Anda di halaman 1dari 56

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2017

Analisa Kualitas Minyak Sereh


(Cymbopogon nardus Rendle) secara
Organoleptik dan Fisiko-Kimia
Berdasarkan Spesifikasi Persyaratan
Mutu SNI 06-3959-1995 Di PSMB Medan

Simarmata, Juni
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5622
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA KUALITAS MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus
Rendle) SECARA ORGANOLEPTIK DAN FISIKO-KIMIA
BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN
MUTU SNI 06-3953-1995 DI PSMB MEDAN

TUGAS AKHIR

JUNI SIMARMATA
142401205

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA KUALITAS MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus
Rendle) SECARA ORGANOLEPTIK DAN FISIKO-KIMIA
BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN
MUTU SNI 06-3953-1995 DI PSMB MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli

Madya

JUNI SIMARMATA
142401205

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Analisa Kualitas Minyak Sereh (Cymbopogon


nardus Rendle) Secara Organoleptik dan Fisiko-
Kimia Berdasarkan Spesifikasi Persyaratan Mutu
SNI 06-3959-1995 Di PSMB Medan
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Juni Simarmata
Nomor Induk Mahasiswa : 142401205
Program Studi : Diploma (D-3) Kimia
Departemen : Departemen Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan,Agustus2017

Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

Dr. MintoSupeno, M.S Dra. Nurhaida Pasaribu, M.Si


NIP. 196105091987031002 NIP. 195711011987012001

DisetujiOleh:
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si


NIP. 197404051999032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

ANALISA KUALITAS MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus


Rendle) SECARA ORGANOLEPTIK DAN FISIKO-KIMIA
BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN
MUTU SNI 06-3953-1995 DI PSMB MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2017

JUNI SIMARMATA
142401205

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, dimana atas berkat
dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan lancar.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik moral maupun materil, sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S. selaku Ketua Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku wakil Dekan I Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen KimiaFakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
4. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua program Studi D-III Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
5. Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, MS selaku dosen pembimbing saya, yang
telah membimbing saya hingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini.
6. Ibu Ir. Novira Dwi S.A, Bapak Indra Rizka Lubis, selaku Kepala UPT.
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Medan, yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan.
7. Ibu Ir. Nazweli Hirawati selaku Manajer Teknis dan seluruh pegawai UPT.
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Medan yang telah
memberikan fasilitas dan yang telah membantu serta membimbing penulis
dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
8. Teristimewa untuk Ayahhanda L. Simarmata, Ibunda L. Naibaho, Kakak
Elma Wati Regina Simarmata, Abang Alfencius Andreanus Simarmata
dan Adik Yunita Simarmata penulis yang tercinta yang telah memberikan
sumbangan doa, moral dan materil yang tak ternilai segingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini
9. Untuk Eka Ria Fransiska, Muchsinul Aulia, Robbi Muanjani, Alvian
Ambarita yang telah bekerja sama selama melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan
10. Untuk sahabat penulis Yessi, Desi, Rossa, Riza, Zarena, Susidan seluruh
teman D-III Kelas E yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini
serta mahasiswa D-III Kimia stambuk 2014.
11. Untuk sahabat saya Agus Rizky Fransena Silaen, Benhat Eljon, Ruth Novi
Aryanti, Juniarti Sinaga, Magdalena Simbolon, Aprita Kasandra Bangun,
Roulina Sianturi, Laurensius Wahyu Setiadi yang telah memberi semangat
dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih belum
sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan
partisipasi yang telah diberikan kepada penulis. Harapan penulis semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA KUALITAS MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus
Rendle) SECARA ORGANOLEPTIK DAN FISIKO-KIMIA
BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN
MUTU SNI 06-3953-1995 DI PSMB MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kualitas minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle)


terhadap warna, bobot jenis, indeks bias, total geraniol, sitronela, dan kelarutan
dalam etanol 80% di PSMB Medan. Pengujian dilakukan langsung di
Laboratorium Minyak Atsiri dengan menganalisa kualitas minyak sereh
(Cymbopogon nardus Rendle). Dengan beberapa parameter mutu sebagai objek
untuk dianalisa yaitu pengamatan secara organoleptik: warna, pengamatan secara
fisiko-kimia: bobot jenis, indeks bias, total geraniol, sitronela, dan kelarutan
dalam etanol 80%. Hasil analisa yang diperoleh secara organoleptik warna pada
minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) adalah kuning pucat. Hasil analisa
secara fisiko-kimia terhadap bobot jenis diperoleh 0,9035, indeks bias diperoleh
1,467, total geraniol diperoleh 36,0865, sitronela diperoleh 17,8992 dan hasil
analisa kelarutan dalam etanol 80% diperoleh 1 : 2. Data – data pengujian tersebut
membuktikan bahwa minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) pada pengujian
warna, bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 80% memenuhi
Spesifikasi Persyaratan Mutu SNI 06-3953-1995 dan pengujian total geraniol dan
sitronela belum memenuhi Spesifikasi Pesyaratan Mutu SNI 06-3953-1995.

Kata Kunci : Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle), Pengujian


Organoleptik, Pengujian Fisiko-Kimia, SNI 06-3953-1995

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALYSIS QUALITY OF CITRONELLA OIL (Cymbopogon nardus
Rendle) BY ORGANOLEPTICALLY AND PHYSICO-CHEMICAL
BASED ON SPESIFICATION OF QUALITY REQUIREMENT
SNI 06-3953-1995 0N PSMB MEDAN

ABSTRACK

Citronella oil (Cymbnopogon nardus Rendle) has been analysis of colour, weight,
density, total geraniol, citronella, and solubility in ethanol 80% on PSMB Medan.
This research directly done in Laboratory of Essential Oils by testing the quality
of citronella oil (Cymbopogon nardus Rendle). With several quality parameters as
the object to test organoleptically: colour, test physico-chemical: weight, density,
total geraniol, citronella, and solubility in ethanol 80%. Test result that
organoleptically of citronella oil (Cymbopogon nardus Rendle) is pale yellow.
Test result that physico-chemical of weight is 0,9035, density is 1,467, total
geraniol is 36,0865, citronella is 17,8992, and solubility in ethanol 80% is 1 : 2.
The test data proved that citronella oil (Cymbopogon nardus Rendle) was tested
on colour, weight, density, solubility in ethanol 80% is fulfill the Spesification of
Quality Requirement SNI 06-3953-1995 and the test of total geraniol and
citronella not yet fulfill the Spesification of Quality Requirement SNI 06-3953-
1995.
Keywords: Citronella Oil (Cymbopogon nardus Rendle), Organoleptically
test, Physico-chemical test, SNI 06-3953-1995

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACK vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 3
1.3Tujuan Percobaan 3
1.4 Manfaat Percobaan 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Minyak Sereh 4


(Cymbopogon nardus Rendle)
2.1.1 Pembuatan Minyak Sereh 5
(Cymbopogon nardus Rendle)
2.1.2 Kandungan Minyak sereh 6
(Cymbopogon nardus Rendle)
2.1.3 Bagian Tanaman Yang Digunakan 9
Dan Pemanfaatannya
2.1.4 Parameter Persyaratan Mutu Minyak Sereh 10
(Cymbopogon nardus Rendle)
2.2 Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tumbuhan 11
2.3 Sifat-sifat Minyak Atsiri 11
2.4 Metode Isolasi Minyak Atsiri 12
2.4.1 Metode Destilasi 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.2 Metode Penyulingan 13
2.4.3 Metode Pengempaan 16
2.4.4 Metode Ekstraksi Dengan Pelarut 17
2.5 Golongan Minyak Atsiri 17
2.6 Parameter Pada Pengujian Minyak Sereh 19
(Cymbopogon nardus Rendle)

BAB 3. METODE PENGUJIAN

3.1 Alat Dan Bahan 21


3.1.1 Alat 21
3.1.2 Bahan 21
3.2 Prosedur Kerja 22

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 28
4.1.1 Pengujian Kualitas Secara Organoleptik 28
Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)
4.1.2 Pengujian Kualitas Secara Fisiko-Kimia 28
Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)
4.1.2.1 Pengujian Bobot Jenis 29
Pada Minyak Sereh
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.1.2.2 Pengujian Indeks Bias 29
Pada Minyak Sereh
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.1.2.3 Pengujian Total Geraniol 29
Pada Minyak Sereh
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.1.2.4 Pengujian Sitronelal Pada Minyak Sereh 30
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.1.2.5 Pengujian Kelarutan Dalam Etanol 80% 30
Pada Minyak Sereh
(Cymbopogon nardus Rendle)

4.2 Perhitungan 30
4.2.1 Perhitungan Bobot Jenis Pada Minyak Sereh 31
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.2.2 Perhitungan Total Geraniol Pada Minyak Sereh 31
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.2.3 Perhitungan Sitronelal Pada Minyak Sereh 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(Cymbopogon nardus Rendle)

4.3 Pembahasan 35
4.3.1 Pengujian Warna Pada Minyak Sereh 35
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.3.2 Pengujian Bobot Jenis Pada Minyak Sereh 35
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.3.3 Pengujian Indeks Bias Pada Minyak Sereh 35
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.3.4 Pengujian Total Geraniol Pada Minyak sereh 36
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.3.5 Pengujian Sitronelal Pada Minyak Sereh 36
(Cymbopogon nardus Rendle)
4.3.6 Pengujian Kelarutan Dalam Etanol 80% 36
Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 38
5.2 Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
2.1.4.1 Persyaratan Mutu Minyak 10
Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)
SNI 06-3953-1995
4.1.1 Pengujian Warna Berdasarkan 28
Spesifikasi Persyaratan Mutu
SNI 06-3953-1995

4.1.2 Spesifikasi Persyaratan Mutu 28


Berdasarkan SNI 06-3953-1995

4.1.3 Hasil Penentuan Bobot Pada Minyak 29


Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

4.1.4 Hasil Penentuan Total Geraniol 29


Pada Minyak Sereh (Cymbopogon
nardus Rendle)

4.1.5 Hasil Penentuan Kadar Sitronelal 30


Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus
Rendle)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran
1 Sampel Minyak Sereh (Cymbopogon nardus
Rendle) 40
2 Penangas Air 40

3 Refraktometer 40

4 Piknometer 41

5 Neraca Analitik 41

6 Termometer 41

7 Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Sereh 42

(SNI 06-3953-1995)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini

disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada

suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap diudara terbuka. Istilah esensial dipakai

karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar

dan murni tanpa pencemar, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada

penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta

warnayanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak

berwarna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya

disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi

sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan

oksigen udara, ditutup rapat, serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk

(Gunawan dan Mulyani, 2004)

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri. Misalnya dalam

bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils dan volatile oils. Dalam Bahasa

Indonesia ada yang menyebutnya minyak terbang, bahkan ada pula yang

menyebut minyak kabur. Mengapa minyak atsiri dikatakan sebagai minyak

terbang atau minyak kabur? Tiada lain karena minyak atsiri mudah menguap

apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka (Lutony, 2000)

Perkembangan minyak atsiri di Indonesia berjalan agak lambat. Hal ini

disebabkan adanya beberapa faktor yang menjadi masalah yang sangat erat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kaitannya satu sama lain. Beberapa faktor tersebut antara lain akibat

perkembangan teknologi pengolahan minyak atsiri dinegara maju yang begitu

pesat, sementara Indonesia tidak mampu mengikutinya. Pengolahan minyak atsiri

di Indonesia memang masih pada tingkat hulu, hanya menggunakan cara

tradisional. Keadaan seperti ini jelas mengakibatkan posisi Indonesia kalah

bersaing dengan Negara produsen lain yang dapat memberi jaminan terhadap

jumlah produksi dengan mutu yang konsisten (Lutony, 2000).

Mutu minyak atsiri antara lain terletak pada kemurniannya (tidak ditambah

atau dicampur dengan benda atau cairan lain). Penilaian kemurnian minyak atsiri

dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya, terutama terhadap

penampilan, warna, bau, berat jenis, putaran optik, indeks bias, titik beku,

bilangan ester, bilangan asam, dan tingkat kelarutannya dalam etanol. Kini

pemalsuan minyak atsiri mudah diketahui karena pihak konsumen atau impotir

telah memiliki peralatan untuk mengukur tingkat kemurnian. Selain itu, telah ada

pula standar mutu baku skala internasional. Adanya penyimpangan sedikit saja

dari ketentuan yang telah ditetapkan, minyak atsiri itu dianggap telah dipalsukan

atau bermutu rendah (Lutony, 2000).

