iii
JURNAL ABSTRAK KAK RIDHO
Tempurung kelapa adalah salah satu biomassa yang sering dibuang di pasar
tradisional. Padahal batok kelapa bisa dijadikan bahan baku untuk diolah menjadi
arang. Kandungan fenol dalam tempurung kelapa berperan untuk mengawetkan
makanan secara alami. Salah satu makanan yang bisa diawetkan dengan asap yang
dihasilkan dari tempurung kelapa adalah ikan asap. Tetapi pemrosesan masih
secara tradisional. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh seperangkat perokok dengan sistem sirkulasi asap yang ramah
lingkungan dan mengurangi kandungan tar yang dihasilkan dari asap untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Penelitian ini menggunakan ikan lais
sebagai bahan baku dan tempurung kelapa sebagai bahan bakar fumigasi.
Temperatur curing dipertahankan antara 80-100 oC selama 7-9 jam. Data yang
diukur meliputi suhu, waktu, kelembaban ruang pengasapan, kecepatan aliran
udara, berat ikan, berat bahan bakar awal dan akhir, dan kadar air dari uap awal
dan akhir. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa suhu, waktu curing,
dan laju aliran udara adalah faktor utama yang sangat mempengaruhi massa akhir
ikan dan persentase kadar air selama pengasapan. Dimana kadar air rata-rata yang
hilang adalah 40,1% pada 7 jam, 40,7% pada 8 jam, dan 41,3% pada 9 jam
iv