(TOR)
KEGIATAN:
Perencanaan Pedestrian, Jalan, dan Jembatan
PEKERJAAN :
Belanja Jasa Kerjasama Konsultan/Pihak Ketiga lainnya (DED Perlintasan Jalan Tidak
Sebidang Rel Kereta Api)
I. PENDAHULUAN
Jalan merupakan prasarana penghubung melalui darat yang digunakan untuk lalulintas manusia
maupun barang dari suatu tempat menuju tempat lainnya. Selain itu pada aspek kegiatan
penataan ruang, jaringan jalan memiliki manfaat untuk mengarahkan pertumbuhan sebuah
kawasan yang dilintasinya. Sebagaimana telah ditetapkan dalam PERDA No. 14 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, Kota Semarang menetapkan rencana
struktur jaringan transportasi yang dimaksudkan untuk mengarahkan pemerataan pelayanan
transportasi dan perkembangan wilayah Kota Semarang.
Perencanaan geometri jalan rel dalam suatu trace, pasti akan melewati sebuah jalan raya,
dan ini memerlukan perencanaan yang baik dan benar tentang perlintasan jalan rel,
karena pada perlintasan inilah faktor kecelakaan antara kereta api dan pengguna jalan
raya sering terjadi, untuk meminimalkan faktor kecelakaan di perlintasan, maka perlu
suatu desain yang baik terhadap perlintasan berdasarkan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan, pada era modern dengan mobilisasi kereta api yang tinggi dan super cepat
dalam suatu jalan rel yang melewati jalan raya dalam perencanaan sebaiknya
menggunakan lintasan tidak sebidang atau jalan layang untuk jalan raya, sehingga antara
jalan rel dan jalan raya tidak bersinggungan, hal ini akan meminimalkan kecelakaan yang
sering terjadi di perlintasan serta dapat menghindari kemacetan jalan raya di daerah
perlintasan, tapi hal ini memungkinkan jika lokasi di daerah perlintasan memungkinkan
untuk dibangun berupa jalan layang.
Adapun tingginya angka kecelakaan di perlintasan sebidang menimbulkan kerugian jiwa maupun
materi. Selain itu dilain pihak kerugian juga dialami oleh para pengguna lalu-lintas di jalan raya.
Yaitu gangguan berupa tundaan (delay) yang menimbulkan kerugian cukup besar bagi pengguna
jalan raya, baik kerugian akibat bertambahnya waktu perjalanan yang ditempuh oleh pengguna
jalan raya dimana kenderaannya akan berhenti sehingga menimbulkan antrian kenderaan di pintu
perlintasan sebidang maupun kenyamanan
pengguna jalan raya dalam berlalu lintas akibat perubahan geometrik jalan yang
diakibatkan oleh rel kereta api. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi
rambu, maka sistem peringatan di pintu perlintasan sebidang agar berkurangnya
kemungkinan terjadinya kecelakaan di pintu perlintasan sebidang.
Standar manajemen perlintasan sebidang diatur dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian, dan Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur
Kereta Api dari Departemen Perhubungan. UU No 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian pada
Pasal 90 Ayat d jelas jelas juga mencantumkan bahwa penyelenggara prasarana perkeretaapian
berhak dan berwenang mendahulukan perjalanan kereta api di perpotongan sebidang dengan jalan
raya. Jelasnya, kereta api harus diprioritaskan lewat perlintasan. Bahkan jika kita merunut lebih
jauh dengan mengacu pada pasal 64 dan 65 pada PP 43/1993 tentang Prasarana dan Lalulintas
Jalan, tersebut telah ditegaskan bahwa setiap pengemudi atau pemakai jalan harus/wajib
mendahulukan kereta api. bahkan dari delapan prioritas jenis kendaraan, kereta api sendiri
menempati urutan pertama dalam urutan/hirarki prioritas kendaraan yang harus didahulukan oleh
pengguna jalan kemudian secara berurutan adalah kendaraan pemadam kebakaran yang tengah
bertugas, Ambulans yang tengah mengangkut orang sakit, kendaraan penolong kecelakaan lalu
lintas, kendaraan Kepala Negara atau Tamu Negara, iring-iringan jenazah, konvoi, pawai, atau
kendaraan orang cacat, dan terakhir adalah kendaraan pengangkut barang khusus.
Standar ini mengatur persyaratan perlintasan sebidang serta standar pemasangan rambu,
marka dan palang pintu perlintasan. Bila jumlah kereta api yang melintas melebihi batas
persyaratan perlintasan sebidang dengan palang pintu yakni 35.000 smpk, maka perlu
perlintasan tidak sebidang.
Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan rencana tersebut perlu ditindaklanjuti dengan
langkah penyusunan detail enginering design (DED) Belanja Jasa Kerjasama
Konsultan/Pihak Ketiga lainnya (DED Perlintasan Jalan Tidak Sebidang Rel Kereta Api)
Kota Semarang tahun 2017. Dalam pelaksanaan DED nanti supaya berkoordinasi dengan
PT KAI, Dinas Binamarga Propinsi Jawa Tengah bila perlu, dan instansi lain yang terkait
lainnya.