Pada tahun 1951 juga akhir tahun 1970, kualitas minyak serehturun. Hal ini

disebabkan kebutuhan minyak sereh pada saat tersebut naik, hingga untuk

memenuhi para pengusaha/petani melakukan panen/pemotongan tanaman sereh

sebelum waktunya dan sebagai akibat, kandungan sitronelal dan total alkohol

menjadi lebih rendah. (Sastrohamidjojo, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui

kualitas minyak sereh. Adapun pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

kualitas minyak sereh yaitu pengujian analisa secara organoleptik terdapat

pengujian warna, pengujian secara fisiko-kimia terdapat pengujian bobot jenis,

indeks bias, total geraniol, sitronela, serta kelarutan dalam etanol.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penguraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

tugas akhir ini adalah untuk menganalisa kualitas minyak sereh secara

organoleptik dan secara fisiko-kimia apakah sesuai spesifikasi persyaratan mutu

SNI 06-3953-1995 atau tidak

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukan percobaan ini untuk mengetahui apakah kualitas minyak

sereh yang diuji memenuhi spesifikasi persyaratan mutu SNI 06-3953-1995

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini dilakukan, yaitu sebagai informasi tentang kualitas

minyak sereh yang yang diuji berdasarkan spesifikasi persyaratan mutu SNI 06-

3953-1995

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan morfologi Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

Adapun klasifikasi dan morfologi sereh adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

SubDivision : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : cymbopogon

Tanaman penghasil minyak atsiri berdaun kuncup lebar serta bonggol

akarnya muncul sendiri ke permukaan tanah setelah berumur beberapa tahun.

Tunas mudah yang tumbuh dari pangkal daun induk tumbuh menjadi rumpun dan

berdaun sampai lebih dari 125cm sehingga akhirnya ujung daun dapat menyentuh

tanah. Tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle) dapat bertahan hidup sampai

umur beberapa (enam) tahun, tetapi produktivitas pada usia tersebut mulai

menurun. Oleh karena itu, dianjurkan agar peremajaan terhadap tanaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sereh(Cymbopogon nardus Rendle) wangi dilakukan setelah produksi daun tidak

lagi mencapai maksimal (Lutony dan Rahmayati, 2002)

2.1.1 Pembuatan Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

Minyak sereh diperoleh dengan proses penyulingan adapun tahap-tahap

pembuatan minyak sereh adalah sebagai berikut :

1. Pangkas daun sereh terlebih dahulu

2. Keringkan daun di bawah sinar matahari selama 4 – 5 jam

3. Siapkan peralatan suling. Lalu masukkan daun ke dalam ketel

4. Setelah penuh, tutup ketel suling dengan penutupnya

5. Kunci penutup agar tidak ada uap yang mengalir keluar melalui penutup

ketel

6. Suling daun dengan cara dikukus atau penyulingan dilakukan selama 4 – 5

jam atau sampai minyak tidak menetes lagi

Minyak atsiri yang disuling oleh parah penyuling skala kecil terkadang kurang

memenuhi persyarat standar. Sebagai contoh terdapat warna keruh kecoklatan

pada minyaknya. Hal tersebut disebabkan oleh proses penyulingan dengan

menggunakan ketel yang terbuat dari drum bekas. Untuk mempertahankan agar

kualitasnya tetap terjaga, perlu dilakukan pemurnian (Yuliani dan Satuhu, 2012)

Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas minyak agar

nilai jauh lebih tinggi. Metode pemurnian untuk minyak atsiri dapat dilakukan

dengan metode sebagai berikut.

1. Metode Kimia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pemurnian secara kimia dilakukan dengan penambahan bahan kimia yang

dapat menyerap logam-logam pengotor seperti Pb, Zn, dan Fe. Ketika logam

ini bisa ikut tercampur pada proses penyulingan. Proses penyulingan yang

menggunakan tangki ketel dari drum bekas biasanya menghasilkan minyak

berwarna kecoklatan akibat adanya zat besi yang berasal dari drumnya.

Untuk menghilangkan / memudarkan warna tersebut, dapat ditambahkan

bahan kimia. Berdasarkan cara kerjanya, bahan kimia dapat bersifat sebagai

adsorben / penyerap, senyawa pembentuk kelat, dan penyulingan senyawa

terpen.

2. Metode Fisika

Pemurnian secara fisika pada umumnya dilakukan dengan mendestilasi

ulang (redestiation) minyak atsiri atau destilasi terfraksi. Minyak atsiri yang

diperoleh melalui metode ini warnanya lebih jernih dan komponen utamanya

lebih tinggi. Redestilasi dilakukan melalui pendestilasi ulang minyak dengan

menambahkan air sebanyak 3 – 5 bagian minyaknya (Yuliani dan Satuhu,

2012)

2.1.2 Kandungan Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

Minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) mengandung tiga komponen

utama, sitronellal,geraniol, serta senyawa ester dari geraniol dan sitronellol.

Senyawa-senyawa tersebut merupakan bahan dasar yang digunakan dalam

parfum/pewangi dan juga produk farmasi (Sastrohamidjojo, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Sastrohamidjojo, faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan

minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) adalah sebagai berikut :

1. Tanah

Tanah jenis geluh pasiran pada ketinggian 180-450 meter diatas

permukaan laut, iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan

minyak yang berkualitas tinggi. Hasil minyak sereh (Cymbopogon nardus

Rendle) yang paling tinggi diperoleh dari tanaman yang ditanam pada tanah

geluh pasiran dengan pH 6,00 hingga 6,50. Sedangkan tanah dengan pH lebih

rendah tidak cocok untuk tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle) (Singh

dan Ganguli, 1972)

2. Iklim

Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan curah hujan

setiap tahun berkisar 200 hingga 250 cm nerupakan syarat utama untuk

menghasilkan daun dan minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) yang

baik. Kekeringan yang berkepanjangan atau curah hujan yang berlebihan akan

merusak tanaman sereh.

3. Ketinggian

Tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle) tumbuh paling baik pada

ketinggian 180 hingga 450 m diatas permukaan laut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Penanaman

Tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle) dikembangbiakkan melalui

akar pada permulaan musim hujan. Rumpun tanaman sereh (Cymbopogon

nardus Rendle) yang paling sehat dibagi menjadi beberapa bagaian. Dua

batang tanaman yang mengandung dua akar yang sehat ditanam dalam setiap

lubang dengan kedalaman 15 cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman

berukuran 90X90 cm (Virmani dan Datta, 1971) atau ukuran 75X75 cm.

Sedangkan jarak tanaman lebih dekat daripada 75X75 akan menurunkan hasil

daun per satuan area lahan (Singh dan Ganguli, 1972)

5. Pemupukan

Kenyataan tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle) merupakan

tanaman tanah tandus dan tidak membutuhkan pemupukan yang intensif.

6. Panen

Panen pertama dilakukan 6 hingga 8 bulan setelah penanaman. Panen

berikutnya dilakukan dalam jarak 3 hingga 4 bulan.Panen dikerjakan pada

pagi hari dan tidak pada saat hujan. Pemotongan terlalu pendek akan

menyebabkan minyak yang dihasilkan rendah yang berarti juga akan

mengurangi hasil minyak secara keseluruhan. (Virmani dan Datta, 1971)

7. Destilasi

Sebelum daun didestilasi terlebih dahulu dikeringkan di bawahsinar

matahari (Sastrohamidjojo, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.3 Bagian Tanaman Yang Digunakan Dan Pemanfaatannya

Seluruh bagian tanaman, untuk menyembuhkan beragam penyakit sebagai

berikut.

1. Nyerih lambung dan diare

Cuci bersih 15 gram tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle) segar

dan 30 gram sambiloto. Tambahkan 2 gelas air ke dalam bahan, lalu rebus

hingga airnya tersisa 1 gelas. Saring, lalu minum airnya selagi hangat bersama

1 sendok makan madu.

2. Batuk

Cuci bersih 6 gram tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle) kering,

15 gram kulit jeruk mandarin (Citrus nobili Lour), dan 10 gram jahe. Rebus

bahan dalam 500cc air hingga airnya tersisa 20 cc. Minum ramuan seperti

minum teh.

3. Nyerih sendi dan memar

Minyaknya digosokkan pada bagian tubuh yang sakit.

4. Pegal

Cuci bersih 600 gram tanaman sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

termasuk akarnya. Rebus bahan dalam 3 liter air hingga mendidih. Tambahkan

air secukupnya hingga air ramuan yang panas menjadi hangat. Gunakan air

yang masih hangat tersebut untuk mandi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Haid tidak teratur dan bengkak setelah melahirkan

Cuci bersih 15 gram sereh (Cymbopogon nardus Rendle) segar, 10 gram

kunyit (Curcuma domestica Va.l), 15 gram daun dewa (Gynura segetum

(Lour) Merr.), 10 gram kencur (Kaempferia galanga L.), 15 gram temu hitam

(Curcuma aeruginosa Roxb.), dan 10 gram bengle (Zingiber purpureum

Roxb). Minum ramuan 3 kali sehari, masing-masing setengah gelas (Hariana,

2011)

2.1.4 Parameter Persyaratan Mutu Minyak Sereh(Cymbopogon nardus

Rendle)

Adapun parameter persyaratan mutu minyak sereh (Cymbopogon nardus

Rendle) berdasarkan Standart Nasional Indonesia 06-3953-1995 yaitu sebagai

berikut sebag

Tabel 2.1 persyaratan mutu minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) SNI

06-3953-1995

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan


1. Warna - Kuning pucat sampai kuning
kecoklat-coklatan
2. Bobot jenis 200C/200C - 0,880 – 0,922
3. Indeks bias (nD20) - 1,466 – 1,475
4. Total geraniol. Bobot/bobot % Minimal 85
5. Sitronela. Bobot/bobot % Minimal 35
6. Kelarutan dalam etanol 80% - 1 : 2 jernih, seterusnya jernih
opalesensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2 Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tanaman

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut

kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili

Piperaceae), di dalam saluran minyak yang disebut vittae (famili Umbelliferae), di

dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae),

terkandung di dalam semua jaringan (pada famili Coniferae). Pada bunga mawar,

kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga, pada kayu

manis (sinamon) banyak ditemui di kulit batang (korteks), pada famili

Umbelliferae banyak terdapat dalam perikarp buah, pada Menthae sp. terdapat

dalam rambut kelenjar batang dan daun, serta pada jeruk terdapat dalam kulit buah

dan dalam helai daun (Gunawan dan Mulyani, 2004)

2.3 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut.

1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa

2. Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau

minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari

macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya

3. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

rasa kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit,

tergantung dari jenis komponen penyusunnya

4. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah

menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas

maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan berkas noda pada

benda yang ditempel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah

menjadi tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun

oleh asam-asam lemak

6. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen

udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena

terdiri dari berbagai macam komponen penyusun

7. Indeks bias umumnya tinggi

8. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan

rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki

atom C asimetrik

9. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut

hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya

sangat kecil

10. Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004)

2.4 Metode Isolasi Minyak Atsiri

Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan

sebagai berikut:

2.4.1 Metode Destilasi

Diantara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah

metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan diberbagai

perusahaan industri penyulingan minyak atsiri, antara lain:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air).

Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk

minyak-minyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau

dan warna saat dipanaskan), misalnya oleoresin dan copaiba.

2. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air

langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan

segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan

dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian

dimasukkan kedalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam

metode ini ada beberapa versi perlakuan:

1. Bahan tanaman langsung direbus dalam air.

2. Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak direbus. Dari

bawah aliran uap air panas.

3. Bahan tanaman ditaruh dibejana bagian atas, sementara uap air

dihasilkan oleh air mendidih dari bawah dandang.

4. Bahan tanaman ditaruh dalam bejana tanpa air dan disemburkan

uap air dari luar bejana.

(Gunawan, 2010).

2.4.2 Metode Penyulingan

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui tiga model metode penyulingan,

yaitu:

1. Penyulingan dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak

langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung diatas air atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang

disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan

air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Minyak

atsiri dari beberapa jenis bahan seperti bubuk buah badam dan bunga mawar

cocok diproduksi dengan cara ini sebab seluruh bagian bahan harus tercelup

dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan cara lain,

misalnya melalui penyulingan dengan uap, bahan akan merekat dan

membentuk gumpalan besar yang kompak sehingga uap tidak bias

berpenetrasi kedalam bahan (Lutony, 2000).

Kelebihan dan kekurangan metode ini yaitu meskipun dari proses

pengerjaan sangat mudah, tetapi penyulingan dengan cara langsung ini dapat

menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan

terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh. Penyulingan langsung

juga bias mengakibatkan terjadinya pengasaman (oksidasi) serta

persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air dan timbulnya berbagai

hasil sampingan yang tidak dikehendaki (Lutony, 2000).

2. Penyulingan dengan uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung.

Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja,

air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan.Uap

yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan

tekanan lebih dari 1 atmosfer. Didalam proses penyulingan dengan uap ini,

uap dialirkan melalui pipa. Uap berlingkar yang berpori dan berada dibawah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bahan tanaman yang akan disuling. Kemudian uap akan bergerak menuju

kebagian atas melalui bahan yang disimpan diatas saringan (Lutony, 2000).

Kelebihan dan kekurangan metode ini yaitu sebuah ketel uap dapat

melayani beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang seri sehingga proses

produksi akan berlangsung lebih cepat. Namun sayangnya, proses

penyulingan dengan model ini memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat,

alat-alat pengaman yang lebih baik dan sempurna, biaya yang diperlukan pun

lebih mahal (Lutony, 2000).

3. Penyulingan dengan air dan uap

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling

diletakkan diatas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel

penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian

bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah,

jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya

berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony, 2000).

