Anda di halaman 1dari 9

1) Rock Chip Sampling:

Salah satu metode pemercontoh dengan cara mengumpulkan pecahan


batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan lebar 15 cm)
yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur
pemercontoh tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan
tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong contoh. Kadang-kadang
pengambilan ukuran contoh yang Hingga beberapa kilogram material batuan
darisingkapan dikumpulkan menggunakan alat genggam. Sampel chip batuan
biasanya akan dikumpulkan selama program pemetaan geologi. seragam (baik
ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang
keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan
seperti overpemercontoh (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi
relatif lebih banyak daripada fragmen yang low grade.

Gambar 1 Pengambilan sampel dengan cara rockchip sampling


2) Selective Sampling
Suatu metode (cara) pengambilan contoh dengan membuat alur (channel)
sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur
tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm)
secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan.
Gambar 2 Sketsa pembuatan selective sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)

Gambar Sketsa pembuatan selective sampling pada endapan yang berlapis


(Chaussier et al., 1987)

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam


mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu contoh atau melakukan
pengelompokan contoh (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)
mineralisasi, antara lain :

a) Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang


diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya
pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau
residual.
b) Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
c) Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan subchannel dalam
satu analisis kadar atau dibuat komposit.
d) Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel
pemercontoh per tebal lapisan jika terdapat sisipan pengotor
Gambar 3 Sketsa pembuatan sub-channel pada mineralisasi berupa urat
(Dimodifikasi dari Annels, 1991)

Gambar 4 Sketsa pembuatan sub-channel pada sumur uji untuk endapan


berlapis. (Dimodifikasi dari Annels, 1991)

Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan contoh dari


setiap alur adalah sebagai berikut :
a) Letak lokasi pengambilan contoh dari titik ikat terdekat.
b) Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).
c) Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau
tebal sebenarnya).
d) Penamaan (pemberian kode) kantong contoh, sebaiknya mewakili interval
atau lokasi sub-channel.
e) Tanggal pengambilan dan identitas contoh.
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan)
dalam pengambilan contoh adalah :
a) Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contohnya.
b) Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dll.).
c) Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.
d) Deskripsi litologi atau batuan samping
e) Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan

3. Interval Sampling
Salah satu metode pemercontoh dengan cara mengumpulkan dengan cara
pembuatan sumur uji/testpit. Biasanya metode ini digunakan pada sampel endapan
laterit misalnya bauksit atau nikel. Adapan langkanya pembuatann sumur uji
dengan interval 25 meter dan kedalaman sumur uji 3 meter dengan luasan 200 m2 .
Bertujuan untuk daoat mengetahui sebaran bijih dan kadarnya, secara keseluruhan
dari daerah penelitian.

a) Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan


kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan
lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal,
serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat
dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang
dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat.
b) Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau
residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas
zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-
masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan
sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan
Gambar 5 Sketsa pembuatan sumu uji pada sumur uji untuk endapan bijih

Gambar 6. Pemerian batuan pada sumur uji nomor. 01


Gambar 7. Pemerian batuan pada sumur uji nomor. 02
Gambar 8. Pemerian batuan pada sumur uji nomor. 03
DAFTAR PUSTAKA

Repository UNISBA

Prosiding Widodo PTBGN, 2017

Fletcher, W.K, S.J Hoffman., M.B Mehtens., 1986 Exploration Geochemistery :


Design and Interpretation of Soil Surveys., Society of Economic Geology.

Joyce, A.S., 1974 ExplorationGeochemistery., Techpress, Australia Reedman, J.H.,


1979 Techniques in Mineral Exploration., Applied Science
Publisher Ltd.,
TUGAS 3
EKSPLORASI DAN PENGELOAAN SUMBERDAYA
GEOLOGI

Dosen Pengampu: Radhitya Adzan Hidayah, S.T,.M.Eng

Oleh :
Asep Solihin
161.10.1004

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai