ABSTRAK
Pengendalian panas termal pada pelaksanaan pengecoran beton massip untuk
kontruksi beton seperti poer pondasi bangunan, pada umumnya dilaksanakan dengan
metode pengecoran dengan system pendinginan buatan dan untuk tubuh bendung
beton dengan sistem papan catur. Kedua metode tersebut mempunyai kendala dari
faktor biaya pendinginan beton dengan Water Chiller dan waktu pelaksanaan yang
lebih lama,sehing ga kedua metode tersebut tidak dapat dilaksanakan untuk
pekerjaan dengan lokasi proyek terbatas dan yang memerlukan waktu pelak sanaan
yang relatif singkat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dicoba suatu metode alternatif pengendalian
panas termal dengan memasang isolasi panas pada permukaaan atas beton dengan
lembaran plastik yang diatasnya diurug pasir kering, dan semua permukaan dilindungi
dengan tenda untuk menghidari sinar matahari, dan untuk memantau perkembangan
suhu selama proses hidrasi beton dipasang alat pengukur suhu (Electronic
Thermometer) pada sembilan titik pengamatan didalam beton.
Dengan mengevaluasi perbedaan suhu pada grafik hubungan suhu yang terjadi pada
titik pengamatan dan waktu proses pendinginan beton selama 28 hari, dihasilkan
perbedaan suhu pada bagian top, middle dan bottom dititk A,B,C,D,E,F,G,H,dan I
rata-rata dibawah perbedaan suhu yang diijinkan yaitu 20 ° C sebagai persyaratan
beton tidak mengalami crack akibat perbedaan suhu yang tinggi, sehingga metode
tersebut layak dipakai sebagai acuan untuk melaksanakan pengecoran beton massip.
untuk mengetahui apakah dengan metode tinggi, maka kenaikan suhu beton akan
pengedalian panas termal dengan isolasi cepat dan suhu tertinggi yang dicapai
panas pada permukaan beton memenuhi menjadi tinggi pula. Agar suhu beton
syarat untuk mengendalikan tegangan dapat diperendah perlu dilakukan
termal akibat perbedaan suhu. pendinginan terlebih dahulu dari
semen,agregat dan air.
2.TINJAUAN PUSTAKA • Penggunaan bahan tambahan
2.1.Sifat Thermal Betton Massip (admixture), bahan tambahan jenis
standar dapat menghambat hidrasi
Yang membedakan proses semen, sehingga menghambat pelepasan
pengeringan beton massa dengan beton panas. Bahan tambah jenis water reducer
struktural lainnya adalah sifat termalnya. atau superplasticizer dapa mengurangi
Apabila Portland Cement bereaksi dengan kadar air beton. Untuk workability dan
air, maka terjadilah proses hidrasi dan kekuatan yang sama dengan tanpa bahan
dalam proses ini dilepaskan panas yang tambah, dapat dikurangi bahan kadar
disebut panas hidrasi. Didalam beton massa semen dalam beton, sehingga panas
panas hidrasi tidak mudah terlepas keluar hidrasipun berkurang.
sehingga suhu beton menjadi tinggi. • Jenis bahan cetakan/formwork dan
Sehubungan dengan ukuran beton massip isolasi, formwork yang mempuyai nilai
besar dan tebal, massa beton memerlukan isolasasi tinggi akan memakan panas
waktu yang lama sekali untuk menjadi dalam beton, shingga dapat memberikan
dingin tergantung pada tebalnya beton kenaikan suhu beton yang tinggi pula.
massip. Perbedaan suhu yang besar (lebih • Tebal beton, beton adalah konduktor
dari 20° C), dapat menimbulkan tegangan panas yang lemah sehingga lambat
termal didalam beton yang berlanjut dengan melepas panas. Makin tebal beton makin
terjadinya retak termal. Permukaan beton tingi terjadinya kenaikan temperatur
yang berhubungan dengan udara luar pada waktu awal dan selanjutnya
mengalami pendinginan akan menyusut kenaikannya rendah.
(kontraksi) dan susut ini tertahan oleh beton 2.2. Panas Hidrasi Cement Portland
bagian dalam yang masih panas sehingga
terjadi retak dipermukaan. Panas hidrasi yang dihasilkan dalam
T.A. HORISON dalam ” EARLY AGE jangka waktu tertentu sangat dipengaruhi
THERMAL CRACK CONTROL IN CONCRETE ” oleh temperatur pada waktu berlangsung
1981, menyatakan bahwa untuk beton hidrasi. Sebagai contoh, panas hidrasi yang
memakai agregat batuan silika, membatasi dihasilkan oleh PC type I setelah 72 jam
perbedaan temperatur sampai 20 ° C cukup seperti tabel 1 berikut :
untuk mencegah retakan. Temperatur Panas Hidrasi
Faktor-faktor yang berpengaruh atas °C Joule/gram Kalori/gram
meningkatnya suhu beton antara lain : 24 285 88.0
• Jenis cement, PC type I mempunyai 32 309 73.9
panas hidrasi yang tinggi dibandingkan 41 335 80.0
dengan PC type IV dan V. Sumber : P.T Semen Gresik
• Jumlah/kadar PC dalam beton, makin
besar kadar PC makin besar jumlah panas 2.3. Metode pengendalian panas termal
hidrasi yang dikeluarkan. PC type I akan
menghasilkan kenaikan suhu sebesar ± 12° 1. Metode dengan pendinginan buatan.
C untuk setiap 100 kg semen dalam Metode ini dilaksanakan dengan
beton. memasang pipa-pipa didalam beton yang
• Suhu beton pada waktu pengecoran, Di tebal dan dilakukan pendinginan buatan
Indonesia suhu udara rata-rata ± 27°C - dengan sistem pipa beraliran air dingin.
34°C dan suhu bahan untuk pembuatan Pendinginan juga diberikan pada
beton (semen,agregat dan air) akan campuran beton dengan campuran air
berada disekitar suhu tersebut. Apabila pengaduk dengan batu es dan pengecoran
suhu beton pada saat pengecoran sudah dilakukan pada malam hari, untuk menjamin
CHILLER
PERM
UKAANBETON
Gambar 2
Metode Pengendalian Panas
Thermal Dengan
LAPISAN PLASTIK
FORM
WORK BETON YANG DI COR
Gambar 3
Metode Pengendalian Panas Thermal Dengan
Isolasi Panas Pada Permukaan Beton
3. PELAKSANAAN PENELITIAN 2
28- 4- '91 28- 4- '91 28- 4- '92
Secara garis besar langkah-langkah Jam19.10 Jam19.00 Jam19.00
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ; B A G 10
1. Mutu beton pondasi K 350, dan volume
2500 M3, dengan campuran memakai :
• P.C tipe I 390 Kg/M3 28- 4- '91 28- 4- '91 28- 4- '91
• Pasir alam Jam22.00 Jam22.00 Jam22.00
12
• Batu pecah C F H
• Admixture jenis Retarder
• Waktu pengecoran 48 jam
28- 4- '91 28- 4- '91 28- 4- '91
2. Metode pemasangan Isolasi pengedali Jam19.00 10
Jam22.00 Jam20.00
panas termal.
• Sebelum dilakukan pengecoran, D E I
2
seluruh lokasi pondasi yang akan dicor
ditutup dengan tenda dengan tujuan 2 32 2
untuk menghindari hujan dan panas
matahari langsung. 12 12 12
• Bagian beton yang telah dicor secara
bertahap ditutup dengan lembaran Gambar 4b
plastik yang tebal dan diatasnya Urutan Pelaksanaan Pengecoran
ditmbunipasir kering setebal 25 cm.
Tahap II
• Lapisan Pasir kering setebal 25 cm
yang menutupi permukaan luar beton • hujan dan panas matahari langsung.
massif selalu dijaga kekeringannya, • Bagian beton yang telah dicor secara
dengan tujuan untuk menjaga bertahap ditutup dengan lembaran
kesetabilan suhu antara permukaan plastik yang tebal dan diatasnya
beton dan bagian dalam beton ditmbunipasir kering setebal 25 cm.
sehingga tidak terjadi lonjakan suhu • Lapisan Pasir kering setebal 25 cm
pada beton. yang menutupi permukaan luar
3. Metode Pengecoran beton massif selalu dijaga
Sistem pengecoran dilakukan terus- kekeringannya, dengan tujuan untuk
menerus dengan urutan pengecoran sebagai menjaga kesetabilan suhu antara
gambar berikut: permukaan beton dan bagian dalam
2 beton sehingga tidak terjadi
1- 4- '91 1- 4 - '91 1- 4 - '92
Jam13.10 Jam13.10 Jam13.00
lonjakan suhu pada beton.
10
4. Pengamatan Panas Termal pada
B+ A+ G+
beton massa selama 28 hari :
• Metode Pengukuran temperatur
31- 3 - '91 31- 3 - '91 1 - 4- '91 beton massa pondasi.
Jam16.00 Jam16.00 Jam03.55 Temperatur dalam beton massa diukur
12
C+ F+ H+ memakai Electronic Thermometer
type Thermocoupel NiCr/NiAl.
31 - 3- '91 31 - 3- '91 31- 3- '91
Jam07.00 10
Jam04.00 Jam14.00
D+ E+ I+
2
2 32 2
12 12 12
Gambar 4a
Urutan Pelaksanaan
Pengecoran Tahap I
III VI IX
20
LANTAI KERJA
12 12 12
Gambar 6
Lokasi Alat Ukur Suhu Beton
40 tD
30 tE
20 tF
tG
10
tH
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 tI
Waktu (hari) tLuar
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN suhu beton , waktu, dan beda suhu
standar yang diijinkan (20° C) pada titik
Dari data hasil pengamatan pengamatan selama beton mengalami
perkembangan temperatur selama 28 proses hidrasi sebagai berikut :
hari, dibuat grafik hubungan perbedaan
25
20
DT1
DT2
Beda Suhu (C)
15
DT3
DT4
DT5
10
DT6
DT
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Waktu (hari)
25
20
DT1
DT2
Beda Suhu (C)
15
DT3
DT4
DT5
10
DT6
DT
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Waktu (hari)
25
20
DT1
DT2
Beda Suhu(C)
15
DT3
DT4
DT5
10
DT6
DT
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Waktu (hari)