Kelebihan dan kekurangan metode ini yaitu dari segi komersial,

penyulingan dengan air dan uap memang cukup ekonomis sehingga model

penyulingan ini paling banyak digunakan diberbagai Negara, khususnya

dinegara-negara sedang berkembang. Selain biaya yang diperlukan relatif

murah, rendemen minyak atsiri yang dihasilkan juga cukup memadai,

mutunya pun dapat diterima dengan baik oleh konsumen (Lutony, 2000).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang menyolok pada ketiga metode

penyulingan tersebut. Namun demikian pemilihan metode tergantung pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cara yang digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan.

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada hidrodestilasi adalah:

1. Difusi atau perembesan minyak atsiri oleh air panas melalui selaput

tanaman, ini yang dikenal dengan pengertian hidrodifusi.

2. Hidrolisis terhadap komponen tertentu dari minyak atsiri.

3. Peruraian terjadi oleh panas. (Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.3 Metode Pengempaan

Proses memproduksi minyak atsiri dengan metode pengempaan

(expression) tidak banyak dilakukan oleh para perajin minyak atsiri diindonesi

(Lutony, 2000).

Metode ini terutama dilakukan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak

stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus). Juga terhadap

minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut

penyari. Metode ini juga cocok untuk minyak atsiri yang rendemennya relatif

besar (Gunawan, 2010).

2.4.4 Metode Ekstraksi dengan Pelarut

Pengambilan minyak atsiri dengan menggunakan bahan pelarut memang

dapat menghasilkan minyak yang lebih “halus” dibandingkan dengan metode

penyulingan. Metode ini juga sangat cocok untuk mengambil minyak atsiri yang

kurang stabil dan dapat rusak oleh panas uap air. Untuk skala besar dan

komersial, metode ini juga tepat diterapkan dan bahan pelarutnya tidak terbuang

percuma karena dapat digunakan berulang kali. Jenis bahan pelarut yang banyak

dipakai antara lain petroleum eter, eter, aseton, benzen, butan, dan alkohol

(Lutony, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5Golongan Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau

dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula

peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai

obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri

dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut

1. Minyak atsiri hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri

atas senyawa-senyawa hidrokarbon, yaitu

1. Minyak terpentin

Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus

(famili Pinaceae) yang terbagi dalam 80-90 jenis (spesies). Diantara jenis-

jenis pinus tersebut yang terpenting dalam perdagangan antara lain Pinus

palustris Miller yang tumbuh di daerah Amerika Selatan dan Amerika

Tenggara, Pinus maritima Lamarck yang tumbuh di daerah Perancis,

Pinus longifolia Roxb yang tumbuh di Pakistandan India, serta Pinus

merkusii L tumbuh di Indonesia

2. Oleum cubebae

Oleum cubebae adalah minyak atsiri yang diperoleh dari hasilb

penyulingan buah Piper cubebaeLinn (Kemukus, famili Piperaceae) yang

disimpan dalam botol gelap tertutup rapat, di tempat sejuk, dan terlindung

dari cahaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Minyak atsiri alkohol

Alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri digolongkan ke dalam tiga

jenis, yaitu alkohol asiklis, alkohol monosiklis, dan alkohol disiklis. Contoh

minyak atsiri alkohol ini adalah minyak pipermen yang merupakan minyak

atsiri alkohol yang terpenting. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman

Mentha piperita Linn (nama daereh: poko, famili: Labiate). Tanaman ini

merupakan herba menahun yang asli dari Eropa.

3. Minyak atsiri fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari

tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili

Myrtaceae). Tanaman berasal dari Maluku

4. Minyak atsiri eter fenol

Komponen-komponen dari minyak atsiri eter fenol adalah terpenoid

seperti anetol, sineol, pinena, dan felandrena. Contoh dari minyak ini adalah

minyak adas yang berasal dari penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari

Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae).

5. Minyak atsiri oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi

daun Melaleuca leucadendron L (famili Myrtaceae).

6. Minyak atsiri ester

Minyak gondopuro merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari

isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6 Parameter Pada Pengujian Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

Adapun parameter yang dilakukan pada pengujian minyak sereh

(Cymbopogon nardus Rendle)

1. Bobot jenis

Bobot jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu

250C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat

digunakan untuk semua minyak dan lemak yang dicairkan. Alat yang

digunakan untuk penentuan ini ialah piknopmeter (Ketaren, 1985)

2. Indeks bias

Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh

dan sinus sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Refraksi atau

pembiasan ini disebabkan adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan gaya

elektromagnetik dari atom-atom di dalam molekul cairan. Pengujian indeks

bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak. Alat yang

digunakan pada pengujian ini ialah refraktometer (Ketaren, 1985)

3. Total geraniol

Geraniol dapat dioksidasi menjadi sitral dan senyawa ini digunakan pada

pabrik pembuat ionon. Alfa-ionon digunakan secara ekstensif dalam pewangi

karena baunya yang mirip dengan bunga violet. Beta-ionon yang memiliki bau

yang mirip α- dan β-ionon. Geraniol ini lebih lanjut digunakan dalam

pembuatan nerolidol, farnesol, dan senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas

hormon juvenik. (Sastrohamidjojo, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Total sitronela

Sitronela adalah suatu senyawa yang terdapat pada tumbuhan sebangsa

rumput, terutama pada daun sereh. Berfungsi untuk mengusir minyak (Besari,

1982)

5. Kelarutan dalam etanol

Kelarutan minyak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam

lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam pelarut

polar, sedangkan asam lemak nonpolar larut dalam pelarut nonpolar (Ketaren,

1985)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PENGUJIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Neraca analitik Mattletoledo

2. Penangas air

3. Piknometer 25 ml dan 10 ml

4. Termometer Fischer

5. Refraktometer

3.1.2. Bahan

1. Minyak sereh

2. Aquadest

3. C2H6O

4. CH3COOH

5. CH3COONa anhidrat

6. NaCl

7. Na2CO3

8. MgSO4 anhidrat

9. Fenolftalein

10. Ca(OH)2 0,1 N

11. Ca(OH)2 0,5 N

12. HCl 0,5 N

13. Hidroksilamonium klorida

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14. Bromfenol blue

3.2 Prosedur kerja

1. Pengambilan sampel mewakili setiap drum

Sampel diambil dari setiap drum dengan suatu alat pipa logam panjang

± 125 cm, diameter ± 2 cm. Ujung pipa dapat ditutup atau dibuka dengan

suatu sumbat bertangkai panjang. Dengan jalan memasukkan alat itu

kedalam drum. Minyak harus terambil masuk ke dalam alat itu dari bagian

lapisan atas sampai dengan bawah. Contoh diambil empat kali pada empat

kali pada empat sudut yang menyilang berhadapan. Keempatnya dicampur

menjadi satu dan dikocok. Kemudian dari campuran itu diambil 100 ml

untuk dianalisa dan 100 ml lagi sebagai arsip contoh. Contoh untuk

pengujian dimasukkan ke dalam botol bersih, kering dan tidak

mempengaruhi contoh. Botol harus ditutup, disegeldan diberi etiket yang

bertuliskan nomor drum/lot, tanggal pengambilan contoh, identitas

pengambilan contoh, nama produsen atau eksportir. Tutup

2. Penentuan bobot jenis

1. Dicuci dan dibersihkan piknometer, kemudian dibasuh berulang

kali dengan etanol

2. Dikeringkan seluruh bagian piknometer tersebut

3. Dibiarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit

dan timbang (m)

4. Diisi piknometer dengan air suling yang telah dididihkan terlebih

dahulu pada suhu 200C sambil menghindari adanya gelembung-

gelembung udara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Dicelupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 200C ±

0,20C selama 30 menit. Sisipkan penutupnya dan keringkan dan

keringkan piknometernya

6. Dibiarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit,

kemudian timbang dengan isinya (m1)

7. Dikosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil

eter. Kemudian keringkan dengan arus udara kering

8. Diisi piknometer dengan minyak sereh (Cymbopogon nardus

Rendle) dan hindari adanya gelembung-gelembung udara

9. Dicelupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu

200C ± 0,20C selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan

piknometer tersebut

10. Dibiarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit

dan timbang (m2)

3. Penentuan indeks bias

1. Dialirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu

dimana pembacaan akan dilakukan

2. Diatur suhu agar tidak lebih dari ± 20Cdari suhu refrensi dan harus

dipertahankan dengan toleransi ± 0,20C

3. Diatur suhu minyak agar sama dengan suhu alat dimana

pengukuran akan dilakukan

4. Dilakukan pembacaan bila suhu sudah stabil

4. Penentuan total geraniol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Dicampur 10 ml minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

dengan 10 ml asam asetat anhidrat dan 2 gram natrium asetat

anhidrat dalam labu dari alat asetilasi. Ditambahkan potongan-

potongan kecil batu apung atau porselin dan lengkapilah labu

tersebut dengan pendingin reflaksinya

2. Dipanaskan labu dengan alat pemanas dan refluks cairan dengan

hati-hati selama 2 jam

3. Dibiarkan cairan menjadi dingin, tambahkan 50 ml air suling dan

panaskan pada suhu antara 40-500C selama 15 menit menggunakan

alat pemanas dan sering dikocok

4. Didinginkan sampai suhu kamar, tanggalkan pipa refluks dan

pindahkan cairan ke dalam corong pemisah. Bilaslah labu 2 kali

masing-masing dengan 10 ml air suling dan tuangkan air pencucian

ini ke dalam isi corong pemisah. Tunggu sampai cairan memisah

dengan sempurna, kemudian buanglah lapisan airnya

5. Dicuci lapisan minyak dengan jalan mengocok berturut-turut

dengan 50 ml larutan natrium klorida, 50 ml larutan natrium

karbonat/natrium klorida, 50 ml larutan natrium klorida dan 20 ml

air suling

6. Dikocok dengan baik minyak atsiri yang terasetilasi ini dengan

larutan-larutan jenuh tersebut, kemudian hati-hati dengan air suling

sedemikian rupa sehingga bila pencucian telah dilakukan dengan

baik minyak itu netral terhadap kertas lakmus (pH 7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Dipindahkan lapisan minyak ke dalam sebuah tabung yang kering

dan kocoklah beberapa kali selama 15 menit dengan sedikit 3 gram

magnesium sulfat anhidrat. Saringlah minyak yang sudah

dikeringkan itu. Ulangi pengocokan dengan 3 gram magnesium

sulfat berikutnya sampai minyak yang terasetilasi ini bebas dari air

8. Ditimbang sampai ketelitian 0,5 mg minyak atsiri yang terasetilasi

sebanyak 1 gram, kemudian masukkan ke dalam labu dari alat

penyabunan

9. Ditambahkan 2 ml air suling dan 0,5 ml larutan fenolftalein dan 25

ml larutan etanol kalium hidroksida 0,5 N. Dididihkan campuran

tersebut dalam pendingin refluks di atas penangas air selama 1 jam,

kemudian dinginkan dengan cepat, dengan menambahkan 20 ml air

suling dan dititrasi kelebihan alkali dengan larutan asam klorida

0,5 N

5. Penentuan kadar sitronela

1. Dimasukkan 20 ml larutan hidroksilamonium klorida ke dalam

sebuah labu erlenmeyer, tambahkan 10 ml larutan kalium

hidroksida yang diukur dengan buret dan dicampurkan

2. Dituangkan campuran itu ke dalam labu yang berisi 700 mg

minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle), labu erlenmeyer yang

telah kosong disimpan tanpa mencucinya

3. Didiamkan labu yang berisi campuran dan minyak sereh

(Cymbopogon nardus Rendle) atau didihkan dengan refluks selama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


beberapa waktu dan dinginkan dengan cepat sebelum pendinginan

refluks dipisahkan

4. Ditambahkan bromfenol biru

5. Ditambahkan larutan asam klorida yang terdapat dalam buret

sampai terjadi warna kehijau-hijauan dan pindahkan separuh dari

campuran reaksi ini ke dalam labu erlenmeyer yang dismpan

semula

6. Dinetralkan campuran yang separuhnya lagi sampai timbul warna

kuning muda, pindahkan kembali ke dalam labu yang satu lagi,

campurkanlah dan kembalikan lagi separuh dari larutan ke dalam

labu yang kosong itu

7. Dilanjutkan cara ini sampai suatu saat dimana penambahan tetes

asam klorida ke dalam larutan yang ada di dalam salah satu dari

kedua labu itu tidak lagi menimbulkan perubahan warna bila

dibandingkan dengan warna larutan yang terdapat dalam labu

kedua

8. Dilakukan pengujian blanko dengan pereaksi-pereaksi yang sama

mengikuti cara kerja yang sama pulak

6. Penentuan kelarutan dalam etanol 80%

1. Dimasukkan 1 ml minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) ke

dalam tabung reaksi

2. Ditambahkan setetes demi setetes etanol dari kekuatan yang sesuai

untuk minyak sereh (Cymbopogon nardus Rendle) yang sedang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diuji dan kocoklah sampai diperoleh suatu larutan bening pada

suhu 200C

3. Dibandingkan kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan

pembanding melalui cairan yang sama tebalnya

4. Ditambahkan etanol berlebih setelah minyak tersebut larut karena

beberapa minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol

lebih lanjut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengujian Kualitas Secara Organoleptik Pada Minyak

Sereh(Cymbopogon nardus Rendle)

Tabel 4.1 Pengujian Warna Berdasarkan Spesifikasi Persyaratan Mutu SNI

06-3953-1995

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan


1. Warna - Kuning pucat sampai kuning
kecoklat-coklatan

Hasil organoleptik yang dilakukan pada minyak sereh (Cymbopogon

nardus Rendle) menunjukkan warna yang sesuai pada spesifikasi persyaratan

mutu berdasarkan Standart Nasional Indonesia 06-1953-1995 yaitu kuning pucat

4.1.2 Pengujian Kualitas Secara Fisiko-kimiaPada Minyak

Sereh(Cymbopogon nardus Rendle)

Tabel 4.2 Spesifikasi Persyaratan Mutu Berdasarkan Standart Nasional

Indonesia 06-3953-1995

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Bobot Jenis 200C/200C - 0,880 – 0,922


2. Indeks Bias (nD20) - 1,466 – 1,475
3. Total Geraniol bobot/bobot % Minimal 85
4. Sitronellal bobot/bobot % Minimal 35
5. Kelarutan Dalam etanol 80% - 1 : 2 Jernih, seterusnya
jernih opalesensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.1.2.1 Pengujian Bobot Jenis Pada Minyak Sereh(Cymbopogon nardus

Rendle)

Tabel 4.3 Hasil Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Sereh (Cymbopogon

nardus Rendle)

Percobaan M m1 m2
I 31,2434 55,8349 53,5725
II 29,4058 38,7647 37,8269

4.1.2.2 Pengujian Indeks Bias Pada Minyak Sereh(Cymbopogon nardus

Rendle)

Hasil pengujian indeks bias yang dilakukan pada minyak

sereh(Cymbopogon nardus Rendle) adalah 1,467

4.1.2.3 Pengujian Total Geraniol Pada Minyak Sereh(Cymbopogon nardus

Rendle)

Tabel 4.4 Hasil Penentuan Total Geraniol Pada Minyak Sereh (Cymbopogon

nardus Rendle)

Percobaan Massa minyak Volume HCl (ml) Volume HCl


sereh (gr) blanko (ml)
Sebelum asetilasi 4,0151 16,4 21,8
Setelah asetilasi 2,0596 10,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.1.2.4 Pengujian Sitronelal Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus

Rendle)

Tabel 4.5 Hasil Penentuan Kadar Sitronela Pada Minyak Sereh


(Cymbopogon nardus Rendle)

Percobaan Massa minyak Volume HCl Volume HCl


sereh(Cymbopogon minyak sereh larutan blanko
nardus Rendle) (Cymbopogon (ml)
(gr) nardus Rendle)
(ml)

Sampel I 0,7004 5,8


Sampel II 0,7001 5,9 7,4
Sampel III 0.7098 5,6

4.1.2.5 Pengujian Kelarutan Dalam Etanol80% Pada Minyak


Sereh(Cymbopogon nardus Rendle)

Hasil pengujian kelarutan dalam etanol 80% pada minyak sereh


(Cymbopogon nardus Rendle)adalah terbentuk larutan jernih pada perbandingan 1
: 2 dan dilakukan penambahan etanol 80% seterusnya tetap terbentuk larutan
jernih.

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Bobot Jenis Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus

Rendle)

20 𝑚𝑚2−𝑚𝑚
Rumus : Bobot jenis 𝑑𝑑20 =
𝑚𝑚1−𝑚𝑚

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :

m = massa, dalam gram, piknometer kosong

m1 = massa, dalam gram, piknometer berisi aquadest pada 200C

m2 = massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada 200C

Perhitungan :

53,5725 −31,2434
Hasil bobot jenis I =
55,8349−31,2434

22,3291
=
24,5915

= 0,908

37,8269−29,4058
Hasil bobot jenis II =
38,7647 −29,4058

8,4211
=
9,3589

= 0,899

0,908+0,899
Hasil rata-rata bobot jenis =
2

= 0,9035

4.2.2 Perhitungan Total Geraniol Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus

Rendle)

1. Perhitungan bilangan ester sebelum asetilasi

28,08 (𝑉𝑉𝑉𝑉−𝑉𝑉1)
Rumus : Bilangan ester E =
𝑚𝑚

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :

V1= Volume larutan HCl yang digunakan dalam penentuan

V0 = Volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan dalam penentuan blanko

M = massa dalam gram dari contoh yang diuji

Perhitungan :

28,08 (21,8−16,4)
Bilangan ester sebelum asetilasi (B) =
4,0151

151,632
=
4,0151

= 37,7654

2. Perhitungan bilangan ester setelah asetilasi

28,05 (𝑣𝑣1−𝑣𝑣)
Rumus : Bilangan ester setelah asetilasi A =
𝑊𝑊

Keterangan :

V1 = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan untuk menitrasi blanko

V = volume larutan HCl 0,5 N yang digunakan untuk menetralisasi kelebihan

alkali untuk hidrolisa

W = berat minyak setelah asetilasi yang digunakan

Perhitungan :

28,05 (21,8−10,5)
Bilangan ester setelah asetilasi (A) =
2,0596

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


316,965
=
2,0596

= 153,8963

3. Perhitungan presentase alkohol-alkohol bebas

𝑀𝑀 (𝐴𝐴−𝐸𝐸)
Rumus : Alkohol bebas (dihitung sebagai alkohol X) =
56,1−0,42 𝐴𝐴

Keterangan :

A = Bilangan ester minyak setelah asetilasi

B = Bilangan ester minyak sebelum asetilasi

M = Massa molekuler relative dari alkohol X seperti dinyatakan dalam

spesifikasi minyak sereh(Cymbopogon nardus Rendle) sebagai alkohol

yang digunakan dalam perhitungan kadar alkohol bebas

Perhitungan :

154,24 (153,8963−37,7654 )
Alkohol bebas (dihitung sebagai alkohol X) =
561−0,42 (153,8963)

17912 ,03
=
496,3636

= 36,0865

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.3 Perhitungan Sitronela Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus

Rendle)

𝑀𝑀 (𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)
Rumus =
20 𝑚𝑚

Keterangan :

m = massa cuplikan yang diperiksa

V = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam penentuan

V0 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam pengujian blanko

M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan

kedalam standar untuk minyak sereh(Cymbopogon nardus Rendle)

Perhitungan :

154,24 (7,4−5,8)
Hasil sampel I =
20 𝑋𝑋 0,7004

246,784
=
14,008

= 17,6173

154,24 (7,4−5,9)
Hasil sampel II =
20 𝑋𝑋 0,7001

231,36
=
14,002

= 16,5233

154,24 (7,4−5,6)
Hasil sampel III =
20 𝑋𝑋 0,7098

277,632
=
14,196

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= 19,5570

17,6173 +16,5233 +19,5570


Total Sitronela =
3

= 17,8992

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengujian Warna Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

Hasil dari pengujian warna minyak sereh (C ymbopogon nardus Rendle)

yang diuji adalahkuning pucat. Ini menunjukkan kualitas warna pada minyak

sereh (Cymbopogon nardus Rendle) yang diuji adalah baik karena memenuhi nilai

Standart Nasional Indonesia 06-3959-1995 yaitu kuning pucat sampai kuning

kecoklat-coklatan (dapat dilihat tabel 4.1 di atas)

4.3.2 Pengujian Bobot Jenis Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus

Rendle)

Hasil dari pengujian bobot jenis minyak sereh (Cymbopogon nardus

Rendle) yang diuji adalah 0,9035. Ini menunjukkan minyak sereh (Cymbopogon

nardus Rendle) yang diuji memiliki kualitas yang baik karena memenuhi Standart

Nasional Indonesia 06-3959-1995 yaitu dengan nilai bobot jenis berada pada

rentang 0,880 – 0,922(dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas)

4.3.3 Pengujian Indeks Bias Pada Minyak Sereh (Cymbopogon nardu

Rendle)

Hasil dari pengujian indeks bias minyak sereh (Cymbopogon nardus

Rendle) yang diuji adalah 1,467. Ini menunjukkan minyak sereh (Cymbopogon

nardus Rendle) yang diuji memiliki kualitas yang baik karena memenuhi nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Standart Nasional Indonesia 06-3959-1995 yaitu dengan nilai indeks bias berada

pada rentang 1,466 – 1,475 (dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas)

4.3.4 Pengujian Total GeraniolPada Minyak Sereh (Cymbopogon nardu

Rendle)

Hasil dari pengujian total geraniol minyak sereh (Cymbopogon nardus

Rendle) yang diuji adalah 36,0865%. Ini menunjukkan minyak sereh

(Cymbopogon nardus Rendle) yang diuji memiliki kualitas kurang baik karena

belum memenuhi nilai Standart Nasional Indonesia 06-3959-1995 yaitu dengan

nilai total geraniol minimal 85% (dapat dilihat tabel 4.2 di atas)

4.3.5 Pengujian SitronelaPada Minyak Sereh (Cymbopogon nardus Rendle)

Hasil dari pengujian total sitronela minyak sereh (Cymbopogon nardus

Rendle) yang diuji adalah 17,8992%. Ini menunjukkan minyak sereh

(Cymbopogon nardus Rendle) yang memiliki kualitas kurang baik karena belum

memenuhi nilai Standart Nasional Indonesia 06-3959-1995 yaitu dengan nilai

sitronellal minimal 35% (dapat dilihat tabel 4.2 di atas)

4.3.6 Pengujian Kelarutan Dalam Etanol 80% Pada Minyak Sereh

(Cymbopogon nardus Rendle)

Hasil dari pengujian kelarutan dalam etanol 80% minyak sereh

(Cymbopogon nardus Rendle) yang diuji adalahterbentuk larutan jernih pada

perbandingan 1 : 2 dan dilakukan penambahan etanol 80% seterusnya tetap

terbentuk larutan jernih. Ini menunjukkan kualitas minyak sereh (Cymbopogon

nardus Rendle) yang diuji memeliki kualitas yang baik karena memenuhi nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Standart Nasional Indonesia 06-3959-1995 yaitu dengan nilai 1 : 2 Jernih,

seterusnya jernih opalesensi (dapat dilihat tabel 4.2 di atas)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian kualitas yang dilakukan pada minyak sereh


(Cymbopogon nardus Rendle) dimana didapatkan hasil warna minyak sereh
(Cymbopogon nardus Rendle) yaitu kuning pucat, bobot jenis dengan nilai
0,9035, indeks bias dengan nilai 1,467, total geraniol dengan nilai minimal
36,0865%, sitronela dengan nilai 17,8992%, dan kelarutan dalam etanol 80%
dengan nilai perbandingan 1 : 2 dan dilakukan penambahan etanol 80%
seterusnya tetap terbentuk larutan jernih.

5.2 Saran
1. Diharapkan pada saat melakukan pengujian bobot jenis pada minyak atsiri

supaya minyak atsiri yang ada di dalam piknometer benar-benar konstan

agar pada saat dilakukan penimbangan di dalam neraca analitik berat yang

didapatkan adalah berat yang sebenarnya

2. Diharapkan pada saat melakukan pengujian indeks bias pada minyak atsiri

supaya refraktometer diletakkan di tempat yang cukup sinar agar dapat

dilakukan pembacaan skala nilai pada minyak atsiri yang diuji

3. Diharapkanpadasaatmelihatperubahanwarnapadaakhirtitrasisupayalebihtelit

i agar volume yang didapatkansesuai yang diharapkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB. Bandung.


Hal 2 - 11
Badan Standar Nasional. 2006. SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih
(Melaleucaleucadendra). Badan Standar Nasional. Jakarta. Hal 1.
Besari, I. 1982. Kimia Organik Untuk Universitas. CV. Amirco. Bandung. Hal 89
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5 Menguak Kekayaan
Tumbuhan Obat Indonesia. Pustaka Bunda. Jakarta. Hal 161 – 162
Gunawan, D. DanMulyani, S. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 106 - 122.
Hariana, A. 2009. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya.
Jakarta. Hal 71 – 73.
Ketaren, S. 2006. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Hal 39 – 42.
Lutony, T. L. dan Rahmayati, Y. 2000. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 79 – 83, 105.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Hal 1 – 2, 65 – 67.
Yuliani, S. dan Satuhu , S. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Penebar
Swadaya. Jakarta. Hal 6, 10 – 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Sampel Minyak Sereh(Cymbopogon nardus Rendle)

Lampiran 2. Penangas air

Lampiran 3. Refraktometer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Piknometer

Lampiran 5. Neraca analitik

Lampiran 6. Termometer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Sereh (SNI 06-3953-1995)

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Warna - Kuning pucat sampai kuning

kecoklat-coklatan

2. Bobot jenis 200C/200C - 0,880 – 0,922

3. Indeks bias (nD20) - 1,466 – 1,475

4. Total geraniol. Bobot/bobot % Minimal 85

5. Sitronela. Bobot/bobot % Minimal 35

6. Kelarutan dalam etanol 80% - 1 : 2 jernih, seterusnya jernih

opalesensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai