Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara umum, berbagai macam aliran keagamaan dalam Islam dikenal dengan
istilah teologi (kalam). Sebagai sebuah cabang ilmu dalam Islam, ilmu kalam
membicarakan perkataan Allah (Alquran), wujud Allah, sifat-sifat Allah, pengutusan
nabi dan rasul, serta berita-berita mengenai alam gaib. Kelahiran ilmu kalam ini sangat
terkait erat dengan masalah yang dihadapi umat Islam, menyangkut hakikat iman dan
status dosa besar serta masalah takdir dan kebebasan. Beberapa penjelasan di bawah
ini semoga bisa membantu dalam menambah wawasan mengenai beberapa aliran
teologi dalam islam.

B. Rumusan masalah
1. Seperti apa Ajaran Pokok Teologi Ahlussunnah Waljamaah?
2. Bagaimana perbandingan pokok ajaran teologi Ahlussunnah waljamaah
dengan aliran lainnya?
3. Bagaimana memposisikan Diri Dari Perbedaan Konsep Kafir Dan Konsep
Iman
4. Bagaimana perbandingan Konsep Iman Dan Kafir Mu’tazilah Dan Asy’ariah
5. Bagaimana Perbuatan Tuhan Menurut Maturidiah dan Perbuatan Manusia
Menurut Qadariah
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Seperti apa Ajaran - Ajaran Pokok Teologi Ahlussunnah
Waljamaah !
2. Untuk mengetahui perbandingan pokok ajaran teologi Ahlussunnah waljamaah
dengan aliran lainnya !

1
3. Untuk megetahui Bagaimana memposisikan Diri Dari Perbedaan Konsep Kafir
Dan Konsep Iman !
4. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan Konsep Iman Dan Kafir
Mu’tazilah Dan Asy’ariah !
5. Untuk mengetahui bagaimana Perbuatan Tuhan Menurut Maturidiah dan
Perbuatan Manusia Menurut Qadariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ajaran pokok teologi Ahlussunnah Waljamaah

Banyak kalangan yang menentang aliran Mu’tazilah, terutama di kalangan


rakyat biasa yang tidak dapat menyelami ajaran-ajaran Mu’tazilah yang bersifat
rasional itu. Rakyat biasa, dengan pemikiran yang sederhana, ingin ajaran yang
sederhana pula. Kaum Mu’tazilah dalam sejarah memang merupakan golongan
minoritas, dan dikenal sebagai golongan yang tidak kuat berpegang pada hadits.

Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu
golongan yang berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan mayoritas.
Yang dimaksud dengan ahli sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam adalah aliran
Asy’ariah dan Maturidiah yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah. Ajaran pokok
teologi tersebut antara lain :

a. Ajaran-ajaran Al Asy’ariah

1) Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah yaitu lafal-
lafal yang diturunkan Tuhan melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada
Nabi Muhammad, adalah dalalah dari kalam yang sifatnya azali. Dalalah yang
disebutkan itu adalah makhluk(diciptakan), yang madlul bersifat qadim dan azali.

2) Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al Asy’ari sifat-sifat Tuhan


itu tidak sama dengan Zat Tuhan, keduanya qadim. Jadi, Tuhan mempunyai Zat,
sifat dan perbuatan.

3
3) Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat karena
Tuhan itu maujud, setiap yang maujud memungkinkan untuk padat dilihat.

4) Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap mukmin ‘ashi
atau fasiq, apabila ia meninggal dunia sebelum bertaubat maka ia terserah kepada
Tuhan atas pelanggarannya itu, apakah Tuhan akan menyiksa atau
mengampuninya. Walaupun ia masuk neraka, tetapi akhirnya dimasukkan ke
dalam surga juga.

5) Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan berdasarkan musyawarah


untuk mendapatkan mufakat dan dengan pemilihan.

Ajaran-ajaran Al Maturidi

Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan yaitu
golongan Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri dan golongan
Bukhara yang merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al Maturidi). Ajaran-
ajaran Al Maturidi:

1) Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun kewajiban mengetahui


Tuhan dapat diketahui dengan akal, tetapi kewajiban itu sendiri datangnya dari
Tuhan.

2) Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai


sifat-sifat.

3) Al Qur’an, menurut Al Maturidi bahwa Al Qur’an itu sifat Tuhan, ia tidak


diciptakan, tetapi bersifat qadim.

4
4) Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih dan
tajsim bagi Tuhan. Adapun kata-kata tangan, wajah, mata, yang diidhofahkan pada
Tuhan dalam Al Qur’an harus dita’wilkan.

5) Melihat Tuhan di akhirat, Al Maturidi sependapat dengan paham Al Asy’ari


bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia di akhirat.

6) Kekuasaan dan kehendak Tuhan, menurut Al Maturidi bahwa kekuasaan


mutlak Tuhan dan kehendak Tuhan dibatasi oleh batasan-batasan yang telah
ditentukan Tuhan sendiri. Diantaranya dalam bentuk kebebasan yang diciptakan
Tuhan untuk manusia berupa perbuatan dan kehendak terhadap yang baik dan
yang buruk.

7) Keadilan Tuhan, menurut Maturidi perbuatan manusia bukanlah kehendak


Tuhan akan tetapi adalah perbuatan manusia itu sendiri.

8) Janji dan ancaman atau kewajiban Tuhan, Al Maturidi menerima paham


adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia, sekurang-kurangnya kewajiban
menepati janji, tentang pemberian pahala bagi perbuatan baik dan pemberian siksa
bagi perbuatan jahat.

9) Beban di luar kemampuan manusia, Al Maturidi berpendapat bahwa Tuhan


tidak membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban yang tak terpikul.

B. Perbandingan ajaran pokok teologi aliran Ahlussunnah waljamaah dengan


aliran lainnya.

Penjelasan mengenai tentang pokok ajaran teologi Ahlussunnah Waljamaah


telah di jelaskan di atas yakni bagaimana pandangan Aliran Ahlussunnah
Waljamah baik itu pandangan terhadap Allah, iman, dosa, akal, perbutan tuhan

5
dan lain”. Kali ini kita akan menganalisis perbedaan konsep pokok ajaran teologi
menurut aliran aliran yang lainnya.

1. Wahyu dan akal

a. kaum Mu’tazilah berpendapat semua persoalan di atas dapat diketahui oleh


akal manusia dengan perantara akal yang sehat dan cerdas seseorang dapat
mencapai makrifat dan dapat pula mengetahui yang baik dan buruk. Bahkan
sebelum wahyu turun, orang sudah wajib bersyukur kepada Tuhan. Menjauhi yang
buruk dan mengerjakan yang baik. berbeda dengan Mu’tazilah, kaum asy’ariyah
berpendapat akal memang dapat mengetahui adanya Tuhan. Tetapi akal tidak
dapat mengetahui cara berterima kasih kepada Tuhan. Untuk mengetahui hal-hal
tersebut diperlukan wahyu. Melalui wahyu manusia bisa mengetahuinya. Tanpa
wahyu, manusia tidak akan tahu.

b. Golongan maturidiyah samarkan berpendapat, akal dapat mengetahui


adanya Tuhan kewajiban dan berterima kasih kepada Tuhan dan mengetahui baik
dan buruk. Tetapi akal tidak dapat mengetahui bagaimana kewajiban berbuat baik
dan meninggalkan buruk, karena itu wahyu sangatlah diperlukan untuk
menjelaskannya.Golongan maturidiyah bukhara sependapat dengan kaum
asy’ariyah.

2. Pelaku dosa besar

a. Menurut aliran Khawarij

Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ektrimitas dalam
memutuskan persoalan-persoalan kalam. Tak heran kalau aliran ini memiliki
pandangan ekstrim pula tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang
6
bahwa orangorang yang melakukan dosa besar langsung di nyatakan kafir.
Khawarij juga berpendapat baha dosa itu tidak terbagi menjadi dosa kecil dan dosa
besar melainkan hanya dosa besar saja.

Semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabiiah), menurut semua sub sekte
khwarij, kecuali najdah adalah kafir dan akan disiksa dineraka selamanya. Sub
sekte yang sangat ekstrim, azariqah, menggunakan istilah yang lebih mengerikan
dari kafir, yaitu musyrik. Mereka memandang musyrik bagi siapa saja yang tidak
mau bergabung dengan barisan mereka. Adapun pelaku dosa besar dalam
pandangan mereka telah beralih status keimanannya menjadi kafir millah (agama),
dan berarti ia telah keluar dari Islam, mereka kekal dineraka bersama orang-orang
kafir lainnya.

b. Menurut aliran Murji’ah

Pandangan aliran murji’ah tentang setatus pelaku dosa besar dapat ditelusuri
dari definisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Secara garis besar, sebagaimana
telah dijelaskan sub sekte Khawarij dapat dikategorikan dalam dua kategori:
ekstrim dan moderat.

Harun nasution berpendapat bahwa sub sekte murji’ah yang ekstrim dan
mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Adapun
ucapan dan perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada di
dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang
menyimpang dari kaidah agama tidak berarti telah menggeser atau merusak
keimanannya. Bahkan keimanannya masih sempurna dimata Tuhan. Adapun
murji’ah moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar
tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa dineraka, ia tidak kekal didalamnya,
bergantung pada ukuran dosar yang dilakukannya. Masih terbuka kemungkinan
bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksa neraca.
7
c. Menurut aliran Mu’tazilah

Perbedaannya, bila khwarij mengkafirkan pelaku dosa besar dan murji’ah


memelihara keimanan pelaku dosa besar, Mu’tazilah tidak menentukan status dan
predikat yang pasti bagi pelaku dosa besar, apakah ia tetap mukmin atau kafir.

Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu’tazilah, berada diposisi tengah diantara
posisi mukmin dan kafir. Jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat
bertaubat, ia akan dimasukkan ke dalam nerak selama-lamanya. Walaupun
demikian, siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang-orang
kafir. Dalam perkembangannya, beberapa tokoh Mu’tazilah, seperti wastul bin
atha’ dan amr bin ubaid memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan
mukmin atau kafir.

d. Aliran Asy’ariyah (Ahlussunnah wal jamaah)

Terhadap pelaku dosa besar, agaknya al-asy’ari, sebagai wakil ahl-as-


Sunah, tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke baitullah (ahl-al-qiblah)
walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya,
mereka masih tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka
miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi jika dosa besar itu dilakukannya
dengan anggapan bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini
keharamannya, ia dipandang telah kafir.

Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar, apabila ia


meninggal dan tidak sempat bertaubat, maka menurut al-asy’ari, hal itu bergantung
pada kebijakan Tuhan Yang Maha Esa berkehendak mutlaq. Dari paparan singkat
ini, jelaslah bahwa asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan
murji’ah, khususnya dalam pernyataan yang tidak mengkafirkan para pelaku dosa
besar.

8
e. Aliran Maturidiyah

Aliran maturidiyah, baik samarkand maupun bukhara, sepakat menyatakan


bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam
dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada apa
yang dilakukannya di dunia. jika ia meninggal tanpa tobat terlebih dahulu,
keputusannya diserahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. jika
menghendaki pelaku dosa besar diampuni, ia akan memasukkan ke neraka, tetapi
tidak kekal didalamnya. Pendapat ini mirip dengan pendapat aliran Ahlussunnah
waljamaah.

f. Aliran Syi’ah

Penganut Syi’ah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal
di dalam neraka, jika ia belum tobat dengan tobat yang sesungguhnya. Dalam hal
ini, Syi’ah memang memiliki pandangan yang sama dengan dengan Mu’tazilah.
Namun berbeda dengan Ahlussunnah wal jamaah.

C. Sifat-sifat Tuhan

1. Menurut aliran Mu’tazilah

Pertentangan paham antara kaum Mu’tazilah dan kaum asy’ariyah dalam


masalah ini berkisar sekitar persoalan apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak.
Jika Tuhan mempunyai sifat-sifat itu mestilah kekal seperti halnya dengan zat
Tuhan. Tegasnya, kekalnya sifat-sifat akan membawa kepada paham banyak yang
kekal (ta’addud al-qudama’ atau poltiplicity of eternals). Dan ini selanjutnya
membawa pula kepada paham syirik atau polyteisme. Suatu hal yang tak dapat
diterima dalam teologi.

9
Sebagian telah dilihat dalam bagian 1, kaum Mu’tazilah mencoba
menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat. Ini berarti bahwa Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai
kekuatan dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui dan sebagainya bukanlah sifat
dalam arti kata sebenarnya. Arti “Tuhan mengetahui dengan perantara
pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri.

2. Menurut Aliran Asy’ariyah

Kaum asy’ariyah membawa penyelesaian yang berlawanan dengan Mu’tazilah


mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut aliran
asy’ariyah sendiri tidak dapat diingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat, karena
perbuatan-perbuatan nya, di samping menyatakan bahwa Tuhan mengetahui dan
sebagainya, juga menyatakan bahwa ia mempunyai pengetahuan, kemauan, dan
daya.

3. Aliran Maturidiyah

Dapat ditemukan persamaan antara al-maturidi dan alasy’ari, seperti di dalam


pendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat seperti sama’, basher dan
sebagainya. Walaupun begitu pengertian al-maturidi tentang sifat berbeda dengan
alasy’ari. Menurut al-maturidi sifat tidak dikatakan sebagai esensinya dan bukan
pula dari esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu mulazamah (ada bersama, baca:
inheren) dzat tanpa pemisah. Tampaknya paham al-maturidi, tentang makna sifat
cenderung mendekati paham Mu’tazilah. Perbedaannya almaturidi mengaku
adanya sifat-sifat sedangkan al-Mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan.

4. Aliran Syi’ah Rafidhah

10
Sebagian besar tokoh Syi’ah rafidhah menolak bahwa Allah senantiasa
bersifat tahu, namun adapula sebagian dari mereka berpendapat bahwa Allah tidak
bersifat tahun terhadap sesuatu sebelum ia menghendaki. Tatkala ia menghendaki
sesuatu, ia pun bersifat tahu, jika dia tidak menghendaki, dia tidak bersifat tahu,
maka Allah berkehendak menurut merek adalah bahwa Allah mengeluarkan
gerakan (taharraka harkah), ketika gerakan itu muncul, ia bersifat tahu terhadap
sesuatu itu. Mereka berpendapat pula bahwa Allah tidak bersifat tahu terhadap
sesuatu yang tidak ada.

D. Iman dan kufur

1. Aliran Khawarij

Khawarij menetapkan dosa itu hanya satu macamnya, yaitu dosa besar agar
dengan demikian orang Islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat
diperangi dan dapat dirampas harta bendanya dengan dalih mereka berdosa dan
setiap yang berdosa adalah kafir. Mengkafirkan Ali, Utsman, 2 orang hakam,
orang-orang yang terlibat dalam perang jamal dan orang-orang yang rela terhadap
tahkim dan mengkafirkan orang-orang yang berdosa besar dan wajib berontak
terhadap penguasa yang menyeleweng.

Dan iman menurut kwaharij, iman bukanlah tasdiq. Dan iman dalam arti
mengetahui pun belumlah cukup. Menurut Abd. Al-jabbar, orang yang tahu Tuhan
tetapi melawan kepadanya,bukanlah orang yang mukmin, dengan demikian iman
bagi mereka bukanlah tasdiq (membenarkan dengan qolbu), bukan pula ma’rifah
(ketetapan hati) tetapi iman bagi mereka adalah pelaksanaan perintah-perintah
Tuhan. Hal ini berbeda dengan konsep Ahlussunnah wal jamaah yakni
menganggap iman itu tasdiq yakni membenarkan dalam qolbu atau dengan kata
lain orang yang di dalam hatinya masih mengimani Allah swt tetap di katakan
beriman walau dia pernah melakukan dosa.
11
2. Aliran Murji’ah

Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan
bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan
perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser
atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dalam
pandangan Tuhan. Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka
yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun
disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang
dilakukannya. Pendapat ini mirip dengan pendapat aliran Ahlussunnah waljamaah

3. Aliran Mu’tazilah
Iman adalah tashdiq di dalam hati, iktar dengan lisan dan dibuktikan dengan
perbuatan konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena
itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Menurut
mu’tazilah akan selalu ada meskipun telah melakukan dosa besar.
Konsep kafir menurut mu’tazilah apabila seseorang melakukan dosa besar dia
tidak di katakana kafir atau beriman melainkan berada di tengah – tengah.

4. Aliran Asy’ariyah(Ahlussunnah waljamaah)

Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman secara esensial adalah
tasdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan lisan dan
melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’
(cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan
Allah dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang
mereka bawa dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang
tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.

5. Maturidiyah

12
Iman adalah tasdid dalam hati dan diikrarkan dengan lidah, dengan kata lain,
seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan kebenaran
Allah dan mengikrarkan kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini juga tidak
menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia. yang penting tasdid dan
ikrar. Konsep ini mirip dengan konsep Ahlussunnah waljamaah tentang iman letak
perbedaannya yakni hanya pada perbuatan manusia. Maturidyah menganggap
iman tak ada hubunganya dengan perbuatan sedangkan aliran Ahlussunnah
waljamaah melakukan kewajiban utama juga termasuk dalam iman.

E. Perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia

1. Aliran Jabariyah

Menurut aliran ini, manusia tidak berkuasa atas perbuatannya yang


menentukan perbuatan manusia itu adalah Tuhan, karena itu manusia tidak
berdaya sama sekali untuk mewujudkan perbuatannya baik atau buruk.
Diumpamakan manusia seperti wayang yang tidak berdaya, bagaimana dan
kemana ia bergerak terserah dalang yang memainkan wayang itu. Dalang manusia
adalah Tuhan, ini dianggap paham Jabariyah yang dianggap moderat,
perbuatan.mmanusia tidak sepenuhnya ditentukan untuk Tuhan, tetapi manusia
punya andil juga dalam dalam mewujudkan perbuatannya. Paham ini berbeda
dengan paham Ahlussunnah waljamaah yakni segala perbuatan manusia akan
terlaksana apabila Allah menghendaki.

2. Aliran Qadariyah
Manusia mempunyai iradat (kemampuan berkehendak atau memilih) dan
qudrah (kemampuan untuk berbuat). Menurut paham ini Allah SWT membekali
manusia sejak lahirnya dengan qudrat dan iradat, suatu kemampuan untuk
mewujudkan perbuatan-perbuatan tersebut. Paham ini tidak menganggap segala
bentuk perbuatan manusia tergantuk kehendak Allah.
13
3. Aliran Mu’tazilah
Paham ini dalam masalah af’al ibadah seirama dengan paham Qadariyah untuk
perbuatan-perbuatan Tuhan, mereka berpendapat bahwa Tuhan mempunyai
kewajiban-kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu kewajiban yaitu kewajiban
berbuat baik dan terbaik bagi manusia seperti kewajiban Tuhan menepati janji-
janji-Nya. Kewajiban Tuhan mengirim Rasulrasul-Nya untuk petunjuk kepada
manusia dan lain-lain.

4. Aliran Asy’ariyah

Dalam menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan qodrat dan iradat


Tuhan, Abu Hasan Ali Bin Ismail al-Asy’ari menggunakan paham kasb yang
dimaksud dengan al- Kasb adalah berbarengan kekuasaan manusia dengan
perbuatan Tuhan. Artinya apabila seseorang ingin melakukan suatu perbuatan,
perbuatan itu baru terlaksana jika sesuai dengan kehendak Tuhan.

5. Aliran Maturidiyah

Menurut golongan maturidiyah, kemauan sebenarnya adalah kemauan


Tuhan namun tidak selamanya perbuatan manusia dilakukan atas kerelaan Tuhan
karena Tuhan tidak menyukai perbuatan-perbuatan buruk. Jadi di dalam aliran
maturidiyah ada 2 unsur: kehendak dan kerelaan.

F. Kehendak muthlak dan keadilan Tuhan

1. Aliran Mu’tazilah

Mu’tazilah yang berperinsip keadilan Tuhan mengatakan bahwa Tuhan itu


adil dan tidak mungkin bebuat zalim dengan memaksakan kehendak kepada
hamba-Nya kemudian mengharuskan hamba-Nya untuk menanggung akibat

14
perbuatannya, secara lebih jelas aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan
sebenarnya tidak mutlak lagi.

2. Aliran Asy’ariyah

Mereka percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa


perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan, yang mendorong Tuhan untuk berbuat
sesuatu semata-mata adalah kekuasan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena
kepentingan manusia atau tujuan yang lain.

3. Aliran Maturidiyah

Kehendak mutlak Tuhan, menurut maturidiyah samarkand, dibatasi oleh


keadilan Tuhan, Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah
baik dan tidak mampu untuk berbuat serta tidak mengabaikan kewajibankewajiban
hanya terhadap manusia. pendapat ini lebih dekat dengan Mu’tazilah.

Adapun maturidiyah bukharak berpendapat bahwa Tuhan mempunyai


kekuasaan mutlak, Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan
segala-galanya tidak ada yang menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada
larangan bagi Tuhan. Tampaknya aliran maturidiyah bukhara lebih dekat dengan
asy’ariyah.

C. Memposisikan diri perbedaan konsep kafir dan iman


Di suatu keadaan baik itu di dalam forum diskusi atau diskusi bebas tak
mustahil bisa terjadi perbedaan pendapat dalam hal apapun seperti halnya dalam
kepercayaan akan konsep iman dan konsep kafir.
Hal seperti perbedaan pandangan mengenai apapun itu termasuk pandangan
mengenai konsep kafir dan konsep iman itu adalah hal yang lumrah dan natural
terjadi di kalangan masyarakat saat ini, namun bukan berarti hal itu yang menjadi

15
alasan untuk saling mengujat, saling mngkafirkan satu sama lain, menyalahkan
satu sama lain bahkan hingga terjadi permusuhan.
Untuk menyikapi apabila hal itu tiba tiba terjadi apalagi hal itu terjadi kepada
diri saya sendiri untuk menghindari perdebatan yang bisa memecah kedua belah
pihak. Saya pribadi tetap akan memegang teguh keyakinan masing masing tanpa
harus saling menyalahkan satu sama lain.

D. Perbandingan konsep iman dan kafir Mu’tazilah dan asy’ariah


1. Pendapat aliran Mu’tazilah tentang iman dan kufur

Pendapat tentang kafir menurut aliran Mu’tazilah. Orang yang


melakukukan dosa besar tidak di anggap sebagai orang kafir dan bukan
pula mukmin. Konsep Mu’tazilah disebut manzilah bain manzilataian atau
posisi antara dua posisi. Di akhirat kelak orang yang melakukan dosa besar
itu tidak akan dimasukkan ke dalam syurga dan tidak pula dimasukkan ke
dalam neraka yang dahsyat, seperti orang kafir, tetapi dimasukkan ke
dalam neraka yang paling ringan namun kekal di dalam neraka.
iman adalah pengakuan dengan hati yang dinyatakan dengan lisan dan
melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi dosa besar.

2. Pendapat aliran Asy’ ariah tentang iman dan kafir

Terhadap pelaku dosa besar, agaknya Al-Asy’ari, sebagai wakil Ahlu


As-Sunnah, tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (ahl
Al-Qiblah) walaupun melakukan dosa besar, seperti zina dan mencuri.
Menurutnya, meraka masih tetap sebagai orang yang beriman dengan
keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi,
jika dosa bosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini
dibolehkan (halal) dan tidak menyakini keharaman, ia dipandang telah
kafir.

16
Adapun balasannya di akhirat bagi pelaku dosa besar apabila ia dan
sempat bertobat, maka menurut Al-Asy’ari, hal itu berhantung pada
kebijakan Tuhan Yang Maha Berkehendak Mutlak, Tuhan dapat saja
mengampuni dosanya atau pelaku dosa besar itu mendapat syafaat Nabi
SAW, sehingga terbebas dari siksaan neraka atau kebalikannyam yaitu
Tuhan memberinya siksaan neraka sesuai dengan ukuran dosa yang
dilakukannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di neraka seperti
orang-orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selsai, ia
akan di masukkan ke dalam surge.

Konsep iman menurut Asy ariah dengan aliran Mu’tazilah tidak jauh
berbeda yaitu iman adalah pengakuan dengan hati yang dinyatakan dengan
lisan dan melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi dosa besar.
Akan tetapi mengenai pelaku dosa besar aliran Mu’tazilah tidak
mengkafirkan ataupun di anggap mukmin akan tetap di tengah – tengah
(fasiq) sedangkan menurut Asy’ ariah adalah walaupun melakukan dosa
besar, seperti zina dan mencuri. Menurutnya, meraka masih tetap sebagai
orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun
berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa bosa besar itu dilakukannya
dengan anggapan bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak menyakini
keharaman, ia dipandang telah kafir.

E. Perbuatan tuhan menurut Maturidiah dan perbuatan manusia menurut


Qadariah.

1. Perbuatan tuhan menurut Maturidiah

Perbuatan Tuhan Menurut Aliran Maturidiyah. Dalam aliran


Maturidiyah terdapat perbedaan pendapat antara Maturidiyah
samarkand dan Maturidiyah bukhara.

17
a. Aliran maturidyah samarkand memberikan batasan pada kekuasaan
dan kehendak tuhan dengan berpendapat bahwa perbuatan tuhan
hanya menyangkut perihal yang baik-baik saja. Dengan demikian,
tuhan memiliki kewajiban untuk melakukan hal yang baik-baik bagi
manusia, Maturidiyah samarkand juga memandang pengiriman
rasul kepada manusia sebagai kewajiban tuhan.
b. Sementara itu, aliran Maturidiyah bukhara memiliki paham yang
sama dengan Asy'ariyah, dimana tuhan tidak memiliki kewajiban
terhadap manusia. Menurut aliran ini, pengiriman rasul hanya
bersifat mungkin, namun bukan merupakan kewajiban tuhan. Akan
tetapi, aliran ini berpendapat bahwa tuhan pasti menepati janji-
janjinya, seperti memberikan balasan surga bagi yang berbuat baik
dan siksa neraka kepada nereka yang berbuat jahat sesuai dengan
nash al-Qur’an dan Hadits.

2. Perbuatan manusia menurut aliran Qodariyah

Aliran ini beri’tiqot bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas
kehendaknya sendiri. Mansuia mempunyai kewenangan untuk melakukan
segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun
berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan
yang dilakukannya dan juga juga berhak pula memproleh hukuman atas
kejahatan yang diperbuatnya. Seseorang diberi ganjaran baik dengan
balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan
neraka kelak di akhirat. itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri, bukan
akhir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan atau

18
tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya
sendiri.

19
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah kita simak beberapa penjelasan di atas mengenai ajaran pokok


Ahlusunnah waljamaah, khawarij, qodariyah, jabariyah dan lain lain, perbandingan
ajaran pokoknya dan lain sebagainya dapat kita simpulkan bahwa setiap aliran
memiliki keyakinan masing – masing ada beberapa yang memiliki pandangan yang
sama bahkan memiliki pandangan yang bertolak belakang yang tidak perlu di
sampaikan ulang pada simpulan kali ini. Pandangan dari semua aliran di atas tentu di
dasari oleh Al qur’an dan hadist hanya saja memiliki perbedaan pandangan pula
dalam menafsirkannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.binaaku.web.id/2012/08/perbuatan-manusia-menurut-aliran.html

https://abraham4544.wordpress.com/umum/170-2/

https://joedilas.wordpress.com/2011/12/14/makalah-sejarah-analisa-dan-
perbandingan-aliran-aliran-teologi-islam/

http://abiavisha.blogspot.com/2013/03/perbandingan-aliran-iman-dan-kufur-akal.html

21

Anda mungkin juga menyukai