Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

(IDENTITAS DAN INTEGRASI NASIONAL)

DISUSUN OLEH :

AMANDA SHAFFA FEBRINA (1503618046)

ARIKA ROSADINA (1503618076)

NIZAR ALI (15036180310

WINA AHMANDA (1503618060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTASTEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Identitas
dan Integrasi Nasional ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Makalah ini
dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami untuk bahan diskusi
dan referensi bagi kami agar mengetahui lebih luas tentang Identitas dan Integrasi
Nasional.
Makalah ini berisikan tentang Identitas dan Integrasi Nasional. Makalah ini kami
buat sebagaimana mestinya. Semoga bermanfaat bagi penulis serta pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, penulis masih merasa belum sempurna dalam
penulisan makalah, maka kami berharap saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat menulis lebih baik lagi.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bangsa terbentuk oleh persamaan bahasa, ras, agama, peradaban,
wilayah, Negara dan kewarganegaraan; bangsa bukan suatu ras, bukan pula
orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama, bukan pula dibatasi
oleh batas-batas geografis atau bahasa alamiah. Sedangkan Negara adalah
suatu organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang bersama – sama
mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok manusia tersebut.
Semua unsur identitas nasional, yaitu suku bangsa, wilayah nusantara,
agama, bahasa dan budaya yang serba majemuk dirangkum menjadi satu dan
dijadikan motivasi perekat bangsa (sesanti) dan identitas nasional, yaitu
Bhineka Tunggal Ika. Hal ini merupakan modal dasar pembangunan nasional
dan enjadi ciri khas bangsa Indonesia diantar bangsa lainnya didunia.
Untuk mewujudkan identitas nasional, diperlukan integrasi nasional
yang kokoh. Integrasi sering disamakan dengan pembauran, padahal kedua
istilah tersebut memiliki perbedaan. Itegrasi ialah integrasi kebudayaan,
integrasi sosial yang berwujud pluralisme, sedangkan pembauran ialah
asimilasi dan amalgimasi. Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian antar dua
atau lebih kebudayaan. Interaksi sosial ialah penanggulangan masalah konflik
melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur– unsur kebudayaan baru dan
lama yang merupakan penyatupaduan kelompok masyarakat yang asalnya
berbeda, menjadi suatu kelompok besar dengan cara melenyapkan perbedaan
dan jati diri masing-masing.
Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi
suatu bangsa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa integrasi bangsa
merupakan kemampuan pemerintah yang semakin meningkat untuk
menerapkan kekuasaan diseluruh wilayah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Bangsa dan Identitas
b. Apa itu Identitas Nasional
c. Apa pengertian Negara Kebangsaan
d. Apa pengertian Integritas Nasional
e. Bagaimana Perkembangan Integritas di Indonesia

1.3 TUJUAN PENULISAN


Berdasarkan rumusan masalah di atas,tujuanya adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian Identitas Nasional
b. Mengetahui unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional
c. Mengetahui apa itu Integrasi Nasional
d. Mengetahui Perkembangan Integrasi Nasional
BAB II
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL


Krisis multidimensi yang sedang melanda masyarakat kita menyadarkan
kita semua bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk
mengembangkan Identitas Nasional telah ditegaskan sebagai komitmen
konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita
dalam Pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah memajukan kebudayaan
Indonesia. Dengan demikian secara konstitusional pengembangan
kebudayaan untuk membina dan mengembangkan Identitas Nasional kita
telah diberi dasar dan arahnya.
Aristoteles, seorang filosof Yunani mengatakan bahwa manusia adalah
zoon politicon, yang artinya manusia adalah makhluk yang berkelompok.
Kelompok persekutuan hidup manusia dimulai dari lingkungan terkecil,
yakni keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar
lagi, seperti suku, masyarakat, dan bangsa. Bangsa adalah bentuk dari
persekutuan hidup manusia. Negara merupakan suatu organisasi yang
dibentuk oleh bangsa yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah
tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama.
Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa yang
bersangkutan. Identitas identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa
menjadi identitas nasional. Identitas nasional dibutuhkan agar menjadi
pengikat sekaligus pembeda dengan bangsa lainnya. Selain identitas,
bangsa yang telah hidup bernegara memerlukan integrasi guna menjamin
dan mempertahankan kesatuannya. Kajian tentang identitas dan integrasi
mencakup:
a. Bangsa dan Identitas,
b. Identitas Nasional Bangsa,
c. Negara Kebangsaan Indonesia,
d. Integrasi Nasional,
e. Pengembangan Integrasi di Indonesia.
A. BANGSA DAN IDENTITAS
Kata identitas berasal dari bahasa inggris identity yang secara harafiah berarti jati
diri, ciri-ciri, atau tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga
mampu membedakannya dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi,
identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri
pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau komunitas sendiri.
1. Pengertian Bangsa
Istilah bangsa dalam bahasa Inggris disebut nation. Kata nation berasal dari
kata natio (Latin) yang berarti lahir. Nation dapat berarti suatu kelahiran,
suatu keturunan, suatu suku bangsa yang memiliki kesamaan keturunan,
orang-orang yang sama keturunan. Kata bangsa sendiri berasal dari bahasa
Sansekerta wangsa yang berarti orang-orang yang satu keturunan atau satu
trah (Jawa). Secara etimologis bangsa berasal dari kata wangsa artinya orang-
orang yang berasal dari satu keturunan.
Berdasarkan hal ini, disimpulkan bangsa menunjuk pada persekutuan hidup
dari orang-orang atau kelompok manusia yang memiliki kesamaan keturunan.
Seturut dengan pengertian di atas, konsep bangsa memiliki dua pengertian
(Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis
dan bangsa dalam pengertian politis.
a. Bangsa Menurut Arti Sosiologis Antropologis
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama,
dan adat istiadat. Ikatan demikian disebut ikatan primordial.
Misalnya, bangsa Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang
tersebar dari Aceh sampai Irian Jaya, seperti Batak, Minangkabau,
Sunda, Dayak, Banjar, dan sebagainya.
b. Bangsa Menurut Arti Politis
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu
daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya
sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Mereka diikat
oleh suatu kekuasaan politik, yakni negara. Jadi, bangsa dalam arti
politis adalah bangsa yang sudah bernegara. Misalnya, kemunculan
bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara Indonesia.
2. Cultural Unity dan Political Unity
Dengan pemahaman yang kurang lebih sama, AT Soegito (2004) dengan
mengutip pendapat Jacobsen dan Lipman, menyatakan bangsa memiliki dua
arti, yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan (cultural unity) dan bangsa
dalam pengertian politik kenegaraan (political unity).
Pertama, bangsa adalah suatu cultural unity. Cultural unity terjadi karena
suatu masyarakat sebagai persekutuan hidup itu merasa satu satuan dalam ras,
bahasa, religi, sejarah, dan adat-istiadat. Roeslan Abdulgani menyebutnya
sebagai culture-natio-theory, bahwa suatu natio atau bangsa itu adalah
sekelompok manusia dengan persamaan culture atau kebudayaan. Dua,
bangsa dalam arti politik (kenegaraan) adalah suatu political unity. Masing-
masing anggota warga negara dalam political unity mungkin berbeda corak
dan lapangan kehidupannya, adat-istiadat dan kebudayaannya, tetapi mereka
menjadi satu bangsa, menurut pengertian politik menjadi penduduk (warga
negara) yang berdiam di suatu daerah yang sama, dengan pemerintahan yang
sama, dan tunduk pada kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi.

3. Proses Pembentukan Bangsa-Negara


Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu
model ortodoks dan model mutakhir (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama,
model ortodoks bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk
kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Contoh, bangsa
Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Setelah
bangsa-negara ini terbentuk maka rezim politik (penguasa) dirumuskan
berdasar konstitusi Negara yang selanjutnya dikembangkan partisipasi warga
negara dalam kehidupan politik bangsa-negara yang bersangkutan.
Kedua, model mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu
yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara
merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contoh adalah kemunculan
negara Amerika Serikat pada tahun Kedua model ini berbeda dalam empat
hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsur dalam masyarakat. Kedua,
lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-negara.
Ketiga, kesadaran politik masyarakat pada model ortodoks muncul setelah
terbentuknya bangsa-negara, sedangkan dalam model mutakhir kesadaran
politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal terbentuknya
bangsa-negara. Keempat, derajat partisipasi politik dan rezim politik.

