keamanan hayati akan menimbulkan dampak yang sangat luas
pada stabilitas ekonomi, keberhasilan usaha agribisnis dan kestabilan ketahanan
pangan nasional.
Sebagai upaya perlindungan sumber daya alam hayati khususnya hewan dan tumbuhan
di dalam negeri, serta dukungan akselerasi ekspor produk pertanian, maka diperlukan
adanya penguatan sistem perkarantinaan. Upaya perlindungan terhadap produk
pertanian dilakukan sebagai wujud dukungan pada pencapaian target sukses
Kementerian Pertanian yakni swasembada berkelanjutan, khususnya padi, jagung, serta
daging sapi. Kemampuan BARANTAN diperlukan guna melakukan cegah tangkal
terhadap HPHK dan OPTK.
Penguatan sistem karantina hewan dan karantina tumbuhan senantiasa terus dilakukan
dari tahun ke tahun guna memberikan pengaruh terhadap penurunan volume importasi
produk pangan. Selain itu, penguatan pintu pemasukan guna meningkatkan efektivitas
tindakan cegah tangkal introduksi HPHK & OPTK yang selaras dengan ketentuan dalam
WTO-SPS. Perlindungan terhadap produk tumbuhan dilakukan pula untuk komoditas
pertanian ekspor. Kualitas produk tumbuhan senantiasa harus terjaga, terutama
terhadap kesehatan tumbuhan guna menghindari adanya catatan tidak kesesuaian
(notification of non-compliance) di negara tujuan.
a) Persyaratan karantina;
b) Tindakan karantina;
c) Kawasan karantina;
d) Jenis jenis hama dan penyakit, media pembawa dan daerah sebarannya;
e) Tempat tempat pemasukkan.
Ruang lingkup obyek yang berkaitan dengan karantina yaitu orang, alat angkut dalam
perhubungan, hewan dan produk hewan, tumbuhan dan produk tumbuhan, barang-
barang perdagangan lainnya yang dilalulintaskan, diletakkan pada prinsip bahwa
segala sesuatu yang ditetapkan berdasarkan penilaian resiko dapat ditetapkan menjadi
media pembawa hama dan penyakit hewan serta organisme pengganggu tumbuhan.
Regulasi yang dibutuhkan di bidang perkarantinaan hewan dan tumbuhan yang masih
dalam proses penyusunan, dan/atau yang belum disusun yaitu:
Sejak tahun 2008 BARANTAN telah melakukan penataan organisasi yang merupakan
salah satu bentuk implementasi dari reformasi birokrasi melalui terbitnya Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja UPT Karantina Pertanian.
Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya, maka BARANTAN didukung oleh :
a. Sekretariat BARANTAN;
b. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani;
c. Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati;
d. Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan.
SEKRETARIAT
BADAN
UPT
50 UPT
BALAI UJI TERAP OPERASIONAL
BALAI BESAR UJI
TEKNIK DAN
STANDAR
METODE
KARANTINA BALAI BESAR /
KARANTINA
PERTANIAN BALAI / STASIUN
PERTANIAN
KARANTINA
PERTANIAN
BARANTAN terdiri atas: (a) Sekretariat Badan; (b) Pusat Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani; (c) Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati;
dan (d) Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan.
A. Sekretariat Badan
Sekretariat BARANTAN terdiri atas: (a) Bagian Perencanaan; (b) Bagian Keuangan dan
Perlengkapan; (c) Bagian Umum; (d) Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat; dan (e)
Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan
Hayati Hewani menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
Struktur organisasi Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani didasarkan
pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian, terdiri atas:
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati terdiri atas: (a) Bidang
Karantina Tumbuhan Benih; (b) Bidang Karantina Tumbuhan Non Benih; (c) Bidang
Keamanan Hayati Nabati; dan (d) Kelompok Jabatan Fungsional.
1 STAKEHOLDER PERSPECTIVE
1 Meningkatnya IKU. 001 Persentase media pembawa yang 98%
efektivitas memenuhi sistem jaminan kesehatan
pengendalian resiko melalui sertifikasi karantina impor di
masuk, tersebar dan tempat pemasukan yang telah
keluarnya HPHK dan ditetapkan pada tahun bersangkutan
OPTK IKU. 002 Persentase media pembawa yang 90%
memenuhi sistem jaminan kesehatan
melalui sertifikasi karantina antar area
di tempat pemasukan yang telah
ditetapkan pada tahun bersangkutan
IKU. 003 Persentase media pembawa yang 90%
memenuhi sistem jaminan kesehatan
melalui sertifikasi karantina antar area
di tempat pengeluaran yang telah
ditetapkan pada tahun bersangkutan
2 Meningkatnya kualitas IKU. 004 Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ≤ 0,1%
pelayanan tindakan ditolak oleh negara tujuan melalui
karantina dan tempat pengeluaran yang ditetapkan
pengawasan pada tahun bersangkutan
keamanan hayati
terhadap ekspor MP
HPHK dan OPTK dan
keamanan hayati
2 CUSTOMER PERSPECTIVE
3 Meningkatnya IKU. 005 Penurunan persentase kasus 5%
kepatuhan dan pelanggaran perkarantinaan dibanding
kepuasan pengguna tahun sebelumnya
jasa karantina IKU. 006 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat 81
pertanian (IKM)
3 INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
4 Tersusunnya IKK. 001 Jumlah peraturan/keputusan Menteri 10
kebijakan teknis tentang pencegahan masuk dan
perkarantinaan menyebarnya HPHK, dan keamanan
hayati hewani
IKK. 002 Jumlah peraturan/keputusan Menteri 10
tentang pencegahan masuk dan
menyebarnya OPTK dan keamanan
hayati nabati
IKK. 003 Jumlah keputusan Kepala Badan 40
Karantina Pertanian tentang
pencegahan masuk dan menyebarnya
HPHK, dan keamanan hayati hewani
IKK. 004 Jumlah keputusan Kepala Badan 50
Karantina Pertanian tentang
pencegahan masuk dan menyebarnya
OPTK dan keamanan hayati nabati
IKK. 005 Jumlah keputusan Kepala Badan 10
Karantina Pertanian tentang
pengawasan dan penindakan
perkarantinaan pertanian
IKK. 006 Jumlah dokumen pembinaan, dokumen 90
bimbingan teknis dan dokumen
monitoring pencegahan masuk dan
menyebarnya HPHK dan keamanan
hayati hewani
10 Pengembangan teknik IKK. 016 Jumlah Teknik dan Metode Uji Terap 15
dan metoda Uji Terap yang dikembangkan
IKK. 017 Jumlah Uji Terap yang dapat 5
dipublikasikan melalui Jurnal
Nasional/Internasional
IKK. 018 Jumlah Juklak/Juknis yang di Desiminasi 30
11 Pengembangan teknik IKK. 019 Jumlah teknik dan metoda pengujian 33
dan metoda Pengujian laboratorium yang dikembangkan
Laboratorium IKK. 020 Jumlah Validasi Metode Pengujian 33
IKK. 021 Jumlah Koleksi HPHK dan OPTK 50
IKK. 022 Jumlah Akreditasi Ruang Lingkup 30
Pengujian HPHK dan OPTK
IKK. 023 Jumlah Sampel Uji Rujukan 1050
IKK. 024 Jumlah ruang lingkup yang tersertifikasi 5
12 Meningkatnya IKK. 025 Jumlah sertifikat karantina impor, 5.000.000
Tindakan Karantina ekspor dan antar area terhadap media
pembawa OPTK dan HPHK melalui
pelaksanaan tindakan karantina
Kerangka pendanaan unit kerja instansi pemerintah sebagaimana diatur dalam UU No.
17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, tidak dapat dipisahkan dari landasan
perencanaan pembangunan yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional.
Dengan adanya penyesuaian terhadap visi, misi, tujuan, sasaran strategis, dan Indikator
Kinerja Utama (IKU), arah kebijakan dan strategi pembangunan karantina hewan dan
tumbuhan yang tertuang dalam dokumen Renstra BARANTAN 2015-2019, maka
dokumen ini menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Kerja (Renja) BARANTAN dan
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) BARANTAN tahun 2015-2019.
SASARAN ARAH
VISI MISI TUJUAN IKU STRATEGI PROGRAM
PROGRAM KEBIJAKAN
TARGET UNIT
PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KINERJA LOKASI ORGANISASI
2015 2016 2017 2018 2019 PELAKSANA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PROGRAM
PENINGKATAN KUALITAS
PERKARANTINAAN
PERTANIAN DAN
PENGAWASAN
KEAMANAN HAYATI
SASARAN PROGRAM 1:
Meningkatnya efektifitas IKU.1 Persentase media pembawa 94% 95% 96% 97% 98%
pengendalian resiko yang memenuhi sistem
masuk, tersebar dan jaminan kesehatan melalui
keluarnya HPHK dan OPTK sertifikasi karantina impor
di tempat pemasukan yang
telah ditetapkan
SASARAN KEGIATAN 1
Tersusunnya kebijakan IKK. 005 Jumlah keputusan Kepala 2 2 2 2 2
teknis perkarantinaan Badan Karantina Pertanian
tentang pengawasan dan
penindakan perkarantinaan
pertanian (DOKUMEN)
SASARAN KEGIATAN 8
Tersusunnya kebijakan IKK. 002 Jumlah 2 2 2 2 2
teknis perkarantinaan peraturan/keputusan
Menteri tentang pencegahan
masuk dan menyebarnya
OPTK dan keamanan hayati
nabati (DOKUMEN)
IKK. 004 Jumlah keputusan Kepala 10 10 10 10 10
Badan Karantina Pertanian
tentang pencegahan masuk
dan menyebarnya OPTK dan
keamanan hayati nabati
(DOKUMEN)
5 Peningkatan
Kualitas
Penyelenggaraan
Laboratorium Uji
Standar dan Uji
Terap Teknik dan
Metoda Karantina
Pertanian
SASARAN KEGIATAN 15
Pengembangan teknik dan IKK. 019 Jumlah teknik dan metoda 1 8 8 8 8
metoda pengujian pengujian laboratorium
laboratorium yang dikembangkan
(DOKUMEN)
SASARAN KEGIATAN 17
Terwujudnya good IKK. 038 Dukungan aparatur pegawai 12 12 12 12 12
governance & clean & layanan perkantoran
government (BULAN LAYANAN)
SASARAN KEGIATAN 18
Tersedianya sarana dan IKK. 039 Jumlah dan jenis sarana, 79 100 100 100 100
prasarana perkarantinaan infrastruktur, teknologi
yang memadai informasi yang sesuai
kebutuhan dan memadai
(UNIT)
TOTAL
ALOKASI
TARGET ALOKASI (Rp Miliar)
2015- LOKA
PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
2019 SI
(Rp
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Miliar)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Meningkatnya
efektifitas
pengendalian
resiko masuk,
tersebar dan
keluarnya HPHK
dan OPTK
IKU.1 Persentase media 94% 95% 96% 97% 98%
pembawa yang
memenuhi sistem
jaminan kesehatan
melalui sertifikasi
karantina impor di
tempat pemasukan
yang telah
ditetapkan
Meningkatnya
kualitas
kerjasama
nasional /
internasional
IKK. Jumlah harmonisasi 1 2 2 2 1
012 kerjasama
perkarantinaan
dengan negara
mitra yang
terimplementasikan
(LAPORAN)
IKK. Jumlah MOU dengan 1 1 1 1 1
013 K/L terkait yang
terimplementasikan
(DOKUMEN)
Meningkatnya
desiminasi SPS
dengan
stakeholder dan
instansi terkait
IKK. Jumlah desiminasi 1 1 1 1 1
014 SPS (DOKUMEN)
Meningkatnya
kualitas
laboratorium
UPT karantina
pertanian
IKK. Jumlah UPT yang 3 3 3 3 3
009 laboratoriumnya
terakreditasi sesuai
ruang lingkup
tugasnya
(DOKUMEN)
Meningkatnya
kemampuan
deteksi risiko
IKK. Jumlah dokumen 10 10 10 10 10
010 Analisis Resiko
HPHK (DOKUMEN)
Meningkatnya
kualitas
laboratorium
UPT karantina
pertanian
IKK. Jumlah UPT yang 3 3 3 3 3
009 laboratoriumnya
terakreditasi sesuai
ruang lingkup
tugasnya
(DOKUMEN)
Meningkatnya
kemampuan
deteksi risiko
IKK. Jumlah dokumen 10 10 10 10 10
011 Analisis Resiko
OPTK (DOKUMEN)
Terkelolanya
anggaran secara
optimal
IKK. Opini BPK terhadap WTP WTP WTP WTP WTP
028 laporan keuangan
BARANTAN
(Laporan)
Terwujudnya
good governance
& clean
government
IKK. Jumlah dokumen 17 17 17 17 17
029 perencanaan,
evaluasi &
pelaporan
karantina pertanian
(Dokumen)
IKK. Jumlah dokumen 65 65 65 65 65
030 rencana kinerja &
penyusunan
anggaran
IKK. Jumlah dokumen 5 5 5 5 5
031 pengembangan &
pengelolaan
kepegawaian
(Dokumen)
IKK. Jumlah dokumen 1 3 3 3 3
032 pengembangan
integritas barantan
dan reformasi
birokrasi
(Dokumen)
Tersedianya
sarana dan
prasarana
perkarantinaan
yang memadai
IKK. Jumlah dan jenis 88 100 100 100 100
039 sarana,
infrastruktur,
teknologi informasi
yang sesuai
kebutuhan dan
memadai (UNIT)
Pengembangan
teknik dan
metoda uji terap
IKK. Jumlah teknik dan 3 3 3 3 3
016 metode uji terap
yang dikembangkan
(DOKUMEN)
IKK. Jumlah uji terap 1 1 1 1 1
017 yang dapat
dipublikasikan
melalui jurnal
nasional/internasio
nal (DOKUMEN)
IKK. Jumlah juklak/ 6 6 6 6 6
018 juknis yang
didesiminasi
(DOKUMEN)
Terwujudnya
good governance
& clean
government
IKK. Dukungan aparatur 12 12 12 12 12
038 pegawai & layanan
perkantoran
(BULAN LAYANAN)
Tersedianya
sarana dan
prasarana
perkarantinaan
yang memadai
IKK. Jumlah dan jenis 79 100 100 100 100
039 sarana,
infrastruktur,
teknologi informasi
yang sesuai
kebutuhan dan
memadai (UNIT)
Tersedianya
sarana dan
prasarana
perkarantinaan
yang memadai
IKK. Jumlah dan jenis 1982 2000 2000 2000 2000
039 sarana,
infrastruktur,
teknologi informasi
yang sesuai
kebutuhan dan
memadai (UNIT)
IKK. Penambahan 20% 20% 20% 20% 20%
040 jumlah instalasi
karantina hewan
dan tumbuhan yang
sesuai standar