Anda di halaman 1dari 4

Jurnalistik Televisi

Perkembangan media massa elektronik mendorong pemikiran baru di bidang jurnalistik. Media
massa televisi adalah media audio visual. Media Televisi merupakan media jurnalistik yang sangar
berpengaruh bagi khalayak. Televisi merupakan media yang potensial menjadi sarana dalam
memprogram image di kalangan audiensi.
Media televisi sangat berpengaruh besar bagi khalayak karena mempunyai beberapa kemampuan
berikut:
• Pertama, menciptakan kesan (image) dan persepsi bahwa suatu muatan dalam layar kaca (visual
maupun audio visual) menjadi lebih nyata dari realitasnya.
• Kedua, media massa mampu membuat liputan “apa yang terjadi” menjadi lebih nyata.
• Ketiga, penelitian-penelitian “uses and gratifications” yang biasanya terfokus pada efek individu
menemukan fakta bahwa komunikasi membangun makna ritual yang menggambarkan bagaimana
orang bersama-sama dan bekerja sama secara terus menerus memakai makna tersebut.
• Keempat, sejak lama media diyakini menjadi semacam kanal yang berfungsi mengalirkan emosi
dan kecenderungan destruktif psikologis lainnya menjadi gejala internal (individu) yang wajar
(normal).
Jurnalistik televisi adalah jurnalistik audio visual. Unsur visual dalam sajian berita atau laporan di
televisi mengandung peranan penting. Dalam hal ini, hasil liputan audio visual yang dilakukan oleh
reporter dan juru kamera televisi menjadi bahan utama dalam penyusunan berita. Oleh karena itu,
kehadiran reporter di tempat kejadian dirasa memberikan nilai lebih dan daya tarik yang kuat pada
berita yang disampaikan. Dalam hal ini, dikenal sistem ROSS dengan penyaji berita yang disebut
newscaster karena ia juga pencari, penyeleksi, pengolah dan penyusun berita.
ROSS singkatan dari
- Reporter on the spot and on the screen
Reporter berada di lokasi dan muncul di televisi melaporkan sendiri kejadian di situ.
- Reporter on the spot and off the screen
Reporter berada di tempat kejadian, tetapi gambarnya tidak muncul di layar, hanya suaranya atau
laporannya dibacakan.
- Reporter off the spot and on the screen
Reporter tidak berada di tempat kejadian, tetapi sebagai redaksi yang menyusun dan menyampaikan
laporan dari sumber. Sumber berita lewat telepon, teleks, faksimile dan muncul di layar televisi.
- Reporter off the spot and off the screen
Reporter tidak berada di tempat kejadian dan tidak muncul di layar televisi. Namun, ia
mengumpulkan, menyeleksi dan menyusun berita yang diperoleh dari sumber-sumber berita.

Dalam jurnalistik televisi, unsur visual bukan sekadar unsur tambahan atau dukungan pada berita
verbal. Unsur visual merupakan sajian berita itu sendiri, bukan sekadar ilustrasi dari uraian berita
verbal.
Untuk sajian unsur visual dikenal empat materi berupa gambar hasil liputan.
1. Visual Object and Hot News (VOHN).
Materi visual hasil liputan peristiwa atau wawancara dan isi pernyataan saat itu. Lingkungan masih
menggunakan istilah visual aids (gambar pembantu atau ilustrasi).
2. Shooting on the Field Operation Back-up (SFOB).
Tambahan liputan untuk melengkapi materi visual yang sudah ada.
3. Full Library Operation Back-up (FLOB)
Seluruh materi visual yang diperoleh dari kepustakaan, seperti stock shoots, foot-ages, dan
sebagainya.
4. Gabungan dari ketiga materi itu.
Karena unsur visual merupakan unsur yang cukup penting maka kerja sama antara reporter dan
kameramen harus terjalin dengan baik. Mata dan pikiran mereka seolah satu.

a. Berita Film
Materi film dibuat dari pita seluloid, yang setelah dipakai meliput haarus diproses melalui
laboratorium untuk menghasilkan gambar. Gambar ini diedit dan disusun dengan cara dipotong-
potong, dan disambung kembali sesuai dengan urutan gambar yang dikehendaki. Gambar yang
sudah disusun, lalu dibuat naskah beritanya. Kemudian disajikan kepada khalayak dengan memutar
film itu, sedangkan narasi atau komentar dibacakan oleh penyiar berita. Jadi, ciri khas berita film
adalah gambar yang dikomentari atau gambar yang diberi narasi, tanpa disertai pendapat langsung
dari narasumber.
Kelebihan berita film saat itu adalah disajikannya gambar disamping narasi. Khalayak tidak hanya
mendengar naskah berita yang dibacakan oleh penyiar berita, tetapi juga disuguhi gambar suatu
peristiwa.
Peristiwa yang diliput dengan film jauh lebih menarik dibandingkan dengan still photo, karena
gambar foto tidak bergerak, sedangkan pada film, gambarnya bergerak.

b. Berita Televisi
Kamera elektronic news gathering (ENG-Camera) yang dilengkapi pita kaset video untuk merekam
gambar sekaligus suara, mempercepat proses produksi dan penyajian berita audiovisual kepada
khalayak karena tidak perlu lagi melewati proses kimiawi atau proses laboratorium untuk
memperoleh gambar.
Liputan berita dengan menggunakan kamera elektronik atau video yang standar untuk siaran
(Umatic, Betacam, super VHS dan video-8 jenis tertentu), dapat menghasilkan:
- Gambar fakta atau data
Yaitu gambar dari suatu peristiwa dan bebagai akibatnya. Gambar ini disebut sebagai realitas
kamera, lengkap dengan atmosphere sound.
- Gambar Pendapat
Yaitu gambar narasumber yang memberikan pendapat, lengkap dengan suara narasumber, atau
dengan kata lain rekaman gambar dan suara narasumber yang memberikan pendapatnya.
Sesuai dengan batasan berita, maka pada berita televisi, pendapat dapat dua macam:
- Pendapat narasumber yang tidak terekam
- Pendapat narasumber yang terekam

Jadi, pendapat narasumber yang tidak terekam harus diuraikan, sedangkan pendapat narasumber
yang terekam harus dipilih dan disajikan secara langsung dan orisinil. Sedangkan pendapat yang
tidak terpilih untuk disajikan secara langsung dapat menjadi bahan uraian pendapat.
Setelah meliputi suatu peristiwa dan atau pendapat di lapangan, reporter dengan dibantu juru
kamera akan memperoleh:
1. Catatan Fakta atau data
2. Catatan pendapat yang tidak terekam
3. Video kaset yang berisi:
- Rekaman fakta atau data dari lokasi kejadian
- Rekaman pendapat narasumber yang relevan dna yang berhasil diwawancarai
- Rekaman gambar lain yang relevan.
4. Video kaset lain dari kepustakaan video yang berisi visual yang mendukung topik bahasan.

c. Pusat pemberitaan Televisi


Di pusat pemberitaan televisi terdapat tiga bagian utama:
1. Kebijakan Pemberitaan (News Policy)
Ini merupakan bagian pembuat kebijakan siaran karya jurnalistik dan bertanggung jawab atas
pengelolaan perencanaan, produksi, dan penyelenggaraan siaran. Bagian ini merupakan forum para
pemimpin pengelola siaran karya jurnalistik yang bertanggung jawab.
2. Redaksi Pemberitaan (News Room)
Ini merupakan bagian operasional yang didalamnya terdapat unit-unit kerja fungsional. Unit kerja
fungsional ini didukung oleh tenaga-tenaga profesional. Seperti redaktur, reporter, kameramen,
penyunting, juru lampu, juru suara, penyiar (juga pewawancara, moderator, narator, atau dubber),
pengarah acara, pustakawan, grapher, ilustrator, dan lain-lain.
News Room dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi (penanggung jawab redaksi), yang dibantu
oleh seorang wakil pemimpin redaksi. Penanggung jawab news room bertanggung jawab atas
kelancaran kerja di dalamnya. Seperti memimpin rapat redaksi setiap hari untuk merencanakan
liputan berita dan memilih topik penjelasan masalah hangat, seperti wawancara, panel, diskursi,
reportase langsung atau tidak langsung, dan sebagainya.
3. Studio Pemberitaan (News Studio)
Penyiaran karya jurnalistik atau pemberitaan dilakukan disini. Penanggung jawab kelancaran siaran
kerja jurnalistik di news studio adalah pengarah acara karya jurnalistik. Sementara tanggung jawab
isi siaran tetap berada di tangan penanggung jawab redaksi atau wakil penanggung jawab redaksi.
Kunci keberhasilan suatu organisasi penyiaran, termasuk organisasi pusat pemberitaan televisi
adalah bahwa antara pemimpin, antara pelaksana, serta antara pemimpin dan pelaksana harus
mengembangkan iklim kerja yang harmonis, yaitu harus ada sikap saling menghargai, saling
pengertian, dan saling mengingatkan (asah-asih-asuh) sehingga mampu mendukung perkembangan
kreativitas setiap personel, baik pemimpin maupun pelaksana.
Personel pusaat pemberitaan televisi, selain memiliki profesi sebagi brodcaster, juga merupakan
jurnalis seperti wartawan, reporter atau redaktur, yang berarti juga menguasai ilmu komunikasi dan
ilmu jurnalistik. Berikut ini adalah profesi dan tugas masing-masing:
- News director (ND) adalah pemimpin pusat pemberitaan yang bertanggung jawab secara
keseluruhan atas jalannya roda penyelenggaraan siaran pemberitaan. News direktor mengatur dan
bertanggung jawab atas seluruh personel pusat pemberitaan, pembiayaan, kebijakan siaran
pemberitaan, kelancaran produksi dan siaran pemberitaan.
- Executive news producer (EP) adalah orang yang bertanggung jawab atas tugas sehari-hari di news
room.
- Assignment editor (AE) adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan, memilih, dan
memproduksi materi berita, serta mempersiapkan siaran pemberitaan.
- News Producer (NP) adalah orang yang bertanggung jawab atas produksi dan penyediaan materi
berita seperti feature, human interest, dan sebagainya.
- Reporter/Writer (R/W) adalah orang yang mencari, mengumpulkan menyeleksi, dan mengolah
materi pemberitaan sampai siap siar. Yang dimaksud writer disini adalah redaktur.
- Editorealist (E) adalah orang yang bertugas mengamati, memilih, dan menyusun editorial
(komentara atau tajuk)
- Grapher (G) adalah orang yang bertugas membuat dan mempersiapkan grafik untuk siaran
pemberitaan.
- Script editor (SE) adalah orang yang bertugas mempersiapkan script atau naskah siaran
pemberitaan yang sudah disusun di news room.
- Video editor (VE) adalah penyunting video.
- Studio director (D) adalah penanggung jawab studio berita.
- Technical director (TD) adalah pengarah teknik yang bertanggung jawab secara teknis atas
kelancaran siaran pemberitaan.
- Audio direktor (A) adalah penata suara.

Anda mungkin juga menyukai