PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi
maupun makroangiopati.[1]
ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy bertambah,
urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi
obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat
penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak
adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes mellitus yang menjadi salah satu
juta orang mengalami diabetes mellitus di dunia pada tahun 2015 dan tahun 2040
diperkirakan akan meningkat mencapai 642 juta orang. Dari data yang didapatkan
tersebut menunjukkan 193 juta kasus dengan diabetes mellitus tidak terdiagnosis
dan diabetes melitus menyebabkan kematian 5 juta jiwa pada tahun 2015[3].
bersama dengan Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan
jumlah estimasi orang dengan diabetes melitus 10 juta[3].Lebih dari 80% kematian
keempat terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India. Menurut
komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik yang serius dan
paling ditakuti adalah ulkus diabetikum.5 Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka
infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi
maka akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut
menahun yang ditakuti bagi penderita DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan,
biaya tinggi yang diperlukan untuk pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih
risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non DM.
Penderita ulkus diabetikum di Amerika Serikat memerlukan biaya yang tinggi untuk
perawatan yang diperkirakan antara Rp.100 juta sampai Rp.120 juta per tahun untuk
15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetikum merupakan
sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk DM.[7] Penderita
ulkus diabetikum di Indonesia memerlukan biaya yang tinggi sebesar Rp. 1,3 juta
sampai Rp. 1,6 juta perbulan dan Rp. 43,5 juta per tahun untuk seorang penderita[8].
Perawat adalah seorang yang membantu individu sehat maupun sakit, dari lahir
sampai meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari – hari secara mandiri,
perawatan luka ulkus dengan 1 set medikasi digunakan untuk pasien secara
tindakan medikasi, dan perawat tidak memperhatikan tehnik steril seperti tidak
Pengetahuan atau kognitif merupakan aspek yang begitu penting untuk dapat
Semakin banyak pasien mengerti tentang penyakitnya maka akan semakin paham
perawat dan tenaga medis jarang bahkan tidak pernah melakukan edukasi tentang
perawatan kaki yang baik. Bahkan 5 pasien yang diwawancarai mengatakan tidak
[12]
tahu cara melakukan perawatan kaki . Penelitian lain juga menunjukkan hasil
Selain pengetahuan yang baik, perilaku juga dipengaruhi oleh sikap yang baik pula
[11].
ulkus diabetikum secara aseptik yang bertujuan untuk menekan tingginya angka
kejadian infeksi pada luka ulkus diabetikum tersebut. Untuk memberikan pelayanan
Penularan infeksi yang terjadi bukan hanya ditularkan melalui alat-alat yang
kurang steril. Penularan infeksi dapat berasal dari tenaga kesehatan yang kurang
menjaga kebersihan, sebagai carrier yang mengidap penyakit infeksi, atau penularan
dari satu pasien ke pasien lain melalui perantara tenaga medis. Transmisi melalui
tenaga kesehatan bisa berasal dari kontaminasi dari tangan petugas, kontaminasi
benda dari darah, hanya sedikit penyakit yang mungkin ditularkan dalam
lingkungan rumah sakit.[15] Penerapan teknik aseptik pada perawatan luka pasca
yang di lakukan oleh Setiyawati, didapatkan hasil perawat yang pendidikan AKPER
keperawatan sebanyak 6 orang (85,7 persen) yang baik perilakunya. Perawat yang
pengalaman/masa kerja lebih dari 10 tahun sebanyak 7 orang (50,0%) baik. Perawat
yang motivasi tinggi (82,6%) lebih baik, perawat yang sikap baik perilaku
kepatuhannya (84,0%) lebih patuh dan perawat yang peduli (82,6%) lebih baik
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sumiyatun, didapatkan hasil perawat
Kelompok responden yang berumur muda (< 30 tahun) sebanyak 15 orang, 8 orang
(53,3% ) diantaranya berpredikat baik dan 19 orang yang berumur tua (> 30 tahun),
Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Dukuh Seti
Pati di dapatkan jumlah pasien yang menderita diabetes militus dengan ulkus pada
tahun 2019 yaitu 165 orang, data tersebut naik setiap tahunnya, sedangkan yang
datang ke Puskesmas untuk melakukan perawatan luka setiap harinya rata- rata 10
orang. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas peneliti tertarik untuk
B. Fokus Penelitian
teknik merawat dan prosedur yang digunakan dalam perawatan luka ulkus
diabetikum.
diabetikum.
diabetikum.
e. Perilaku perawat selama melakukan perawatan luka pasien dengan ulkus
diabetikum.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
diabetikum.
E. Manfaat Penelitian
diabetikum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu dasar untuk membuat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan (knowledge)
(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebanarnya).
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
P = f/N x 100%
Dimana:
P : adalah persentase
N : jumlah soal
usia[23].
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
kepercayaan orang[23]. .
pengetahuan seseorang[23].
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah
nyata dalam[23].
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
membaik[23].
2. Keterampilan
Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang
yang sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa
pola gerak atau perilaku yang diperluas bisa disebut keterampilan, misalnya
kemauan serta keseriusan dari individu itu sendiri berupa motivasi yang
besar untuk menguasai keterampilan yang diajarkan. Kedua, faktor proses
3. Perawat
a. Definisi Perawat
asuhan keperawatan[26].
b. Peran Perawat
Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan gerak gerik
seseorang yang diharap oleh orang lain sesuai dengan kedudukan dalam
sistem, tingkah laku dan gerak gerik tersebut dapat dipengaruhi oleh
konstan[27].
keperawatan
di lingkungan kerjanya.
ketidakberdayaan.
f) Pemberi kenyamanan, kenyamanan serta dukungan emosional
kesembuhan klien.
komunikasi.
terhadap tindakan dan akibat yang timbul pada klien yang menjadi tugas
dan sebagainya.
meliputi[26].
kondisinya.
tenang
4. Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika ada
secara efektif[29].
b. Klasifikasi
insulin.
insulin.
kehamilan
c. Faktor Resiko
1. Berat.
Kelebihan berat badan adalah faktor risiko utama untuk diabetes tipe
2. Namun, Anda tidak harus kelebihan berat badan untuk terkena diabetes
tipe 2.
2. Distribusi lemak.
risiko diabetes tipe 2 yang lebih besar daripada jika anda menyimpan lemak
di tempat lain, seperti di pinggul dan paha, risiko diabetes tipe 2 Anda
meningkat jika Anda pria dengan lingkar pinggang di atas 40 inci (101,6
sentimeter) atau wanita dengan pinggang yang lebih besar dari 35 inci (88,9
sentimeter)[31]
3. Tidak aktif.
4. Sejarah keluarga.
Risiko diabetes tipe 2 meningkat jika orang tua atau saudara anda
5. Ras
6. Usia
terutama setelah usia 45. Itu mungkin karena orang cenderung kurang
Prediabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah anda lebih
tinggi dari normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai
tipe 2[32].
d. Patofisiologi
Badan memerlukan suatu energi agar dapat bekerja dengan baik. Energi
tersebut didapati dari adanya glukosa yang terbentuk dari karbohidrat, asam
Ketiga zat tersebut di proses di dalam sel sehingga timbullah energi yang
glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dirubah menjadi bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pada pankreas[34]
disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell
hancurnya sel beta. Insulitis bisa disebabkan karena virus, misal virus cocksaki,
normal. Tetapi reseptor pada permukaan sel untuk menangkap insulin yang
dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang kunci ini yang berkurang
dalam sel akan sedikit. Sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan
glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian diabetes mellitus tipe 1 dan
tipe 2 sama-sama meningkatnya glukosa dalam darah akan tetapi faktor yang
energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada
1) Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada
2) Glukosa plasma 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL. Tes Toleransi Glukosa
air.
1) Komplikasi akut
a) Hipoglikemi adalah kadar gula darah <50mg/dl. Kadar gula yang rendah
pasokan energi.
b)
Hiperglikemia adalah kadar gula darah tiba–tiba tinggi kadar gula darah
2) Komplikasi kronis
koroner (PJK).
(1) Nefropati,
a. Definisi
dan paling sering terjadi faktor utama terjadinya amputasi pada ekstremitas
merupakan kelainan pada tungkai bawah akibat diabetes mellitus yang tidak
terkendali[45]
luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian
vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi
Sumpio, Schroeder, & Blume (2005) dan Singh, Pai & Yuhhui (2013)[47],
diabetes, yaitu:
berbeda pula, untuk luka derajat 1 dan 2, usaha pencegahan agar tidak terjadi
.
Tabel 2.1 Klasifikasi Ulkus Diabetik Wagner-Meggit [50]
Grade Deskripsi
Tabel diatas telah dikembangkan pada tahun 1970-an, dan telah menjadi
sistem penilaian yang paling banyak diterima secara universal dan digunakan
mengetahui tahapan luka dan memprediksi hasildari luka yang bisa cepat
beban tekanan (offloading), serta kontrol infeksi dengan antibiotik yang sesuai
1) Debridement
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi jika kondisi luka terbas dari
jaringan baru. Luka tidak akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan
penyembuhan
2) Balutan/Dressing
kelembaban luka (moist wound healing). Kondisi luka yang lembab dan
trauma. Beberapa faktor yang harus perhatikan dalam memilih dressing yang
akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya
Neuropati yang terjadi pada penderita DM sangat rentan terjadi luka akibat
beban dan gesekan yang terjadi pada kaki. Pada penderita DM luka menjadi
sulit untuk sembuh. Salah satu hal sangat penting dalam perawatan kaki
loading).
mengurangi kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas
kaki, removable cast walker, total contact cast, walker, sepatu boot
ambulatory.[55]
tekanan dan memberikan yang merata tidak hanya pada tumit dan ujung
kaki[56]
5. Perawatan Luka
a. Definisi
merawat luka agar sembuh sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dilakukan dengan benar sesuai dengan SOP yang telah ada. Perawatan
penyembuhan luka[57].
luka, yaitu[57]:
mengakibatkan nyeri
a. Definisi SOP
b. Tujuan SOP
Standar oprasional prosedur (SOP) bertujuan untuk membentuk system
kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggung
Prosedur :
perawatan luka
2) Menyiapkan alat :
c) Gunting verban/plester
f) Bengkok
g) Perlak pengalas
3) Tahap orientasi
klien/keluarga klien
tindakan dimulai
pasien, serta pintu dan jendela dan hanya membuka bagian yang
4) Tahap kerja
terkontaminasi
balutan
r) Melepaskan sarung tangan dan membuang pada tempat sampah
medis
1) Tahap Terminasi
2) Dokumentasi
Perawat
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Variabel Dependent Variabel Independent
B. Hipotesa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
hipotesis[61].
Puskesmas Dukuh Seti Pati. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah
laporan.
2. Rancangan Penelitian
1. Populasi
orang
a. Sampel
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
1) Kriteria Inklusi
25
𝑛=
1 + 25 (0,1)2
25
𝑛=
1 + 25 (0.01)
25
𝑛=
1 + 0,25
25
𝑛=
1,25
𝑛 = 20 Responden
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
memberikan pemahaman yang sama tentang pengertian variabel yang akan diteliti,
selanjutnya[61].
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa
Pati
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti
berupa kuesioner, kuesioner merupakan alat ukur berupa SOP perawatan luka
ulkus diabetikum
Tahap-tahap pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Setelah memperoleh surat ijin untuk melakukan penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu
dalam penelitian ini kepada sampel penelitian, bagi yang setuju berpartisipasi dalam
(informed consent).
G. Pengolahan Data
1. Editing
2. Scoring
3. Coding
4. Tabulating
diinterpretasikan.
5. Entry Data
program pengolahan data. Hasil pengolahan data yang sudah jadi kemudian
6. Cleaning
H. Analisis Data[61].
1. Analisis univariate
Data numerik digunakan nilai mean dan median. Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variable.
2. Analisis bivariate
satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Pada penelitian ini
Syarat uji ini adalah frekuensi responden atau sampel yang digunakan
a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau di sebut juga actual
b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x 2 maka tidak boleh ada 1 cell saja
dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Nilai á yang digunakan adalah 0,05. Berdasarkan nilai p pada uji chi
square, Ho diterima jika nilai p > á, Ho ditolak jika nilai p ≤ á , maka Ha diterima
I. Etika Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini melaksanakan prinsip etika dalam penelitian atau
pengumpulan data yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip
1. Informed Consent
2. Anonymity
3. Confidentiality
4. Justice
5. Beneficiency
Peneliti dalam penelitian ini mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang
Daftar Pustaka
Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Kemenkes RI.
5. Darmono. 2017. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Melitus. Dalam: Naskah
6. Lestari, Tri S., 2017. Hubungan Psikososial dan Penyuluhan Gizi Dengan
9. Henderson, L.N., & Tulloch, J. 2016. Incentives For Retaining and Motivation
Health Workers in Pacific and Asian Countries, Human Resources For Health.
10. Pratiwi. 2017. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2rawat Jalan Di Rsud Dr.Soediran Mangun
12. Roza, R, L., Afriant, R & Zulkarnain,E. (2015). Faktor Resiko Terjadinya ulkus
Diabetikum Pada Pasien Diabetes Mellitus Yang Dirawat Jalan dan Inap di
RSUP Dr.M.DJamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. No
4 Vol 1
kedokteran EGC.
15. Setyarini, E. A., Barus, L. S,.& Dwitari, A. 2015. Perbedaan Alat Ganti
Verband Antara Dressing Set Dan Dressing Trolley Terhadap Resiko Infeksi
HAis Dalam Perawatan Luka Post Operasi. Jurnal Kesehatan Stikes Santo
Barromeus..
16. Darmono, 2017. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Melitus. Dalam: Naskah
19. Walidan, N.S. 2016. Penerapan Teknik Aseptik Pada Perawatan Luka Pasca
20. Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Salemba Medika.
23. Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
25. Sri Widiastuti dan Nur Rohmah Muktiani. (2010). Peningkatan Motivasi dan
26. Pramudito, P.H. dan Prasetyo, S.D., 2015. 'Evaluasi Penggunaan Antibiotika
pada Pasien Ulkus Diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Gadjah Mada.
28. Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7.
Federation2017.http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf
http://www.diabetes.org/livingwith%diabetes/complication/foot%complication/footca
Kedokteran EGC.
32. Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majorityvol 4 no 5(101-
93)
Aksara.
34. Stephen and William. 2011. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical
35. Clayton, W,Jr& Tom, A.E. (2015). A review of the pathophysiology : classification
http://www.clinical_diabetes_mellitus./article.htm
36. Eliana F. Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus PERKENI 2015. Satelit Simp. 2015;
1-7.
38. Hasdianah H. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-anak
40. Kurniawan, A. A., & Wuryaningsih Y. Rekomendasi Latihan Fisik untuk Diabetes
41. Sabri, L., & Hastono, S.P. (2017) Statistik Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : FKM UI.
43. Vancouver Costal Health. (2010). Diabetic foot care : You and your feet. Vancouver
44. Rowland, K. (2017). Wound healing perspectives: diabetic foot ulcers. National
45. Purwanti, O. S. 2013. Analisa Faktor- Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Kaki pada
Pasien Diabetes Mellitus di RSUD dr. Moewardi Surakarta, Prosiding Seminar Ilmiah
Nasional, ISSN: 2338-2694, http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/view/2763
47. Singh S, Pai DR, Yuhhui C. 2013. Diabetic foot Ulcer-Diagnosis and Management.
48. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2013). Brunner &
49. Moat, C., Martin, R., Smithdale, R. (2018). Leg Ulcer Management. Publishing,
Oxford.
50. James, W. B. 2008. Classification of Foot Lesions in Diabetic Patients. Levin and
52. Hidayat, Arip. 2017. Pengaruh Perawatan Luka Dengan Modern Dressing Terhadap
Kualitas Hidup Pasien Ulkus Diabetikum Di Griya Pusat Perawatan Luka Caturharjo.
http://repository.unjaya.ac.id/2164/2/ARIP%20HIDAYAT_2213104pisah.pdf diakses
53. Ekaputera, E. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: Trans Info Media.
54. McCallon SK, Knight CA, Valiulus JP, Cunningham MW, McCulloch JM, Farinas LP.
55. Sabri, L., & Hastono, S.P. (2017) Statistik Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : FKM UI.
56. Singh, N., Armstrong, D.G., & Lipsky, B.A. (2015). Preventing doot ulcers in patients
2 No 3.
58. Potter and Perry. 2013. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta:
EGC.
59. Hidayat & Nurhayati. 2015. Perawatan Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus
Jakarta: EGC.
RINEKA CIPTA