JNC 7
Sejak lebih dari tiga dasawarsa, NHLBI ( National Heart, Lung, And Blood Institute) telah
bekerja sama dengan NHBPEP ( National High Blood Pressure) dalam menyusun suatu
guideline penanganan hipertensi secara global yang termaktub dalam JNC ( Joint National
Commitee on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure).
Sejak tahun 2003, telah dipublikasikan JNC 7 yang merevisi JNC 6 (1997) dengan konten
yang lebih sempurna, ringkas dan jelas. Selain itu, juga didukung oleh data-data terbaru
(1997-2003) yang diambil dari hasil percobaan klinik serta observasi. Meskipun demikian,
tanggung jawab dokter dalam pengambilan keputusan untuk menangani pasien hipertensi
lebih penting. Oleh karena itu, paper ini merupakan paparan mengenai guideline penanganan
hipertensi berdasarkan JNC 7.
Pasien dengan pre-hipertensi memiliki resiko dua kali lipat untuk berkembang menjadi
hipertensi. Dimana berdasarkan dari tabel tersebut, diakui perlu adanya peningkatan edukasi
pada tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai modifikasi gaya hidup dalam rangka
menurunkan dan mencegah perkembangan
perkembangan tekanan darah ke arah hipertensi. Modifikasi gaya
hidup merupakan salah satu strategi dalam pencapaian tekanan darah target, mengingat
hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh perilaku gaya
hidup yang salah.
PENANGANAN
Sasaran dari publikasi pengobatan antihipertensi adalah untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. Sejak sebagian besar orang
dengan hipertensi, khususnya yang berumur > 50 tahun, fokus utama adalah pencapaian TDS
target. Tekanan darah target adalah <140/90 mmHg yang berhubungan dengan penurunan
komplikasi penyakit kardiovaskuler. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau
panyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Untuk pencapaian tekanan
darah target di atas, secara umum dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
Perkiraan Penurunan
Modifikasi Rekomendasi Tekanan Darah Sistolik
(Skala)
Menurunkan Memelihara Berat Badan Normal 5-20 mmHg/ 10 kg penurunan
Berat Badan (Indeks Massa Tubuh 18.5 – 24.9
24.9 kg/m2). Berat Badan
Melakukan Mengkonsumsi makanan yang kaya dengan 8 – 14
– 14 mmHg
pola diet buah-buahan, sayuran, produk makanan
berdasarkan yang rendah lemak, dengan kadar lemak
DASH total dan saturasi yang rendah.
Diet Rendah Menurunkan Intake Garam sebesar
sebesar 2-8
2- 8 2-8 mmHg
Natrium mmHg tidak lebih dari 100 mmol per-hari
(2.4 gr Natrium atau 6 gr garam).
Olahraga Melakukan Kegiatan Aerobik fisik secara 4 – 9
– 9 mmHg
teratur, seperti jalan cepat (paling t idak 30 4
menit per-hari, setiap hari dalam seminggu).
Membatasi Membatasi konsumsi alkohol tidak lebih 2 -4 mmHg
Penggunaan dari 2 gelas ( 1 oz atau 30 ml ethanol;
2. Terapi Farmakologi
Farmakologi
Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa semua kelas
obat antihipertensi, seperti angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin
reseptor bloker (ARB), beta-bloker (BB), kalsium chanel bloker (CCB), dan diuretik jenis
tiazide, dapat menurunkan komplikasi hipertensi yang berupa kerusakan organ target.
Diuretik jenis tiazide telah
t elah menjadi dasar pengobatan antihipertensi pada hampir semua
hasil percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sesuai dengan percobaan yang telah
dipublikasikan baru-baru ini oleh ALLHAT (Antihipertensive and Lipid Lowering Treatment
to Prevent Heart Attack Trial), yang juga memperlihatkan bahwa diuretik tidak dapat
dibandingkan dengan kelas antihipertensi lainnya dalam pencegahan komplikasi
kardiovaskuler. Selain itu, diuretik meningkatkan khasiat penggunaan regimen obat
antihipertensi kombinasi, yang dapat digunakan dalam mencapai tekanan darah target, dan
lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi lainnya. Meskipun
demikian, sebuah pengecualian didapatkan pada percobaan yang telah d ilakukan oleh Second
Australian National Blood Pressure yang melaporkan hasil penggunaan obat awal ACEI
sedikit lebih baik pada laki-laki berkulit putih dibandingkan pada pasien yang memulai
pengobatannya dengan diuretik.
Obat diuretik jenis tiazide harus digunakan sebagai pengobatan awal pada semua pasien
dengan hipertensi, baik penggunaan secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satu
kelas antihipertensi lainnya (ACEI, ARB, BB, CCB) yang memperlihatkan manfaat
penggunaannya pada hasil percobaan random terkontrol. Daftar faktor resiko yang disertai
dengan jenis obat antihipertensi sebagai pengobatan awal dapat dilihat pada tabel 4. Jika
salah satu obat tidak dapat ditoleransi atau kontraindikasi, sedangkan kelas lainnya
memperlihatkan khasiat dapat menurunkan resiko kardiovaskuler, obat yang ditoleransi
tersebut harus diganti dengan jenis obat dari kelas berkhasiat
berkhasiat tersebu
t ersebutt .
Sebagian besar pasien yang mengidap hipertensi akan membutuhkan dua atau lebih
obat antihipertensi untuk mendapatkan sasaran tekanan darah yang seharusnya. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda harus dilakukan ketika penggunaan obat tunggal dengan
dosis adekuat gagal mencapai tekanan darah target. Ketika tekanan darah lebih dari 20/10
mmHg di atas tekanan darah target, harus dipertimbangkan pemberian terapi dengan dua
kelas obat, keduanya bisa dengan resep yang berbeda atau dalam dosis kombinasi yang telah
disatukan (tabel 3). Pemberian obat dengan lebih dari satu kelas obat dapat meningkatkan
5
kemungkinan
kemungkinan pencapaian tekanan darah target pada beberapa waktu yang tepat, na mun harus
tetap memperhatikan resiko hipotensi ortostatik utamanya pada pasien dengan diabetes,
disfungsi autonom, dan pada beberapa orang yang berumur lebih tua. Penggunaan obat-obat
generik harus dipertimbangkan untuk mengurangi biaya pengobatan.
Dosis Frekuensi
Kelas OBAT (Nama Dagang) Penggunaan Penggunaan/hari
(Mg/hari)
CCB- amlodipine (Norvasc) 2,5-10 1
Dihidropiridin felodipine (Plendil) 2,5-20 1
isradipine (Dynacirc CR) 2,5-10 2
nicardipine sustained release (Cardene SR) 60-120 2
nifedipine long-acting 30-60 1
(Adalat CC, Procardia XL)
nisoldipine (Sular) 10-40 1
Alpha 1 Bloker doxazosin (Cardura) 1-16 1
prazosin (Minipress†) 2-20 2-3
terazosin (Hytrin) 1-20 1-2
Alpha 2 agonis clonidine (Catapres†) 0,1-0,8 2
sentral dan obat clonidine patch (Catapres-TTS) 0,1-0,3 1 Minggu
lainnya yang methyldopa
methyldopa (Aldomet†) 250-1000 2
bekerja sentral reserpine (generic) 0,1-0,25 1
guanfacine (Tenex†) 0,5-2 1
Vasodilator hydralazine (Apresoline†) 25-100 2
Langsung minoxidil (Loniten†) 2,5-80 1-2
* Pada Beberapa pasien yang diterapi sekali sehari, efek obat antihipertensi kemungkinan berkurang ke arah
dosis interval akhir (efek sebelumnya). Tekanan darah harus diukur terlebih dahulu untuk menentukan dosis
jika pengontrolan tekanan darah target tercapai.
† Sekarang telah tersedia dalam bentuk generik atau dalam proses pembuatan ke bentuk generik
Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk follow
follow paling
pal ing
tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan yang
lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi stage 2 atau jika disertai
dengan komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium dan kreatinin harus
dilakukan paling tidak sebanyak 1-2 kali per-tahun. Setelah tekanan darah mencapai target
dan stabil, follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali.
Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi frekuensi jumlah
kunjungan. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya harus diobati untuk mendapatkan
nilai tekanan darah target, dan penghindaran penggunaan tembakau harus dilakukan.
Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan darah terkontrol, oleh
karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada pasien dengan hipertensi tidak
terkontrol.
KESIMPULAN
Penanganan hipertensi dimulai dengan penentuan klasifikasi pasien berdasarkan nilai
tekanan darah yang didapatkan pada waktu pemeriksaan
pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan dilakukan
dalam kondisi duduk dengan lengan sejajar jantung serta diverifikasi kembali dengan lengan
yang sebelahnya. Seperti yang telah ditentukan pada tabel 1 sebelumnya, jika pasien
termasuk dalam kategori pre-hipertensi, penanganan yang harus diberikan adalah modifikasi
gaya hidup yang meliputi penurunkan berat badan, diet berdasarkan aturan DASH, diet
rendah garam,
garam, olahraga yang teratur,
teratur, serta pembatasan
pembatasan konsumsi alkohol
alkohol (tabel 2). Kategori
pre-hipertensi tidak memerlukan penatalaksanaan farmakologi. Namun, oleh karena resiko 8
perkembangan pre-hipertensi menjadi hipertensi cukup tinggi, maka dianjurkan untuk selalu
melaksanakan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Paling tidak dapat melakukan
pemeriksaan setiap dua minggu sekali.