Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN LAKTASI

Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam
menyusui. Manajemen laktasi sebaiknya sudah dilakukan sejak awal kehamilan, hingga selama
masa menyusui.

A. Persiapan Menyusui Sejak Masa Kehamilan


Secara alami, manajemen laktasi sudah dimulai sejak awal kehamilan. Hal ini ditandai
dengan payudara yang mulai membesar, areola yang terlihat lebih gelap, serta puting yang
menjadi tegak.
Selain perubahan fisik pada payudara, perubahan hormon sebagai rangkaian persiapan
menyusui juga akan terjadi. Kadar hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam
mempersiapkan laktasi akan mengalami peningkatan semasa kehamilan.
Peningkatan kadar hormon prolaktin bermanfaat dalam menunjang produksi air susu.
Sementara hormon oksitosin, bertanggung jawab terhadap keluarnya air susu. Efek kedua
hormon ini juga membuat Bunda tetap tenang, santai, serta siap mengurus dan menyusui
bayi.
Nah, selain perubahan hormon, pada bulan ke empat kehamilan, kolostrum juga sudah
mulai diproduksi. Produksi air susu dan keluarnya air susu ini telah diatur secara alami
hingga saat persalinan tiba.
B. Saat-Saat Mulai Menyusui
o Tahap berikutnya dalam manajemen laktasi adalah tahap menyusui. Proses
menyusui sudah dapat langsung dilakukan sejak beberapa menit setelah bayi
dilahirkan.
o Air susu yang pertama kali keluar merupakan kolostrum. Kolostrum mengandung gizi
terbaik bagi bayi baru lahir, sehingga penting untuk diberikan.
o Pada awal menyusu, bayi secara naluri sudah bisa mengisap puting ibu. Namun,
penting untuk melatih bayi agar bisa menyusu pada payudara dengan posisi perlekatan
yang baik, agar proses menyusui dapat berjalan lancar.
o Melatih bayi menyusu memang bukan hal yang mudah. Agar prosesnya berjalan
lancar, ciptakan suasana yang lebih santai dan pastikan Bunda berada pada posisi yang
nyaman.
o Setelah itu, letakkan Si Kecil di antara payudara sampai kulitnya menempel pada kulit
Bunda. Ketika ia merasa nyaman, maka proses pemberian ASI pertama kali sudah bisa
dimulai.
o Dalam proses manajemen laktasi ini, biarkan bayi yang berinisiatif untuk menyusu
pada payudara. Jika bayi tidak lapar, maka dengan sendirinya dia akan tetap tidur di
dada Bunda.
o Namun jika bayi merasa lapar, ia akan mulai menggerak-gerakkan kepalanya. Apabila
mata bayi mulai terbuka dan ia menaruh kepalan tangannya ke mulut, maka ini waktu
yang tepat untuk bayi menyusu.
C. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan saat Menyusui
Setelah bayi sudah mampu menyusu, beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan agar
manajemen laktasi dapat terus berjalan dengan lancar:
1. Frekuensi pemberian ASI
Disarankan untuk memerhatikan frekuensi pemberian ASI, yaitu sekitar 8-12 kali
dalam 24 jam. Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
tetapi juga membantu menjaga produksi ASI agar terus bertambah banyak.
Beberapa hari setelah dilahirkan, umumnya bayi akan menyusu setiap 1-2 jam di
siang hari dan beberapa kali saja di malam hari. Rata-rata durasi menyusu adalah
15-20 menit untuk tiap payudara.
2. Tanda kecukupan ASI yang diberikan
Pahami juga tanda-tanda bayi sudah cukup ASI atau belum. Jika asupan air susu
memadai, air seni bayi akan berwarna kuning jernih. Setelah bayi menyusu dengan
cukup dan kenyang, payudara ibu akan terasa lebih lunak, dan bayi akan terlihat
puas.
Selain tanda-tanda tersebut, perhatikan juga kenaikan berat badan Si Kecil. Berat
badan bayi yang sehat cenderung bertambah sekitar 18-28 gram setiap hari, selama
tiga bulan pertama usianya.
3. Asupan makanan yang dikonsumsi ibu
Beberapa jenis makanan dianggap dapat memicu reaksi negatif pada bayi, yaitu
cokelat, bumbu rempah, jeruk, kubis, bunga kol, dan brokoli. Namun, tidak semua
bayi memiliki reaksi yang sama.
Ibu menyusui perlu membatasi konsumsi makanan dan minuman berkafein. Selain
itu, hindari mengonsumsi minuman maupun makanan yang mengandung alkohol,
untuk mencegah masuknya alkohol ke dalam ASI.
4. Masalah saat menyusui
Waspadai beragam masalah yang sering timbul saat menyusui, seperti nyeri
payudara, luka pada puting, penyumbatan air susu, mastitis, dan abses payudara.
Bunda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan secara berkala,
agar masalah ini dapat dicegah dan ditangani sejak dini.
5. Kondisi kesehatan Bunda
Agar proses laktasi berjalan lancar, Bunda perlu menjaga kesehatan dengan baik.
Caranya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, beristirahat dan minum air putih yang cukup, serta
mengelola stres.
Jika Bunda sedang sakit, proses menyusui sebenarnya tetap bisa dilakukan. Namun
bila Bunda terkena penyakit menular, seperti flu, hindari berada di dekat Si Kecil
untuk sementara waktu, agar ia tidak tertular. Setidaknya, gunakan masker penutup
hidung dan mulut, serta selalu cuci tangan sebelum menyusui Si Kecil.
Pada ibu menyusui yang perlu menjalani pengobatan khusus, terutama pengobatan
jangka panjang, misalnya dengan kemoterapi, radioterapi, obat antiansietas, atau
obat antimigrain, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui efek
sampingnya terhadap bayi.

MASSASE PUNGGUNG UNTUK MEMPERLANCAR ASI


A. Pengertian pijat oksitosin
Pijat punggung atau juga dikenal dengan pijat oksitosin merupakan pijatan yang dilakukan
di daerah sepanjang tulang belakang sebagai upaya untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Pijatan ini mampu memicu pengeluaran oksitosin, di mana oksitosin merupakan hormon
yang diperlukan untuk mengeluarkan ASI. Sehingga, pijatan ini juga dikenal dengan nama
pijat oksitosin.

B. Manfaat pijat oksitosin?


Melakukan pijatan setelah melahirkan tentu membawa banyak dampak baik bagi tubuh
Anda. Pemijatan dapat memberi Anda relaksasi, mengurangi stres, dan membantu tidur lebih
baik. Untuk ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar, pemijatan juga dapat
membantu proses pemulihan berjalan lebih cepat.
Pijat punggung sendiri ternyata juga dapat membantu Anda dalam menyusui bayi.
Terdapat dua manfaat penting yang bisa diberikan pijat punggung, yaitu:

a) Meningkatkan pengeluaran oksitosin dan prolaktin

Pijat punggung dapat membantu memperlancar produksi ASI dengan cara


meningkatkan pengeluaran hormon yang mendukung produksi ASI, yaitu prolaktin dan
oksitosin. Oksitosin dapat merangsang payudara untuk berkontraksi, sehingga ASI akan
dilepaskan dengan lancar. Selain itu, pijatan juga dapat mengurangi pengeluaran
hormon kortisol (hormon yang dikeluarkan saat tubuh stres), sehingga pengeluaran
hormon prolaktin dan oksitosin tidak terganggu.

Beberapa penelitian juga telah membuktikan manfaat pijat punggung terhadap


kelancaran produksi ASI. Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of
Medical Research and Review tahun 2013 membuktikan bahwa pijat punggung efektif
dalam meningkatkan produksi ASI, sehingga ini direkomendasikan untuk semua ibu
menyusui, terutama pada ibu yang mempunyai masalah dalam menyusui.

b) Meningkatkan let-down reflex

Tak hanya meningkatkan produksi hormon prolaktin dan oksitosin, pijat punggung juga
ternyata dapat meningkatkan let-down reflex. Ini tentu membantu pengeluaran ASI
sampai ke bayi. Hal ini diperkuat dengan beberapa penelitian yang telah
membuktikannya.

Penelitian percobaan yang dilakukan pada 20 ibu menyusui yang dibagi ke dalam dua
kelompok berbeda membuktikan bahwa pijat punggung dapat meningkatkan let-down
reflex. Hal ini membuat bayi lebih puas setelah menyusu dan juga dapat membantu
meningkatkan berat badan bayi.

Melakukan pijat punggung secara rutin juga dapat memengaruhi sistem saraf perifer,
meningkatkan rangsangan dan komunikasi antar saraf, mengurangi nyeri, dan
memperbaiki aliran darah ke jaringan dan organ tubuh.

C. Cara melakukan pijat oksitosin?

Pijat oksitosin sangat mudah dilakukan. Anda bisa menggunakan minyak zaitun atau
minyak lainnya agar pijatan mudah dilakukan. Tentunya, Anda membutuhkan bantuan
orang lain untuk melakukan pijatan ini, misalnya suami Anda. Caranya, yaitu:
 Ibu berada dalam posisi duduk bersandar ke depan sambil memeluk bantal agar
lebih nyaman. Taruh meja di depan Anda sebagai tempat untuk bersandar.
 Pijat kedua sisi tulang belakang menggunakan kepalan tangan dengan ibu jari
menunjuk ke depan. Pijat kuat dengan gerakan melingkar.
 Pijat sisi tulang belakang ke arah bawah sampai sebatas dada, dari leher sampai ke

tulang belikat.
 Lakukan pijatan ini selama 2-3 menit.

Tahapan Pemeriksaan Leopold

Sebelum pemeriksaan, Bunda akan diminta untuk buang air kecil guna mengosongkan
kandung kemih. Hal ini dilakukan agar Bunda lebih nyaman saat proses perabaan perut dengan
metode Leopold dilakukan.

Selanjutnya, Bunda akan diminta berbaring telentang dengan kepala sedikit ditinggikan, lalu
dokter atau bidan akan meraba perut Bunda dengan empat langkah berikut:

1. Leopold 1

Dokter menempatkan kedua telapak tangan di bagian atas perut untuk menentukan
letak bagian tertinggi rahim. Kemudian dokter meraba perlahan area ini untuk
memperkirakan bagian tubuh bayi yang berada di sana.

Kepala bayi akan teraba keras dan bentuknya bundar. Sedangkan bokong bayi, akan
terasa seperti objek besar dengan tekstur lembut. Pada sekitar 95% kehamilan, posisi
bokong berada di bagian tertinggi rahim ini.

2. Leopold 2

Pada tahap Leopold 2, kedua telapak tangan dokter akan meraba perlahan kedua sisi
perut Bunda, tepatnya di area sekitar pusar. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui bayi
Bunda menghadap ke kanan atau ke kiri.

Caranya adalah dengan membedakan letak punggung bayi dan anggota tubuh lain.
Punggung bayi akan terasa lebar dan keras. Sedangkan, bagian tubuh lain akan terasa
lebih lembut, tidak beraturan dan dapat bergerak.

3. Leopold 3
Di pemeriksaan Leopold tahap 3, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda
menggunakan jempol dan jari-jari dari salah satu tangannya saja (tangan kanan atau
tangan kiri).

Mirip dengan Leopold 1, cara ini bertujuan untuk memastikan bagian tubuh bayi
yang berada di bagian bawah rahim. Bila teraba keras, berarti kepala. Namun bila terasa
seperti objek bergerak, berarti tungkai atau kaki.

Jika teraba kosong, bisa jadi bayi berada dalam posisi melintang dalam rahim. Tahap
perabaan ini juga bisa membantu dokter memperkirakan berat bayi dan volume air
ketuban.

4. Leopold 4

Pada tahap terakhir, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda dengan kedua
telapak tangannya. Cara ini dapat membantu dokter mengetahui apakah kepala bayi sudah
turun sampai rongga tulang panggul (jalan lahir) atau masih di area perut. Bila sudah
masuk penuh sampai rongga panggul, seharusnya kepala bayi akan sulit atau tidak lagi
bisa diraba.

Selanjutnya, pemeriksaan Leopold juga umum diikuti dengan pemeriksaan tekanan


darah ibu serta detak jantung bayi, dan menjelang persalinan, dokter mungkin juga akan
melakukan pemeriksaan Cardiotocography (CTG).
EMPAT FASE (KALA) PERSALINAN NORMAL:

1) Kala 1

Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan pembukaan
mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1 terdapat dua fase yaitu :

a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam.

b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar


enam jam.

Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama 20-30
detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit, dengan durasi
60-90 detik.
Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya darah, lendir, serta pecah ketuban secara
spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai
ketuban pecah dini.

2) Kala 2

Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan waktu sekitar
dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10cm hingga bayi lahir
lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah spontan, dengan kontraksi
yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.

Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-otot dinding
abdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam rahim.

3) Kala 3

Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam rahim. Fase ini
dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta.

Pada tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas rahim
terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan membutuhkan
bantuan tambahan.

4) Kala 4

Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk mengobservasi
persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan tidak boleh ada
pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu harus dirawat dengan baik
dan tidak boleh ada gumpalan darah.
TINGGI FUNDUS UTERI

1. Pengertian tinggi fundus uteri

Fundus berarti titik tertinggi, sedangkan uteri berarti rahim (uterus). Jadi, fundus uteri
adalah titik tertinggi dari rahim. Tinggi fundus uteri (tfu) adalah jarak antara titik simfisis
pubis dan fundus uteri yang biasanya dilakukan oleh dokter atau bidan.

2. Tujuan pengukuran tinggi fundus uteri


Tujuan dari pengukuran tinggi fundus uteri adalah untuk menghitung usia kehamilan dan
mengukur perkembangan dan pertumbuhan janin. Hasil dari tinggi fundus uteri atau tfu
ibu hamil akan menunjukkan usia kehamilan. Setelah mengetahui tfu ibu hamil, biasanya
dokter atau bidan akan membandingkannya dengan hari pertama haid terakhir (hpht)
untuk mengetahui kecocokannya.
Selain pengertian tinggi fundus uteri, penting bagi Anda untuk mengetahui informasi
tentang tfu sesuai usia kehamilan. Melalui informasi tfu sesuai usia kehamilan ini, Anda
akan mengetahui patokan hasil tinggi fundus uteri yang seharusnya sesuai dengan usia
kehamilan Anda.

3. Cara mengukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan oleh dokter atau bidan. Anda tidak bisa
mengukur tinggi fundus sendiri. Alat ukur untuk pengukuran tfu sesuai usia kehamilan
bisa menggunakan jari atau alat ukur panjang elastis.

Namun, sebaiknya menggunakan alat ukur panjang karena lebih akurat. Ada beberapa
teknik yang digunakan untuk mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik
McDonald dan Palpasi abdominal.

a) Teknik McDonald

Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik McDonald adalah dengan
menghitung jarak dari simfisis pubis hingga ke fundus uteri dan sebaliknya. Teknik
McDonald ini menggunakan alat ukur panjang yang elastis yaitu pita ukur.

Pengukuran usia kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri dengan teknik
McDonald biasanya dilakukan pada saat usia kehamilan mencapai 22 minggu. Namun,
sebelum pengukuran harus dilakukan pemeriksaan inspeksi pada abdomen terlebih
dahulu.

Cara mengukur tinggi tinggi fundus uteri menggunakan teknik McDonald:


 Siapkan pita ukur
 Ibu hamil berbaring dengan diganjal bantal di bagian punggung bawah
 Dokter atau bidan berdiri di sisi kanan
 Dokter atau bidan akan meraba fundus uteri dengan menggunakan tangan kanan
dan tangan kiri
 Memosisikan fundus uteri agar tepat di tengah abdomen
 Setelah fundus uteri tepat di tengah abdomen maka tangan kiri menahannya
 Tangan kanan mulai menempelkan pita ukur mulai dari simsifis pubis hingga ke
fundus uteri
 Menandai pita ukur lalu melihat hasil yang sudah ditandai
 Inilah hasil tfu ibu hamil

Cara mengukur usia kehamilan menggunakan rumus McDonald:

1) Usia kehamilan dalam minggu = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7


2) Usia kehamilan dalam bulan = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7

Hasil perhitungan dalam rumus MC Donald ini memang membantu untuk


memastikan perkiraan usia kehamilan. Namun, perhitungan ini belum selalu tepat sesuai
dengan usia prediksi kehamilan. Perlu disadari kalau USG harus tetap harus dilakukan.

TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU-12) x 155 gram

Selain rumus dari MC Donald, memperkirakan taksiran berat janin juga bisa
dilakukan melalui rumus Johnson.

TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155

n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul


n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
n diisi dengan angka-angka konstanta yang sudah ditentukan dalam pembuatan rumus
Johnson.

 Kemungkinan yang terjadi bila berat janin kurang dari batas normal
Memasuki trimester ketiga seperti usia kehamilan 7 bulan, berat badan janin akan
mencapai 1.000 graam. Selanjutnya akan meningkat seiring banyaknya asupan makanan
selama masa kehamilan hingga 2.000 gram atau 3.000 gram saat usia kehamilan 8 bulan
dan 9 bulan.
Berat badan janin yang kurang tentu menandakan kalau kurangnya nutrisi selama masa
kehamilan.
Ada resiko yang bisa terjadi apabila berat badan janin di bawah batas normal, seperti:

 Terjadi kerusakan pada otak janin.


 Beberapa organ tidak berkembang secara sempurna.
 Memicu bayi terlahir prematur akibat berat badannya yang rendah.
 Gangguan sistem saraf, pernapasan, pencernaan hingga terjadi peredaran darah.
Untuk mengatasi masalah ini, ada baiknya Mama perlu mulai memerhatikan
kembali kesehatan janin. Berusahalah untuk menambah asupan kalori, mengimbangi
nutrisi dengan minum susu, menjalani istirahat yang cukup dan menghindari pemicu
depresi saat masa-masa kehamilan.

 Kemungkinan yang terjadi bila berat janin berlebihan


Kenaikan berat janin di dalam kandungan bisa terjadi karena mengonsumsi
makanan terlalu banyak. Padahal bila berat berlebihan dapat menyebabkan masalah
serius di kemudian hari.Berat badan janin berlebihan selama masa kehamilan dapat
meningkatkan resiko komplikasi kelahiran, bahkan memicu terjadinya persalinan caesar
atau kelahiran secara prematur.
Selain itu, kondisi berat badan janin berlebihan dapat meningkatkan resiko masalah
kesehatan seperti obesitas karena bobot terlalu besar, gangguan pencernaan, masalah
gestasional diabetes dan preeklampsia.

b) Teknik Palpasi abdominal

Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik Palpasi abdominal adalah
meraba atau menekan bagian perut dengan jari tangan. Selain menghitung usia
kehamilan, teknik Palpasi berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh, getaran, pergerakan,
bentuk, dan ukuran.Pengukuran usia kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri
dengan teknik Palpasi abdominal biasanya dilakukan setelah ibu hamil cukup bulan.
Teknik palpasi abdominal dilakukan setelah rahim membesar sehingga bagian-bagian
tubuh janin sudah bisa dibedakan.
Cara mengukur tinggi tinggi fundus uteri menggunakan teknik Palpasi abdominal
menurut Leopold terdiri dari 4 tahap, yaitu Leopold I, Leopold II, Leopold III, dan
Leopold IV. Setiap tahap memiliki tujuan yang berbeda-beda.

 Leopold I
Tujuannya adalah untuk menentukan usia kehamilan dan bagian tubuh janin yang berada
pada fundus uteri.
Cara pemeriksaan Leopold I:
 Kedua telapak tangan dokter yang bersih diletakkan pada fundus uteri
 Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri dari fundus uteri ke simfisis pubis
menggunakan jari
 Dokter atau bidan akan merasakan bagian tubuh janin yang berada pada bagian
fundus. Apakah bokong, kepala atau kosong.

 Leopold II
Tujuannya adalah untuk menentukan batas samping rahim dan letak punggung janin.
Cara pemeriksaan Leopold II:

 Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping kiri dan
kanan umbilikus
 Tentukanlah bagian punggung janin guna menentukan lokasi auskultasi denyut jantung
janin
 Tentukan bagian-bagian kecil dari janin

 Leopold III
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah bagian tubuh janin yang berada di bagian
bawah rahim sudah masuk panggul atau belum.
Cara pemeriksaan Leopold III:

 Bagian terendah dari janin dicekap di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan
 Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin
 Tentukan apakah bagian tubuh janin sudah masuk panggul atau belum

 Leopold IV
Tujuannya adalah untuk menentukan bagian tubuh janin yang terletak di bawah dan
berapa bagian kepala janin yang sudah masuk panggul ibu.

Cara pemeriksaan Leopold IV:

 Dokter atau bidan menghadap ke kiri pasien


 Kedua telapak tangan diletakkan pada sisi kiri dan kanan bagian terendah janin

Anda mungkin juga menyukai