Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEPERAWATAN
KEDIRI
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Keperawatan HIV-AIDS tentang VCT dan Hasil Observasi Terapi Spiritual
Terhadap Pasien Penderita HIV/AIDS” yang di ajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan
HIV/AIDS.
Makalah ini berisikan informasi penjelasan tentang pengertian vct,tujuan vct, sasaran
vct, manfaat melakukan vct, tahapan dan proses layanan vct, peranan perawat dalam
pendampingan pasien hiv,pengertian art. Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam
makalah kami,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak yang
telah membaca, sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik untuk
masa mendatang.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini, mulai dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 14
DOKUMENTASI ............................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas beberapa
golongan.
Selain diberikan obat Antiretroviral juga dilakukan beberapa terapi
komplementer. Seperti terapi spiritual
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan masalah
komunikasi dalam keperawatan II antara lain:
Pasien HIV di daerah Puskesmas Pesantren 1 semuanya sudah
memanfaatkan layanan VCT, hal ini di dukung dari factor informasi mengenai
layanan VCT yang sudah banyak di terima oleh pasien HIV . petugas kesehatan
Memberikan informasi tentang layanan VCT dan baigamana cara
mengaplikasikannya.
Praktik pelayanan kesehatan dan kesediaan sumber daya dalam pelayanan
VCT juga mempengaruhi tindakan pasien HIV dalam melakukan VCT, oleh
karena itu observasi ini untuk meningkatkan pengetahuaan dengan sikap pasien
terhadap pemanfaatan layanan VCT di wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 Kota
Kediri tahun 2019.
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasien terhadap
pemanfaatan layanan tes HIV dan VCT di Wilayah Puskesmas
Pesantren 1 Kota Kediri tahun 2019.
b. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien odha terhadap
layanan tes HIV dan VCT di Wilayah Puskesmas Pesantren 1 Kota
Kediri.
2. Untuk mengetahui dukungan keluarga untuk memanfaatkan tes HIV
secara sukarela di Wilayah Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri.
3. Untuk mengetahui sikap pasien odha terhadap layanan tes HIV dan
VCT di Wilayah Puskesmas Pesantren 1 kota Kediri.
4. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap pasien odha
HIV dan AIDS dalam memanfaatkan layanan tes HIV danVCT di
Wilayah Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri.
2
1.4. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan, serta dapat
dijadikan pembelajaran tentang HIV sehingga dapat memberikan
informasi tentang tes VCT kepada Odha bahwa tes VCT/HIV
merupakan langkah pencegahan penularan HIV.
2. Hasil observasi ini dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa lain yang
akan melakukan observasi terkait pemanfaatan dan tahapan proses
layanan VCT.
3. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang terkait perilaku
kesehatan yang telah di dapat di perkuliahan.
b. Bagi Perawat
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian VCT
Voluntary Counseling and Testing atau biasa disingkat VCT merupakan
kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum
dan sesudah tes darah untuk HIV di laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien
terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed consent (surat
persetujuan) setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar.
Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus dan
tujuan jelas, memberikan waktu, perhatian, dan keahlianya untuk membantu klien
mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan pemecahan masalah
terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
VCT penting karena merupakan jalan masuk ke seluruh layanan HIV/AIDS
menawarkan keuntungan ; baik bagi yang hasil tesnya positif maupun yang hasil
tesnya negatif, dengan focus pada pemberian dukungan atas kebutuhan klien
seperti perubahan perilaku, dukungan mental, dukungan terapi ARV, pemahaman
faktual dan terkini tentang HIV/AIDS, dapat mengurangi stigma negatif
masyarakat; merupakan pendekatan menyeluruh, baik kesehatan fisik maupun
mental; memudahkan akses ke berbagai pada pemberian dukungan atas kebutuhan
klien seperti perubahan perilaku, dukungan mental, dukungan terapi ARV,
pemahaman faktual dan terkini tentang HIV dan AIDS; mengurangi stigma negatif
masyarakat; merupakan pendekatan menyeluruh, baik kesehatan fisik maupun
mental; memudahkan akses ke berbagai pelayanan yang dibutuhkan klien baik
kesehatan maupun psikososial.
4
Tujuan umum VCT adalah untuk mempromosikan perubahan perilaku yang
mengurangi risiko mendapat infeksi dan penyebaran infeksi HIV.
5
2.3. Sasaran VCT
Konseling ditujukan untuk mereka yang sudah terinfeksi HIV dan keluarganya,
mereka yang akan dites HIV, mereka yang mencari pertolongan karena merasa
telah melakukan tindakan berisiko di masa lalu, dan merencanakan masa
depannya, mereka yang tidak mencari pertolongan, tapi berisiko tinggi.
7
bersahabat.
4) Mutu terjamin
Mutu pelayananan tidak perlu diragukan, karena VCT dilakukan
dengan metode yang tepat dan akurat.
b. Pemeriksaan HIV/AIDS (pengambilan dan pemeriksaan darah)
Setelah tahap pra konseling, klien akan melakukan tes HIV. Pada
saat melakukan tes, darah akan diambil secukupnya dan pemeriksaan darah
ini bisa memakan waktu antara setengah jam sampai satu minggu tergantung
metode tes darahnya. Dalam layanan VCT, diagnosis didasarkan pada
antibodi HIV yang ditemukan dalam darah. Beberapa pemeriksaan
laboraturium yang biasa dipakai untuk diagnosis HIV adalah:
1) Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Bertujuan untuk mengidentifikasi antibodi terhadap HIV. Tes
ELISA ini sangat sensitif, tetapi tidak selalu spesifik. Maka, bila perlu
dilakukan konfirmasi hasil ELISA dengan Western Blot Test.
2) Western Blot (WB) Test
Merupakan elektroforesis gel poliakrilamid, bertujuan untuk
mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Hasil dianggap
negatif bila tidak ditemukan rantai protein. Hasil dianggap positif bila
ditemukan hampir semua rantai protein, dan dapat mengkonfirmasikan
hasil ELISA realitif yang berulang – ulang.
3) Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi berantai polymerase
Merupakan tes yang bertujuan untuk mendeteksi DNA dan RNA
virus HIV. Tes ini sering digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes lain
jika tidak jelas (namun masih mahal).
c. Konseling pasca pemeriksaan HIV
1) Pada proses konseling pasca tes HIV, petugas akan memberikan waktu
bagi klien untuk memahami hasil tes HIV dan bersaksi.
2) Hasil tes HIV dalam kertas laboraturium disiapkan secara sederhana
dan jela.s
3) Jika klien belom mengerti arti tersebut, petugas konseling dapat
membantu memberikan penjelasan lebih lanjut.
4) Setelah klien mengerti hasil tes HIV, klien akan mendapatkan
kesempatan untuk mengekspresikan reaksi emosional yang muncul.
Petugas akan mendampingi klien mengendalikan reaksi emosional.
8
5) Setelah klien tenang dan mampu menerima hasil tes HIV, petugas akan
memberikan penjelasan kembali tentang cara pencegahan dan
penularan HIV/AIDS terlepas hasil tes HIV klien tersebut negatif atau
positif, kemudian memberikan dukungan yang sesuai dan membuat
rencana lebih lanjut.
Pemeriksaan dini terhadap HIV/AIDS perlu dilakukan untuk segera mendapat
pertolongan kesehatan sesuai kebutuhan bagi mereka yang diidentifikasi terinfeksi
karena HIV/AIDS belum ditemukan obatnya, dan cara penularannya pun sangat
cepat. Memulai menjalani pemeriksaan HIV/AIDS, tidaklah perlu merasa takut
karena konseling dalam pemeriksaan HIV/AIDS dijamin kerahasiaannya dan tes ini
merupakan suatu dialog antara klien dengan petugas kesehatan yang bertujuan agar
orang tersebut mampu untuk menghadapi stres dan membuat keputusan sendiri
sehubungan dengan HIV/AIDS (Maryunani, Aeman, 2013).
10
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Voluntary Counseling and Testing atau biasa disingkat VCT
merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan
sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV di laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah
klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed consent (surat
persetujuan) setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar.
Komunikasi merupakan hal mendasar dan tidak dapat di elakan dalam
kehidupan. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Konseling
termasuk dalam ke komunikasi. Konseling merupakan salah satu upaya yang diambil
Departemen Kesehatan dalam menanggulangi HIV AIDS dan meningkatkan
kesadaran masyarakat akan bahayanya HIV AIDS serta memberikan informasi
mengenai perilaku-perilaku beresiko terinfeksi HIV AIDS (Depkes RI, 2008).
ART yaitu terapi yang diberikan kepada pasien ODHA dengan menggunakan
obat anti HIV yaitu ARV yang berfungsi mengubah HIV dari penyakit yang
mematikan menjadi penyakit kronis.
3.2 Saran
Kasus HIV setiap tahun terus meningkat di sejumlah daerah. Faktor resiko
tertinggi penularan HIV yaitu hubungan seks yang tidak aman. Oleh karena itu , disini
peran kita sebagai masyarakat khususnya tenaga kesehatan untuk aktif dalam
pencegahan dan penanganan HIV dan AIDS di lingkungan kita agar kedepannya
jumlah penderita HIV dan AIDS dapat berkurang. Demi mewujudkan masyarakat
yang sehat dan sejahtera.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anggrarini, I. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemeriksaan VCT pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas II Melaya Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.
[Skripsi Ilmiah]. Ungaran: Prodi Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo.
Departemen Kesehatan RI. 20013. Pedoman pelayanan konseling dan tes sukarela HIV
(Voluntary Counseling and Testing). Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Eddy , Farid 2013. Teknik Bimbingan dan Konseling Jilid 1.
Jakarta: Tugu Publisher
Nuraeni T, Nuke, D I, dan Agustin, R. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
HIV/AIDS DAN VCT Dengan Sikap Terhadap Konseling dan Tes HIV/AIDS Secara
Sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang. [Tugas Akhir]. Semarang: Unimus.
Prayitno dan Emma Amti,2009. Membidik Aids; Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA.
Yogyakarta: Yayasan Galang
Sari A W. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Niat Ibu Hamil untuk
Memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling And Testing) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014. [Skripsi
Ilmiah]. Jakarta: Program Studi kesehatan masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12
LAMPIRAN
HASIL OBSERVASI
1. Penjelasan HIV/AIDS
2. Pemeriksaan VCT
3. Pengobatan ARV
4. Pasien yang datang lebih banyak dari pasien LGBT
Setelah kami diberi arahan dan materi kami melakukan observasi dan
wawancara pada pasien HIV.
Tn. S 23th positif mengidap HIV sejak tahun 2015 dan pada tahun 2019 beliau
sudah berada di stadium 2. Gejala awal yang di rasakan Tn. S yaitu demam, diare dan
sariawan yang tidak kunjung sembuh, karena merasa ada yang aneh pada tubuhnya
dan menyadari bahwa beliau memiliki resiko tinggi terkena HIV beliau
memberanikan diri melakukan tes penyakit HIV di salah satu rumah sakit di kota
Malang.
Setelah positif mengidap HIV Tn. S mengalami depresi dan kehilangan rasa
percaya dirinya. Dan karena pada saat tahun 2015 pengetahuan tentang HIV/AIDS
masih sedikit Tn. S sempat mengurung diri dan takut bersentuhan dengan keluarga
karena takut bisa menularkan penyakitnya tersebut.
Setelah 3 bulan lamanya Tn. S memberanikan diri bercerita pada orang
terdekatnya lalu berdomisili di kota Kediri. Setelah orang terdekatnya mengetahui
beliau mengidap HIV. Hubungan dengan orang terdekatnya baik karena keluarga
maupun temannya selalu memotivasi beliau dan selalu mengingatkan untuk minum
obat. Beliau bercerita bahwa motivasi dari teman dan keluarga itu yang terpenting.
Setelah Tn. S melakukan pengobatan ARV, efek yang beliau rasakan yaitu
pusing berhari-hari dan mual. Manfaat setelah 4 tahun mengosumsi ARV yaitu beliau
melakukan tes viral load virusnya tidak terdeteksi dan terlihat sehat dan bugar. Tetapi
jika beliau kecapekan dan ada masalah bias membuat beliau cepat sakit.
Mengenai spiritual, Tn. S bercerita beliau merasa perasaan bersyukur itu
masih ada karena penyakitnya di ketahui saat kondisinya masih sehat dan
beribadahpun juga meningkat.
Terapi Spiritual yang didapat yaitu dari suatu komunitas yang beliau ikuti di
kota Kediri. Di komunitas tersebut mengadakan suatu perkumpulan yang di situ diberi
materi tentang HIV/AIDS dan diselipkannya terapi spiritual. Efek dari terapi spiritual
yang beliau rasakan yaitu:
1. Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada meningkat
2. Lebih merasa bersyukur
13
3. Mengalami depresi lebih cepat teratasi
Beliau berpesan :
1. Sebagai calon perawat nantinya jangan membuat ODHA merasa di deskriminasi.
2. Hati-hati dan tetap waspada
3. Jangan nakal
14
DOKUMENTASI
15