Anda di halaman 1dari 12

LKONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Anafilaksis adalah reaksi alergi yang berkembang cepat dan mengancam nyawa.
Jenis alergi dimana sistem kekebalan tubuh merespon zat-zat berbahaya lain dari
lingkungan tidak seperti reaksi alergi lain anafilaksis dapat membahayakan nyawa.
Reaksi dapat dimulai dalam beberapa menit atau bahkan detik setelah terpapar alergen,
dan berkembang cepat menyebabkan penyempitan saluran nafas, reaksi pada kulit dan
iritasi usus dan perubahan irama jantung. Pada kasus berat, dapat megakibatkan obstruksi
jalan nafas, syok, dan kematian.

B. ETIOLOGI
Penyebab umum anafilaksis adalah obat-obatan, makanan, paparan lateks, dan
sengatan / gigitan serangga. Alergen makanan, antara lain kacang, biji, dan kerang .
gigitan serangga menyebabkan kematian.
Kejadian anafilaksis biasa terjadi dengan biduran dan angioedema dan sering
disertai dispnea, mengi,sinkop,hipotensi,mual ,muntah, diare, nyeri, perut,nyeri
kepala, rinitis, nyeri dada,dan gatal.

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi berat tetapi
kadang-kadang –kadang langsung berat. Berdasarkan derajat keluhan, anafilaksis juga
diabgi dalam derajat ringan,sedang, dan berat. Derajat ringan sering dengan keluhan
kesemutan perifer , sensasi hangat, rasa sesak dimulut dan tenggorok dapat juga
terjadi kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruiritus, bersin-bersin dan mata
berair. Awitan gejala-gejala dimulai dalam 2 jam pertama setelah pemajanan. Derajat
sedang dapat mencakup semua gejala-gejala ringan ditambah bronkospasme dan
edema jalan nafas atau laring dengan dispnea batuk dan mengi. Wajah kemerahan,
hangat, ansietas dan gatal-gatal juga sering terjadi . awitan gejala-gejala sama
dengan reaksi ringan derajat berat mempunyai awitan yang sangat mendadak
dengan tanda –tanda dan gejala –gejala yang sama seperti yang telah disebutkan
diatas disertai kemajuan yang pesat kearah bronkospasme , edema laring, dispnea
berat, dan sianosis. Bisa diiringi gejala disfagia keram pada abdomen, muntah, diare
dan kejang-kejang henti jantung dan koma jarang terjadi.

Gejala dapat terjadi segera setelah terpapar dengan antigen dan dapat terjadi pada
satu atau lebih organ target antara lain kardiovaskuler , respirasi, gastroinstetinal,
kulit mata, susunan saraf pusat dan sistem saluran kencing dan sistem yang lain.
Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan ialah rasa takut, perih dalam
mulut, gatal dan mata dan kulit panas, dan kesemutan pada tungkai, sesak, serak,
mual, pusing, lemas dan sakit perut.

Anifilaksis merupakan reaksi akut yang manifestasinya mengenai multi


organ. Reaksi anafilaksi mempunyai manifestasi klinis yang berbeda berhubungan
dengan efek sistemik akibat perlepasan histamine. Sistem organ yang paling sering
terkena adalah kulit ( 80-90 %) sistem pernafasan (70%) sistem kardivaskuler ( 10-
45% ) dan sistem pencernaan (30- 45%) . manifestasi pada kulit dapat berupa :
pruritus, utikaria, angiodema dan eritema. Saluran pernafasan biasanya terkena
dengan keluhan hidung tersumbat, bersin-bersin gatal pada hidung, rhinitis, batuk,
sesak, stridor, bronkospasme hipersekresi mukus, wheezing, dispnea dan gagal
nafas. Terhadap sistem kardiovaskuler : palpitasi, takikardi rasa sakit pada dada,
perasaan lemas, pusing, pening, hipotensi syncope ( kehilangan kesadaran).

D. PATOFISOLOGI
Pada reaksi tipe I (reaksi tipe anafilaktik,reaksi hipersensitivitas tipe cepat)
individu tersensitisasi oleh imunogen tertentu melalui pajanan. Sebelumnya. Apada
kontak awal yang diproduksi adalah IgE yang kemudian beredar keseluruh tubuh dan
terpiksasi kepermukaan sel most dan basofil. Saat tubuh kembali berkontak dengan
imunogen yang sama, interaksi antara imunogen dengan antibodi yang sudah
melekat, ke sel mast menyebabkan pelepasan secara mendadak dan besar-besaran
zat-zat proinplamasi, seperti histamin, yang terkandung di dalam sel-sel tersebut.
Apabila jumlah imunogen yang masuk sedikit dan didaerah terbatas,maka pelepasan
mediatornya juga lokal. Pada situasi ini, akibatnya adalah terjadinya pasodilatasi
lokal disertai peningkatan permilitas yang pembengkakan . reaksi ini juga menjadi
dasar bagi uji kulit oleh para ahli alergi. Namun, apabila imunogen masuk dalam
jumlah lebih besar dan secara intravena kedalam orang yang sudah peka, maka
pelepasan mediator-mediator dapat sangat banyak dan luas dan menimbulkan reaksi
anafilaktik. Yang sering menjadi reaktivitas tipe 1 adalah bisa serangga, serbuk sari,
alergen hewan, jamur, obat, dan makanan.

Contoh kreasi reaksi anafilaktik tipe generalisata ini dijumpai saat seseorang yang
sudah tersesisasi mendapat infus intravena suatu alergen seperti penicilin. Tanda-
tanda distres muncul dalam beberapa menit atau kurang, dan orang tersebut dapat
meninggal dengan cepat setelah mengalami serangan agitasi, kejang, bronkospasme,
atau kolaps sirkulasi. Reaksi anafilaktik seperti ini terjadi karena obstruksi bronkus,
yang menyebabkan terperangkapnya udara inhalasi didalam paru, gagal napas, dan
defisit oksigen atau karena faktor-faktor misalnya hipotensi berat, pembekakan laring,
atau gangguan irama jantung.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat membantu menentukan
diagnosis, memantau keadaan awal, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk
memonitor hasil pengbatan serta mendeteksi komplikasi lanjut. Hitung eosinofil darah
tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali
menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan
alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi.
Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE spesifik dengan RAST (radio-
immunosorbent test) atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay test), namun
memerlukan biaya yang mahal.
Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab
yaitu dengan uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit paling
sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita
termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih ideal. Pemeriksaan lain
sperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal,
feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain
F. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan
Ketika terjadi komplikasi anafilaktik setelah kemasukan alergen baik peroral
maupun parenteral, maka tindakan pertama yang paling penting dilakukan
adalah mengidentifikasi dan menghentikan kontak dengan alergen yang diduga
menyebabkan reaksi anafilaksis. Segera baringkan penderita pada alas yang keras .
kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik
vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
Tindakan selanjutnya adalah penilaian airway breathing dan circulation dari
tahapan resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan bantuan hidup
dasar. Airway, penilain jalan nafas. Jalan nafas harus dijaga tetap bebas agar tidak
ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala leher
diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan nafas yaitu dengan
melakukan triple airway manuver yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula kedepan
dan buka mulut penderita dengan sumbatan jalan nafas total harus segera di
tolong dengan lebih aktif. Melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau
trakeotomi. Breathing support segera memberikan bantuan nafas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernafas spontan, baik melalui mulut ke mulutatau mulut ke
hidung, pada syok anafilaktik yang disertai udem laring dapat mengakibatkan
terjadinya obstruksi jalan nafas total atau parsial penderita yang mengalami
sumbatan jalan nafas parsial, selain di tolong dengan obat-obatan juga harus
diberikan bantuan nafas dan oksigen 5-10 liter/menit. Circulation support yaitu
bila tidak teraba nadi pada arteri besar ( a. Karotis atau a femoralis ) segera
lakukan kompresi jantung luar.

b. Obat-obatan
Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk
mengobati syok anafilaksis. Obat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan
darah, menyempitkan pembuluh darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan
aktivitas otot jantung , adrenalin bekerja sebagai penghabat pelepasan histamin
dan mediator yang lain yang poten . mekanisme kerja adrenalin adalah
meningkatkan cAMP dalam sel mast dan basofil sehingga menghambat
terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya. Selain itu
adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung ,
tonus pembulu darah perifer dan otot polos bronkus.
Pemberian adrenalin secara intramuskular pada lengan atas, paha, ataupun
sekitar lesi pada sangatan serangga merupakan pilihan pertama pada
penatalaksanaan syok anafilaktik . adrenalin memiliki onset yang cepat setelah
pemberian intramuskular pada pasien dalam keadaan syok obsorbsi
intramuskular lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Berikan
0,5 ml larutan 1 : 1000 ( 0,3-0,5 mg) untuk orang dewasa dan 0,01 ml/kg BB
untuk anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa kali tiap 5-15 menit, tekanan
darah dan nadi menunjukkan perbaikan.

