Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR COLON

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi

Tumor (berasal dari bahasa latin, yang berarti "bengkak"), merupakan salah satu dari lima karakteristik
inflamasi. Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan
yang tidak normal. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign)
(Brooker,2001). Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh,
dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268). Kanker adalah
sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian
sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177) .

Tumor kolon adalah tumor yang berada di dalam kolon.

B. Etiologi

1. Kelainankogenital

Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa benjolan yang
timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa.
Pada kelainan ini ,benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah
atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga
besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah :

1. hygroma colli, kista branchial, kista ductusthyroglosus.

2. Genetik

3. Gender / jenis kelamin

4. Usia

5. Rangsangan fisik berulang

Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam waktu yang lama merupakan
rangsangan yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau
cedera pada tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.

2. Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat
tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu
secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti :

· Payudara

· Rahim

· Indung telur dan prostat (kelenjar kelaminpria).

3. Karsinogenik (bahankimia, virus, radiasi)

Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru pada perokok dan perokok pasif
(orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang
lama.

Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan
kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker.

Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini
disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik. Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat
menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan
kanker kulit dan leukemia.

C. Patofisiologi

Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik berulang, Hormon, Infeksi,
Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya
sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas). Sel tumor pada tumor
jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor
mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya
tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh
cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup
ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar
(metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker kejaringan sehat
pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi
terganggu. Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang
mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi,
membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis,
fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

D. Manifestasi klinik

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker
berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses
adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui
penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan
lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang
sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen
dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala
yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah. gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan
lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu : Waktu buang air besar atau
kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.

E. Komplikasi

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan
ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi
dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan
syok.

F. Pemeriksaan diagnostik

Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling penting untuk kanker
kolon adalah pengujian darah samar, enema barium, proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak
60% dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsy atau apusan
sitologi.

Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun antigen karsinoembrionik
mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi
menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi.
Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam.
Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis

Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila
terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen darah dapat diberikan.Pengobatan
tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan
laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif.
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:

a. Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa

b. Kelas B – penetrasi melalui dinding usus

c. Kelas C – Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional

d. Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan.
Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi
atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah
program 5-FU/ Levamesole. Pasien dengan kanker rektal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU
dan dosis tinggi radiasi pelvis.Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif, intraoperatif
dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan
untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat disekresi,
radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna. Alat radiasi intrakavitas yang dapat
diimplantasikan dapat digunakan. Data paling baru menunjukkan adanya pelambatan periode
kekambuhan tumor dan peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapat beberapa
bentuk terapi ajuran.

2. Penatalaksanaan medik

Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebnayakan kanker kolon dan rektal. Pembedahan dapat
bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman
dalam menbuat keputusan di kolon; massa tumor kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti efektif
pada beberapa lesi. Reseksi usus diindikasikan ntuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi
C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker koon kelas D. Tujuan pembedahan dalam
situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi
tidak dapat dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah
sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993):

a) Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisis
pertumbuhan, pembuluh darah dan noduslimfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi
sigmoid dan semua rektum serta sfingteranal

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

v Aktivitas/Istirahat

Pasien dengan tumor kolon biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri,
perasaan penuh sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur

v Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyari dada pada pergerakan kerja.

Kebiasaan : Perubahan pada tekanan darah

v IntegritasEgo.

Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress misalnya
merokok, minum alcohol, menunda menceri pengobatan, kenyakinan religius/spiritual. Masalah tentang
perubahan dalam penampilan misalnya alopesia, lesi, cacat dan pembedahan. Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak merasakan rasa bersalah, kehilangan.

Tanda : Kontrol, depresi, menyangkal, menarik diri, marah.

v Eliminasi

Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan
diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan
cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya.
Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.

Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat di lakukan pemeriksaan fisik dengan observasi adanya
distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.

Massa tumor diabdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal,
pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, linkar perut,
dan colok dubur.

v Makanan/Cairan

Gejala : Kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi setiap kali
makan, adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh
(begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.

Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema


v Neurosensori

Gejala: Pusing, sinkope karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi darah ke otak
tidak lancar.

v Nyeri/kenyamanan

Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit)

v Pernapasan

Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok). Pemajanan abses

v Keamanan

Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlebihan.

Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.

v Seksualitas

Gejala : Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan.
Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigraviada, pasangan seka multiple, aktivitas seksual dini,
herpes genital.

v Interaksi sosial

Gejala : Ketidakadekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan


kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan).

B. DIAGNOSA KEPAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri b/d distraksi jaringan syaraf

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan anoreksia, mual, muntah

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

C. RENCANA KEPERAWATANe

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menangulangi
masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

a. Nyeri b/d distraksi jaringan syaraf


Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya
penurunan atau hilangnya ras nyeri

Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)

2. Jelaskan pada klien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri

3. Atur posisi klien senyaman mungkin sesuai keninginan pasien

4. Ciptakan lingkungan yang tenang

5. Observasi TTV tiap 24 jam

6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi

7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

2. Pemahaman klien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketengangan klien dan
memudahkan klien untuk diajak kerjasama dalam melakukan tindakan
3. Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal
mungkin

4. Ranggsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri

5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya

6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol

7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu, dengan
kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.

Intervensi

Rasional

1. Pantau dan dokumentasikan dan kaluaran tiap jam secara adekuat

2. Timbang BB klien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut,
kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.

6. Monitor intake dan output secara periodik.

7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi
frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).

1. Untuk mengidentifikasi indikasi / perkembangan dari hasil yang diharapkan


2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat

3. Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster

4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam
pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.

6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake
nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit
cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan
stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi

Rasional

1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit

2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat

3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretic

4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya :


jadwal masukan cairan

5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV

1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler


2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk
masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit

3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik
mencegah kehilangan cairan lanjut

4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil

5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan
kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan

2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya

3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan

4. Berikan dorongan spiritual

1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam
tindakan selanjutnya

2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang
diberikan

3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang
berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

4.Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah
teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka
waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta

Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta

Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta

Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta

Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta

Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai