Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Problematika kehidupan melahirkan berbagai macam bentuk

kehidupan, bagi yang menjalani kehidupan dengan baik akan

menghasilkan hasil yang baik pula yaitu sebuah kesuksesan. Begitu

sebaliknya, bagi mereka yang tidak memanfaatkan kehidupan dengan baik

akan terjerumus ke arah keburukan, seperti kekerasan, perbuatan kriminal,

ataupun kejahatan lainnya yang dapat merusak diri sendiri dan orang lain

sehingga dapat menimbulkan depresi atas kejadian yang telah menimpa

mereka.

Kecemasan merupakan suatu indikasi yang menyatakan bahwa

seseorang memiliki ikatan dengan masa depan. Hal tersebut merupakan

refleksi dari keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada masa

mendatang. Namun, mereka yang mengalami depresi akan merasa lelah

dengan masa depan, mereka yakin bahwa tidak akan ada satu pun hal baik

yang terjadi pada masa depan. Beberapa orang menjalani hidup mereka

dengan sedikit perasaan tidak bahagia, namun perasaan tersebut

berlangsung secara terus menerus; mereka dapat mngerjakan hal-hal

yang perlu mereka kerjakan, tapi mereka hampir selalu mengatakan bahwa

mereka memiliki mood yang sedih. (Carole Wade, 2007)

1
Depresi adalah gangguan jiwa yang paling lazim dijumpai di

masyarakat. Prevalensinya cukup tinggi, berkisar 5-10 persen. Survey

badan kesehatan dunia (WHO) di 14 negara (1990) memperlihatkan

bahwa depresi merupakan masalah kesehatan yang mengakibatkan

beban sosial nomor empat terbesar di dunia. Prediksi WHO tentang

penderita depresi penduduk dunia dalam dua dekade mendatang lebih dari

300 juta orang. Pada tahun 2020 depresi akan menempati masalah

kesehatan nomor dua terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskular.

Penting untuk dicatat bahwa dari seluruh negara di dunia, Inggris

menduduki tingkat depresi tertinggi kedua, yiatu sebesar 16,9%. (Rebecca,

2010)

Depresi akan diikuti oleh perubahan fisik, mereka yang mengalami

depresi dapat kehilangan selera makan mereka, atau akan makan dalam

jumlah yang berlebih, mengalami kesulitan tidur di malam hari, kesulitan

untuk berkonsentrasi, dan terus menerus merasa lelah. Beberapa

penderita memiliki reaksi fisik yang lain, seperti sakit kepala, atau rasa sakit

yang tidak dapat mereka jelaskan.

Depresi dua kali lebih sering terjadi pada wanita, dibandingkan pada

pria di berbagai belahan dunia,. Namun, karena wanita cenderung lebih

sering untuk membicarakan perasaan mereka, dan lebih cenderung untuk

mencari pertolongan, dibandingkan dengan pria, maka kemungkinan

depresi pada pria lebih sering tidak terdiagnosis. Pria yang mengalami

depresi sering kali berusaha untuk menutupi perasaan mereka dengan

2
cara menarik diri, mengkonsumsi obat-obatan, atau berperilaku kasar

(Patrick McKeon, 2001).

Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu

tindakan yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku

dan diakui secara legal. Secara kriminologi yang berbasis sosiologis,

kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat

(dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang

mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat

Narapidana merupakan populasi yang rentan terhadap timbulnya

kejadian depresi. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana

hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas (Pasal 1 UU

No.12 Tahun 1995 tentang Kemasyarakatan). Jumlah tindak pidana di

seluruh Indonesia pada tahun 2016 yaitu 330.354, tindak pidana meningkat

dari tahun sebelumnya. Tahun 2017, mengalami penurunan 3.602 tindak

pidana menjadi berjumlah 326.752. Setahun berselang, tindak pidana

kembali meningkat di tahun 2018 menjadi 344.942 tindak pidana di seluruh

Indonesia. Hal ini menunjukkan resiko terjadinya depresi pada narapidana

meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah narapidana. Seperti di

Lapas Denpasar menyatakan bahwa terjadi peningkatan narapidana pada

tahun 2018-2019 yaitu sejumlah 371 menjadi 570 orang. Dari jumlah

tersebut menandakan bahwa resiko narapidana yang menderita depresi

bertambah pula.

Seperti di Indonesia pada umumnya, jumlah tindak pidana di

Sulawesi Tenggara juga terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Tetapi

3
tidak menutup kemungkinan jumlah tindak pidana dapat bertambah setiap

waktu, baik itu dalam sehari, semingggu ataupun dalam sebulan. Begitu

juga dalam hal pembebasan, tidak menutup kemungkinan jumlah tindak

pidana akan berkurang ataupun malah bertambah. Tetapi jumlah tindak

pidana khususnya di Lapas Klas II A Kendari mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun, misalnya di tahun 2019 ini jumlah tindak pidana mencapai

328 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat resiko terjadinya depresi

pada narapidana juga bertambah, serta faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian depresi itu sendiri bertambah, dan hal ini tergantung dari

masalah yang dihadapi oleh masing-masing narapidana dengan berbagai

macam hukuman dari perilaku yang telah mereka lakukan.

Kehilangan kemerdekaan bagi seseorang dapat menyebabkan

timbulnya penurunan martabat serta harga diri sehingga muncul stres pada

individu tersebut. Selain itu, perubahan yang terjadi dalam kehidupan

seorang narapidana yang penuh dengan tekanan dan rasa kehilangan

tersebut dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya depresi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti,

peneliti banyak menemukan narapidana yang menyendiri, sering

termenung, malas diajak komunikasi, nampak menangis tersedu-sedu,

bahkan tertawa sendiri. Peneliti juga telah melakukan wawancara dengan

para narapidana serta Pembina di Lapas Klas II A Kendari, bahwa

narapidana sering mengeluh akan masalah yang mereka hadapi selama

berada di Lapas Klas II A Kendari. Baik itu masalah dari dalam diri mereka

sendiri ataupun masalah dari luar, seperti mereka trauma akan perbuatan

4
yang telah mereka lakukan, misalnya membunuh, merampok, pamakaian

obat-obatan (dalam hal ini narkoba), pelecehan seksual, mereka jarang

dijenguk oleh keluarga, dikucilkan oleh keluarga, suami ataupun istri dari

narapidana yang mengajukan perceraian, lamanya hukuman/vonis yang

mereka terima, ketidakcocokan dengan narapidana yang lain dalam

kurungan yang sama. Hal inilah yang membuat narapidana sering

menyendiri, malas bergerak, malas beraktivitas, jarang tersenyum, sering

menangis sendiri, tertawa sendiri, bahkan berbicara sendiri, merasa putus

asa, tidak mau bergaul, malas makan dan sebagainya.

Faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya depresi dapat

dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor biologis dan faktor lingkungan.

Adapun faktor biologis meliputi faktor genetis (diturunkan dari orang tua),

sedangkan faktor lingkungan meliputi pengalaman hidup negatif traumatis,

masalah dengan hubungan yang dekat, status sosial, penyalahgunaan

obat atau alkohol, perubahan hormon. Beberapa peneliti berpikir bahwa

tiap-tiap faktor tersebut secara tunggal dapat menyebabkan terjadinya

depresi. Sebagian besar penelitian pada saat ini menekankan model

kerentanan-stres dari gangguan mental, di mana kerentanan seseorang

(pada predisposisi genetis, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan

berpikir) akan berinteraksi dengan peristiwa yang memberikan stres

(seperti kekerasan seksual, kekerasan, atau kehilangan dalam suatu

hubungan yang dekat) untuk dapat menghasilkan suatu kasus (Carolle

Wade, 2007).

5
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengajukan proposal yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi Pada

Narapidana Di Lapas Klas II A Kendari Tahun 2019”.

B. Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas Faktor yang dapat menjadi

penyebab terjadinya depresi dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor

biologis dan faktor lingkungan. Adapun faktor biologis meliputi faktor

genetis (diturunkan dari orang tua), sedangkan faktor lingkungan meliputi

pengalaman hidup negatif traumatis, masalah dengan hubungan yang

dekat, status sosial, penyalahgunaan obat atau alkohol, perubahan

hormon. Beberapa peneliti berpikir bahwa tiap-tiap faktor tersebut secara

tunggal dapat menyebabkan terjadinya depresi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan faktor genetis dengan kejadian depresi pada

narapidana di Lapas Klas II A Kendari Tahun 2019?

2. Apakah ada hubungan pengalaman hidup negatif dengan kejadian

depresi pada narapidana di Lapas Klas II A Kendari Tahun 2019?

3. Apakah ada hubungan penyalahgunaan obat atau alkohol dengan

kejadian depresi pada narapidana di Lapas Klas II A Kendari Tahun

2019?

6
D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

depresi pada narapidana di Lapas Klas II A Kendari Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan faktor genetis dengan kejadian

depresi pada narapidana di Lapas Klas II A Kendari Tahun 2019.

b. Untuk mengetahui hubungan pengalaman hidup negatif dengan

kejadian depresi pada narapidana di Lapas Klas II A Kendari Tahun

2019.

c. Untuk mengetahui hubungan penyalahgunaan obat atau alkohol

dengan kejadian depresi pada narapidana di Lapas Klas II A

Kendari Tahun 2019.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan untuk Kepala Lapas Klas II A Kendari

agar menyediakan fasilitas konseling bagi para narapidana serta

seorang psikolog sebagai wadah para narapidana untuk mencurahkan

perasaan yang di alami selama menjalani masa tahanan di Lapas Klas

II A Kendari.

7
2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat menjadi bahan rujukan

dan merangsang minat bagi peneliti selanjutnya dalam mempelajari faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada narapidana.

Anda mungkin juga menyukai