1.2. Lingkup Perencanaan
Melihat tingkat kepentingan dan dukungan masukan sumber daya maka lingkup ruas yang akan
dilakukan Belanja Jasa Kerjasama Konsultan/Pihak Ketiga lainnya (DED Perlintasan Jalan Tidak
Sebidang Rel Kereta Api) Kota Semarang tahun 2017, yakni di Jl. Madukoro, Jl. Puri
Anjasmoro, dan Jl. Kokrosono (bila memungkinkan) (lihat gambar. 1)
Jl. Kokrosono
Lokasi Perencanaan
Lokasi Perencanaan
Jl. Madukoro
(gambar.1)
1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Maksud.
Maksud penyusunan Belanja Jasa Kerjasama Konsultan/Pihak Ketiga lainnya (DED
Perlintasan Jalan Tidak Sebidang Rel Kereta Api) Kota Semarang tahun 2017 adalah
membangun akses jalan yang aman dan nyaman tanpa adanya delay akibat jalur KA
serta mengurangi tingkat kecelakaan.
1.3.2. Tujuan.
Tujuan penyusunan Belanja Jasa Kerjasama Konsultan/Pihak Ketiga lainnya (DED
Perlintasan Jalan Tidak Sebidang Rel Kereta Api) Kota Semarang tahun 2017 adalah
Menyusun Dokumen Perencanaan berupa Desain dan Dokumen Lelang bagi Simpang
tidak sebidang rel KA.
Pekerjaan disain dan penyediaan dokumen lelang tersebut dapat dibagi dalam beberapa
tahapan proses yaitu :
a. Tahap pengumpulan data lapangan.
b. Tahap analisis data lapangan perencanaan dan penggambaran.
c. Pembuatan dokumen lelang.
d. Penggandaan dokumen lelang.
1.3.3. Sasaran.
Sasaran penyusunan Belanja Jasa Kerjasama Konsultan/Pihak Ketiga lainnya (DED
Perlintasan Jalan Tidak Sebidang Rel Kereta Api) Kota Semarang tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
a) Tersusunnya Kajian yang bersifat teknis dan bisa diterapkan di lapangan di
sepanjang titik simpang yang telah ditetapkan.
b) Tersusunnya desain simpang tidak sebidang dan jenis struktur bangunan yang
digunakan
c) Tersusunnya sistem manajemen lalu lintas sepanjang simpang yang telah
ditetapkan, meliputi semua desain simpang baik sebidang maupun tidak sebidang,
desain rambu, marka dan alat kelengkapan manajemen lalu lintasnya.
d) Tersusunnya konstruksi pelengkap simpang yang meliputi railling, gorong-gorong,
saluran drainase maupun talud penahan di sepanjang ruas yang telah ditetapkan
dengan meminimasi permasalahan dan dampak yang ditimbulkan.
e) Tersedianya gambar teknis yang memenuhi syarat kelengkapan pembangunan
simpang tidak sebidang
f) Tersedianya dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
g) Tersedianya perhitungan anggaran biaya yang diperlukan.
3.1. Metodologi
a. Sebelum memulai kegiatan pekerjaan, konsultan harus mengadakan konsultasi terlebih
dahulu dengan Pengendali Kegiatan, Staf Ahli dan Staf Teknik Dinas Pekerjaan Umum
Kota Semarang, yaitu untuk mendapatkan konfirmasi mengenai lokasi yang akan
ditangani.
b. Konsultan harus berusaha untuk mendapatkan informasi umum mengenai kondisi ruas
jalan yang akan disurvai dari data Base yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum
Kota Semarang, sehingga dapat mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan survai di setiap ruas jalan serta kelengkapan lainnya.
c. Pengumpulan data lapangan
Pengumpulan data lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan cara pengumpulan data lapangan yang telah dikembangkan oleh
Pekerjaan Umum.
- Pemboran Mesin
- Mengumpulkan data yang lain yang berkaitan dengan ruas jalan yang bersangkutan
yang akan berguna dalam proses disain, misal data perhitungan lalu lintas, peta
lokasi dan lain-lain.
3.8. Keluaran
Disain perencanaan teknik jalan yang optimal, efisien dan feasible untuk dilaksanakan
sesuai kondisi riil lapangan yang mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.
Penyedia Jasa Konsultansi bertanggung jawab atas hasil yang telah direncanakan, dan
tetap memberikan pelayanan informasi sewaktu dibutuhkan oleh Pengguna Barang/Jasa.
Termasuk produk animasi 3D minimal 3 menit dengan dubbing suara dan gambar produk
pembebasan lahan
SCHEDULE LAYANAN
KEGIATAN KONSULTAN
TAHUN ANGGARAN 2017
MM
NO POSISI
1 2 3 4
8 SURVEYOR (2 ORANG) 1 1 2
Demikian Kerangka Acuan Kerja untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan Belanja Jasa Kerjasama Konsultan/Pihak Ketiga lainnya (DED
Perlintasan Jalan Tidak Sebidang Rel Kereta Api) Kota Semarang tahun 2017 yang
dibiayai dengan APBD Kota Semarang T.A. 2017.
Semarang, Juni 2017
Ditetapkan,
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
M. TEQI WIJAYA, ST
NIP 197907072009011006