4. Identitas Kultural dan Identitas Nasional


a. Identitas Cultural Unity atau Identitas Kesukubangsaan
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau
bangsa dalam arti sosiologis antropologis. Cultural unity disatukan oleh
adanya kesamaan dalam hal ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan
(darah), dan daerah asal (homeland). Identitas ini, misalnya berwujud pada
bahasa ibu, pakaian daerah, nama diri, falsafah hidup, dan tradisi.
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat
askriptif (sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer, dan
etnik. Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabat, daerah asal, dan
pada bahasanya. Identitas demikian dapat pula disebut sebagai identitas
primordial.
b. Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan
Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu
bangsanegara. Negara terbentuk dari satu bangsa dengan identitas
primordial yang sama atau dapat dikatakan negara terbentuk dari faktor-
faktor objektif bangsa.
Negara baru perlu menciptakan identitas yang baru pula untuk bangsanya.
Identitas itu disebut identitas kebangsaan atau identitas nasional. Identitas
dan Integrasi
Kata nasional menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup
manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasarkan ras,
agama, budaya, bahasa, dan sebagainya. Identitas kebangsaan bersifat
buatan, sekunder, etis, dan nasional. Beberapa bentuk identitas nasional
adalah bahasa nasional, lambang nasional, semboyan nasional, bendera
nasional, dan ideologi nasional.
B. IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
1. Faktor Pembentukan Identitas Bersama
Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa
meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan Surbakti, 1999).
a. Primordial
Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah dan
keluarga), kesamaan suku bangsa, daerah asal (homeland), bahasa, dan adat
istiadat. Faktor primordial merupakan identitas yang menyatukan
masyarakat sehingga mereka dapat membentuk bangsa-negara.
b. Sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau
ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama
dan ideologi merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa-
negara.
c. Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh
masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara.
d. Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bhinneka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa
untuk bersatu dalam perbedaan. Yang disebut bersatu dalam perbedaan
adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut
negara dan pemerintahnya, tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku
bangsa, adat, ras, dan agamanya.
e. Sejarah
Persepsi yang sama di antara warga masyarakat tentang sejarah mereka
dapat menyatukan diri kedalam satu bangsa.
f. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan dan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat.
g. Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah
lembagalembaga pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan
bersenjata, pengadilan, dan partai politik.

2. Identitas Nasional Indonesia


Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena
identitas nasional itu dibuat, dibentuk, dan disepakati oleh warga bangsa
sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena
lahirnya identitas nasional setelah identitas kesukubangsaan yang memang
telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia
b. Bendera negara, yaitu Sang Merah Putih
c. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya
d. Lambang negara, yaitu Garuda Pancasila
e. Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika
f. Dasar falsafah negara, yaitu Pancasila
g. Konstitusi (Hukum Dasar) negara, yaitu UUD 1945
h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
i. Konsepsi Wawasan Nusantara
j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional
Menurut Sastrapratedja (2007) jati diri atau identitas bangsa adalah sebuah
konstruksi yang selalu bisa didekonstruksikan dan dikonstruksikan kembali.
Oleh karena itu, identitas nasional Indonesia merupakan sesuatu yang terus
perlu direkonstruksi kembali, dibangun, diwujudkan, dan dikembangkan.

3. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia


Pancasila dapat menjadi dasar dalam membangun identitas nasional
(Sastrapratedja, 2007: HAR Tilaar, 2000). Pancasila dapat menjalankan
tugasnya sebagai identitas bangsa Indonesia (Eka Darmaputra, 1997).
Pancasila merupakan pernyataan jati diri bangsa Indonesia (Hardono Hadi,
1996) dan Pancasila sebagai identitas kultural (As ad Said Ali, 2009). Kaelan
(2002) menyatakan jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang
kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri
masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dasar itu dirumuskan sebagai nilai-nilai
Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati diri bangsa.
Menurut Hardono Hadi (1994), Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa
mencakup tiga aspek, yakni Pancasila sebagai kepribadian bangsa, identitas
bangsa, dan keunikan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian
bangsa bahwa Pancasila itu mencerminkan kenyataan akan nilainilai yang
telah ada sebagai hasil interaksi antar kebudayaan dan masyarakat ideologi
sebagai pembentuknya. Maksud Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia
adalah unsur-unsur dasar kebudayaan bangsa Indonesia menjadi ciri khas dari
waktu ke waktu sepanjang hidup berbangsa Indonesia. Pancasila menjadi
keunikan bangsa Indonesia ketika pendukung unsur kepribadian dan identitas
itu bergaul dengan masyarakat dunia atau bangsa-bangsa lain di dunia. Secara
singkat dikatakan Pancasila sebagai pernyataan jati diri, di satu pihak
mempunyai dasarnya pada fakta empiris, di lain pihak dapat memberi
orientasi kea rah cita-cita bangsa yang memang masih harus digulati terus-
menerus.

C. NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA


1. Hakikat Negara Kebangsaan Indonesia
Hakikat dari negara Indonesia adalah negara kebangsaan (nation state).
Negarabangsa (nation state) dibangun, dilandasi, dan diikat oleh
semangat kebangsaan atau disebut nasionalisme. Nasionalisme diartikan
sebagai tekad dari orangorang yang ada di wilayah itu (masyarakat
bangsa) untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara
yang sama walaupun warga masyarakat itu berbeda dalam rasa, etnik,
agama, ataupun budaya bahkan dalam sejarah sekalipun. Menurut Ir.
Soekarno yang dimaksud bangsa Indonesia adalah seluruh manusia-
manusia yang menurut wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal secara
bersama di wilayah Nusantara dari ujung Barat (Sabang) sampai ujung
Timur (Merauke) yang memiliki Le desir d etre ensemble (kehendak
akan bersatu) (pendapat Ernest Renan) dan Charaktergemeinschaft
(pendapat Otto Van Bauer). Tujuan dari paham kebangsaan
(nasionalisme) sendiri adalah menciptakan negara bangsa yang wilayah
dan batas-batasnya menyerupai atau mendekati makna bangsa.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia adalah:
a. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah
penjajahan bangsa asing yang kurang lebih selama 350 tahun,
b. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
belenggu penjajahan,
c. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke, dan
d. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
sebagai suatu bangsa.
Frans Magnis Suseno (1995) menyatakan bahwa kesatuan bangsa
Indonesia tidak bersifat alamiah tetapi historis, persatuan bangsa
Indonesia tidak bersifat etnik melainkan etis.
Bersifat historis karena bangsa Indonesia bersatu bukan karena kesatuan
bahasa ibu, kesatuan suku, budaya, ataupun agama. Yang
mempersatukan bangsa Indonesia adalah sejarah yang dialami bersama,
yaitu sejarah penderitaan, penindasan, perjuangan, kemerdekaan, dan
tekad untuk kehidupan bersama.
Jadi, hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau
nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun
masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga
masyarakat tersebut berbedabeda agama, ras, etnik, atau golongannya

2. Proses Terbentuknya Negara Indonesia


Secara teoritis, perkembangan terbentuknya negara Indonesia sebagai
berikut.
a. Terbentuknya negara tidak sekedar dimulai dari proklamasi, tetapi
adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya.
Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala
penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Ini menjadi
sumber motivasi perjuangan. (Alenia I Pembukaan UUD 1945).
b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan
panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi
mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan dan dengan proklamasi
tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah
menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
(Alenia II Pembukaan UUD 1945).
c. Terbentuknya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh
bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu,
adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini
membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui
adanya motivasi spiritual. (Alenia III Pembukaan UUD 1945).
d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang
meliputi tujuan, bentuk, sistem pemerintahan, UUD, dan dasar negara.
Dengan demikian, semakin sempurna proses terbentuknya negara Indonesia.
(Alenia IV Pembukaan UUD 1945).
3. Cita-Cita, Tujuan, dan Visi Negara Indonesia
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur. Dengan rumusan yang singkat, negara Indonesia
bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan
UUD Secara rinci sebagai berikut.
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia
yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh
manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak
mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, serta
berdisiplin (Tap MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa
Depan).
Selanjutnya berdasar Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Nasional (Perpres No. 5 Tahun 2010) disebutkan bahwa visi Pembangunan
Nasional Tahun adalah terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis,
dan berkeadilan. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a. Kesejahteraan Rakyat, yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan
rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan budaya bangsa.
b. Demokrasi, yaitu terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang
demokratis, berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan
yang bertanggung jawab, serta hak asasi manusia.
c. Keadilan, yaitu terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang
dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat
dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

D. INTEGRASI NASIONAL
1. Pengertian Integrasi

Integrasi berasal dari bahasa Inggris integration yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi memiliki dua pengertian, yaitu (a) pengendalian terhadap
konfik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu dan (b)
membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata integrasi
mempunyai arti pembauran atau penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh
dan bulat. Berintegrasi artinya berpadu (bergabung agar menjadi kesatuan yang
utuh). Kata mengintegrasikan berarti membuat untuk atau menyempurnakan
dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah pisah.

Safroedin Bahar (1997) menyatakan bahwa integrasi nasional adalah


upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan
wilayahnya. Menurut Howard Wriggins, integrasi bangsa berarti penyatuan
bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan
yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak
menjadi satu bangsa. Jadi, integrasi bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari
banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat besar (Yahya Muhaimin &
Colin Mc Andrews, 1982). Istilah integrasi nasional mempunyai dua macam
pengertian, yaitu:

a. Secara politis, integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai kelompok


budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu
identitas nasional, dan

b. Secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian di antara


unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi
dalam kehidupan bermasyarakat dan bangsa.

2. Jenis Integrasi

Myron Weiner dalam Yahya Muhaimin & Colin Mc Andrews (1982)


membedakan 5 (lima) tipe atau jenis integrasi, yaitu integrasi bangsa, integrasi
wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan integrasi tingkah laku (tindakan
integratif).

a. Integrasi bangsa, yakni proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
ke dalam satu kesatuan wilayah dan pada pembentukan identitas nasional. Yang
mana membangun rasa kebangsaan dalam suatu wilayah. Contoh: Bangsa
Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan golongan bersedia
berintegrasi dalam satu negara, yakni negara Indonesia yang dilandasi semangat
kebangsaan yang satu pula.

b. Integrasi wilayah, yakni pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di


atas unit-unit atau wilayah-wilayah yang lebih kecil yang mungkin beranggotakan
suatu kelompok budaya atau sosial tertentu. Contoh: Negara Indonesia memiliki
kedaulatan wilayah dari Sabang sampai Merauke, dengan batas-batas yang telah
ditetapkan.

c. Integrasi nilai, yakni adanya konsensus atau persetujuan terhadap nilai-nilai


bersama yang diperlukan untuk memelihara tertib sosial. Contoh: Masyarakat
Indonesia bersepakat bahwa Pancasila merupakan nilai bersama yang mampu
menyatukan keragaman dan perbedaan.

d. Integrasi elit-massa, yakni kemampuan menghubungkan antara yang


memerintah dengan yang diperintah, antara penguasa dengan rakyat atau antara
elit dengan massa. Contoh: Adanya komunikasi yang intensif antara kepala desa
dengan warga desa.

e. Integrasi tingkah laku (tindakan integratif), yakni kemampuan orang-orang di


dalam masyarakat untuk berorganisasi, bekerja sama demi mencapai tujuan
bersama dan yang bermanfaat. Contoh: Orang-orang yang mendirikan satu
perusahaan lalu mereka bekerja bersama di bawah satu manajemen.

E. PENGEMBANGAN INTEGRASI DI INDONESIA

1. Integrasi di Indonesia

Dalam kajiannya tentang heterogenitas masyarakat di Indonesia, William Liddle


dalam Nazaruddin Syamsudin (1989) mengidentifikasikan dua jenis halangan
integrasi yang dihadapi negeri ini. Yang pertama adalah adanya apa yang disebut
pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, ras, agama, dan
geografi. Hambatan kedua bersifat vertikal, yakni celah perbedaan antara elit dan
masa. Latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elit berbeda dari
masa yang berpandangan tradisional.
2. Pengembangan Integrasi

Howard Wriggins dalam Yahya Muhaimin & Collin McAndrew (1982) menyebut
ada 5 pendekatan atau cara bagaimana bangsa dapat mengembangkan
integrasinya. Kelima cara tersebut adalah:

a. Adanya Ancaman dari Luar Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan
integrasi masyarakat. Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama,
dan ras ketika menghadapi musuh bersama. Contoh, ketika penjajah Belanda ingin
kembali ke Indonesia, masyarakat Indonesia bersatu padu melawannya.

b. Gaya Politik Kepemimpinan Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya,


dan memiliki jasa-jasa besar umumnya menyatukan bangsanya yang sebelumnya
tercerai berai. Misalnya, Nelson Mandela dari Afrika Selatan.

c. Kekuatan Lembaga-Lembaga Politik Birokrasi yang satu dan padu dapat


menciptakan sistem pelayanan yang sama, baik, dan diterima oleh masyarakat
yang beragam.

d. Ideologi Nasional Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi dapat


menerima satu ideologi yang sama maka memungkinkan masyarakat tersebut
untuk bersatu. Pancasila sebagai ideologi diterima oleh masyarakat Indonesia
sehingga mampu mengintegrasikan. Pancasila dapat menjadi sarana integrasi
bangsa. Pancasila adalah ligatur atau pemersatu bangsa (LPPKB, 2005).

e. Kesempatan Pembangunan Ekonomi Jika pembangunan ekonomi berhasil dan


menciptakan keadilan maka masyarakat bangsa tersebut dapat menerima sebagai
satu kesatuan.

Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat


dapat terintegrasi apabila memenuhi 3 hal, yakni:

a. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang


dapat dijadikan rujukan bersama.

b. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki cross cutting


affiliation sehingga menghasilkan cross cutting loyality.
c. Masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang
terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pendapat lain
menyebutkan, integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 strategi kebijakan, yaitu
policy assimilasionis dan policy bhennika tunggal ika (Nazarudin Zamsudin,
1989). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifatsifat kultural utama dari
komunitas kecil yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional. Asimilasi
adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.

Strategi kedua dengan cara penciptaan kesetiaan nasional tanpa


menghapuskan kebudayaan lokal. Strategi ini mirip dengan pluralism sebagai
paha yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam masyarakat. Strategi pluralis
dalam mewujudkan integrasi nasional berarti bahwa dalam mengupayakan
integrasi nasional, negara memberi kesempatan kepada semua unsur perbedaan
dalam negara untuk berkembang. Jadi integrasi nasional diwujudkan dengan tetap
menghargai perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

Membangun integrasi nasional bagi suatu negara mencakup dua masalah


pokok, yakni:

a. Bagaimana membuat rakyat mengakui dan patuh terhadap tuntutan-tuntutan


negara, dan

b. Bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mampu mengatur perilaku


politik setiap anggota masyarakat.

Indonesia memerlukan integrasi nasional setelah lepas dari penjajahan.


Pertama, karena pemerintah kolonial tidak pernah memikirkan tentang perlunya
kesetiaan nasional dan semangat kebangsaan pada rakyat jajahan, tetapi lebih pada
penciptaan kesetiaan kelompok-kelompok masyarakat terhadap penguasa
kolonial. Kedua, unsur-unsur awal yang membentuk negara-bangsa adalah
kesatuan-kesatuan lokal yang bersifat primordial.

Clifford Geertz dalam Yahya Muhaimin dan Collin McAndrew (1982)


memasukkan Indonesia sebagai negara bangsa baru yang memiliki dua jenis motif
yang kuat dan saling memengaruhi, berbeda satu sama lain, dan seringkali
bertentangan, yakni pertama, usaha mencari identitas (kepribadian) sebagai
sesuatu yang penting untuk menjadi seseorang di dunia dan kedua, kehendak
untuk menciptakan suatu negara yang efisien dan dinamis. Motif pertama,
berkaitan dengan tuntutan identitas-identitas lokal dan primordial agar diakui
sebagai identitas dalam sebuah negara bangsa, sedang motif kedua keinginan
membentuk negara bangsa yang mengatasi identitas-identitas tersebut.
BAB III
PENUTUP

Identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok


yang kebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya,
agama, dan bahasa, maupun non fisik, seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi
adapun pengertian identitas sendiri adalah ciri-ciri, tanda-tanda, jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang bisa membedakannya. Perlu
dikemukakan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai identitas nasional
tadi bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan
dogmatis, melainkan sesuatu terbuka-cenderung terus-menerus bersemi sejalan
dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas nasional juga sesuatu yang
terbuka, dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi majna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

 www.academia.edu/28961340/makalah_identitas_nasional
 www.ilmudasar.com/2017/07/pengertian-syarat-faktor-dan-jenis-
integrasi-nasional-adalah.html?m=1
 Dra. Nurul Zuriah M.Si. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam
Perspektif Perubahan
 Siswomihardjo Koento Wibisono, Identitas Nasional Aktualisasi
Pengembangannya melalui Revitalisasi Pancasila.
 Wahyu Widodo,dkk. Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta:
Andi,2015), h.2-3
 Josef M. Monteiro, Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan
Membentuk Karakte Bangsa E,D.1,Cet.2 (Yogyakarta:
Deepublish,2015),h.27.
 Ari Setiarsih, Penguatan Identitas Nasional melalui pendidikan
multikultural berbasis kearifan lokal.
 Minto Rahayu, Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan
menghidupi jati diri bangsa (Jakarta: Grasindo,2007)h.66-68.
 Ibid, h.68-69
 Akhyak, Inovasi Penddikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu,2004),h.53

Anda mungkin juga menyukai