Pengobatan tambahan dapat diberikan pada penderita anafilaksis , obat-obat


yang sering dimanfaatkan adalah histamin, kortikosteroid dan bronko dilator.
Pemberian antihistamin berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan
peningkatan peningkatan permeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh
perlepasan mediator dengan cara menghambat pada tempat reseptor- reseptor -
mediator terapi bukan merupakan obat penggati adrenalin.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin,suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tempat tinggal, tanggal masuk RS, dan diagnose
medis

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien dengan reaksi anafilaksis ditemukan gejala awal dengan rasa gatal
dan panas. Biasanya selalu disertai dengan gejala sistemik misal
dispnea, mual, kulit sianosis, kejang. Anamnesa yang tepat dapat memperkecil
gejala sistemik sebelum berlanjut pada fase yang lebih parah/gejala sistemik
berat.

b. Riwayat penyakit dahulu


Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap sesuatu. Pernahkah klien
mengalami hal yang sama saat setelah kontak dengan alergen
misalnya, debu, obat-abatan, makanan, atau kontak dengan hewan tertentu.

c. Riwayat penyakit keluarga


Apakah salah satu dari anggota keluarga pernah mengalami
alergi.Punyakah keluarga riwayat penyakit alergi lain misalnya, asma.

3. Pemeriksaan fisik
- Jalan napas atas
Inspeksi : Bersin, pilek, dispneu.
Palpasi : edema laring,edema lidah dan faring
Auskultasi : ronchi
- Jalan napas bawah
Inspeksi : Dispnea, emfisema akut, asma, bronkospasme.
- Gastro Intestinal
Peningkatan peristaltik, muntah, disfagia, mual, kejang perut, diare.
B. DIAGNOSA
- Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme otot bronkiolus .
- Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan curah jantung dan
vasodilatasi arteri.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan produksi histamine dan
bradikinin oleh sel mast.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN.
NO DIAGNOSA NIC NOC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola - Buka jalan nafas, - Mendemonstrasikan
nafas berhubungan gunakan tehnik batuk efektif dan suara
dengan spasme otot chin lift atau jaw nafas yang bersih, tidak
bronkiolus thrust bila perlu ada sianosis dan
- Posisikan pasien dispneu ( mampu
untuk bernafas dengan efektif
memaksimalkan - Menunjukkkan jalan
ventilasi nafas yang paten (
- Identifikasi pasien klien tidak merasa
perlunya tercekik , irama nafas,
pemasangan alat frekuensi pernafasan
jalan nafas buatan dalam, rentang normal,
- Auskultasi suara tidak ada suara
nafas catat abnormal.
adanya suara
tambahan
- Pertahankan jalan
nafas paten
- Pertahankan
posisi pasien
Gangguan perfusi - Evaluasi adanya - Mendemonstrasikan
jaringan berhubungan nyeri dada ( peningkatan ventilasi
dengan penurunan curah intensitas, lokasi, dan oksigenasi yang
jantung durasi) kuat
- Catat adanya - Memelihara kebersihan
distrtmia jantung paru-paru dan bebas
- Catat adanya dari distress pernafasan
tanda dan gejala - Tanda-tanda vital
penurunan cardiac dalam rentang normal
putpu
- Monitor status
kardiovaskuler
- Monitor status
pernafasan yang
menandakan
gagal jantung
- Monitor adanya
perubahan
tekanan darah
- Atur periode
latihan dan
istirhat untuk
menghindari
kelelahan
3 Kerusakan integritas kulit - Anjurkan pasien - Integritas kulit yang
berhubungan dengan menggunakan baik bisa dipertahankan
peningkatan produksi pakaian yang ( sensasi ,elastisitas
histamin longgar ,temperature, hidrasi,
- Hindari kerutan pigmentasdan
pada tempat tidur mencegah terjadinya i)
- Jaga kebersihan - Tidak ada luka atau
kulit agar tetap iritasi pada kulit
bersih dan kering - Perfusi jaringan baik
- Mobilisasi pasien menunjukkan
( ubah posisi pemahaman dalam
pasien setiap 2 proses perbaikan kulit
jam ) dan mencegah
- Monitor aktivitas terjadinya cedera
dan mobilisasi berulang
pasien - Mampu melindungi
- Memandikan kulit dan
pasien dengan air mempertahankan
sabun dan air keembapan kulit dan
hangat perawatan alami
- Monitor tanda dan
gejala pada area
insisi
DAFTAR PUSTAKA

Radji, M , 2010.Imunologi & virologi PT ISFI penerbitan, jakarta.

Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis proses-
proses penyakit. EGC : Jakarta

Putra TR,Herman H. Reaksi anafilaksis dalam pedoman diagnosis dan terapi


penyakit dalam. SMF penyakit dalam fakultas kedokteran universitas Udayana :
1994.hal 77-80.
ASKEP SISTEM IMUNITAS
ANAFILAKSIS

OLEH :

KELOMPOK 1
ULFA USWATUN HASANAH P2016 01136
TUTI ARIANI P201601131
DEWI FITRIANINGSI OKTIVIANI P201601118
ABDUL NASARUDDIN P201601137
ISNAWATI P201601109
K. SRI SETIAWATI P201601151
RISNAI P201601110
MASLINA P2015
MUH. ABDUL HAFIQ LA ABUDI
IYAN FIRMANSYA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai