Laktasi Fix
Laktasi Fix
Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam
menyusui. Manajemen laktasi sebaiknya sudah dilakukan sejak awal kehamilan, hingga selama
masa menyusui.
Tak hanya meningkatkan produksi hormon prolaktin dan oksitosin, pijat punggung juga
ternyata dapat meningkatkan let-down reflex. Ini tentu membantu pengeluaran ASI
sampai ke bayi. Hal ini diperkuat dengan beberapa penelitian yang telah
membuktikannya.
Penelitian percobaan yang dilakukan pada 20 ibu menyusui yang dibagi ke dalam dua
kelompok berbeda membuktikan bahwa pijat punggung dapat meningkatkan let-down
reflex. Hal ini membuat bayi lebih puas setelah menyusu dan juga dapat membantu
meningkatkan berat badan bayi.
Melakukan pijat punggung secara rutin juga dapat memengaruhi sistem saraf perifer,
meningkatkan rangsangan dan komunikasi antar saraf, mengurangi nyeri, dan
memperbaiki aliran darah ke jaringan dan organ tubuh.
Pijat oksitosin sangat mudah dilakukan. Anda bisa menggunakan minyak zaitun atau
minyak lainnya agar pijatan mudah dilakukan. Tentunya, Anda membutuhkan bantuan
orang lain untuk melakukan pijatan ini, misalnya suami Anda. Caranya, yaitu:
Ibu berada dalam posisi duduk bersandar ke depan sambil memeluk bantal agar
lebih nyaman. Taruh meja di depan Anda sebagai tempat untuk bersandar.
Pijat kedua sisi tulang belakang menggunakan kepalan tangan dengan ibu jari
menunjuk ke depan. Pijat kuat dengan gerakan melingkar.
Pijat sisi tulang belakang ke arah bawah sampai sebatas dada, dari leher sampai ke
tulang belikat.
Lakukan pijatan ini selama 2-3 menit.
Sebelum pemeriksaan, Bunda akan diminta untuk buang air kecil guna mengosongkan
kandung kemih. Hal ini dilakukan agar Bunda lebih nyaman saat proses perabaan perut dengan
metode Leopold dilakukan.
Selanjutnya, Bunda akan diminta berbaring telentang dengan kepala sedikit ditinggikan, lalu
dokter atau bidan akan meraba perut Bunda dengan empat langkah berikut:
1. Leopold 1
Dokter menempatkan kedua telapak tangan di bagian atas perut untuk menentukan
letak bagian tertinggi rahim. Kemudian dokter meraba perlahan area ini untuk
memperkirakan bagian tubuh bayi yang berada di sana.
Kepala bayi akan teraba keras dan bentuknya bundar. Sedangkan bokong bayi, akan
terasa seperti objek besar dengan tekstur lembut. Pada sekitar 95% kehamilan, posisi
bokong berada di bagian tertinggi rahim ini.
2. Leopold 2
Pada tahap Leopold 2, kedua telapak tangan dokter akan meraba perlahan kedua sisi
perut Bunda, tepatnya di area sekitar pusar. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui bayi
Bunda menghadap ke kanan atau ke kiri.
Caranya adalah dengan membedakan letak punggung bayi dan anggota tubuh lain.
Punggung bayi akan terasa lebar dan keras. Sedangkan, bagian tubuh lain akan terasa
lebih lembut, tidak beraturan dan dapat bergerak.
3. Leopold 3
Di pemeriksaan Leopold tahap 3, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda
menggunakan jempol dan jari-jari dari salah satu tangannya saja (tangan kanan atau
tangan kiri).
Mirip dengan Leopold 1, cara ini bertujuan untuk memastikan bagian tubuh bayi
yang berada di bagian bawah rahim. Bila teraba keras, berarti kepala. Namun bila terasa
seperti objek bergerak, berarti tungkai atau kaki.
Jika teraba kosong, bisa jadi bayi berada dalam posisi melintang dalam rahim. Tahap
perabaan ini juga bisa membantu dokter memperkirakan berat bayi dan volume air
ketuban.
4. Leopold 4
Pada tahap terakhir, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda dengan kedua
telapak tangannya. Cara ini dapat membantu dokter mengetahui apakah kepala bayi sudah
turun sampai rongga tulang panggul (jalan lahir) atau masih di area perut. Bila sudah
masuk penuh sampai rongga panggul, seharusnya kepala bayi akan sulit atau tidak lagi
bisa diraba.
1) Kala 1
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan pembukaan
mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1 terdapat dua fase yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama 20-30
detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit, dengan durasi
60-90 detik.
Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya darah, lendir, serta pecah ketuban secara
spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai
ketuban pecah dini.
2) Kala 2
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan waktu sekitar
dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10cm hingga bayi lahir
lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah spontan, dengan kontraksi
yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-otot dinding
abdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam rahim.
3) Kala 3
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam rahim. Fase ini
dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta.
Pada tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas rahim
terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan membutuhkan
bantuan tambahan.
4) Kala 4
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk mengobservasi
persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan tidak boleh ada
pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu harus dirawat dengan baik
dan tidak boleh ada gumpalan darah.
TINGGI FUNDUS UTERI
Fundus berarti titik tertinggi, sedangkan uteri berarti rahim (uterus). Jadi, fundus uteri
adalah titik tertinggi dari rahim. Tinggi fundus uteri (tfu) adalah jarak antara titik simfisis
pubis dan fundus uteri yang biasanya dilakukan oleh dokter atau bidan.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan oleh dokter atau bidan. Anda tidak bisa
mengukur tinggi fundus sendiri. Alat ukur untuk pengukuran tfu sesuai usia kehamilan
bisa menggunakan jari atau alat ukur panjang elastis.
Namun, sebaiknya menggunakan alat ukur panjang karena lebih akurat. Ada beberapa
teknik yang digunakan untuk mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik
McDonald dan Palpasi abdominal.
a) Teknik McDonald
Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik McDonald adalah dengan
menghitung jarak dari simfisis pubis hingga ke fundus uteri dan sebaliknya. Teknik
McDonald ini menggunakan alat ukur panjang yang elastis yaitu pita ukur.
Pengukuran usia kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri dengan teknik
McDonald biasanya dilakukan pada saat usia kehamilan mencapai 22 minggu. Namun,
sebelum pengukuran harus dilakukan pemeriksaan inspeksi pada abdomen terlebih
dahulu.
Selain rumus dari MC Donald, memperkirakan taksiran berat janin juga bisa
dilakukan melalui rumus Johnson.
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155
Kemungkinan yang terjadi bila berat janin kurang dari batas normal
Memasuki trimester ketiga seperti usia kehamilan 7 bulan, berat badan janin akan
mencapai 1.000 graam. Selanjutnya akan meningkat seiring banyaknya asupan makanan
selama masa kehamilan hingga 2.000 gram atau 3.000 gram saat usia kehamilan 8 bulan
dan 9 bulan.
Berat badan janin yang kurang tentu menandakan kalau kurangnya nutrisi selama masa
kehamilan.
Ada resiko yang bisa terjadi apabila berat badan janin di bawah batas normal, seperti:
Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik Palpasi abdominal adalah
meraba atau menekan bagian perut dengan jari tangan. Selain menghitung usia
kehamilan, teknik Palpasi berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh, getaran, pergerakan,
bentuk, dan ukuran.Pengukuran usia kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri
dengan teknik Palpasi abdominal biasanya dilakukan setelah ibu hamil cukup bulan.
Teknik palpasi abdominal dilakukan setelah rahim membesar sehingga bagian-bagian
tubuh janin sudah bisa dibedakan.
Cara mengukur tinggi tinggi fundus uteri menggunakan teknik Palpasi abdominal
menurut Leopold terdiri dari 4 tahap, yaitu Leopold I, Leopold II, Leopold III, dan
Leopold IV. Setiap tahap memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Leopold I
Tujuannya adalah untuk menentukan usia kehamilan dan bagian tubuh janin yang berada
pada fundus uteri.
Cara pemeriksaan Leopold I:
Kedua telapak tangan dokter yang bersih diletakkan pada fundus uteri
Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri dari fundus uteri ke simfisis pubis
menggunakan jari
Dokter atau bidan akan merasakan bagian tubuh janin yang berada pada bagian
fundus. Apakah bokong, kepala atau kosong.
Leopold II
Tujuannya adalah untuk menentukan batas samping rahim dan letak punggung janin.
Cara pemeriksaan Leopold II:
Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping kiri dan
kanan umbilikus
Tentukanlah bagian punggung janin guna menentukan lokasi auskultasi denyut jantung
janin
Tentukan bagian-bagian kecil dari janin
Leopold III
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah bagian tubuh janin yang berada di bagian
bawah rahim sudah masuk panggul atau belum.
Cara pemeriksaan Leopold III:
Bagian terendah dari janin dicekap di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan
Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin
Tentukan apakah bagian tubuh janin sudah masuk panggul atau belum
Leopold IV
Tujuannya adalah untuk menentukan bagian tubuh janin yang terletak di bawah dan
berapa bagian kepala janin yang sudah masuk panggul ibu.