PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum, berbagai macam aliran keagamaan dalam Islam dikenal dengan
istilah teologi (kalam). Sebagai sebuah cabang ilmu dalam Islam, ilmu kalam
membicarakan perkataan Allah (Alquran), wujud Allah, sifat-sifat Allah, pengutusan
nabi dan rasul, serta berita-berita mengenai alam gaib. Kelahiran ilmu kalam ini sangat
terkait erat dengan masalah yang dihadapi umat Islam, menyangkut hakikat iman dan
status dosa besar serta masalah takdir dan kebebasan. Beberapa penjelasan di bawah
ini semoga bisa membantu dalam menambah wawasan mengenai beberapa aliran
teologi dalam islam.
B. Rumusan masalah
1. Seperti apa Ajaran Pokok Teologi Ahlussunnah Waljamaah?
2. Bagaimana perbandingan pokok ajaran teologi Ahlussunnah waljamaah
dengan aliran lainnya?
3. Bagaimana memposisikan Diri Dari Perbedaan Konsep Kafir Dan Konsep
Iman
4. Bagaimana perbandingan Konsep Iman Dan Kafir Mu’tazilah Dan Asy’ariah
5. Bagaimana Perbuatan Tuhan Menurut Maturidiah dan Perbuatan Manusia
Menurut Qadariah
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Seperti apa Ajaran - Ajaran Pokok Teologi Ahlussunnah
Waljamaah !
2. Untuk mengetahui perbandingan pokok ajaran teologi Ahlussunnah waljamaah
dengan aliran lainnya !
1
3. Untuk megetahui Bagaimana memposisikan Diri Dari Perbedaan Konsep Kafir
Dan Konsep Iman !
4. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan Konsep Iman Dan Kafir
Mu’tazilah Dan Asy’ariah !
5. Untuk mengetahui bagaimana Perbuatan Tuhan Menurut Maturidiah dan
Perbuatan Manusia Menurut Qadariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu
golongan yang berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan mayoritas.
Yang dimaksud dengan ahli sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam adalah aliran
Asy’ariah dan Maturidiah yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah. Ajaran pokok
teologi tersebut antara lain :
a. Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
1) Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah yaitu lafal-
lafal yang diturunkan Tuhan melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada
Nabi Muhammad, adalah dalalah dari kalam yang sifatnya azali. Dalalah yang
disebutkan itu adalah makhluk(diciptakan), yang madlul bersifat qadim dan azali.
3
3) Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat karena
Tuhan itu maujud, setiap yang maujud memungkinkan untuk padat dilihat.
4) Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap mukmin ‘ashi
atau fasiq, apabila ia meninggal dunia sebelum bertaubat maka ia terserah kepada
Tuhan atas pelanggarannya itu, apakah Tuhan akan menyiksa atau
mengampuninya. Walaupun ia masuk neraka, tetapi akhirnya dimasukkan ke
dalam surga juga.
Ajaran-ajaran Al Maturidi
Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan yaitu
golongan Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri dan golongan
Bukhara yang merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al Maturidi). Ajaran-
ajaran Al Maturidi:
4
4) Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih dan
tajsim bagi Tuhan. Adapun kata-kata tangan, wajah, mata, yang diidhofahkan pada
Tuhan dalam Al Qur’an harus dita’wilkan.
5
dan lain”. Kali ini kita akan menganalisis perbedaan konsep pokok ajaran teologi
menurut aliran aliran yang lainnya.
Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ektrimitas dalam
memutuskan persoalan-persoalan kalam. Tak heran kalau aliran ini memiliki
pandangan ekstrim pula tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang
6
bahwa orangorang yang melakukan dosa besar langsung di nyatakan kafir.
Khawarij juga berpendapat baha dosa itu tidak terbagi menjadi dosa kecil dan dosa
besar melainkan hanya dosa besar saja.
Semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabiiah), menurut semua sub sekte
khwarij, kecuali najdah adalah kafir dan akan disiksa dineraka selamanya. Sub
sekte yang sangat ekstrim, azariqah, menggunakan istilah yang lebih mengerikan
dari kafir, yaitu musyrik. Mereka memandang musyrik bagi siapa saja yang tidak
mau bergabung dengan barisan mereka. Adapun pelaku dosa besar dalam
pandangan mereka telah beralih status keimanannya menjadi kafir millah (agama),
dan berarti ia telah keluar dari Islam, mereka kekal dineraka bersama orang-orang
kafir lainnya.
Pandangan aliran murji’ah tentang setatus pelaku dosa besar dapat ditelusuri
dari definisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Secara garis besar, sebagaimana
telah dijelaskan sub sekte Khawarij dapat dikategorikan dalam dua kategori:
ekstrim dan moderat.
Harun nasution berpendapat bahwa sub sekte murji’ah yang ekstrim dan
mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Adapun
ucapan dan perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada di
dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang
menyimpang dari kaidah agama tidak berarti telah menggeser atau merusak
keimanannya. Bahkan keimanannya masih sempurna dimata Tuhan. Adapun
murji’ah moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar
tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa dineraka, ia tidak kekal didalamnya,
bergantung pada ukuran dosar yang dilakukannya. Masih terbuka kemungkinan
bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksa neraca.
7
c. Menurut aliran Mu’tazilah
Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu’tazilah, berada diposisi tengah diantara
posisi mukmin dan kafir. Jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat
bertaubat, ia akan dimasukkan ke dalam nerak selama-lamanya. Walaupun
demikian, siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang-orang
kafir. Dalam perkembangannya, beberapa tokoh Mu’tazilah, seperti wastul bin
atha’ dan amr bin ubaid memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan
mukmin atau kafir.
8
e. Aliran Maturidiyah
f. Aliran Syi’ah
Penganut Syi’ah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal
di dalam neraka, jika ia belum tobat dengan tobat yang sesungguhnya. Dalam hal
ini, Syi’ah memang memiliki pandangan yang sama dengan dengan Mu’tazilah.
Namun berbeda dengan Ahlussunnah wal jamaah.
C. Sifat-sifat Tuhan
9
Sebagian telah dilihat dalam bagian 1, kaum Mu’tazilah mencoba
menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat. Ini berarti bahwa Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai
kekuatan dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui dan sebagainya bukanlah sifat
dalam arti kata sebenarnya. Arti “Tuhan mengetahui dengan perantara
pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri.
3. Aliran Maturidiyah
10
Sebagian besar tokoh Syi’ah rafidhah menolak bahwa Allah senantiasa
bersifat tahu, namun adapula sebagian dari mereka berpendapat bahwa Allah tidak
bersifat tahun terhadap sesuatu sebelum ia menghendaki. Tatkala ia menghendaki
sesuatu, ia pun bersifat tahu, jika dia tidak menghendaki, dia tidak bersifat tahu,
maka Allah berkehendak menurut merek adalah bahwa Allah mengeluarkan
gerakan (taharraka harkah), ketika gerakan itu muncul, ia bersifat tahu terhadap
sesuatu itu. Mereka berpendapat pula bahwa Allah tidak bersifat tahu terhadap
sesuatu yang tidak ada.
1. Aliran Khawarij
Khawarij menetapkan dosa itu hanya satu macamnya, yaitu dosa besar agar
dengan demikian orang Islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat
diperangi dan dapat dirampas harta bendanya dengan dalih mereka berdosa dan
setiap yang berdosa adalah kafir. Mengkafirkan Ali, Utsman, 2 orang hakam,
orang-orang yang terlibat dalam perang jamal dan orang-orang yang rela terhadap
tahkim dan mengkafirkan orang-orang yang berdosa besar dan wajib berontak
terhadap penguasa yang menyeleweng.
Dan iman menurut kwaharij, iman bukanlah tasdiq. Dan iman dalam arti
mengetahui pun belumlah cukup. Menurut Abd. Al-jabbar, orang yang tahu Tuhan
tetapi melawan kepadanya,bukanlah orang yang mukmin, dengan demikian iman
bagi mereka bukanlah tasdiq (membenarkan dengan qolbu), bukan pula ma’rifah
(ketetapan hati) tetapi iman bagi mereka adalah pelaksanaan perintah-perintah
Tuhan. Hal ini berbeda dengan konsep Ahlussunnah wal jamaah yakni
menganggap iman itu tasdiq yakni membenarkan dalam qolbu atau dengan kata
lain orang yang di dalam hatinya masih mengimani Allah swt tetap di katakan
beriman walau dia pernah melakukan dosa.
11
2. Aliran Murji’ah
Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan
bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan
perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser
atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dalam
pandangan Tuhan. Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka
yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun
disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang
dilakukannya. Pendapat ini mirip dengan pendapat aliran Ahlussunnah waljamaah
3. Aliran Mu’tazilah
Iman adalah tashdiq di dalam hati, iktar dengan lisan dan dibuktikan dengan
perbuatan konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena
itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Menurut
mu’tazilah akan selalu ada meskipun telah melakukan dosa besar.
Konsep kafir menurut mu’tazilah apabila seseorang melakukan dosa besar dia
tidak di katakana kafir atau beriman melainkan berada di tengah – tengah.
Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman secara esensial adalah
tasdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan lisan dan
melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’
(cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan
Allah dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang
mereka bawa dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang
tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.
5. Maturidiyah
12
Iman adalah tasdid dalam hati dan diikrarkan dengan lidah, dengan kata lain,
seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan kebenaran
Allah dan mengikrarkan kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini juga tidak
menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia. yang penting tasdid dan
ikrar. Konsep ini mirip dengan konsep Ahlussunnah waljamaah tentang iman letak
perbedaannya yakni hanya pada perbuatan manusia. Maturidyah menganggap
iman tak ada hubunganya dengan perbuatan sedangkan aliran Ahlussunnah
waljamaah melakukan kewajiban utama juga termasuk dalam iman.
1. Aliran Jabariyah
2. Aliran Qadariyah
Manusia mempunyai iradat (kemampuan berkehendak atau memilih) dan
qudrah (kemampuan untuk berbuat). Menurut paham ini Allah SWT membekali
manusia sejak lahirnya dengan qudrat dan iradat, suatu kemampuan untuk
mewujudkan perbuatan-perbuatan tersebut. Paham ini tidak menganggap segala
bentuk perbuatan manusia tergantuk kehendak Allah.
13
3. Aliran Mu’tazilah
Paham ini dalam masalah af’al ibadah seirama dengan paham Qadariyah untuk
perbuatan-perbuatan Tuhan, mereka berpendapat bahwa Tuhan mempunyai
kewajiban-kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu kewajiban yaitu kewajiban
berbuat baik dan terbaik bagi manusia seperti kewajiban Tuhan menepati janji-
janji-Nya. Kewajiban Tuhan mengirim Rasulrasul-Nya untuk petunjuk kepada
manusia dan lain-lain.
4. Aliran Asy’ariyah
5. Aliran Maturidiyah
1. Aliran Mu’tazilah
14
perbuatannya, secara lebih jelas aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan
sebenarnya tidak mutlak lagi.
2. Aliran Asy’ariyah
3. Aliran Maturidiyah
15
alasan untuk saling mengujat, saling mngkafirkan satu sama lain, menyalahkan
satu sama lain bahkan hingga terjadi permusuhan.
Untuk menyikapi apabila hal itu tiba tiba terjadi apalagi hal itu terjadi kepada
diri saya sendiri untuk menghindari perdebatan yang bisa memecah kedua belah
pihak. Saya pribadi tetap akan memegang teguh keyakinan masing masing tanpa
harus saling menyalahkan satu sama lain.
16
Adapun balasannya di akhirat bagi pelaku dosa besar apabila ia dan
sempat bertobat, maka menurut Al-Asy’ari, hal itu berhantung pada
kebijakan Tuhan Yang Maha Berkehendak Mutlak, Tuhan dapat saja
mengampuni dosanya atau pelaku dosa besar itu mendapat syafaat Nabi
SAW, sehingga terbebas dari siksaan neraka atau kebalikannyam yaitu
Tuhan memberinya siksaan neraka sesuai dengan ukuran dosa yang
dilakukannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di neraka seperti
orang-orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selsai, ia
akan di masukkan ke dalam surge.
Konsep iman menurut Asy ariah dengan aliran Mu’tazilah tidak jauh
berbeda yaitu iman adalah pengakuan dengan hati yang dinyatakan dengan
lisan dan melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi dosa besar.
Akan tetapi mengenai pelaku dosa besar aliran Mu’tazilah tidak
mengkafirkan ataupun di anggap mukmin akan tetap di tengah – tengah
(fasiq) sedangkan menurut Asy’ ariah adalah walaupun melakukan dosa
besar, seperti zina dan mencuri. Menurutnya, meraka masih tetap sebagai
orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun
berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa bosa besar itu dilakukannya
dengan anggapan bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak menyakini
keharaman, ia dipandang telah kafir.
17
a. Aliran maturidyah samarkand memberikan batasan pada kekuasaan
dan kehendak tuhan dengan berpendapat bahwa perbuatan tuhan
hanya menyangkut perihal yang baik-baik saja. Dengan demikian,
tuhan memiliki kewajiban untuk melakukan hal yang baik-baik bagi
manusia, Maturidiyah samarkand juga memandang pengiriman
rasul kepada manusia sebagai kewajiban tuhan.
b. Sementara itu, aliran Maturidiyah bukhara memiliki paham yang
sama dengan Asy'ariyah, dimana tuhan tidak memiliki kewajiban
terhadap manusia. Menurut aliran ini, pengiriman rasul hanya
bersifat mungkin, namun bukan merupakan kewajiban tuhan. Akan
tetapi, aliran ini berpendapat bahwa tuhan pasti menepati janji-
janjinya, seperti memberikan balasan surga bagi yang berbuat baik
dan siksa neraka kepada nereka yang berbuat jahat sesuai dengan
nash al-Qur’an dan Hadits.
Aliran ini beri’tiqot bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas
kehendaknya sendiri. Mansuia mempunyai kewenangan untuk melakukan
segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun
berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan
yang dilakukannya dan juga juga berhak pula memproleh hukuman atas
kejahatan yang diperbuatnya. Seseorang diberi ganjaran baik dengan
balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan
neraka kelak di akhirat. itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri, bukan
akhir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan atau
18
tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya
sendiri.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.binaaku.web.id/2012/08/perbuatan-manusia-menurut-aliran.html
https://abraham4544.wordpress.com/umum/170-2/
https://joedilas.wordpress.com/2011/12/14/makalah-sejarah-analisa-dan-
perbandingan-aliran-aliran-teologi-islam/
http://abiavisha.blogspot.com/2013/03/perbandingan-aliran-iman-dan-kufur-akal.html
21